Rekayasa Genetik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak jaman dahulu kala, nenek moyang telah mengenal beraneka ragam mahkluk hidup. Beragamnya mahkluk hidup memberikan kemungkinan bagi manusia untuk memilih sesuai dengan yang dikehendakinya. Keanekaragaman ini sudah dapat dilihat pada salah satu jenis mahkluk hidup, misalnya yaitu padi. Padi pada saat ini memiliki sifat yang berbeda-beda, ada padi yang umurnya pendek, ada pula yang umur panennya panjang, ada padi yang bijinya wangi dan ada pula yang tidak wangi dan lan sebagainya. Tidak puas dengan memilih kombinasi sifat yang sudah ada di alam, manusia melakukan usaha untuk membuat kombinasi baru dari sifat-sifat yang diinginkan. Cara klasik yang telah dilakukan oleh para pendahulu untuk mendapatkan kombinasi sifat yang diinginkan adalah dengan melakukan persilangan (breeding). Para ahli melakukan pemuliaan tanaman telah melakukan persilangan-persilangan untuk menghasilkan berbagai jenis ternak dan berbagai jenis tanaman yang memiliki kombnasi sifat-sifat unggul. Perkembangan IPTEK adalah sebuah fenomena dan fakta yang jelas dan pasti terjadi sebagai proses yang berlangsung secara terus menerus bagi kehidupan global yang juga tidak mengenal istilah berhenti. Genetika dan klon gen akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup drastis dan meminta perhatian perhatian yang cukup serius di kalangan manusia pada umumnya. Melalui rekayasa genetika dan kloning gen didapat produk-produk yang dihasilkannya telah menantang gagasan tradisional mengenai hakekat kehidupan dan memunculkan berbagai persoalan, pertanyaan-pertanyaan etis, dan tingkat kekhawatiran manusia yang sangat mencemaskan terhadap seluruh perkembangan dan hasil rekayasa genetika tersebut. Pada saat ini penggunaan GMO atau Genetically Modified Organism telah meluas dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini. GMO yang merupakan hasil rekayasa genetika, tidak dapat disangkal mempunyai beberapa kelebihan. Beberapa produk pertanian yang merupakan GMO bisa tahan terhadap hama, tahan terhadap berbagai penyakit, penggunaan pestisida yang lebih sedikit, mempunyai penampilan yang menarik, mempunyai nutrisi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan produk yang asli, dan lain sebagainya. Beberapa kelebihan dari GMO’s tersebut diklaim dapat mengatasi masalah populasi dan pangan yang dihadapi oleh dunia. Ditemukan dampak negatif dari GMO’s yang 1



diketahui mempunyai permasalahan dan resiko sendiri seiring berkembangnya penggunaan GMO tersebut. Produk-produk GMO sangat berpeluang untuk mempengaruhi kesehatan manusia, kesehatan makanan, serta permasalahan lingkungan yang muncul akibat dari GMO. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan GMO dapat mempengaruhi lingkungan dan spesies yang ada dalam lingkungan tersebut, seperti dalam kasus kupu-kupu monarch. Dengan telah ditemukannya DNA sebagai bahan gen, manusiapun berupaya untuk mendapatkan kombinasi sifat-sifat baru suatu mahkluk hidup dengan cara melakukan perubahan langsungpada DNA genomnya. Usaha untuk mengubah DNA genom secara langsung ini disebut sebagai Rekayasa Genetika atau Genetic Engineering. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, manusia menggunakan teknologi DNA rekombinan.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian rekayasa genetika (DNA Rekombinan)? 1.2.2 Bagaimana teknik yang digunakan dalam DNA rekombinan? 1.2.3 Apa saja tipe rekombinasi genetik? 1.2.4 Apa saja perangkat teknologi DNA rekombinan? 1.2.5 Apa pengertian dari Geneticallly Modified Organism (GMO)? 1.2.6 Bagaimana aplikasi rekayasa genetika dalam bidang peternakan? 1.2.7 Bagaimana aplikasi rekayasa genetika dalam bidang kesehatan? 1.2.8 Bagaimana aplikasi rekayasa genetika dalam bidang pertanian? 1.2.9 Bagaimana aplikasi rekayasa genetika dalam bidang industri?



1.3 Tujuan 1.3.1



Untuk mengetahui pengertian rekayasa genetika



1.3.2



Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam rekayasa genetika



1.3.3



Untuk mengetahui tipe rekombinasi genetik



1.3.4



Untuk mengetahui perangkat teknologi DNA rekombinan.



1.3.5



Untuk mengetahui pengertian dari Geneticallly Modified Organism (GMO)



1.3.6



Untuk mengetahui aplikasi rekayasa genetika dalam bidang pertaniansa



1.3.7



Untuk mengetahui aplikasi rekayasa gentika dalam bidang kesehatan



1.3.8



Untuk mengetahui aplikasi rekayasa gentika dalam bidang peternakan 2



1.3.9



Untuk mengatahui rekayasa gentika dalam bidang industri



BAB II PEMBAHASAN 2.2 Pengertian Rekayasa Genetik (DNA Rekombinn) Rekayasa genetika (genetic engineering) pencangkokan gen atau rekombinan DNA. Penelitian tentang rekayasa genetika telah dimulai pada awal 1950-an. Sebelumnya, rekayasa genetika dianggap sebagai suatu impian saja. akan tetapi, kini kemampuan untuk mencangkokkan bahan genetik dan membongkar kembali informasi keturunan memberikan hasil nyata dan telah terbukti manfaat. Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bahan genetik DNA mengandung informasi keturunan yang dimiliki oleh makhluk hidup. Bahan genetik DNA berupa pita ganda yang berbentuk spiral (double helix). Jika diumpamakan, salah satu pita ini menyerupai sebuah pita kaset rekaman. Pita dapat dihapus untuk kemudian di ganti dengan rekaman yang lain (Karmana, Oman. 2005). Prosedur-prosedur DNA rekombinan (penjalinan gen, gene splicing) adalah contoh rekayasa genetika yang paling dikenal. DNA dari organisme asing, biasanya merupakan spesies yang benar-benar berbeda, diintroduksi dan diintegrasi dengan genom organisme tertentu. Genom hibrid yang baru pun diperoleh dengan karakteristik-karakteristik organisme penyumbang DNA diekspresikan pada organisme penerima (Fried, George H., dkk. 2006).



3



2.2 Teknik yang Digunakan dalam DNA Rekombinan Teknologi DNA rekombinan berdasarkan pada mekanisme yang terdapat pda bakteri. Hasil percobaan Lederberg dan Tatum (1946) menunjukkan bahwa bakteri mempunyai mekanisme seksual. Mekanisme seksual pada bakteri ini menyebabkan terbentuknya kombinasi gen-gen yang berasal dari dua sel yang berbeda. Mekanisme seksual pada bakteri ini merupakan pertukaran DNA atau gen dari satu sel ke sal yang lainnya. Teknologi DNA rekombinan meliputi beberapa teknik, yaitu : 1.



