Referat Mekanisme Pertahanan Ego Pada Mahasiswa Kedokteran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Referat



MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA MAHASISWA KEDOKTERAN



Oleh Mohamad Fiqih Arrachman, S.Ked.



04084821921031



Masagus Muh Ismail Novian Austin, S.Ked.



04084821921154



Rani Anggraini, S.Ked



04084821921037



Pembimbing dr. Bintang Arroyantri P, Sp.KJ



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2020



HALAMAN PENGESAHAN



Judul MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA MAHASISWA KEDOKTERAN



Oleh: Mohamad Fiqih Arrachman, S.Ked.



04084821921031



Masagus Muh Ismail Novian Austin, S.Ked.



04084821921154



Rani Anggraini, S.Ked



04084821921037



Telaah ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 16 Desember 2019 - 20 Januari 2020. Palembang,



Januari 2020



dr. Bintang Arroyantri P, Sp.KJ



ii



KATA PENGANTAR



Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul “MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA MAHASISWA KEDOKTERAN” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. Bintang Arroyantri P, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu memberikan bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah ini, semoga bermanfaat. Palembang, Januari 2020



Tim Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii KATA PENGANTAR.............................................................................................iii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3 3.1



Teori Psikoanalisis...........................................................................................3



3.2



Pengertian Mekanisme Pertahanan Ego.............................................................8



3.3



Macam-macam Mekanisme Pertahanan Ego......................................................8



3.4



Karakteristik Mekanisme Pertahanan Ego pada Mahasiswa Kedokteran ............14



3.5



Keterkaitan kepribadian dan gangguan jiwa ....................................................19



BAB III KESIMPULAN........................................................................................23



iv



BAB I PENDAHULUAN



Mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanisms) adalah proses psikologis tidak sadar yang membantu seseorang mengatasi kecemasan akibat tekanan dari lingkungan internal atau eksternal. Mekanisme pertahanan menurut teori Freud membagi pikiran manusia ke dalam 3 bagian yaitu: id, ego, dan superego.1 Id terdiri dari naluri bawah sadar seseorang, seperti libido. Hasrat tak sadar dasar ini akan dikendalikan oleh ego. Ego muncul untuk melakukan mediasi antara dorongan-dorongan id dan batasan dari realitas eksternals melalui penggunaan mekanisme pertahanan. Ego juga berada di bawah pengaruh superego, yang mendasari keinginan. Perlunya mekanisme pertahanan ketika tuntutan id bertentangan dengan tuntutan superego. Untuk menjaga kesehatan mental dan melindungi pikiran sadar dari efek seperti itu, ego memanfaatkan berbagai mekanisme pertahanan. Mekanisme ini dianggap sangat penting, tidak hanya dalam menjaga stabilitas mental pada individu normal tetapi juga dalam menentukan psikopatologi pada pasien psikiatri. Mekanisme pertahanan dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk menjelaskan karakteristik kepribadian, fungsi psikososial, temperamen, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, kesehatan mental, kesehatan fisik, dan psikopatologi individu.1,2 Bidang ilmu kedokteran adalah bidang pendidikan yang penuh tekanan, memaparkan mahasiswa kedokteran ke banyak pemicu stres akademik dan psikososial. Mahasiswa kedokteran juga memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Mereka sering dianggap berprestasi tinggi daripada mereka di bidang akademik lainnya. Kompetensi menuntut pelatihan di sekolah kedokteran memiliki efek mendalam pada kepribadian dan kesehatan psikologis. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa ada banyak literatur yang menyoroti morbiditas psikologis yang lebih besar di antara mahasiswa kedokteran. Sebagai contoh, beberapa penelitian telah mendokumentasikan insiden kecemasan, 1



depresi, stres, dan kesulitan tidur yang sangat tinggi di kalangan mahasiswa kedokteran.1 Terjadinya masalah psikologis pada mahasiswa kedokteran dapat dikaitkan dengan gangguan pada mekanisme pertahanan ego mereka a. Maka tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme pertahanan ego pada mahasiswa kedokteran.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Teori Psikoanalisis Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud sebagai suatu studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Sigmund Freud mengemukakan model topografik dari pikiran berdasarkan awareness melalui bukunya The Interpretation of Dream pada tahun 1990. Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sistem yang disadari (Conscious system), sistem prasadar (Preconscious system) dan sistem yang tidak disadari (Unconscious system).1 1. Sistem yang disadari (Conscious system) Sistem yang disadari dalam model topografik ditandai sebagai bagian dari pikiran di mana persepsi yang berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh atau pikiran dibawa ke kesadaran. Tetapi, dalam organisme, hanya elemen dalam prasadar yang memasuki kesadaran; bagian lain pikiran berada di luar kesadaran. Kesadaran dipandang sebagai fenomena



subjektif yang isinya dapat



dikomunikasikan hanya dengan cara bahasa dan perilaku. Melalui perhatian, individu itu dapat menjadi sadar tentang rangsangan yang masuk dari dunia luar, akan tetapi di dalam mental individu itu sendiri, hanya bahan-bahan dari alam prasadar yang dapat masuk ke alam sadar. Freud menganggap bahwa kesadaran menggunakan suatu bentuk energi psikis yang dinetralkan yang disebut katheksis atensi. Dengan kata lain, seseorang menyadari ide atau perasaan tertentu sebagai akibat dari penanaman jumlah energi psikis tertentu dalam ide atau perasaan khusus tersebut.



