Referat Sadt [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang



Darah



merupakan



suatu



suspensi



sel



dan



fragmen



sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk



plasma. Fungsi



utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Pemeriksaan pemeriksaan



sediaan



darah



apus



rutin



dan



darah



tepi



pemeriksaan



Pemeriksaan darah rutin terdiri dari Hemoglobin,



merupakan penyaring. jumlah



sel



darah putih, hitung jenis sel darah putih, dan laju endap darah. Pemeriksaan penyaring tediri dari gambaran darah tepi, jumlah sel darah merah, hematokrit,



indeks sel darah merah, jumlah



retikolosit,dan trombosit. Sediaan



apus darah



tepi menurut



jenisnya



dibagi



menjadi



dua yaitu sediaan apus darah tipis dan sediaan apus darah tebal. sediaan apus darah mempunyai kegunaan dalam bidang parasitologi dan hematologi. Sediaan apus darah tipis yang baik harus memenuhi syarat yaitu lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca,



ekornya tidak terbentuk seperti



bendera robek, secara penebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala



kearah ekor,



1



tidak berlubang-lubang,



tidak terputus-putus, tidak terlalu tebal dan pewarnaan yang baik. Pada referat ini akan dibahas mengenai pemeriksaan apusan darah tepi dan cara pembacaan sediaan apus darah tepi B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah : 1. Mengetahui tujuan pemeriksaan apus darah tepi 2. Mengetahui syarat pembuatan apus darah tepi yang baik 3. Mengetahui cara membaca sediaan apus darah tepi



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis



yaitu



eritrosit,



leukosit



dan trombosit. Volume darah



secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah



mampu mengangkut



secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, pernapasan dalam



(respiratory



bentuk



heme,



protein)



yang



yang



merupakan



protein



mengandung tempat



besi



terikatnya



molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan



3



menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat- obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. Komposisi Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: a. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak



dianggap



sebagai



sel



mengandung hemoglobin dan darah



merah



juga



dari



segi



mengedarkan



berperan



biologi.



Eritrosit



oksigen.



Sel



dalam penentuan golongan



darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. b. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk tetap.



Orang



yang



kelebihan



leukositmenderita



yang



penyakit



leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. c. Plasma darah



4



Pada



dasarnya



albumin,



bahan



adalah



larutan



pembeku



air



darah,



yang



mengandung :



immunoglobin



(antibodi),



hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam. B. Antikoagulansia untuk Pemeriksaan Hematologi Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan tersebut antara lain : EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garamgaram itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan darah, antikoagulan EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah, sampel darah EDTA memiliki batasan waktu penyimpanan maximal selama 2 jam, karena jika lebih dari batasan waktu eritrosit dapat membengkak dan trombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 ml darah. EDTA sering



dipakai



dalam



bentuk



larutan



10%.



Kalau



ingin



menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai. Akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisi EDTA dan darah selama 1-2 menit, karena EDTA kering lambat melarut Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena mahal harganya. Tiap 1 mg heparin mencegah membekunya 10 ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering.



5



Natriumsitrat



dalam



larutan



3,8%,



yaitu



larutan



yang



isotonic dengan darah. Dapat dipakai dalam beberapa macam percobaan



hemoragik



dan



untuk



laju



endap



darah



cara



westergren. Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan Heller yang juga dikenal sebagai campuran oxalate seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa. Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit membengkak, dan



jika



kaliumoxalat



tersendiri



menyebabkan



eritrosit



mengerut.campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3 : 2 tidak



berpengaruh



terhadap



besarnya



eritrosit



(tetapi



berpengaruh terhadap morfologi leukosit). Larutan pokok : amoniumoxalat 12 g, kaliumoxalat 8 g, aquadest ad 1000 ml. botol atau tabung diisi dengan 0,2 atau 0,5 ml larutan itu, kemudian dikeringkan pada suhu kurang dari 70 derajat Celcius. Ke dalam botol tersebut kemudian dimasukkan 2 atau 5 ml darah untuk pemeriksaan hematologi.