Teknik untuk mengisolasi DNA Isolasi DNA yang diawali dengan melakukan perusakan serta penghilangan dinding sel. Dalam proses ini dapat dilakukan secara mekanis ataupun dengan cara enzimatis. Setelah perusakan sel telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah pelisisan sel hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan buffer nonosmotik, serta deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Remukan sel yang diakibatkan oleh lisisnya sel dibuang dengan melakukan sentrifugasi sehingga bias dibedakan antara bagian yang rusak serta organel target yang pada akhirnya didapatlkan DNA yang nantinya dilakukan pemurnian dengan penambahan amonium asetat dan alcohol.



2.



Teknik untuk memotong DNA Pemotongan DNA dengan menggunakan enzim restriksi endonuklease. Pemutusan ini dilakukan di dalam strain tertentu yang bertujuan untuk mencegah agar tidak merusak DNA. Selain itu strain tersebut juga mempunyai suatu system modifikasi yang menyebabkan pemutusan basa pada urutan tertentu yang merupakan recognition sites bagi enzim restriksi tersebut. Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor dengan menggunakan enzim restriksi ini harus menghasilkan ujungujung potongan yang kompatibel dalam arti setiap fragmen DNAnya harus dapat disambungkan dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier



3.



Teknik untuk menggabungkan atau menyambungkan DNA Tahap penyambungan DNA terdapat beberapa cara, yaitu penyambungan dengan menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri, penyambungan dengan menggunakan DNA ligase dari sel E. coli yang telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 atau sering disebut dengan enzim T4 ligase. Serta dengan pemberian enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’.



4



Dengan untai tunggal semacam ini akan diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi menggunakan DNA ligase. 4.



Teknik untuk memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel hidup Analisa terhadap hasil pemotongan DNA genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul molekul DNA dengan menggunakan teknik elektroforesis. Hasil dari penyambungan ini dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat diperbanyak dengan cepat. Dalam hal ini pada campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul DNA rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan DNA plasmid yang tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan transformasi. Sehingga diharapkan sel inang mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.



5.



Seleksi transforman dan seleksi rekombinan DNA yang dimasukkan ke dalam sel inang bukan hanya DNA rekombinan, maka kita harus melakukan seleksi untuk memilih sel inang transforman yang membawa DNA rekombinan. Selanjutnya, di antara sel-sel transforman yang membawa DNA rekombinan masih harus dilakukan seleksi untuk mendapatkan sel yang DNA rekombinannya membawa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Rekombinasi memiliki tiga mekanisme dasar dalam menjalani prosesnya yaitu: a. Transformasi merupakan transfer DNA telanjang yang umumnya berasal dari satu sel bakteri ke dalam sel yang berbeda. Prosesnya adalah ketika sebuah sel bakteri pecah atau lisis maka DNA sirkular akan terlepas ke lingkungan. Efisiensi transformasi bergantung pada kompetensi sel. Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri lainnya. b. Konjugasi merupakan pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan



5



diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif. c. Transduksi merupakan transfer materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lainnya dengan menggunakan virus bakteri sebagai vektor. Transfer ini menggunakan prinsip dasar dari galur donor yang menyediakan DNA bagi galur resipien. Perbedaan utamanya dengan transfer DNA lainnya adalah DNA ditransfer melalui perantaraan bakteriofag 2.3 Tipe Rekombinasi Genetik Secara garis besar ada tiga tipe rekombinasi genetik yang sudah banyak diketahui, yaitu rekombinasi homolog/ umum, rekombinasi khusus (site-specific rekombination), dan rekombinasi transposisi/ replikatif. Rekombinasi homolog menyebabkan terjadinya pertukaran antarmolekul DNA yang merupakan homologi urutan nukleotida cukup besar. Ciri khusus rekombinasi homolog adalah bahwa proses tersebut dapat terjadi setiap titik di daerah homologi. Rekombinasi terjadi melalui tahap pemotongan untaian DNA yang kemudian diikuti dengan proses penggabungan kembali. Rekombinasi antar kromosom melibatkan proses pertukaran secara fisik antara bagian-bagian kromosom. Proses rekombinasi terjadi secara akurat sehingga tidak ada satupun pasangan basa nukleotida yang hilang atau ditambahkan ke dalam kromosom rekombinan. Proses pertukaran tersebut menyebabkan terbentuknya struktur yang dapat terlihat sebagai kiasma (chiasma) pada waktu meiosis. Kiasma merupakan tempat pemotongan dan penggabungan kembali untai DNA, yaitu ketika dua kromatid yang berbeda (non-sister chromatids) terpotong dan tergabungkan satu sama lain. Rekombinasi homolog dimulai ketika dua kromosom homolog terletak berdekatan satu sama lain sehingga urutan nukleotida yang homolog dapat dipertukarkan. Kontak antara dua pasang kromosom tersebut, disebut sebagai proses sinapsis, terjadi pada awal meiosis yaitu pada profase. Rekombinasi homolog dimulai ketika dua kromosom homolog terletak berdekatan satu sama lain sehingga urutan nukleotida yang homolog dapat dipertukarkan. Kontak antara dua pasang kromosom tersebut, disebut sebagai proses sinapsis, terjadi pada awal meiosis yaitu pada profase. Rekombinasi genetik homolog melibatkan pertukaran genetik antara dua molekul DNA (atau 6



segmen molekul yang sama) yang mendiami wilayah yang luas dengan susunan homolog. Susunan basa yang sebenarnya pada DNA tidak sesuai sepanjang susunan dua DNA yang sama. Daerah rekombinasi khusus berbeda dalam hal pertukaran yang hanya terjadi pada susunan DNA yang terdefinisi. Perubahan DNA adalah berbeda dalam hal perubahan ini melibatkan segment pendek DNA dengan kapasitas yang luar biasa untuk berpindah dari satu lokasi kromosom ke lokasi yang lain. “gen hopping” ini merupakan gen yang pertama kali diamati pada maizena oleh Barbara McClintock pada tahun 1950. Tambahan lagi tentang kelas terkarakterisasi ini, ada jarang yang lebar penyusunan kembali yang tidak biasa dimana tidak ada mekanisme dan tujuan yang diajukan. Pembahasan dari mekanisme rekombinasi harus selalu menyertakan stuktur DNA yang luar biasa. Pada rekombinasi genetik homolog, dua molekul DNA berinteraksi dan meluruskan susunannya yang sama pada beberapa tahapan reaksi. Proses pelurusan ini bisa melibatkan formasi DNA menengah barudima tiga atau bahkan empat strand dilepaskan. Cabang struktur DNA juga ditemukan sebagai rekombinan menengah. Pertukaran informasi antara dua makromolekul helix besar sering melibatkan jalinan strand kompleks. 2.4 Perangkat Teknologi DNA Rekombinan Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA dan vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup, transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA atau RNA untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi klon yang benar. Vektor yang sering digunakan diantarnya plasmid, kosmid dan bakteriofag. Enzim restriksi, digunakan untuk memotong DNA. Enzim restriksi mengenal dan memotong DNA pada sekuens spesifik yang panjangnya empat sampai enam pasang basa. Enzim tersebut dikenal dengan nama enzim endonuklease restriksi.



