Report Boring Mentawai Baruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOIL INVESTIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDARD PENETRATION TEST (SPT) PEKERJAAN PROYEK FASILITAS SISI UDARA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA MENTAWAI Pelaksana Pekerjaan : PT. HASANAH SURVEYOR RAYA KONSULTAN



Disiapkan oleh :



SOIL INVESTIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDARD PENETRATION TEST (SPT) PEKERJAAN PROYEK FASILITAS SISI UDARA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA MENTAWAI



Nomor



: 038/HSR-TGP/BH/II/2021



Tanggal



: 25 Februari 2021



Perihal



: Laporan Hasil Soil Investigasi



Kepada Yth : PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk - PT. MEGA ASRI KONSTRUKSI, KSO Di - Tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan kegiatan pekerjaan Boring Tanah Project Proyek Fasilitas



Sisi Udara Pembangunan Bandar Udara Mentawai , yang dikerjakan pada tanggal 05 Januari s/d 13 Februari 2021 yang telah selesai dilaksanakan oleh PT. Hasanah Surveyor Raya Konsultan yang berada di Rokot, Desa Matobe Kec.Sipora Selatan Kab.Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat. Maka bersama ini kami sampaikan laporan hasil dari pekerjaan Boring Project



Proyek Fasilitas Sisi Udara Pembangunan Bandar Udara Mentawai tersebut beserta lampiran datanya. Dan kiranya hasil Boring ini dapat dijadikan referensi untuk pengambilan satu keputusan maupun untuk perencanaan kegiatan pembangunan lanjut. Selanjutnya kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan pertisipasi pihak-pihak yang terkait sehingga pelaksanaan kegiatan di lapangan hingga terselesaikannya penyusunan laporan ini. Demikian laporan ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya selama ini kami ucapkan terimakasih.



Hormat kami : PT. Hasanah Surveyor Raya



Anwari.ST Direktur



KATA PENGANTAR



Laporan hasil penelitian tanah (Soil Investigation) disusun berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang dirangkum ke dalam suatu Laporan Final. Adapun materi dari laporan tersebut berisikan antara lain ruang lingkup Pekerjaan, metode pelaksanaan, hasil penelitian lapangan, serta analisis daya dukung tanah yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perencana untuk Perencanaan yang akan dipergunakan pada rencana Pekerjaan Proyek Fasilitas Sisi



Udara Pembangunan Bandar Udara Mentawai. Demikian Pekerjaan penelitian tanah ini disusunkan, semoga bermanfaat dan memenuhi sasarannya.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI



i



ii



DAFTAR TABEL



iv



DAFTAR GAMBAR



v



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum 1 1.2 Maksud dan Tujuan



1



1.3 Waktu Pelaksanaan



2



1.4 Lokasi Pekerjaan



2



BAB II RUANG LINGKUP PEKERJAAN 2.1 Pengujian di Lapangan 3 2.2 Pengujian di Laboratorium 2.2.1



Penguijan Berat Jenis Tanah



2.2.2



Pengujian Kadar Air Tanah 5



2.2.3



Penguian Berat Isi (Porositas Tanah)



2.2.4



Pengujian Atterberg dan Plastisitas Tanah 7



2.2.5



Pengujian Analisa Saringan Pada Tanah



2.2.6



Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah 10



2.2.7



Pengujian Geser Langsung Pada Tanah



3



4



6



9



11



BAB III METODE PENYELIDIKAN 3.1 Tahap Persiapan



13



3.2 Tahap Pengujian Dilapangan



13



3.3 Tahap Pengujian Dilaboratorium 17 3.4 Tahap Analisis Data



17



SOIL INVESTIGASI



ii



BAB IV DASAR TEORI DAN HASIL PENGUJIAN TANAH 4.1 Dasar Teori



18



4.2 Hasil Pengujian Berdasarkan Data Boring N-SPT 21 4.3 Analisa Daya Dukung Pondasi 32 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan



36



5.2 Saran & Rekomendasi 38 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



SOIL INVESTIGASI



iii



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Berat jenis air pada suhu (Gt)



3



Tabel 2.2 Ketelitian Berdasarkan Berat Benda Uji dan Butir Tanah Maksimum 5 Tabel 4.1 Rumus Kapasitas Daya Dukung Tanah