3



2. Sistem Prasadar (Preconscious system) Sistem ini terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikiran yang dapat dibawa ke kesadaran sadar dengan memusatkan perhatian. Menurut pengertiannya, prasadar menghubungkan daerah tidak disadari dan daerah disadari dari pikirannya. Untuk mencapai kesadaran yang disadari, isi dari daerah tidak sadar harus diikatkan dengan kata-kata dan dengan demikian menjadi prasadar, prasadar juga mempertahankan barier dan sensor represif terhadap harapan dan dorongan yang tidak dapat diterima. Alam prasadar belum ada pada waktu lahir tetapi berkembang pada masa kanak-kanak. Kegiatan mental alam prasdar dinamakan proses sekunder atau berpikir secara proses sekunder yang bertujuan agar menghambat keinginan instingual, menghindari ketidaksenangan dan menahan energi mental agar sesuai dengan kenyataan dan ajaran dunia luar serta dengan ajaran dan norma individu. Jadi, alam prasadar ini sangat erat hubungannya dengan prinsip kenyataan. Alam prasadar menjaga jangan sampai hasrat-hasrat yang mencemaskan atau yang bertentangan dengan kenyataan, keluar ke alam sadar. 3. Sistem Bawah Sadar (Unconscious system) Sistem bawah sadar adalah sistem yang dinamis. Dengan kata lain, isi dan proses mental dari bawah sadar dijauhkan dari kesadaran melalui kekuatan penyensoran atau represi. Inti dari bawah sadar dapat ditangkap dengan lima ciri ini: 1. Sistem bawah sadar berhubungan erat dengan dorongan instingual. Dalam teori perkembangan Freud, insting diperkirakan terdiri dari dorongan seksual dan dorongan mempertahankan diri, dan bawah sadar diperkirakan terutama terdiri dari perwakilan mental dan turunan dari insting seksual. 2. Isi bawah sadar adalah terbatas pada harapan yang mencari pemenuhan. Harapan-harapan tersebut memberikan motivasi untuk pembentukan mimpi dan gejala neurotik. Pandangan itu sekarang disebut reduksionistik. 3. Sistem bawah sadar ditandai oleh proses berpikir primer yang mempunyai tujuan utama mempermudah pemenuhan harapan dan pelepasan instingtual. Proses berpikir primer diatur oleh prinsip kesenangan dan dengan demikian 4



mengabaikan hubungan logika, tidak mempunya konsepsi waktu, mewakili harapan sebagai pemenuhan, memungkinkan ide yag kontradiksi untuk keluar secara bersama-sama dan menyangkal adanya negatif. Keadaan ini adalah karakteristik pada anak yang sangat kecil, yang ingin pemuasan segera terhadap dorongannya. Proses berpikir primer juga ditandai oleh mobilitas yang ekstrem dari dorongan katheksis, berarti bahwa penanaman energi psikis dapat bergeser dari objek ke objek tanpa perlawanan. 4. Ingatan dalam bawah sadar telah dilepaskan dari hubungannya dengan simbol verbal. Dengan demikian, jika kata-kata diberikan kembali kepada sifat ingatan yang telah dilupakan, seperti pada terapi psikoanalitis, rekatheksis verbal memungkinkan ingatan mencapai kesadaran lagi. 5. Isi bawah sadar dapat menjadi disadari hanya dengan melalui prasadar, dimana sensor dikalahkan dan memungkinkan elemen-elemen memasuki kesadaran. Bahan-bahan yang dipendam dapat dikeluarkan dari alam bawah sadar ke alam sadar hanya bila sensor itu dibuat tidak berdaya (seperti pada pembentukan gejala neurotik), santai (seperti dalam mimpi) atau dikelabui (seperti dalam lelucon). Menurut Freud, kegiatan mental utama adalah memuaskan keinginan. Proses primer ini sangat erat hubungannya dengan prinsip kenikmatan. Isi alam bawah sadar itu terbatas pada hasrat yang mencari kepuasan dan yang menyediakan daya penggerak utnuk pembentukan impian dan gejala neurotik. Alam bawah sadar sangat erat hubungannya dengan naluri, karena mengandung hasrat terutama yang bersangkutan dengan naluri seksual.2 Konsep-konsep topografik Freud yang masih digunakan adalah berpikir secara



proses



primer



dan



sekunder,



petingnya



pemuasan



keinginan,



kecenderungan pada regresi bila dalam keadaan frustasi dan adanya alam bawah sadar yang dinamik. Alam bawah sadar merupakan fokus dari teori psikoanalisa. Diumpamakan dengan bagian yang besar di dasar gunung es yang tidak kelihatan yang merupakan rumah dari insting, pengharapan dan hasrat yang mengarahkan perilaku kita dan tempat penympanan kekuatan yang tidak dapat kita lihat dan kita kendalikan. Teori psikoanalisa lebih terfokus pada unconscious dikarenakan keinginankeinginan yang bersifat merangsang. Gagasan dalam psikoanalisa menyatakan 5