7



Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vector Cellular Enzymes / Enzim seluler Enzim yang dipakai dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah : a. Enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahangenetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage. b. DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka. c. RNA polimerisasi yaitu enzim yang berfungsi untuk ’membaca sekuen DNA dan mengsintesis molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di banyak organisme karena semua organisme harus ’merekam’ gen mereka. d. DNA ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan DNA atau RNA dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA atau RNA yang satu dengan lainnya. e.



Reverse transcriptases adalah enzim yang berfungsi membentuk blue-print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen



8



eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns dalam kromosom. f.



Natural Vectors / Vektor natural Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage



(file:///G:/SEMESTER%205/BIOKIMIA/textdnarekombinanpdf.pdf) 2.4 Pengertian dari Geneticallly Modified Organism (GMO) Thomas J Schoenbaum mendefinisikan GMO’s sebagai berikut “Living organism that contain novel combination of genetic material as a result of the application of biotechnology”. World Health Organization (WHO) memberikan definisi yang lebih terperinci lagi tentang GMO ini, dalam situsnya, WHO memberikan definisi GMO seperti berikut ini : “Genetically Modified Organisms (GMO) can be defined as organisms in which the genetic material (DNA) has been altered in a way that does not occur naturally. The technology is often called “modern biotechnology” or “gene technology”, sometimes also “recombinant DNA technology” or “genetic engineering”. It allows selected individual genes to be transferred from one organism into another, also between nonrelated species”. Berdasarkan pada WHO diatas, maka GMO’s merupakan suatu organism yang DNA-nya telah dirubah secara tidak alami melalui suatu teknologi sehingga gen yang dimaksud dapat ditransfer dari satu organisme ke organisme lain dan juga antara organisme yang berbeda spesies. Sutrisno Koswara memberikan definisi 9



GMO’s sebagai pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Berdasarkan pada definisidefinisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa GMO’s atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan produk rekayasa genetika adalah organisme yang DNAnya telah dirubah dengan menggunakan suatu teknologi yang disebut dengan bioteknologi modern sehingga menghasilkan suatu organisme atau produk yang berbeda dengan produk alamiahnya yang mempunyai beberapa kelebihan karena dalam pembuatannya dilakukan seleksi terhadap sifat-sifat baiknya. Jenis-jenis Produk Genetically Modified Organism (GMO) Pada dasarnya produk-produk GMO sangat banyak dan tersebar di berbagai bidang, karena aplikasi bioteknologi juga telah merambah ke berbagai bidang (pertanian, farmasi dan kedokteran, industri, dan lingkungan). Termasuk GMO ialah hewan transgenik, tanaman transenik dan bagiannya, ikan transgenik, dan bahan-bahan olahannya, serta jasad renik. Bahkan pada saat ini dikenal pula kloning terapeutik yang memanfaatkan sel induk (stem cells) embrionik dari janin untuk ditransplantasikan ke dalam pasien yang diklon, guna memperbaiki jaringan dan organ yang rusak; dalam proses ini embrio dirusak. Berdasarkan pada hal tersebut maka GMO’s termasuk juga bagian dari tubuh manusia, meskipun demikian pada saat ini masih ada jenis pengkloningan manusia lain yaitu kloning reproduktif, yang merupakan proses bioteknologi dengan tujuan untuk menghasilkan seseorang dari sel seseorang, sehingga hasil dari klon mempunyai materi genetik yang sama dari seseorang yang dikloning tersebut, namun sampai saat ini masih terdapat kontroversi tentang kloning reproduktif. Pada Genetically Modified Organism (GMO) terdapat dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dimaksud disini adalah keuntungan yang dapat diperoleh dari GMO, termasuk didalamnya kelebihan-kelebihan dari GMO tersebut jika dibandingkan dengan produk-produk sesamanya yang alamiah. Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk. Dampak positif tersebut didapatkan dari hasil bioteknologi di bidang pertanian dan pangan. Di bidang farmasi dan kedokteran, hasil bioteknologi yang terdiri dari kedokteran regeneratif, terapi gen, kloning terapeutik dan penggunaan bahan organik yang tepat dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit. Selain itu, bioteknologi di bidang industri juga membawa manfaat 10



tersendiri. Bioteknologi industrial dalam hal ini adalah pembuatan biofuel dari tanaman, seperti dari kedelai, kanola, jagung, dan gandum. Biofuel akan menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, dan dikhawatirkan akan segera habis. Dampak Negatif Genetically Modified Organism (GMO) adalah segala resiko yang ditimbulkan oleh keberadaan GMO di lingkungan dan di masyarakat. Sedangkan resiko yang perlu diperhatikan dari pengembangan GMO antara lain: kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, dikuatirkan dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi. Proses pembuatan GMO (bioteknologi) dapat dimungkinkan terjadinya perubahan senyawa pada organisme yang bersangkutan, sehingga dapat menjadi toksin. Gen baru yang dihasilkan, atau peningkatan kadar hasil produksi dari gen yang sudah ada, dapat menyebabkan metabolisme dari organisme yang dimodifikasi menyebabkan tingginya formasi toksin yang sudah ada atau bahkan menimbulkan fomasi toksin baru. Produk gen tersebut juga dapat berperan sebagai substrak untuk biosintesa toksin dengan organisma yang dimodifikasi. Hal ini penting untuk diingat bahwa bahaya-bahaya potensial tersebut ada jika susunan gen dari organisme berubah – apakah melalui penanaman secara konvensional, mutagenesis atau oleh bioteknologi. Dampak negatif pada lingkungan dan pada kesehatan pada dasarnya masih terdapat pro dan kontra, Sebagian pihak masih meragukan tentang keamanan dari produk-produk GMO’s namun disisi lain beberapa pihak menyangkal dan berpendapat bahwa produk-produk GMO aman dan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa GMO berbahaya bagi kehidupan manusia dan alam sekitarnya, namun satu hal yang pasti bahwa adanya monopoli hak kekayaan intelektual pada produk-produk GMO telah membawa dampak negatif bagi masyarakat kecil khususnya para petani kecil.