17



Tabel 4.2 Identitas Contoh Tanah Undisturb dan lokasi pengambilan



20



Tabel 4.3 Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang / Bore Pile BH.03 24 Tabel 4.4 Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang / Bore Pile BH.08 26 Tabel 4.5 Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang / Bore Pile BH.10 28



SOIL INVESTIGASI



iv



DAFTAR GAMBAR Gambar 1.4 Lokasi Titik Boring



2



Gambar 3.1 Penetrasi Dengan SPT 13 Gambar 3.2 Tahapan Pengujian Penetrasi Standar (SPT)



15



Gambar 4.1 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.03



25



Gambar 4.2 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.08



27



Gambar 4.3 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.10



29



SOIL INVESTIGASI



v



BAB - I



Pendahuluan 1.1. Umum Transportasi udara mempunyai kedudukan yang cukup strategis dalam konteks peran dan sumbangannya dalam pembangunan nasional. Salah satu komponen penting dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan pada transportasi udara adalah pengembangan kinerja dan pembangunan bandar udara. Oleh karena itu, sebagai prasarana penyelenggaraan penerbangan, bandar udara perlu ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kebandarudaraan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Agar penyelenggaraan layanan jasa kebandarudaraan dapat terwujud dalam satu kesatuan tatanan kebandarudaraan secara nasional yang handal dan berkemampuan tinggi, maka dalam proses penyusunan penataan Bandar udara tetap perlu memperhatikan tata ruang, pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, keamanan dan keselamatan penerbangan secara nasional. Dalam proses penyusunan penataan bandar udara perlu memperhatikan tata ruang, pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, keamanan dan keselamatan penerbangan secara nasional. Oleh karena penataan fasilitas bandar udara merupakan pekerjaan yang kompleks dan perlu mempertemukan kepentingan berbagai bidang (multifacet), maka proses perencanaan



fasilitas



bandar



udara



benar-benar



membutuhkan keahlian yang mampu menghasilkan produk perencanaan sesuai dengan kriteria- kriteria teknis di bidang kebandarudaraan yang berlaku secara internasional yang dibakukan oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) dan merujuk kepada standar peraturan perundangan yang berlaku. Pekerjaan penyelidikan tanah (Soil Investigasi) N-SPT Pekerjaan Proyek



Fasilitas Sisi Udara Pembangunan Bandar Udara Mentawai. 1.2. Maksud dan Tujuan Penyelidikan tanah ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi lapisan tanah yang ada di lokasi dan mengetahui letak kedalaman tanah keras serta untuk mendapatkan data parameter tanah yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam kegiatan Pekerjaan Proyek Fasilitas Sisi Udara Pembangunan Bandar Udara Mentawai.



SOIL INVESTIGASI



1



1.3. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan penyelidikan tanah dilakukan pada tanggal 05 Januari s/d 13 Februari 2021 dengan kondisi cuaca cerah. Pekerjaan ini dimulai dengan melaksanakan pengujian di lapangan pada awal pelaksanaan perencanaan, kemudian akan dilanjutkan lagi dengan pengujian sampel tanah undisturb di Laboratorium Mekanika Tanah. 1.4. Lokasi Pekerjaan Pekerjaaan penyelidikan tanah ini dilaksanakan di Rokot, Desa Matobe Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat.