bahwa kita memiliki tujuan untuk melindungi diri dari keinginan-keinginan yang diasosiasikan dengan pikiran dan kesenangan, dan kita mencapai tujuan ini dengan menjaga gagasan tersebut di luar kesadaran, menyimpannya jauh di dalam unconscious STRUKTUR KEPRIBADIAN Pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego(aspek sosiologis). 1. Id Id adalah tempat dorongan naluri (insting) dan berada di bawah pengawasan proses primer. Karena itu id bekerja sesuai dengan prinsip kenikmatan tanpa mempedulikan kenyataannya. Seorang bayi pada waktu lahir telah mempunyai id. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat, mengawasi atau memodifikasi dorongan nalurinya. Karena itu sangat tergantung pada ego orang lain di lingkungannya. Untuk mencapai maksudnya, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan refleks yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id dan organisme berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi tegangan.4



2. Ego Ego merupakan organ pelaksana (executive) dari jiwa dan mengontrol pergerakan, persepsi, kontak dengan kenyataan dan melalui mekanisme pertahanan yang ada padanya, memperlambat dan memodifikasi dorongan ekspresi. Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk menghindari 6



ketidaksenangan dan rasa nyeri dengan melawan atau mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar seusai dengan tuntutan dunia luar. Pertentangan utama terletak antara id dan ego. Jika ego melakukan faal pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekhususannya terlalu banyak pada id, pada superego atauapun dunia luar makan akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur.4 Ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan , misalnya supresi, salah pindah, rasionalisasi, penyangkalan, regresi, identifikasi dan sebagainya. Freud menganggap bahwa kemampuan ego untuk mempertahankan hubungan dengan dunia luar termasuk dalam fungsi utamanya. Hubungan ini ditandai dengan sifat-sifat: rasa kenyataan (sense of reality), uji kenyataan (reality tesing) dan penyesuaian atau adaptasi pada kenyataan. Mulamula bayi tidak sanggup membedakan badannya dari dunia luar. Ego mulai terbentuk bilamana anak mulai merasa adanya perbedaan itu, yaitu sewaktu ia berumur kira-kira 1 tahun. Dalam kalimat sederhana, ego adalah sang rasional, manusia itu sendiri, yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki ide-ide untuk memenuhi kebutuhannya meimiliki prisip yang berdasarkan kenyataan. 2.2.1 Superego Superego menegakkan dan mempertahankan kesadaran moral seseorang atas dasar kompleks sistem ideal dan nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orangtuanya. Superego mulai nyata waktu komplek Oedipus diselesaikan dan dengan ini identifikasi dengan orangtua dari sex yang sama dipercepat. Identifikasi ini berdasarkan pergulatan anak itu dalam menindas maksud-maksud instingual. Usaha untuk menolaknya memberi kepada superego sifat menolak atau sifat menghalangi. Selama masa laten dan sesudahnya, individu itu meneruskan dengan perkembangannya yang berdasarkan identifikasi sebelumnya, tetapi sekarang identifikasi dengan guru, pahlawan dan orang lain yang dikaguminya. Ajaran, normal, dan hukuman yang diletakkan kepadanya oleh orangtuanya dari luar, dimasukkan ke dalam superego (internalisasi), yang selanjutnya menilai dan



7



membimbing perilakunya dari dalam, biarpun orangtuanya tidak ada lagi di sampingnya. Superego mulai terbentuk pada umur 5-6 tahun, membantu ego dalam pengawasan dan pengaturan pelepasan impuls dari id. Secara sederhana, superego adalam agen dari kesadaran moral yang melarang yaitu, yang menentukan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang, sebagai sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberi batasan baik dan buruk).4 2.2 Pengertian Mekanisme Pertahanan Ego Arti luas yaitu semua cara penanggulangan masalah, baik yang rasional maupun irasional, yang sadar maupun tidak sadar, yang realistic maupun yang fantastic. Arti sempit yaitu mekanisme yang dipakai oleh ego untuk menyingkirkan ansietas dan yang mengandung potensi pathogen yaitu mekanisme yang berlangsung dengan pemindahan ke fantasi dan pengolahan fantasi itu dilakukan dengan berbagai cara, yang tidak disadari dan tidak rasional. 2.3 Macam-macam Mekanisme Pertahanan Ego Mekanisme Pertahanan Narsistik 1. Denial Menghindari kesadaran dari kenyataan pahit dengan menghilangkan data itu sendiri. Denial menghilangkan realitas eksternal. Contoh : Seorang pasien dengan diagnosis penyakit kanker dapat menolak untuk mempercayai diagnosis. 2. Distorsi Pembentukan kembali realita secara kasar untuk memenuhi kebutuhan dalam diri seperti keyakinan megalomania yang tidak realistik atau halusinasi. 3. Proyeksi Melihat dan bereaksi terhadap impuls dari dalam diri yang tidak dapat diterima seperti halnya mereka berada dari luar diri mereka sendiri.