2.5 Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Bidang Peternakan Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknikteknik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya. Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian maupun peternakan diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme 11



maupun dalam penerapan praktisnya seperti misalnya untuk pengembangan tanaman-tanaman pertanian maupun hewan-hewan ternak dengan sifat unggul. Untuk tujuan ini dapat dilakukan melalui pengklonan atau pemindahan gen-gen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada hewan maupun tumbuhan, pemanfaatan klon-klon DNA sebagai marker (penanda) di dalam membantu meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemuliaan (Sutarno, 2002). Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ. Sebagian besar teknik yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi pada ekspresi gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik melibatkan penanda atau marker yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection yang bertujuan meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya .Salah satu aplikasi dari rekayasa genetik adalah berupa manipulasi genom hewan. Hewan yang sering digunakan menjadi uji coba adalah mamalia. Mamalia memiliki ukuran genom yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan virus, bakteri, dan tanaman. Sebagai konsekuensinya, untuk memodifikasi genetik dari hewan mamalia harus menggunakan teknik genetika molekular dan teknologi rekombinan DNA. Keunggulan rekayasa genetik adalah mampu memindahkan materi genetik dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetik meliputi teknologi DNA Rekombinan yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. Organisme hasil modifikasi genetika dalam bidang peternakan meliputi peningkatan produksi peternakan ditempuh dengan cara penurunan morbiditas ternak, perbaikan pakan, dan perbaikan bibit. Hampir seluruh faktor produksi peternakan telah disentuh oleh teknologi rekayasa genetika. Adapun yang dilakukan antara lain: 12



2.5.1 Transplantasi Nukleus (Kloning) Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal. Keberhasilan ini tentu memicu penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan penerapan teknologi kloning ini pada hewan lain dan manusia. Hingga akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1993, dua peneliti Amerika, Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman dari Universitas George Washington mengumumkan hasil kerjanya tentang kloning manusia dengan menggunakan metode embryo splitting (pemisahan embrio ketika berada dalam tahap totipotent) atas embrio yang dibuat secara in vitro fertilization (IVF). Dari proses embryo splitting tersebut, Hall dan Stillman mendapatkan 48 embrio baru yang secara genetis sama persis. 18 penelitian terhadap kloning ini pun tetap berlanjut. Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak tahun 1900, tetapi hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Dr. Ian Willmut seorang ilmuwan skotlandia pada tahun 1997, dan untuk pertama kali membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Metode kloning yang digunakan untuk mengklon biri-biri tersebut adalah metode somatic cell nuclear transfer (SCNT). Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah dikeluarkan, yang akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly. Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dolly direproduksi tanpa bantuan domba jantan, melainkan 13



diciptakan dari sebuah sel kelenjar susu yang di ambil dari seekor domba betina. Dalam proses ini Dr. Ian Willmut menggunkan sel kelenjar susu domba finndorset sebagai donor inti sel dan sel telur domba blackface sebagi resepien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukleusnya keluar dari selnya menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjar susu domba finndorset difusikan (digabungkan) dengan sel telur domba blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipindahkan ke rahim domba blackface. Kemudian embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan domba finndorse 2.5.1 Inseminasi Buatan Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, suatu teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus. Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya. Inseminasi Buatan ini sangat kontras dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam perbaikan mutu genetik. Perbaikan mutu genetik menggunakan IB pada sapi perah dapat digunakan sebagai progeni tes untuk menghasilkan pejantan unggul yang dapat dimanfaatkan menghasilkan spermatozoa salah satunya berdasar pada seleksi ukuran testisnya. Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan transservikal. Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan dimasukkan kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling mudah diidentifikasi karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination gun dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga ke bagian servik. Sedangkan pada Babi, kambing dan domba adalah dengan metode transervikal. Pada kambing dan domba 14



dapat menggunakan spikulum untuk melihat posisi servik, kemudian insemination gun dimasukkan hingga mencapai servik, sedangkan pada babi menggunakan cattether dan dimasukkan hingga kedalam uterus.



2.5.2 Transfer Embrio Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting. Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain. Prinsip dasar dari transfer embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus synchronization (Sinkronisasi Birahi), artificial insemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs recovery(Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985). Sebelum dilakukan transfer, dilakukan produksi embrio. Menurut Udrayana (2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro. Produksi embrio in vivo dilakukan dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat di dalam uterus (rahim) sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang 15



lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur (ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen(flushing) 2 hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading),setelah itu hasilnya dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin). Penyuntikan hormon itu akan meningkakan jumlah corpus luteum Produksi embrio in vitro dilakukan dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi betina yang telah dipotong di rumah potong hewan. Setelah diperoleh banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus, selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi selsel telur tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup). Fertilisasi sempurna akan berlangsung sekitar 22 jam. Hasil fertilisasi kemudian ditumbuh kembangkan dalam media khusus dan diamati pembelahan sel-nya hingga hari ke 6-8 atau pada saat terbentuknya blastocyst. Kemudian dilakukan evaluasi embrio dengan 16



melaksanakan grading. Embrio yang memiliki kualitas A dan B kemudian dibekuan, untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pada dasarnya, embrio dapat hidup di tempat yang memenuhi syarat kehidupannya. Embrio yang sedang tumbuh membutuhkan sulplai makanan dari dirinya sendiri selama beberapa waktu, kemudian akan tergantung pada sekelilingnya, dalam hal ini tergantung pada rahim tempatnya berkembang.Penanganan harus mengupayakan rahim calon induk memiliki kondisi yang sama dengan kondisi rahim yang menghasilkan embrio, atau menyiapkan kondisi rahim induk untuk dapat memelihara embrio yang akan diterimanya. Perlakuan yang disiapkan untuk induk calon penerima embrio tentu harus esktra hati-hati, Pemberian hormon reproduksi dengan dosis dan waktu yang tertentu, pakan yang berkualitas baik serta manajemen pemeliharaan calon induk, mutlak harus dilakukan untuk memperoleh kondisi rahim yang baik dan siap menerima embrio dari luar. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang teliti, kondisi rahim calon induk dinyatakan siap untuk menerima embrio, barulah dilakukan pemindahan (transfer) embrio kedalam rahim tersebut. Program yang sedang dikembangkan dan menghasilkan perolehan cukup baik adalah kombinasi antara inseminasi buatan (IB) dengan transfer embrio (TE). Dengan kombinasi ini akan diperoleh kelahiran kembar (satu anak hasil IB dan satu anak lagi yang berasal dari TE). Pada prinsipnya, seekor induk yang mengalami puncak birahi, dilakukan inseminasi seperti pada umumnya, kemudian hari ke-7 setelah inseminasi dilakukan TE tanpa perlu perlakuan khusus (Udrayana, 2011) Adapun contoh hasil rekayasa genetika bidang peternekan: a. Sapi perah hasil Rekayasa Genetika



17



Hormon pertumbuhan sapi mulai direkayasa agar dapat meningkatkan produksi air susu sapi. Sapi yang diberi hormon tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi air susunya sampai 20% (Kadaryanto, dkk. 2006). b. Kambing Dolly Kloning yang dilakukan pada domba dolly (1998), yang diambil dari sel kelenjar susu kambing dan difertilisasikan pada sel telur tanpa inti, lalu diimplankan ke rahim kambing agar terjadi proses embryogenesis alami dan kemudian lahir klon yang sangat mirip dengan induknya (dolly) (Karmana , Oman. 2005). c. Monyet hasil kloning