Gambar 1.4 Lokasi Titik Boring



SOIL INVESTIGASI



2



BAB - II



Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan penyelidikan tanah di lokasi meliputi pengujian di lapangan, pengujian di laboratorium dan analisa data-data hasil pengujian. 2.1. Pengujian di Lapangan Pelaksanaan Pemboran dan Test SPT dilaksanakan sebanyak 10 ( Sepuluh ) titik diberi kode BH.01 sampai dengan BH.10 lokasi titik-titik pengeboran seperti terlihat pada gambar sketsa lokasi terlampir. Mesin bor yang digunakan adalah merek ”TOHO D 130” (rotary driling system) yang dilengkapi mata bor (bit), penginti (core barrel) dan pipa pelindung (casing). Pada setiap perubahan lapisan atau interval 2,00 meter dilakukan pengujian SPT (Standard Penetration Test). Pada lapisan tanah yang mempunyai sifat kohesif yang berbeda diambil undisturbed sample untuk selanjutnya dilakukan pengujian sampel tanah di laboratorium. Setelah selesainya seluruh kegiatan pengeboran, dilakukan pengamatan akhir (final) terhadap elevasi permukaan air tanah untuk dicatat pada boring log, yang merupakan data-data hasil pengeboran. Tujuan pengeboran ini adalah untuk mengetahui macam lapisan tanah serta pengambilan sampel UDS guna dilakukan penyelidikan laboratorium untuk mengetahui sifat fisis dan sifat fisik tanah. Hasil yang akan disajikan berupa data borlog dan hasil uji laboratorium. 2.2. Pengujian di Laboratorium Contoh tanah undisturb dan contoh disturb yang didapat dari pengeboran di lapangan selanjutnya diuji di laboratorium. Dari pengujian di laboratorium tersebut didapatkan nilai index properties dan nilai parameter tanah. Pengujian contoh tanah yang dilakukan di laboratorium mengikuti standard ASTM yang meliputi : 1. Indeks Properties yaitu : - Berat isi tanah (γ) dalam kondisi asli dan kering - Specific Gravity (Gs) - Kadar air asli (ω) 2. Atterberg Limit Test yang terdiri dari : - Batas Cair (LL)



3



- Batas Plastis (PL) - Indeks Plastis (PI) 3. Analisa saringan dan hidrometer 4. Kuat Geser Langsung (direct shear test) 5. Konsolidasi 6. Triaxial 2.2.1 Pengujian Berat Jenis Tanah Maksud dari percobaan ini adalah penentuan massa (berat jenis) suatu contoh tanah. Massa jenis tanah adalah perbandingan antara massa butir-butir dengan massa air destilasi di udara dengan volume yang sama pada temperatur tertentu. Biasanya diambil temperatur 27,5 0 C O



C 20 30 40



0 0,998 0,995 0,992



1 0,998 0,995 0,992



Tabel 2.1 Berat jenis air pada suhu (Gt) 2 3 4 5 6 7 8 9 0,998 0,997 0,997 0,997 0,997 0,997 0,996 0,996 0,994 0,994 0,994 0,994 0,994 0,993 0,993 0,993 0,991 0,991 0,991 0,990 0,990 0,989 0,989 0,988



1.



Siapkan benda uji yang lolos saringan No. 40 dan tertahan di saringan No 50



2.



Timbang labu ukur yang telah diisi air sebanyak 500 ml.



3.



Ambil sampel tanah sekitar 50 gr



4.



Masukkan sampel tanah tersebut kedalam labu ukur kemudian tambahkan air suling secukupnya.



5.



Keluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap didalamnya dengan menggunakan pompa vacum.



6.



Tambahkan air suling sampai tepat menyentuh garis batas labu ukur.



7.



Keringkan bagian luar labu ukur lalu timbang dengan ketelitian 0.01 gr, ukur dan catat suhu larutan tersebut.



8.



Bersihkan dan timbang dish kosong lalu tuangkan larutan dalam labu ukur tersebut dalam dish sampai betul-betul bersih ( tidak ada yang tersisa ).



9.



Masukkan dish berisi larutan tanah tersebut kedalam oven pada suhu 110’C selama 24 jam.



10. Ulangi prosdur diatas untuk pengujian ke 2 sebagai bahan perbandingan. 11. Hitung nilai berat jenis ( Gs ) masing-masing percobaan.



4



Hasil pengujian →



Berat Labu + Air



Berat jenis tanah=



(W1)



Berat Labu + Air + Tanah



(W2)



Berat Tanah Kering



(Ws)



Berat Jenis Air Pada Suhu



(Gt)



(¿ x Ws) (Ws−W 2+ W 1)



2.2.2 Pengujian Kadar Air Tanah Dalam percobaan ini kami mencoba menentukankadar air dalam suatu tanah guna mencari perbandinganantara berat air yang dikandung tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen. 1.



Timbang cawan yang akan dipakai berikut tutupnya lalu beri nomor/tanda.



2.



Masukkan benda uji yang akan diperiksa kedalam cawan tersebut lalu tutup.



3.