C. Darah EDTA untuk Pemeriksaan Hematologi Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah eritrosit, leukosit, trombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap darah menurut westergren dan wintrobe. Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera karena eritrosit dapat membengkak dan trombosit dapat mengalami disintegrasi bila pemeriksaan terlalu lama ditunda. Kalau terpaksa ditunda boleh disimpan dalam lemari es (40C). Untuk membuat sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam. D. Sediaan Apus Darah Tepi



6



Sediaan apus darah (sediaan apus darah tepi / preparat darah) adalah



salah



satu



teknis



pemeriksaan



sel-sel



darah



menggunakan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan juga infeksi parasit, seperti malaria. Pembuatan preparat sediaan apus menilai



berbagai unsur



leukosit,



trombosit



sel



dan



darah



mencari



darah tepi



adalah



seperti



untuk



eritrosit,



adanya parasit seperti



malaria, microfilaria dan lain sebagainya. Bahan pemeriksaan yang



digunakan



biasanya



adalah



darah



kapiler



tanpa



antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1 mg/ cc darah. Ciri sediaan apus yang baik : a. Sediaan tidak melebar



sampai



tepi



kaca



objek,



panjangnya1/2 sampai 2/3 panjang kaca. b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada



bagian



itu eritrosit tersebar rata berdekatan dan



tidak saling bertumpukan. c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergarisgaris. d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen. Teknik pemeriksaan apus darah tepi : Sediaan apus darah terdiri atas bagian kepala dan bagian ekor. Pada bagian kepala sel-sel eritrosit,



sehingga



bertumpuk-tumpuk



bagian



ini



terutama



tidak dapat dipakai untuk



pemeriksaan morfologi sel. Eritrosit sebaiknya diperiksa di bagian belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama lain. Morfologi SADT • Dibedakan atas : kepala dan ekor • Bagian badan dibagi beberapa zona: Zona I : irregular, tidak teratur,berdesakan, 3% Zona II : tipis,tidak rata,berdesakan, 14% Zona III : tebal, bergerombol,rouleux, 45% Zona IV : sama zona II,tipis, 18%



7



Zona V



:even zona, tidak berdasarkan, tidak bertumpukan,



Zona VI



regular, rata, bentuk utuh, 11% : sangat tipis, lebih longgar dan jarang, 9%



Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi Bahan  Darah tanpa antikoagulan (darah vena atau kapiler), bila darah kapiler digunakan maka tempak jelas agregasi trombosit, sedangkan pada darah vena terdapat agregasi 



ringan Darah dgn antikoagulan (EDTA), chelasi kalsium sehingga mencegah



agregasi



trombosit



dan



trombosit



akan



tersebar merata Antikoagulan  K2EDTA : direkomendasikan oleh ICSH (International Committee for Standardization in Haematology) : 1,5-2,2 mg/mL  K3EDTA : ukuran sel mengecil = hematokrit rendah  Na2EDTA : kurang larut dibandingkan garan kalium EDTA yg berlebihan mempengaruhi morfologi sel



saat



pewarnaan Alat  



Gelas obyek Kaca penghapus



Cara Pembuatan 1. Wedge spread film :



hapusan manual diatas gelas



obyek  Gelas obyek harus bersih dan bebas minyak  Spreader untuk membuat hapusan ukurannya lebih  



sempit dibandingkan ukuran slide Teteskan satu tetes darah didekat ujung slide Letakkan spreader dgn sudut 25-30° di depan tetesan darah



8







Dorong spreader kebelakng kemudian hapuskan ke depan dengan halus dan cepat sehngga terbentuk







hapusan tipis menyebar di atas gelas obyek Keringkan di udara kemudian difiksasi dgn metanol



absolut selama 10-20 menit kemudian diwarnai 2. Hapusan otomatis Hapusan cara Wedge dapat dilakukan dengan spreader mekanik yang diintegrasikan dalam mesin pewarnaan atau automated full blood counter 3. Hapusan dari darah dgn Ht tinggi Bila Ht>60%, Hb>20g/dL  sulit untuk membuat sediaan hapus yang baik sehingga untuk pembuatan sediaan; campurkan setetes darah dengan setetes saline fisiologis atau plasma darah gol AB untuk menurunkan viskositas sehingga dapat dibuat sediaan hapus yang baik 4. Buffy coat film Digunakan untuk mengkonsentrasikan sel yang berinti (misalnya pada jumlah lekosit yang rendah). Darah dengan antikoagulan disentrifugasi kemudian diambil buffy coatnya (setetes) dan dicampur dgn setetes plasma EDTA autolog dan dilakukan hapusan seperti biasa