(Karmana , Oman. 2005). d. Sapi - Penghasil Omega 3 N-3 Polyunsaturated fatty acids (n-3 PUFA) atau omega 3 merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi manusia. Dengan pendekatan secara ekonomi, maka dapat dihasilkan omega 18



3 dengan cara merekayasa sapi menjadi hewan transgenik penghasil omega 3. Sapi yang direkayasa disisipi dengan gen mfat-1 yang mampu memproduksi n-3 PUFA. Dari penelitian ini diperoleh hasil ekpresi gen berupa n-3 PUFA pada jaringan dan susu sapi. e. Lembu Transgenik - Penghasil Protein Susu Rekombinan Teknologi transgenik ini telah sukses dilakukan untuk kepentingan di bidang agrikultur dalam meningkatkan mutu kualitas pangan.Pada hewan uji yang berupa lembu jarang sekali dilakukan percobaan transgenik hal ini dikarenakan banyak kendala seperti masa regenerasinya butuh waktu sekitar 2 tahun. Namun para peneliti akhirnya bisa menyisipi gen penghasil α-lactalbumin yang berasal dari manusia. Dari hasil uji produksi susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi α–lactalbumin dengan konsentrasi 2,4 mg ml-1. Metode yang digunakan adalah melakukan fertilisasi secara in vitro yang selanjutnya akan dihasilkan zigot. Tahap berikutnya zigot akan diinjeksi dengan DNA yang mengandung gen α–lactalbumin. Proses



injeksi



dengan



menggunkan



teknik



microinjection.



Selanjutnya zigot dikultur selama 6 atau 7 hari dengan menggunakan media sintetik yang menyerupai cairan oviduk. Setelah itu akan tumbuh menjadi embrio dan ditransfer ke rahim lembu untuk proses kehamilan. f. Kelinci - Penghasil Bispesifik T-Cell Antibody Salah satu penyakit pada manusia yang mematikan adalah kanker. Penyakit ini dapat diatasi dengan meningkatkan antibodi sel T. Sekarang dengan menggunakan rekayasa genetika, kelinci dapat dipakai sebagai hewan uji untuk menghasilkan dua macam antibodi spesifik, yakni molekul CD28 dan r28M yang mampu menginduksi TCR/CD3



yang



mampu



membunuh



sel



kanker.



Dengan



ditemukannya antibodi bispesifik ini dapat diharapkan untuk mendapatkan cukup banyak pengetahuan tentang antibodi bispesifik bagi aplikasi medis. g. Ayam - Penghasil Tetrasiklin Penemuan ini merupakan terobosan baru dalam mengembangkan bioreaktor yang mampu menghasilkan biofarmasi dalam jumlah 19



kuantitas yang besar.Tetrasiklin merupakan antibiotik yang diperlukan dalam dunia medis untuk men-treatment pasien.Selama ini tetrasiklin dihasilkan dari mikroorganisme. Dengan terobosan baru ini, diharapkan ayam transgenik mampu menghasilkan tetrasiklin dalam jumlah yang lebih banyak serta lebih hemat dalam proses pembutannya. Dalam penelitian ini digunakan retrovirus sebagai vektornya.Dimana retrovirus didesain untuk membawa materi genetik berupa GFP (Green Flourescent Protein) dan rtTA (reverse



tetracycline-controlled



pengontrolan



tetracycline-inducible



transactivator) promoter



dibawah dan



PGK



(Phosphoglycerate Kinase) promoter.Setelah itu, ayam transgenik dihasilkan yang mana pada bagian telur ditemukan doxycycline yang merupakan derivat dari tetrasiklin serta tidak ditemukan adanya disfungsi fisiologis secara signifikan dari telur tersebut. h. Tikus Transgenik - Resisten Terhadap Infeksi Bakteri Resistensi suatu bakteri terhadap jenis antibiotik merupakan salah satu masalah yang serius bagi dunia medis dan farmasi.Oleh karena itu diperlukan suatu hewan ternak yang mampu menghasilkan protein antibiotik.Namun, dalam hal ini tikus digunakan sebagai uji coba terlebih dahulu.Salah satu protein penghasil antimikroba adalah Protegrin-1 (PG-1) yang meru-pakan derivat dari neutrofil. i. GlowFish – Ikan Bercahaya Glow Fish merupakan salah satu contoh hewan transgenik yang direkayasa secara genetiknya. Ikan ini dikembagkan dari Amerika Serikat yang merekayasa DNA dari ikan zebra (Danio rerio) dengan gen pengkode protein flourens warna hijau dari gfp (green flourescent protein). Namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya warna hijau saja melainkan warna kuning hingga merah.



2.6 Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Bidang Kesehatan Bioteknologi dalam bidang kesehatan diharapkan mampu mencari pemecahan berbagai masalah antara lain mendiagnosa penyakit lebih awal, memahami patfisiologi molekulater suatu penyakit infeksi, memerankan 20



berbagai fenomena kelainan genetik, mencari alternatif pengobatan, menegakkan penatalaksanakan penyakit dengan lebih baik dan mendapatkan pencegahan. Penerapan industri biologi dalam bidang medik mengalami kemajuan yang mengagumkan dan berkembang dengan kecepatan yang mengagumkan pula. Berbagai aspek bioteknologi telah dijadikan dasar pembuatan rancangan-rancangan untuk memerangi penyakit, terutama dalam usaha menemukan jenis-jenis mikroba baru yang ada di dalam alam atau diciptakan melalui rekayasa genetika, yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai obat, vaksin hormon dan enzim. Sarana baru seperti antibodi monoklonal, dapat membantu diagnosis dan terapi , sedangkan fusi sel dapat menyediakan antibodi baru yang berkemampuan tinggi. (Prentis, 1984). Suatu produk yang menggambarkan pentingnya kultur sel adalah antibodi yang sangat spesifik yang disebut antibodi monoklonal. Untuk maksud ini digunakan hibridoma. Hibridoma adalah hasil fusi dua tipe sel yang berbeda. Yang satu dapat menghasilka antibodi tetapi tidak dikulturkan, sedangkan pasangannya tidak dapat menghasilkan antibodi dapat dikulturkan dengan mudah. Gabungan dari dua macam sel ini meghasilkan sel yang tidak hanya mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan antibodi, tetapi juga mampu menghasilkan antibodi spesifik dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dapat diperoleh dengan menggunakan hewan laboratorium. Antibodi monoklonal yang betul-betul spesifik sangat penting untuk bidangbidang tertentu misalnya untuk diagnosis. Aspek penting lain rekayasa genetik adalah produksi hormon manusia yang pada mulanya senyawa tersebut hanya dapat dipisahkan dari organ manusia atau hewan menyusui yang menghasilkan hormon tersebut. Insulin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak pankreas babi atau lembu, namun penggunaan hormon hewan pada manusia dapat mengakibatkan hipersenstivitas atau kemungkinan terjadi resistensi. Akhir-akhir ini sejumlah hormon manusia, diantaranya insuluin telah dihasilkan melalui biakan mikroorganisme dalam skala laboratium. Produk lain yang penting untuk dikembangkan melalui rekayasa genetika adalah vaksin untuk manusia dan ternak. Vaksin biasanya mengandung virus atau mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, 21