Timbang cawan yang telah terisi benda uji tersebut.



4.



Masukkan kedalam oven yang suhunya telah diatur 110 0C selama 24 jam sehingga beratnya konstan ( tutup cawan dibuka ).



5.



Setelah dikeringkan dalam oven, tutup kembali cawan tersebut lalu masukkan dalam desicator agar cepat dingin.



6.



Setelah dingin, timbang kembali cawan yang telah berisi tanah kering tersebut.



CATATAN : 1.



Jumlah benda uji dan neraca yang dipakai harus disesuaikan dengan butiran tanah maksimum agar didapatkan hasil yang teliti. Tabel 2.2 Ketelitian Berdasarkan Berat Benda Uji dan Butir Tanah Maksimum UKURAN BUTIR MAKS. 3/4" # 10



2.



BERAT BENDA UJI MIN. 1000 GRAM 100 GRAM



KETELITIAN 1 GRAM 1.1 GRAM



# 40 10 GRAM 0.01 GRAM Jika tdak tersedia oven pengering, maka pengeringan dapat dilakukan dengan cara : - Digoreng di atas kompor.



5



- Dibakar langsung setelah disiram dengan spritus (khusus untuk tanah yang tidak mengandung bahan yang mudah terbakar). - Menggunakan speedy moisture content test. 3.



Masing-masing cawan dan tutupnya diberi tanda yang jelas agar tidak tertukar.



4.



Pada waktu menimbang, tutup cawan harus selalu terpasang.



5.



Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, setiap sampel tanah diuji sebanyak 3 kali. Hasil pengujian →



Berat Cawan



Berat Cawan + Tanah Basah



(W2)



Berat Cawan + Tanah Kering



(W3)



(W1)



Massa Air ( A)=W 2−W 3 MassaTanah Kering(B)=W 3−W 1 Kadar Air=



A x 100 % B



2.2.3 Pengujian Berat Isi (Porositas Tanah) Maksud dari percobaan ini adalah : untuk penentuan berat volume suatu contoh tanah. Berat volume tanah merupakan perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah. 1. Bersihkan ring berat isi yang akan dipakai. 2. Ukur diameter dalam dan tingginya dengan menggunakan jangka sorong. 3. Timbang ring tersebut dengan ketelitian 0.01 gr. 4. Masukkan sampel tanah kedalam ring langsung dari tabung contoh dengan menggunakan extruder. 5. Ratakan permukaan tanah dikedua ujung ring dengan pisau pemotong. 6. Bersihkan bagian luar ring kemudian timbang kembali. 7. Masukkan ring yang berisi sampel tanah tadi kedalam oven dengan suhu 1100C selama 24 jam. 8. Masukkan kedalam desicator sampai dingin lalu timbang kembali. Perhitungan untuk mengisi formulir dan grafik



6



D = Diameter Ring h = Tinggi Ring Tanah basah ( 41 x π x D ) x hBerat isi tanah basah= BeratVolume Ring 2



Volume Ring=



Berat air=Berat tanahbasah−Berat tanah kering Kadar air=



Berat air x 100 % Berat tanah kering



Berat isi tanah kering=



Berat Tanah kering Volume Ring



Volume Tanah Kering=



Berat tanah kering Berat Jenis



Isi pori=Volume Ring−Volume Tanah Kering Derajat Kejenuhan= Porositas=



Berat air x 100 % Isi pori



Isi pori x 100 % Derajat Kejenuhan



2.2.4 Pengujian Atterberg dan Plastisitas Tanah Maksud percobaan batas cair adalah untuk menentukan batas cair tanah. Batas cair



suatu tanah adalah kadar air tanah tersebut pada keadaan batas



peralihan antara cair dan keadaan plastis. Tanah dalam keadaaan pada batas cair apabila diperiksa dengan alat Casagrande. kedua bagian tanah dalam mangkuk terpisah oleh alur lebar 2 mm (seperti yang akan diuraikan berikut ini) menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25 pukulan. Sedangkan dalam menentukan batas plastis suatu tanah. Batas plastis adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam persen) bagi tanah tersebut masih dalam keadaan plastis. Tanah dalam keadaan plastis apabila tanah digiling menjadi batang-batang berdiameter 3,2 mm (1/8 inci) mulai menjadi retak-retak. Indeks plastisitas suatu tanah adalah suatu rentang kadar air dimana tanah berperilaku plastis, secara numeris indeks plastisitas merupakan selisih antara batas cair dan batas plastisnya. 1.



