Refleksi Diri 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Refleksi Diri Akhir Modul Kolaborasi dan Kerjasana Tim Kesehatan I Preticia, 1506723465, Kedokteran Gigi, IPE-22 Rumpun Ilmu Kesehatan di Universitas Indonesia terdiri dari 5 jurusan yaitu Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi, Ilmu Keperawatan & Kesehatan Masyarakat. Masing-masing profesi memiliki karakterisitik tersendiri dengan peran yang berbeda pula. Meski berada dalam satu rumpun ilmu yang sama, banyak orang awam di luar sana dan saya sendiri sebagai seorang mahasiswa tahun pertama beranggapan bahwa kelima jurusan tersebut tidak sepenuhnya saling berhubungan seperti saat dalam dunia kerja, dokter umum dan dokter gigi yang membuka tempat praktik sendiri yang dibantu oleh perawat, obat yang diresepkan ditebus di apotik di mana hal ini melibatkan jurusan farmasi, sedangkan profesi kesehatan masyarakat berperan dalam menyelenggarakan penyuluhan kesehatan secara umum. Namun, setelah satu semester melewati modul kolaborasi tim kesehatan ini, hal yang berkesan bagi saya adalah saat melakukan diskusi kelompok dengan metode Team Based Learning di mana satu kelas kolaborasi dibagi menjadi dua kelompok kecil dan bersama-sama menjawab soal dengan cara yang unik sebagaimana sulit untuk dideskripsikan. Kekompakkan saat diskusi inilah baru saya rasakan ketika memang kelompok kecil kami terlalu bersemangat dan ambisius. Di sisi lain, saya juga mendapatkan sebuah pengalaman yang sulit untuk dilupakan, yaitu saat kelima profesi tersebut bekerja sama dalam sebuah group project. Group project ini bisa dikatakan merupakan pengalaman pertama saya yang harus melibatkan diri dalam masyarakat seperti mewawancarai satpam dan cleaning service. Group project tersebut diketuai oleh mahasiswa kedokteran bernama Eghar yang bertugas dalam memimpin dan mengarahkan setiap diskusi kelas yang kita jalani. Pembagian tugas selalu dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama dengan deadline yang sudah ditetapkan. Saya merasa bahwa masalah mulai muncul ketika seluruh mahasiswa dalam kelas ini terlibat dalam



melakukan tugas kelompok sesudah pembagian tugas. Masalah yang sering ditemukan adalah keterlambatan sewaktu hendak menggabungkan isi proposal karena pengumpulan tugas setiap mahasiswa sering lewat dari deadline. Selain itu, saat progress ditanyakan di dalam group chat, saya merasa ada beberapa mahasiswa yang kurang tanggap dan cenderung apatis sehingga komunikasi antarmahasiswa kurang efektif dan informasi tidak tersalurkan dengan baik. Kesulitan yang saya peroleh dari diri sendiri adalah ketidakmampuan berkomunikasi secara lancar dengan mahasiswa lain sehingga saya merasa ada sedikit miskomunikasi dengan mereka. Masalah lain juga ditemukan saat project intervention di mana tugas yang seharusnya dikerjakan bersama – sama oleh seluruh anggota kelompok yang kenyataannya hanya dikerjakan oleh sebagian orang saja dengan alasan mendadak ataupun tidak ada kabar sama sekali dalam group chat. Hal ini menyebabkan tertundanya tugas kelompok karena kekurangan sumber daya manusia terutama dalam hal membuat celengan untuk intervensi dan pengumpulan data saat wawancara saat praintervensi. Selain itu, ketidakhadiran semua anggota dalam kelompok juga menyebabkan hanya beberapa orang saja yang mengetahui apa yang harus dikerjakan sehingga hal ini akan menghambat atau menjadi beban bagi mahasiswa lain. Pada tahap paling terakhir dari group project ini yaitu mempresentasikan poster, saya merasa sedikit kecewa karena orang yang berpartisipasi hanya beberapa orang yang saya merasa dari awal memang memiliki motivasi bekerja sama. Lesson learned yang diperoleh dalam proses belajar adalah modul ini sebenarnya merupakan gambaran awal bagi saya sebagaimana nantinya akan saya akan hadapi ketika terjun di dalam klinik dan komunitas, terutama bekerja sama secara interprofessional. Saya menyadari bahwa memang setiap anggota tim akan menjadi profesional di bidangnya dan kerja sama yang baik akan menghasilkan pelayanan yang baik pula. Kolaborasi yang dilakukan harus dapat menguatkan hubungan masing-masing anggota dengan keahlian yang berbeda tersebut dengan suatu tujuan jelas yang diharapkan bersama, pemahaman mengenai tugas dan tanggung