8



Contoh : seorang pelajar yang mendapatkan nilai jelek menyalahkan dosen dan menganggap bahwa dirinya adalah korban dari kesalahan dosen tersebut. Immature defenses 1. Acting out Pengekspresian langsung atas sebuah impuls atau keinginan yang tidak disadari untuk menghindari kesadaran akan efek yang ditimbulkan. Acting out mencakup impuls yang terjadi untuk menghindari ketegangan yang dapat terjadi dari penundaan ekspresi. Contoh : Seorang pelajar marah-marah di kelas karena nilai yang didapatkannya buruk. 2. Blocking Secara sementara atau



samar-samar



menghalangi



pikiran



untuk



menghindari tekanan. 3. Hipokondriasis Melebih-lebihkan sebuah penyakit atau gejala somatis sebagai bentuk pecelaan atas dirinya sendiri. Pencelaan terhadap diri sendiri ini merupakan manifestasi dari penyalahan terhadap orang lain atas hal-hal seperti kedukaan, kesepian, atau impuls agresif. 4. Introjeksi Menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang dan impuls permusuhan terhadapnya dengan menginternalisasi sifat-sifat orang tersebut. Bila digunakan sebagai fungsi defensif, dapat menghapus perbedaan antara subyek dan obyek. Dengan introjection dari obyek yang dicintai, maka kesadaran akan perpisahan yang menyakitkan atau ancaman kehilangan dapat dihindari. 5. Passive aggresive Mengungkapkan agresivitas kepada orang lain dengan pasif, masokis, dan melawan diri sendiri. Manifestasi dari gejala ini seperti kegagalan, penundaan, dan penyakit yang lebih mempengaruhi orang lain dibandingkan diri sendiri. Contoh: seorang anak dengan sengaja menelantarkan prestasi akademisnya untuk memancing amarah orang tuanya. 6. Regresi



9



Mencoba untuk kembali ke fase awal dalam hidupnya untuk menghindari ketegangan dan konflik yang ditimbulkan saat perkembangan, Contoh: skizofrenia hebefrenik. 7. Schizoid fantasy Menumbuhkan kemunduran autistik untuk memecahkan konflik dan memperoleh kegembiraan. Keadaan intim secara personal dihindari. 8. Somatisasi Mengubah keadaan psikis menjadi gejala nyata pada tubuh Neurotic defenses 1. Controlling Mencoba untuk



mengatur



sebuah



keadaan



atau



obyek



dalam



lingkungannya secara berlebih untuk meminimalisir keadaan cemas atau konflik internal. 2. Displacement Merubah emosi dari satu ide ke ide lainnya yang menggambarkan hal asli dalam beberapa aspek, namun yang kurang membangkitkan penderitaan. Contoh : Seorang istri yang sangat membenci suaminya dapat membunuh anaknya yang masih bayi. 3. Eksternalisasi Cenderung untuk melihat elemen dunia luar dan obyek eksternal sebagai komponen kepribadian seseorang termasuk impuls secara insting, konflik, mood, tingkah laku dan cara berpikir. 4. Inhibisi Secara tidak sadar membatasi atau mengingkari sebagian dari fungsi ego untuk menghindari kecemasan yang ditimbulkan dari konflik dengan impuls secara insting, superego, atau dorongan lingkungan. 5. Intelektualisasi Menggunakan proses intelektual untuk menghindari ekspresi atau pengalaman afektif. Contoh: memfokuskan diri pada fakta-fakta suatu penyakit daripada menerima kondisinya 6. Isolasi Membagi atau memisahkan sebuah ide dari afek yang mengikutinya namun hal itu direpresi. Isolasi sosial mengacu pada tidak adanya hubungan dari obyek.



10



Contoh : Seorang pelajar jurusan biologi mengorbankan hewan lab tanpa ragu untuk memikirkan mengenai eksistensi, kualitas kehidupan, atau keadaan emosional hewan lab tersebut. 7. Rationalisasi Memberikan penjelasan rasional dalam usaha untuk membenarkan perilaku, keyakinan, atau tingkah laku yang tidak dapat diterima. Contoh : seseorang yang menyetir dalam keadaan mengantuk dan hampir menyebabkan kecelakaan dengan terlambat menginjak rem mangatakan bahwa ia sebenarnya tidak mengantuk dan hanya ingin mengejutkan teman-temannya. 8. Disosiasi Secara sementara dan drastis merubah karakter seseorang untuk menghindari penderitaan emosional. Dengan cara ini, konflik diselesaikan dengan merusak integrasi dari kesadaran, ingatan, atau persepsi dari dunia internal dan eksternal. Contoh : Setelah putus dari pacarnya, kepribadian seseorang dapat berubah secara drastis dari pendiam menjadi seorang yang sangat ramah. 9. Reaction formation Merubah impuls yang tidak dapat diterima menjadi kebalikannya. Contoh : Seorang dengan hasrat seksual yang besar dapat menjadi menjadi aktivis yang menentang pornografi. 10. Represi Membuang atau menahan kesadaran dari sebuah ide atau perasaan. Contoh : seorang pelajar yang iri dengan saingannya mencoba untuk tidak memasukkan keinginan untuk membunuh rival tersebut ke alam sadarnya. 11. Sexualization Memberikan nilai seksual kepada sebuah objek atau fungsi yang sebelumnya belum dimiliki untuk mengusir kecemasan yang berhubungan dengan impuls yang dilarang. Mature defenses 1. Altruisme Menggunakan kepuasan yang membangun dan secara insting untuk melayani sesama dengan menangguhkan kebutuhan atau kepentingan pribadi. 2. Antisipasi Secara realistis merencanakan atau mengantisipasi keadaan yang tidak nyaman dalam diri 11