Atur tinggi jatuh mangkok (10 mm). Kendurkan kedua baut penjepit lalu putar tuas pemutar sampai posisi mangkok mencapai tinggi maksimum. Putar baut



7



belakang sehingga ujung tangkai alat pembuat alur ASTM tepat masuk diantara dasar mangkok dan alas. 2.



Ambil sampel tanah sekitar 100 gr yang lolos saringan No. 40 lalu letakkan diatas plat kaca pengaduk.



3.



Dengan menggunakan spatula, aduklah contoh tanah tersebut sambil ditambahkan air suling sedikit demi sedikit. Pengadukan harus dilakukan dengan sempurna agar didapat campuran homogen.



4.



Setelah didapat campuran homogen, ambil sedikit sampel tanah tersebut dengan spatula lalu masukkan dalam mangkok batas cair. Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan alas (mangkok dalam posisi menyentuh alas). Lapisan tanah yang paling tebal adalah 1 cm.



5.



Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok tersebut. Gunakan grooving tool melalui garis tengah mangkok dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.



6.



Putar tuas pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik (dalam 1 detik mengkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 1/2" ( 12.7 mm ). Catat jumlah pukulan yang diperlukan.



7.



Tentukan kadar air pada bagian yang bersinggungan.



8.



Bagi empat bagian pada sample (satu bagian letakkan dicawan dan 1/8 bagian bentuk seperti cacing pada plat kaca dengan diameter sebesar lidi korek api)



9.



Ulangi prosedur 4 s/d 9 dengan kadar air berbeda (minimal 3 macam kadar air).



CATATAN : 1.



Proses bersinggungnya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran dan bukan karena geseran antara tanah dan mangkok.



2.



Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan (pencampuran dilakukan dari kadar air terendah kemudian berurutan menuju yang lebih tinggi ).



3.



Untuk memproleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara (10 – 20), (20 – 30), dan (30 – 40) Alat pembuat alur Cassagrande digunakan untuk tanah berbutir halus ( lempung ) sedangkan type ASTM untuk tanah lempung kepasiran.



8



Langkah Perhitungan : Berat Air = (Berat Cawan + Tanah Basah) – (Berat Cawan + Tanah Kering) Kadar Air=



Berat Air x 100 % Berat Tanah Kering



Plastisitas Indeks = LL – PL LL = Batas Cair PL = Batas Plastis 2.2.5 Pengujian Analisa Saringan Pada Tanah Analisa saringan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memisahkan butiran tanah menurut kelompoknya dengan menggunakan ayakan dari bernagai ukuran sesuai dengan standar yang digunakan. Gradasi adalah distribusi ukuran butiran sebagai pernyataan dari nilai gradasi dipakai persentase dari berat butran yang tertinggal atau lewat didalam suatu susunan ayakan. 1.



Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan.



2.



Timbangan agregat halus sebanyak 1000 gr dan letakan diwadah.



3.



Lalu oven agregat dengan suhu 110 ± 5ο C.



4.



Masukkan agregat kedalam saringan yang telah disusun dari Pan (paling bawah) sampai saringan no.19.5 mm.



5.



Ayak agregat dengan meletakan diatas mesin penggetar selama 15 menit.



6.



Timbang berat agregat yang tertahan pada masing-masing ayakan dan hitung presentase berat benda uji yang tertahan.



7.



Hitung persentase berat benda uji yang tertahan pada masing-masing ayakan.



Meghitung analisa saringan dapat dihentikan dengan 3 syarat : 1.



Bila hasil perhitungan dengan cara analitis perhitungan minus maka perhitungan dihentikan, maka desain 100 % ke kerikil, dengan terlebih dahulu membuktikan bahwa % melalui di cek terhadap batas gradasi.



2.



Bila salah satu nilai gabungan telah menyentuh batas atas dan batas bawah maka perhitungan telah mencapai ideal.



3.



Bila salah satu nilai gabungan berada pada nilai diluar batas minimal dan maximal maka perhitungan dihentikan dengan penyeimbangan.