Pewarnaan Sediaan Apus Darah Tepi Prinsip Pewarnaan Prinsip pewarnaan Romanowsky:  Basic dye atau cationic dye (spt Azure B) : biru atau biru violet, mewarnai asam nukleat (berikatan dgn phosphat dari DNA dan RNA), nukleoprotein, granula basofil, dan 



berikatan secara lemah dgn granula netrofil Acidic dye atau anionic dye (seperti eosin) : merah atau orange, hemoglobin, granula eosinofil, dan juga berikatan dgn protein inti kationik (mewarnai inti)



Reagen: a. Metanol absolut untuk fiksasi



9



b. Pewarnaan Romanowsky : - MGG (May Grunwald Giemsa) - Wright - Wright Giemsa c. Bufer fosfat (pH 6,4) Cara Pembuatan: 1. Dilakukan fiksasi dgn metanol absolut selama 10 menit 2. Teteskan wright diatas hapusan sehingga seluruh hapusan tertutup merata minimum 1 menit 3. Teteskan buffer phosphat dlm jumlah yang sama pada sediaan dan diamkan selama 4-6 menit 4. Dicuci dgn air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna dan bersihkan bagian belakang slide 5. Keringkan di udara



E. Hitung Darah Lengkap Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’, memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk eritrosit, leukosit dan trombosit. Hasil tes menyebutkan jumlahnya dalam darah (misalnya jumlah sel per millimeter kubik) atau persentasenya. Tes Sel Darah Merah (Eritrosit) Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas mengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah, hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain, dan hematokrit (Ht atau HCT) yang mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. F. Kelainan Morfologi Sel Darah Tepi



10



Kelainan morfologi eritrosit Eritrosit normal berukuran 6-8 um. Dalam sediaan apus, eritrosit normal berukuran sama dengan inti limposit kecil dengan area ditengah berwarna pucat. Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan



ukuran



(size),



bentuk



(shape),



warna



(staining



characteristics) dan benda-benda inklusi. Kelainan ukuran eritrosit : 1. Mikrosit Sel ini dapat berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat pula terjadi pada anemia defisiensi besi. 2. Makrosit Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 um. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik. 3. Anisositosis Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apus darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi. Kelainan bentuk eritrosit : a. Ovalosit Ovalosit adalah eritrosit yang berbentuk lonjong. b. Sperosit Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan lebih tebal dari eritrosit normal. c. Schitosit atau fragmentosit Sel ini merupakan pecahan eritrosit. d. Sel target atau leptosit atau sel sasaran Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya, disebut juga sebagai sel sasaran e. Sel sabit atau sickle cell Sel seperti ini didapatkan pada penyakit sel sabit yang homozigot (SS). berbentuk



Untuk



sabit,



mendapatkan



eritrosit



yang



eritrosit diinkubasi terlebih dahulu



dalam keadaan anoksia dengan menggunakan zat reduktor



11



(Na2S2O5 atau Na2S2O3). Hal ini terutama dilakukan pada penyakit sel sabit heterozigot. f. Krenasi Sel seperti ini merupakan artefak, dapat dijumpai dalam sediaan apus darah tepi yang telah disimpan 1 malam pada



suhu



200



C



“washed packed cell” g. Sel Burr Sel ini adalah fragmentosit



atau eritrosit yang berasal dari



eritrosit



yang



kecil



atau



yang mempunyai duri satu atau lebih pada



permukaan eritrosit. h. Akantosit Sel ini disebabkan



oleh



membran eritrosit. Pada



metabolisme keadaan



ini



fosfolipid tepi



dari



eritrosit



mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri. i. Tear drop cells Eritrosit yang mempunyi bentuk seperti tetesan air mata. j. Poiklositosis Poiklositosis adalah istilah yang menunjukkan bentuk eritrosit yang bermacam-macam dalam sediaan apus darah tepi. k. Rouleaux atau auto aglutinasi Reuleaux tersusun dari 3-5 eritrosit yang membentuk barisan sedangkan auto aglutinasi adalah keadaan dimana eritrosit bergumpal. Kelainan warna eritrosit



Eritrosit Normal



Mikrositik



Hipokrom 



Hipokrom



12



Eritrosit yang tampak pucat. Eritrosit hipokrom disebabkan kadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.  Polikrom Eritrosit polikrom adalah eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal. Polikromasi suatu keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada preparat sediaan apus darah tepi, keadaan ini berkaitan dengan retikulositosis. Benda-benda Inklusi dalam Eritrosit Dilaporkan



ada



tidaknya



badan



inklusi



seperti



basophilic



stippling, Howell-Jolly bodies, cincin Cabot, Nucleated RBC atau eritrosit berinti, atau parasit (seperti Plasmodium spp)



13