yang apabila diberikan kepada manusia atau hewan akan menyebabkan pembentukan antibodi, tetapi tidak menyebabkan penyakit yang bersangkutan menjadi lebih parah. Bioteknologi diharapkan dapat tumbuh menjadi bioindustri yang memproduksi berbagai enzim, seperti urokinase, heparinase, dehidrogenase dan lain-lain. Enzim merupakan senyawa dasar yang digunakan dalam banyak pengujian yang dilakukan dalam kimia klinik itu dan selain itu merupakan senyawa penting dalam analisis automatik dan dalam penelitian cairan tubuh , antara lain oksidase glikosa, heksokinase, oksidase dan esterase kolesterol. Sedangkan enzrim yang banyak digunakan dalam terapi antara lain streptokinase dan urokinase yang efektif sebagai zat fibrinolik untuk trombosis vaskular yang membahayakan. Memproduksi berbagai hormon seperti hormon insulin yang digunakan untuk mengatasi penyakit diabetes, hormon pertumbuhan untuk mencegah gangguan pertumbuhan, steroida yang digunakan untuk bahan kontrasepsi kimia, prolaktin, gastrin, relaksin, gonado tropin dan lain sebagainya. Suatu kerusakan pada salah satu sistem hormon dapat menimbulkan penyakit yang serius. Penyakit ini kadang-kadang dapat disembuhkan dengan pemberian hormon yang dibuat dengan bantuan bioteknologi. Menurut Prentis (1984), hormon tubuh tersusun atas rantairantai asam amino. Istilah protein biasanya diberikan kepada rantai yang terdiri dari dua puluh asam amino atau lebih dan beberapa hormon yang lebih pendek. Oleh karena itu, istilah hormon polipeptida biasanya digunakan untuk semua hormon yang tersusun atas asam amino, seperti insulin. Memproduksi berbagai macam antibiotik baru yang lebih mujarab dan murah, obat dan vitamin. Rekayasa gentika dapat digunakan untuk menciptakan antibiotika yang dimodifikasi. Banyak contoh senyawa sejenis antibiotika yang digunakan dalam pengobatan yang mempunyai susunan kimia yang sangat mirip dengan antibiotika. Contohnya adalh kelompok penisilin yang semua mempunyai struktur dasar sama, tetapi adanya berbagai modifikasi kimia yang relatif kecil saja dapat menghasilkan obat dengan stuktur dasar yang diperoleh dari kapang, selanjutnya dilakukan metode kimia murni untuk percobaan dengan molekul dasar untuk memperoleh



22



berbagai tipe penisilin. Cara ini relatif mudah dilakukan penisilin, tetapi lebih sukar untuk antibiotika lain. Antibodi merupakan komponen protein sistem kekebalan yang terdapat dalam darah mamalia. Antibodi mempunyai kemampuan yang unik untuk mengidentifikasi dan meniadakan molekul asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila senyawa asing seagai antigen masuk ke dalam tubuh, sel-sel kusus yang disebut limfosit B menghasilkan protein yang disebut sebagai antibodi untuk melawan antigen yang masuk. Memproduksi berbagai macam vaksin untuk melawan hepatitis B, influenza, malaria, kontrasepksi, kolera, AIDS, rabies dan lain sebagainya. Rekayasa genetika tidak hanya memberikan harapan dalam penyediaan perlindungan melawan penyakit yang tidak dapat diperangi dengan vaksin konvensional, melainkan juga berarti menyediakan vaksin dengan dengan vaksin yang lebih aman.



2.7 Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Bidang Pertanian Untuk memproduksi berbagai tanaman perkebunan dengan menggunakan rekayasa genetika dilakukan berbagai teknik antara lain teknik transgenik. Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain. Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya. Secara epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang panjang, studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan yang ketat, termasuk melalui analisis dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara aksiologi, berdasarkan pendapat kelompok masyarakat yang pro dan kontra tanaman 23



transgenik memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan penduduk, tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya. Tujuan adanya tanaman transgenik yakni untuk menyejahterakan kehidupan manusia. Diantaranya adalah untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat lebih baik. Keunggulan dari tanaman transgenik tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.



2.7.1 Prosedur Pelaksanaan Teknik Transgenik Gen yang telah diidentifikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut. Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgenik didefinisi the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism. Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms, GMOs). Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. 2.7.2 Produk yang Telah Dihasilkan Prosedur transgenik yang dilakukan para ahli telah membuahkan hasil berupa tanamana-tanaman perkebunan dengan sifat yang lebih unggul. Tanamantanaman tersebut antara lain : 1. Kapas Transgenik Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat merupakan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para petani, 24



keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas.



Kapas Transgenik Serangga merupakan kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas. Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas transgenik. 2. Karet Transgenik Karet (Hevea brasiliensis) merupakan komoditi yang memberikan sumbangsih terbesar bagi perekonomian Indonesia karena merupakan penghasil devisa tertinggi. Untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi lateks dalam upaya budidaya karet dapat dilakukan dengan pendekatan teknologi. Aplikasi teknologi in vitro dapat digunakan dalam efisiensi regenerasi jumlah plantlet secara luas. Penerapan teknologi in vitro salah satunya adalah embriogenesis somatik. Kultur in vitro melalui cara embriogenesis somatik banyak mendapat perhatian karena jumlah propagula yang dihasilkan tidak terbatas dan dapat diperoleh dalam waktu yang lebih singkat. Disamping itu, untuk mendukung program pemuliaan tanaman melalui rekayasa genetika, penggunaan embrio somatik dapat mempercepat keberhasilan dengan peluang transformasi yang lebih tinggi karena embrio somatik dapat berasal dari satu sel somatik. 25



Untuk penyimpanan jangka pendek maupun jangka panjang, embrio somatik dianggap merupakan bahan tanaman yang ideal untuk disimpan karena bila diregenerasikan dapat membentuk bibit somatik (Purnamaningsih, 2002). Perbanyakan tanaman karet secara klonal dan masal dapat dilakukan dari berbagai macam eksplan seperti potongan daun, hipokotil, kotiledon, potongan batang atau anther. Kemampuan jaringan membentuk kalus dan laju pertumbuhan kalus tergantung pada medium, zat pengatur tumbuh dan beberapa faktor lingkugan lainnya. Nitrogen merupakan faktor utama dalam memacu morfogenesis yang bersifat totipotensi secara in vitro. Embriogenesis somatic merupakan salah satu metode regenerasi tanaman secara in vitro yang efisien. untuk perbaikan tanaman karet. Untuk meningkatkan berlangsungnya embryogenesis somatik diperlukan nutrisi yang tepat, salah satunya adalah kebutuhan nitrogen