9



2.2.6 Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tekan bebas tanah kohesif dalam keadaan asli (undisturbed) maupun keadaan buatan (remouled). Yang dimaksud kekuatan tekan bebas asalah tekanan aksial benda uji pada saat mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20%. 1. Siapkan benda uji : -



Keluarkan contoh tanah dari tabung sampel sepanjang 1 cm dengan menggunakan extruder lalu potong dan diratakan.



-



Pasang cetakan benda uji didepan tabung contoh lalu keluarkan contoh tanah dengan extruder sehingga cetakan benda uji terisi penuh dengan tanah.



-



Ratakan tanah yang menonjol dikedua ujung cetakan benda uji dengan pisau pemotong.



2.



Timbang benda uji tadi.



3.



Letakkan pada plat penekan secara sentris.



4.



Atur ketinggian plat penekan atas agar tepat menyentuh permukaan atas tanah.



5.



Atur dial beban maupun deformasi pada posisi nol.



6.



Lakukan penekan dengan memutar engkol ( mesin manual ) atau menghidupkan motor ( mesin elektrik ). Kecepatan penekan diambil 1/2 % sampai 2 % permenit dari tinggi contoh semula.



7.



Baca dial beban pada regangan 0.5%, 1%, 1.5%, 2% dst.



Langkah Perhitungan : Beban = Pembacaan Dial x Kalibrasi Tegangan=



Beban Luas Koreksi



2.2.7 Pengujian Geser Langsung Pada Tanah Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan geser langsung tanah kohesif dalam keadaan asli (undisturbed) maupun keadaan buatan (remouled),



10



dimana dalam pengujian ini merupakan juga untuk menentukan nilai kohesi ( c ) dan sudut geser dalam tanah secara cepat. 1. Siapkan benda uji : -



Keluarkan contoh tanah dari tabung sampel sepanjang 1 cm dengan menggunakan extruder lalu potong dan diratakan.



-



Pasang cetakan benda uji didepan tabung contoh lalu keluarkan contoh tanah dengan extruder sehingga cetakan benda uji terisi penuh dengan tanah.



-



Ratakan tanah yang menonjol dikedua ujung cetakan benda uji dengan pisau pemotong.



2.



Masukkan benda uji kedalam cincin geser yang masih terkunci menjadi satu. Posisi tanah berada diantara dua batu pori.



3.



Atur posisi stang penekan dalam posisi vertikal, tepat menyentuh bidang penekan.



4.



utar engkol pendorongsampai tepat menyentuh stang penggeser benda uji ( dial proving ring tepat akan mulai bergerak).



5.



Buka kunci cincin geser.



6.



Pasang dial konsolidasi, atur pada posisi nol.



7.



Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera setelah pembebanan pertama diberikan isilah bak perendam dengan air sampai penuh sehingga benda uji terendam.



8.



Putar engkol pendorong sehingga tanah mulai menerima beban geser. Baca dial proving ring dan dial pergeseran setiap 15 detik sampai tercapai beban maksimum atau deformasi 10% diameter benda uji.



9.



Berikan beban normal pada benda uji kedua sebesar dua kali beban normal pertama dengan mengulangi prosedur 2 s/d 11.



10.



untuk percobaan yang ketiga, beban normal yang diberikan tiga kali beban normal pertama dan prosedurnya sama dengan diatas.



Langkah perhitungan : Gaya geser = gaya normal x kalibrasi proving ring



11



Tegangan geser=



gaya geser luas penampang



BAB - III



Metode Penyelidikan 12



3.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan pembentukan tim pelaksana pekerjaan yang akan bekerja pada lokasi pekerjaan. Organisasi tim pelaksana terdiri dari satu orang operator dan dibantu oleh beberapa tenaga asisten operator dan helper. Kegiatan yang tercakup dalam tahap ini adalah : - Melakukan kunjungan lokasi (site visit) - Persiapan data awal - Persiapan peralatan survey lapangan 3.2. Tahap Pengujian di Lapangan Metode pelaksanaan pekerjaan pengambilan sampel tanah undisterb dan N-SPT dengan bor di lapangan sebagai langkah awal untuk mendapatkan parameter tanah yang diinginkan adalah sebagai berikut : Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut (Gambar 2): 1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor; 2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan; 3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekasbekas pengeboran; 4) Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan; 5) Masukkan peralatan uji SPT kedalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian yang diinginkan; 6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.