jawab



masing-masing



anggota,



komunikasi



interprofesional,



kepercayaan, rasa hormat, pengertian, dukungan, apresiasi, kepemimpinan yang baik dan efektif, serta strategi dan mekanisme kerja sama yang mendukung tercapainya tujuan utama tersebut.1 Bilamana kebersamaan tim kolaborasi kesehatan dapat terjaga, maka hasil yang diharapkan akan tercapai. Hasil yang dapat terukur dari kerjasama yang efektif dalam dunia kesehatan dapat dilihat dari segi keuntungan organisasinya, yaitu waktu dan biaya hospitalisasi yang kurang, pelayanan kesehatan yang efisien dan keberagaman komunikasi antarprofesi meningkat. Di sisi lain, keuntungan tim yang diperoleh berupa koordinasi pelayanan berkembang dan kualitas pelayanan dan hasil kesehatan meningkat. Untuk keuntungan pasien, pasien mendapatkan kepuasan yang maksimal, memperoleh kejelasan peran dari masing-masing profesi, kesalahan medis juga berkurang. Keuntungan anggota tim dapat berupa kesejahteraan meningkat, aksesibilitas yang lebih baik untuk pasien, dan kepuasan kerja meningkat.2 Namun, jika dilihat dari segi hambatan komunikasi yang bisa saja menyebabkan



kegagalan



komunikasi,



terutama



dalam



hal



komunikasi



interprofesional, hal tersebut dapat menimbulkan mekanisme kolaborasi dan kerjasama tim tidak efisien, ada tekanan, keterlambatan, hal-hal yang dianggap kurang baik dalam menjaga efisiensi, pemborosan sumber daya, dan yang terpenting yaitu ketidaknyamanan pasien.3 Walaupun banyak jenis konflik yang dapat terjadi, hal terpenting yang harus dipikirkan adalah keselamatan pasien atau patient safety yang harus dijadikan acuan bagi setiap profesi kesehatan sehingga saya sebagai mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan harus mengerti sedini mungkin seluruh hal-hal yang berkaitan dengan kolaborasi antarprofesi. Oleh karena itu, action plan yang akan saya lakukan adalah membenahi kemampuan saya dalam berkomunikasi dengan mahasiswa lain dan masyarakat serta lebih sering bersosialisasi agar saya tidak mengalami kesulitan berkomunikasi di masa yang akan datang. Selain itu, saya ingin membantu menyadarkan mahasiswa lain untuk menyeimbangkan pekerjaan individu di fakultas dengan kegiatan kolaborasi itu sendiri sehingga tugas kelompok dapat terselesaikan tepat waktu dan tidak membebankan mahasiswa lain. Saya juga



harus dapat membantu teman lainnya jika ada yang membutuhkan bantuan dan juga bersikap lebih responsif di dalam group chat agar mahasiswa lain ikut berpartisipasi dalam diskusi di dalam group chat. Demikian jabaran refleksi diri mengenai modul dan tim kolaborasi kesehatan yang dapat saya berikan. Semoga kesalahan yang ada dapat menjadi pembelajaran bagi saya sendiri maupun orang lain dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



Referensi 1



Family Health Teams. Guide to Collaborative Team Practice. Ontario; 2005.



2



Mickan SM. Evaluating the effectiveness of health care teams. Australian Health



Review, 2005, 29(2):211-217 3



Lingard L, Espin S, Whyte S, Regehr G, Baker GR, Reznick R, Bohnen J, Orser B,



Doran D, Grober E. Communication Failures in the Operating Room: An Observational Classification of Recurrent Types and Effects. Qual Saf Health Care 2004; 13: 330-334.