3. Coklat Transgenik



Gambar Buah Cokelat Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) sebagai bahan baku cokelat mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana, yaitu dengan nilai produksi sebesar 535 ribu ton pada periode tahun 2009/2010 (ICCO, 2010). 26



Cokelat mempunyai kandungan fenol dan flavanoid tinggi sebagai anti oksidan sehingga dapat mengurangi kolestrol pada darah yang mampu mengurangi resiko terkena serangan jantung, mencegah timbulnya kanker, stroke dan darah tinggi. Cokelat juga mengandung beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh seperti vitamin A, B1, C, D dan vitamin E. Selain itu, cokelat juga mengandung zat maupun nutrisi yang penting untuk tubuh seperti zat besi, kalium dan kalsium (Litbang Deptan, 2013). Perkebunan kakao di Indonesia didominasi perkebunan rakyat sebesar 87,4% dikelola oleh rakyat, perkebunan besar swasta 6,6% dan perkebunan besar negara 6,0% (Goenadi et al. 2005). Masalah yang dihadapi kakao Indonesia adalah rendahnya produktivitas tanaman yang sebagian besar pertanaman kakao belum menggunakan bahan tanam unggul, pertanaman telah tua, belum diaplikasikannya teknologi budidaya secara baik, dan serangan hama dan penyakit tanaman. Menurut Wahyudi (2007) hama dan penyakit tanaman kakao terpenting di Indonesia adalah penggerek buah kakao (PBK) yang memberi kontribusi terbesar terhadap kehilangan hasil mencapai 5-80%. Serangan penyakit busuk buah Phytophthora palmivora dan vascular streak dieback juga menjadi masalah utama di beberapa daerah produksi kakao. Penggunaan bahan tanam unggul dapat meningkatkan produktivitas hasil tanaman menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan bahan tanam unggul dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif, salah satu cara perbanyakannya dapat dilakukan dengan metode teknik ex-vitro. Balai Pengkajian Bioteknologi saat ini sedang melakukan pengkajian dan pengembangan untuk perbanyakan dengan teknik exvitro pada klon-klon kakao yang dianggap unggul berdasarkan kementerian pertanian. Klon tanaman kakao yang digunakan antara lain klon Sulawesi 01, Sulawesi 02, ICCRI 03, ICCRI 04 dan Scavina 06. Kelima klon tersebut mempunyai produktivitas tinggi sebesar 2.000 kg/ton/ha dan tahan terhadap penggerek buah kakao. Produk yang Dihasilkan Berikut ini beberapa tanaman transgenik hasil rekayasa genetika yaitu : 27



Jenis



Sifat yang



Tanaman



telah



Modifikasi



Foto



Dimodifikasi Padi



Mengandung



Gen dari



provitamin A



tumbuhan narsis,



(beta karoten)



jagung, dan



dalam jumlah



bakteri Erwinia



dalam jumlah



disisipkan pada



tinggi



kromosom padi



Jagung,



Tahan



Gen toksin Bt dari



kentang



(resisten)



bakteri Bacillus



terhadap hama.



thuringiensis ditransfer ke dalam tanaman.



Tembakau



Tahan terhadap



Gen untuk



cuaca dingin.



mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari tanaman Arabidopsis thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) dimasukkan ke tembakau



Tomat



Proses



Gen khusus yang



pelunakan



disebut



tomat



antisenescens



diperlambat



ditransfer ke



sehingga tomat



dalam tomat



dapat disimpan



untuk 28



lebih lama dan



menghambat



tidak cepat



enzim



busuk



poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat). Selain menggunakan gen dari bakteri E. coli, tomat transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen yang telah dimiliknya secara alami.



Kedelai



Mengandung



Gen resisten



asam oleat



herbisida dari



tinggi dan



bakteri



tahan terhadap



Agrobacterium



herbisida



galur CP4



glifosat.



dimasukkan ke



Dengan



kedelai dan juga



demikian,



digunakan



ketika



teknologi



disemprot



molekular untuk



dengan



meningkatkan



herbisida



pembentukan



tersebut, hanya



asam oleat



gulma di sekitar kedelai yang akan mati.



29



Ubi jalar



Tahan terhadap



Gen dari selubung



penyakit



virus tertentu



tanaman yang



ditransfer ke



disebabkan



dalam ubi jalar



virus



dan dibantu dengan teknologi peredaman gen.



Papaya



Resisten



Gen yang



terhadap virus



menyandikan



tertentu,



selubung virus



contohnya



PRSV ditransfer



Papaya



ke dalam tanaman



ringspot virus



pepaya



(PRSV).



Melon



Buah tidak



Gen baru dari



cepat busuk.



bakteriofag T3 diambil untuk mengurangi pembentukan hormon etilen (hormon yang berperan dalam pematangan buah) di melon.



2.8 Aplikasi Rekayasa Genetika dalam Bidang Industri Teknologi rekayasa genetika dalam bidang industri lebih banyak diaplikasikan dalam industri farmasi untuk menciptakan banyak produk farmasi yang sebagian besar merupakan protein. Protein tertentu yang pada kondisi alaminya hanya dapat diproduksi dalam jumlah sedikit atau hanya dapat diproduksi oleh organisme tertentu dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dan 30



cepat dengan cara mentransfer gen tertentu ke mikrobia seperti bakteri, virus, fungi, dan jenis sel lainnya yang dapat dikultur. Keuntungan penggunaan mikrobia sebagai penghasil produk dalam industri yaitu mikrobia dapat dikulturkan dengan cepat dalam lahan kecil untuk menghasilkan produk dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat. Secara prinsipnya, mikrobia dimodifikasi dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan menyisipkan gen tertentu yang pada awalnya tidak dimiliki mikrobia tersebut, sehingga mikrobia tersebut menjadi memiliki kemampuan untuk mensintesis protein yang dikode oleh gen asing tersebut. Cara yang kedua adalah dengan memasukkan promoter dan sekuen kontrol gen lain yang sangat aktif ke dalam DNA vektor, sehingga mikrobia mampu mensintesis produk yang diinginkan dalam jumlah yang lebih banyak (meningkatkan ekspresi gen). Produk-produk industri farmasi yang dihasilkan melalui rekayasa genetik pada mikrobia ini antara lain hormon-hormon terapis, enzim, antibiotik, dan vaksin. Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit (Chambell, 2000) Penerapan dan pengembangandalam bidang industri baik industri pangan dan industri minuman. Proses pemanfaatan organisme seperti bakteri, virus, fungi sebagai pengolah bahan dasar menjadi bahan jadi atau jasa dalam bidang industry makanan dan industry minuman. Contohnya : 1. Tuak adalah sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. 2. Tape adalah sejenis penganan yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong(ubi kayu) dan hasilnya