3. Asceticism Mengurangi efek yang menyenangkan dari perasaan tertentu karena adanya elemen moral yang terkait dengan perasaan tersebut. 4. Humor Menggunakan komedi sebagai sarana mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa ada perasaan tidak nyaman bagi diri kita dan bagi orang lain. 5. Sublimasi Merubah tujuan dari apa yang diinginkan oleh impuls menjadi tujuan yang lebih diterima. Contoh : seorang guru yang tidak senang untuk mengajar mencoba bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan penghargaan sebagai guru teladan. 6. Supresi Keputusan yang dibuat secara sadar atau setengah sadar untuk menunda perhatian terhadap impuls atau konflik. Defensive Functioning Scale Defense level adalah pembagian mekanisme defensi secara konseptual dan empiris menjadi tujuh bagian. Defense level melakukan mediasi bagi reaksi individual terhadap konflik emosional dan stres internal dan eksternal. Adanya defense level ini memudahkan penggunaan defensive functioning scale.4 Untuk menggunakan Defensive Functioning Scale, klinisi harus membuat daftar tujuh pertahanan tertentu (dimulai dengan yang paling menonjol) dan kemudian menunjukkan tingkat pertahanan dominan yang ditunjukkan oleh individu. Ini harus mencerminkan jenis defensi yang digunakan pada saat evaluasi, dilengkapi dengan informasi apa pun yang tersedia tentang pertahanan individu selama periode waktu terakhir sebelum evaluasi. Mekanisme pertahanan khusus yang tercantum bisa diambil dari Tingkat Pertahanan berbeda.2 High adaptive level. Tingkat hasil fungsi defensif ini berada dalam adaptasi yang optimal dalam penanganan stres. Pertahanan ini biasanya memaksimalkan kepuasan dan memungkinkan kesadaran perasaan, gagasan, dan konsekuensinya. Mereka juga mempromosikan keseimbangan optimal antara motif yang saling bertentangan. Contoh : antisipasi, self-assertion, affiliation, selfobservation, altruisme, sublimasi, humor, dan supresi.



12



Mental inhibitions (compromise formation) level. Pertahanan berfungsi pada tingkat ini membuat ide-ide yang berpotensi mengancam, perasaan, kenangan, keinginan, atau takut keluar dari kesadaran. Contoh : displacement, reaction formation, disosiasi, represi, intellectualization, undoing, dan isolation of affect . Minor image-distorting level. Tingkat ini ditandai dengan distorsi pada citra tubuh, diri, atau lainnya yang dapat digunakan untuk mengatur harga diri. Contoh : devaluasi, idealisasi, dan omnipotence. Disavowal level. Tingkat ini ditandai dengan menjaga stres, impuls, ide, afek, atau tanggung jawab yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Contoh : denial, projection, dan rationalization. Major image-distorting level. Tingkat ini ditandai dengan distorsi kasar atau atribut yang salah dari gambar diri atau orang lain. Contoh : autistic fantasy, projective identification, dan splitting of self-image or image of others. Action level. Tingkat ini ditandai dengan fungsi defensif yang berhubungan dengan stres internal atau eksternal dengan sebuah aksi atau penarikan diri. Contoh : acting out, apathetic withdrawal, help-rejecting complaining, dan passive aggression. Level of defensive dysregulation. Tingkat ini ditandai dengan kegagalan regulasi defensif untuk menahan reaksi individu terhadap stres, yang menyebabkan kegagalan dengan realitas objektif. Contoh : delusional projection, psychotic denial, dan psychotic distortion. 2.4 Karakteristik Mekanisme Pertahanan Ego pada Mahasiswa Kedokteran Waqas et al. (2018) dalam penelitiannya pada salah satu perguruan tinggi kedokteran di Pakistan menyatakan bahwa pertahanan ego yang paling umum digunakan oleh mahasiswa kedokteran adalah rasionalisasi, antisipasi, pseudoaltruisme, undoing, dan humor sedangkan mekanisme pertahanan yang jarang digunakan adalah devaluasi, denial, dan disosiasi. Serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh La Cour P. (2002) dimana mekanisme pertahanan ego yang paling sering digunakan oleh mahasiswa kedokteran di Denmark adalah, pseudo13



altruisme, undoing, sublimasi, denial, dan supresi. Penelitiannya menggunakan skala Defense Style Questionnaire (DSQ)-40 untuk mengelompokkan masingmasing mekanisme pertahanan ego menjadi imatur, neurotik, dan matur. Mekanisme pertahanan ini terdiri dari mekanisme pertahanan yang digolongkan sebagai: (a) empat matur: sublimasi, humor, antisipasi, dan supresi; (b) empat neurotik: undoing, pseudo-altruisme, idealisasi, dan pembentukan reaksi; dan (c) dua belas imatur: proyeksi, agresi pasif, acting out, isolasi, devaluasi, fantasi autistik,



penolakan,



displacement,



disosiasi,



splitting,



rasionalisasi,



dan



somatisasi. Selain itu, penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perempuan cenderung memiliki gaya pertahanan neurotik disebabkan oleh fakta bahwa mereka menginternalisasi apa yang mereka pelajari di kelas. Somatisasi sebagai mekanisme pertahanan ego wanita yang signifikan dalam sampel mahasiswa kedokteran disebabkan karena lebih banyak stres dan lebih banyak gejala yang berhubungan dengan stres daripada pria sehingga menghindari perasaan menyakitkan



dalam



pikiran



mereka



dan



mengalaminya



dalam



bentuk



ketidaknyamanan fisik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk memahami stresor dengan menyarankan kewaspadaan mahasiswa perempuan tertentu mengenai fungsi dan reaksi tubuh mereka sendiri. Mahasiswa kedokteran yang berada di tahap preklinik mendapatkan skor lebih tinggi pada gaya pertahanan neurotik dibandingkan mahasiswa yang berada di tahap klinik. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa mahasiswa dalam tahap pendidikan klinik menjadi terbiasa dengan peningkatan stres selama bertahun-tahun, dan dengan demikian mengembangkan keterampilan koping yang lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang berada dalam tahap preklinik yang beradaptasi dengan tuntutan penuh tekanan dari pendidikan kedokteran.



14



Sumber : Waqas et al.,2018



Sumber : La Cour P, 2002



15



1.



Rasionalisasi dan Denial Rasionalisasi didefinisikan oleh DSM sebagai penjelasan yang dapat



diterima secara sosial dan tampaknya logis untuk suatu tindakan atau keputusan yang sebenarnya dihasilkan oleh impuls tak sadar. Penggunaan adaptif dari mekanisme pertahanan rasionalisasi dan denial adalah keharusan bagi para mahasiswa untuk menghadapi kenyataan yang luar biasa sulit dari penyakit dan penderitaan manusia. La Cour melaporkan bahwa penggunaan rasionalisasi membantu mahasiswa kedokteran dalam berurusan dengan kejujuran di tempat kerja mereka. Di sisi lain, penggunaan mekanisme yang maladaptif dari 16



rasionalisasi dan denial dapat meningkatkan kekakuan emosional dan kurangnya pemahaman



pada



tingkat



perasaan



dan



karenanya



merupakan



bahaya



perkembangan bagi mahasiswa kedokteran. (Waqas et al.,2018) 2.



Antisipasi Mengantisipasi konsekuensi dari peristiwa masa depan yang mungkin terjadi



dan mempertimbangkan respons atau solusi alternatif yang realistis terhadap peristiwa tersebut. Mekanisme pertahanan ini sangat sering dijumpai oleh mahasiswa kedokteran disebabkan karena jenjang pendidikan kedokteran yang cukup lama serta kebutuhan dalam mempersiapkan bekal dalam menjalani tahap klinik. 3.



Undoing Temuan ini dapat dijelaskan oleh sifat 'hierarkis' dari profesi medis yang



sangat kompetitif sebagai tuntutan dari kurikulum sehingga mekanisme pertahanan undoing dapat dianggap sebagai strategi yang efektif dan adaptif di bidang persaingan. 4.



Pseudo-Altruism Keadaan ini merujuk pada teori bahwa kebutuhan untuk membantu orang



lain pada dasarnya dapat dipahami sebagai kebutuhan untuk membantu diri sendiri. Hal ini sering diaplikasikan oleh mahasiswa kedokteran terutama dalam kegiatan akademik. 5.



Sublimasi Mekanisme pertahanan sublimasi dapat mencerminkan tingkat disiplin yang



tinggi yang harus diharapkan mahasiswa dari diri mereka sendiri dan untuk mengelola materi kedokteran yang tampaknya tidak terbatas untuk dipelajari. Mekanisme ini tentu saja, juga sangat adaptif. Di sisi lain mungkin mahasiswa kedokteran cenderung merasa butuh variasi kegiatan dalam menjalani proses kehidupan. 17



6.