31



dinamakan "tape singkong". Bila dibuat dari ketanhitam maupun ketan putih, hasilnya dinamakan "tape pulut" atau "tape ketan". 3. Kecap adalah bumbu dapuratau penyedap makananyang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat darikedelaidengan komposisigaramyang lebih banyak, atau bahkanikan lautserta dapat pula terbuat dari air kelapa.. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu. Cara pengolahannya sama dengan pengolahan kecap kedelai. Kecap yang dihasilkan dari ampas tahu sulit dibedakan aroma, rasa, dan warnanya dari kecap kedelai. 4. Pembuatan bir (brewing) adalah proses yang menghasilkan minuman beralkoholmelalui proses fermentasi. Metode ini digunakan dalam produksi bir,sake, dan minuman anggur. Biasanya menggunakan buah-buahan/bijibijian untuk dapat menghasilkan minuman beralkohol. 5. Kimchi adalah makanantradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasiyang dibuat dengan mencuci sayuran yang sudah digarami dan membumbuinya dengan bahan-bahan seperti udang krill,kecap ikan,bawang putih,jahedan bubuk cabai merah. Sayuran yang paling umum digunakan adalah sawi putihdan lobak. Kimchi terdiri dari ratusan variasi dengan ciri khas aroma yang keras, tajam, dan menyengat. Di Indonesia hampir sama dengan sayur asin yang terbuat dari sayuran sawi hijau, tetapi tidak menggunakan bubuk cabai merah serta udang krill. 6. Protein Sel Tunggal atau Single Cell Protein/SCP merupakan salah satu cara pemanfaatan mikroorganisme untuk meningkatkan produksi akan kebutuhan protein. Memiliki kadar protein yang tinggi ± 80 %. Contohnya Spirullina sp yang mampu berfotosintesis serta Chlorella sp, Chlorophyta yang mengandung 50 % protein dari berat kering.



2.9 Dampak Rekayasa Genetika 2.9.1 Dampak terhadap bioteknologi pertanian Hasil rekayasa genetika telah banyak diuji cobakan terutama di Indonesia. Organisme hidup baik yang diproduksi di dalam negeri 32



maupun yang didatangkandariluar negeri sertaorganisme yang mengalami rekayasa genetika memiliki potensi untuk menimbulkan akibat yang merugikan bagi lingkungan, dengan munculnya efek-efek samping dari hasil rekayasa genetik tersebut. Misalnya hasil insektisida yang dapat membasmi hama akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam tanah, dan lama-kelamaan akan merusak tanah itu sendiri. (Dwi Andreas santosa, 2009) Terhadap bioteknologi tanaman.masalahnya akan berbeda. Bila Indonesia ditempatkan dalam segi konsumen, dengan kata lain bahwa suatu perusahaan benih akan menjual benih transgenik hasil rekayasa genetika dengan sembarangan ,maka dibuatlah perlindungan dari UU PVT dengan ketentuan tertentu. 2.9.2 Dampak pada bidang kesehatan Dari segi kesehatan, tanaman transgenik disinyalir dapat menyebabkan keracunan bagi manusia. Tanaman transgenik tahan hama yang disisipi gen Bt ternyata tidak hanya bersifat racun terhadap serangga tetapi juga pada manusia. Penggunaan gen Bt pada tanaman jagung dan kapas dapat menyebabkan alergi pada manusia, demikian pula dengan kedelai transgenik yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut. Hasil uji skin prick- test menunjukkan kedelai transgenik tersebut positif sebagai alergen. Tidak hanya menimbulkan alergi, tanaman hasil rekayasa genetika juga diduga bersifat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker, serta minim gizi karena kandungannya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghilangkan beberapa kandungan alami produk hasil olahannya. Ternak yang diberi makan kentang dan tomat hasil rekayasa genetika mengalami perubahan dalam perutnya yang mengindikasikan pada kanker, kerusakan ginjal dan organ tubuh lainnya, serta perkembangan otak yang lambat. Lebih lanjut lagi, tanaman transgenik yang diintroduksi dengan antibiotik Kanamicyn R (Kan R) bila dikonsumsi manusia disinyalir dapat mengakibatkan resistensi bakteri dalam tubuh akibat pemaparan dengan antibiotik secara kontinu. Akibatnya, penggunaan antibiotik untuk menyembuhkan penyakit menjadi tidak ampuh lagi. (Karmana,2009) 33



2.9.3 Dampak dalam bidang Agama Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataanakan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ketubuh manusia) serta kloning stem cell dariembrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama. (Edi syahmini, 2014)



34



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Rekayasa genetika dapat diaplikasikan dalam bidang kesehatan, pertanian, peternakan dan industri. Rekayasa genetika dalam bidang apapun memiliki damapak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya seperti bisa menciptakan produk-produk seperti oalahan pabrik seperti kecap, maupun hewan dan tumbuhan hasil transgenik yang kualitasnya lebih bagus. Adapun dampak negatifnya akan berpengaruh terhadap lingkungan.



3.2 Saran Sebagai manusia yang baik dan bijak, alangkah baiknya dalam penggunaan rekayasa genetika dimanfaatkan dan digunakan selayak-layaknya. Selain itu, rekayasa genetika hendaknya tidak digunakan untuk merusak suatu organisme malah digunakan untuk memperbaiki keadaan manusia yang semakin terpuruk. Masyarkat sebaiknya diberi pengetahuan kembali mengenai rekayasa genetika, karena masih banyak masyarakat awan yang masih belum mengetahui masalah ini. 35



DAFTAR RUJUKAN Badan Litbang Pertanian. 2013. Memilih Bibit Lada yang Baik dan Setek Satu Buku. http://www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 11 november 2018. Bambang, Wahyudi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita ; Bandung Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Penerbit Erlangga.. Jakarta. Edi, Syahmi.2014. Pengantar Bioteknologi. Medan: FMIPA UNIMED Goenadi, Didiek Hadjar, et.al. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit di Indonesia. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RepublikIndonesia. Karmana, I Wayan.2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa aspek Perkembangannya. Ganec Swara. Vol 3.No.2 hal: 12-21 Khairunissa,dkk.2005. PemuliaanTanaman Dan BiologiMolekuler . Vol.1. Hal :1-6 Purnamaningsih, R. 2002. Regenerasi Tanaman Melalui Embriogenesis Somatik dan Beberapa Gen yang Mengendalikannya. Buletin Agrobio. 5 (2) : 51- 58. Santosa, Dwi Andreas.2000. Jurnal Ilmu Tanah. Analisis Resiko Lingkungan Tanaman Transgenik .vol 3. No.2 Hal:32-36 Sutarno. 2016. Rekayasa Genetik Dan Perkembangan Bioteknologi Di Bidang Peternakan. Universitas Sebelas Maret



36