Supresi Shaw et al. (2001), melaporkan kecenderungan ke arah hedonism seiring



dengan tahun-tahun studi. “Sekolah kedokteran mengajarkan mereka untuk bekerja sangat keras.” Hedonisme dapat dilihat sebagai reaksi terhadap tingginya tingkat disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu mahasiswa kedokteran sering menggunakan supresi untuk menghadapi kecenderungan perilaku hedonisme. Keterkaitan Kepribadian Mahasiswa kedokteran mungkin memiliki karakteristik kepribadian yang unik. Menurut Shaw et al. (2001), mahasiswa kedokteran itu memiliki kepribadian mandiri dan perfeksionis. Pengaruh dan tekanan khusus dari program studi kedokteran, seperti tekanan waktu, lingkungan yang kompetitif, persaingan yang tinggi, dan sejumlah stresor pribadi seperti kematian pasien, memiliki efek pada perkembangan dan kepribadian mahasiswa di sekolah kedokteran. Pseudoaltruisme dapat menjadi prediktor positif dari domain kepribadian maladaptif. Kepribadian maladaptif yang dimaksud adalah kecemasan, labilitas emosional, dan permusuhan. Hal ini dapat dikaitkan dengan hipotesis bahwa menunjukkan sikap altruistik dan prososial mungkin merupakan upaya untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari orang lain pada orang yang memiliki domain kepribadian maladaptif.9 Dari hasil analisis korelasional mengenai kelompok-kelompok mekanisme pertahanan spesifik dan gangguan kepribadian menurut clusternya didapatkan korelasi yang signifikan positif maupun negatif antara mekanisme pertahanan yang imatur dan kelompok-kelompok mekanisme pertahanan lainnya (neurotik dan matur) dengan gangguan kepribadian. Mekanisme pertahanan somatisasi berkorelasi positif dengan gangguan kepribadian paranoid. Pseudo-altruisme berkorelasi negatif dengan gangguan kepribadian schizoid dan antisosial. Supresi berkorelasi negatif dengan hampir semua gangguan kepribadian kecuali antisocial dan schizoid. Antisipasi berkorelasi positif dengan gangguan kepribadian histrionik. Sublimasi berkorelasi positif dengan gangguan kepribadian narsisistik. 18



Humor berkorelasi negatif dengan gangguan kepribadian schizoid. Rasionalisasi berkorelasi positif dengan gangguan kepribadian narsisistik, histrionik, dan schizoid.11



Gangguan Jiwa Gangguan depresi dan gangguan cemas memiliki angka yang rendah pada penggunaan mekanisme matur, sebaliknya gangguan depresi dan gangguan cemas memiliki angka yang tinggi dengan mekanisme pertahanan yang imatur didukung oleh beberapa penelitian, termasuk yang oleh Spinhoven dan Kooiman, Blaya, et al., Carvalho, et al.10 Mereka mengatakan bahwa mekanisme pertahanan yang matur meningkatkan kesehatan mental karena memungkinkan seseorang untuk melihat lingkungannya dengan cara yang positif, meskipun sedikit terdistorsi, meningkatkan harga dirinya dan melindunginya dari depresi dan kecemasan. 19



Pernyataan berikut oleh seorang mahasiswa mengisyaratkan bagaimana mekanisme matur melindungi dari kecemasan dan depresi : “Aku punya begitu banyak ujian akhir-akhir ini. Saya sangat lelah dan mulai memiliki pikiran negatif. Saya mengatasinya dengan melukis, mendengarkan musik, atau olahraga ”(sublimasi dan supresi). Sebaliknya, mekanisme pertahanan imatur meski ada nilai adaptif tetapi lebih cenderung dikaitkan dengan manifestasi psikiatrik, termasuk kecemasan dan depresi. Namun, beberapa mekanisme pertahanan memiliki asosiasi yang tidak terduga. Misalnya, penggunaan rasionalisasi yang lebih dominan dikaitkan tidak hanya dengan kecemasan dan depresi yang rendah tetapi juga dengan kinerja akademik yang lebih baik. Disosiasi dan Denial juga menunjukkan asosiasi yang mengejutkan. Terlepas dari kenyataan bahwa keduanya dikategorikan imatur, ditemukan bahwa pada mahasiswa kedokteran, skor yang lebih tinggi pada disosiasi melindungi terhadap depresi dan kecemasan sementara penggunaan denial yang lebih besar melindungi terhadap depresi. Baru-baru ini beberapa penulis telah menyadari pentingnya adaptasi pertahanan ini. Bowins menyatakan bahwa bentuk disosiasi ringan, seperti depersonalisasi atau derealization dan denial dapat menjadi sangat adaptif dalam stres akut. Ketika mengalami perasaan tertekan akan kematian dan penderitaan pasien di rumah sakit, mahasiswa kedokteran menggunakan mekanisme pertahanan ini untuk menjaga kesehatan psikologisnya. Beberapa pernyataan mahasiswa dalam sebuah penelitian. Misalnya, salah satu mahasiswa melaporkan episode disosiasi ringan setelah menyaksikan kematian pasien untuk pertama kalinya : “Saya merasakan kematian pasien pertama saya di bulan pertama pada pendidikan klinik . Itu sangat menghancurkan bagi saya sehingga saya kehilangan akal sehat. Saya bingung dengan realitas alam dan terus mempertanyakannya. Saya tinggal dalam kondisi ini selama seminggu.” Mahasiswa lain mengisyaratkan penggunaan denial dengan mengatakan, “Saya kagum melihat betapa sedikitnya kita menyadari kematian terjadi di sekitar kita di bangsal.”



Tatalaksana 20



Aspek utama yang perlu dilakukan adalah dengan menginstruksikan mengenai penggunaan mekanisme ego yang tepat sehingga tidak menjadi maladaptif. Terapi dapat dilakukan secara bertahap bila perlu dapat dilakukan konsultasi kepada terapis agar



dapat membantu dalam mengatasi dan



mengarahkan penggunaan mekanisme pertahanan ego yang dominan sehingga tidak menjadi maladaptif. Terapis harus menjelaskan sifat mekanisme yang maladaptif dan mengajarkan kepadanya bagaimana menggunakan cara yang lebih tepat untuk menangani peristiwa yang membuat stres.5 Misalkan, pada penggunaan mekanisme rasionalisasi yang dominan maka cara terbaik bagi seorang terapis untuk menangani rasionalisasi adalah dengan secara intensif membantah argumentasi dan kohesif secara sepotong demi sepotong. Sangat penting bagi terapis untuk membantu mengarahkan ke suatu logika yang tepat. Terapis harus memahami bahwa dekompensasi dari mekanisme pertahanan maladaptif ini kemungkinan akan



menimbulkan



mekanisme



pertahanan



maladaptif lainnya. Penggunaan mekanisme undoing yang dominan dapat menimbulkan maladaptif. Hal pertama ketika terapis menyadari bahwa seseorang menggunakan perilaku undoing adalah menilai tindakan yang menurutnya perlu menggunakan undoing . Perilaku itu perlu diselidiki untuk menentukan faktor rasa bersalah yang terkait dengan perilaku yang perlu diatasi.11



21



BAB III KESIMPULAN



Mekanisme pertahanan ego adalah proses psikologis tidak sadar yang membantu seseorang mengatasi kecemasan akibat tekanan dari lingkungan internal atau eksternal. Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis). Mekanisme Pertahanan Ego terdiri dari pertahanan narsistik, pertahanan imatur, pertahanan neurotik, dan pertahanan matur. Pertahanan narsistik terdiri dari denial, distorsi, dan proyeksi. Pertahanan imatur terdiri dari acting out, blocking, hipokondriasis, introyeksi, passive aggresive behaviour, regresi, schizoid fantasy, dan somatisasi. Pertahanan neurotik terdiri dari controlling, displacement, eksternalisasi, inhibisi, intelektualisasi, isolasi, rasionalisasi, disosiasi, reaction formation, represi, dan seksualisasi. Pertahanan matur terdiri dari altruisme, antisipasi, asceticism, humor, sublimasi, dan supresi. Tetapi secara umum penggunaan mekanisme pertahanan ego dapat dibagi menjadi mekanisme pertahanan adaptif dan maladaptif. Mekanisme pertahanan ego yang paling umum digunakan oleh mahasiswa kedokteran adalah rasionalisasi, antisipasi, pseudo-altruisme, undoing, dan humor sedangkan mekanisme pertahanan yang jarang digunakan adalah devaluasi, denial, dan disosiasi. Penggunaan mekanisme pertahanan yang maladaptif dapat merupakan tanda adanya suatu gangguan kepribadian dan dapat berkorelasi positif atau negatif terhadap gangguan jiwa seperti cemas dan depresi. Terapi ditujukan untuk menginstruksikan mengenai penggunaan mekanisme ego yang tepat sehingga tidak menjadi maladaptif.



22



DAFTAR PUSTAKA



1. Kaplan & Sadock. ”Theories of Personality and Psychopathology” in Comprehensive Textbook of Psychiatry. Ed 9. USA: Lippincot Williams &Wilkins; 2009. 2. Elvira SD, Hadisukanto G, ed. Buku Ajar Psikiatri. Ed 1. Indonesia: Badan Penerbit FKUI; 2010 3. The Diagnostic and Statistical Manual, Fourth Edition, Text Revision (DSMIV-TR). Defensive Functional Scale. 2000. 4. Cramer P, College W. Defense Mechanism in Psychology Today : Further Process for Adaptation. American Psychologist Association. 2000. 5. Waqas, A. et al. (2018) ‘Exploring clusters of defense styles, psychiatric symptoms and academic achievements among medical students: A crosssectional study in Pakistan’, BMC Research Notes. BioMed Central, 11(1), pp. 1–6. 6. La Cour, P. (2002) ‘Psychological defenses of Danish medical students’, Journal of Nervous and Mental Disease, 190(1), pp. 22–26. 7. Grebot E, Paty B, Girarddephanix N (2006) ‘Relationships between defense mechanisms and coping strategies, facing exam anxiety performance’ (Article in French). Encephale, pp. 315–24. 8. MacCann C, Fogarty GJ, Zeidner M, Roberts RD. (2011) ‘Coping mediates the relationship between emotional intelligence (EI) and academic achievement’. Contemp Educ Psychol. 36:60–70. 9. Parekh, M. A. et al. (2010) ‘Ego defense mechanisms in Pakistani medical students: A cross sectional analysis’, BMC Psychiatry, 10. 10. Shaw DL, Wedding D, Zeldow P, Diehl N (2001) Special problems of medical students. In D Wedding (Ed), Behavior and medicine (pp 66–84). Seattle: Hogrefe & Huber. 11. BİLGE, Y. (2018) ‘Kişilik Bozuklukları ve Savunma Mekanizmaları’, Journal of Turkish Studies, 13(Volume 13 Issue 10), pp. 145–167.



23