13



Gambar 3.1 Penetrasi Dengan SPT



Gambar 3.1 Penetrasi Dengan SPT



Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut: a) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan; b) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya(kira-kira 75 cm); 14



c) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar 3) d) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm; e) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama; f) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga; g) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm: 15 cm pertama dicatat N1; 15 cm ke-dua dicatat N2; 15 cm ke-tiga dicatat N3; Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran; h) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter; i) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.



15



Gambar 3.2 Tahapan Pengujian Penetrasi Standar (SPT) Gambar 3.2 Tahapan Pengujian Penetrasi Standar (SPT) Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan Bor N-SPT : a) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya; b) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya; c) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan pada Gambar 1 (ASTM D 1586-84); d) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%. e) Alat penahan (tripod); f) Rol meter; g) Alat penyipat datar; h) Kerekan; i) Kunci-kunci pipa; j) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu; k) Perlengkapan lain.



3.3. Tahap Pengujian di Laboratorium Prosedur pelaksanaan pengujian di laboratorium dilakukan dengan mengikuti ASTM standard yang meliputi : 1. Moisture Content



ASTM D 2216 - 98



2. Specific Gravity



ASTM D 854 - 02



16



3. Atterberg Limit



ASTM D 4318 - 00



4. Sieve Analysis



ASTM D 422 - 98



5. Consolidation



ASTM D 2435 - 98



6. Unit Weigth



ASTM D 4718 - 01



7. Direct Shear



ASTM D 3080 – 11



8. Triaxial



ASTM D 4767 - 95



3.4. Tahap Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan beberapa software komputer yang layak digunakan. Data hasil pengujian Boring disajikan dalam bentuk tabel dan bentuk kurva hubungan kedalaman dengan nilai konus, qc dan nilai kumulatif total friksi. Data hasil pengeboran disajikan dalam bentuk kurva Boring dan boring log. (dapat dilihat pada lembar lampiran laporan ini).



BAB - 4



Dasar Teori Dan Hasil Pengujian Tanah 17



4.1. Dasar Teori Besarnya daya dukung tanah yang diizinkan adalah sebagai acuan dasar dalam bidang perencanaan suatu pondasi baik bangunan gedung, jembatan, dermaga, atau bangunan sipil lainnya. Perhitungan nilai daya dukung ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tanah yang bersangkutan cukup kuat untuk menahan beban pondasi suatu bangunan tanpa terjadinya keruntuhan akibat pengeseran lapisan tanah ( shearing failure). Secara garis besar teknik pondasi dikelompokan menjadi 3 ( tiga ) yaitu pondasi dangkal, sumuran dan pondasi dalam. Untuk menghitung besarnya nilai daya dukung dapat menggunakan persamaan-persamaan sbb: a) Daya Dukung Pondasi Dangkal. Untuk menentukan nilai daya dukung pondasi dangkal yang diizinkan dapat digunakan persamaan Terzaghi sebagai berikut : Tabel 4.1 Rumus Kapasitas Daya Dukung Tanah No. 1. 2. 3.



Tipe Pondasi Menerus Persegi Lingkaran



dengan :



Kapasitas Daya Dukung



General Shear Oult = c.Nc + q.Nq + 0.5 B.yNy Cult = 1.3 c.Nc + q.Nq + 0.4 B.yNy Oult = 1.3 c.Nc + q.Nq + 0.3 B.yNy



Local Shear Oult = c'.Nc' + q'.Nq' + 0.5 B.yNy' Oult = 1.3 c'.Nc' + q'.Nq' + 0.4 B.yNy' Oult = 1.3 c'.Nc' + q'.Nq' + 0.3 B.yNy'



c = Nilai cohesi tanah q = Dalam pondasi x berat isi B = Lebar pondasi Nc,Nq,Nγ = Koefisien daya dukung tanah



b) Daya Dukung Pondasi Sumuran Untuk menentukan nilai daya dukung pondasi sumuran yang diizinkan berdasarkan data DCPT dapat digunakan persamaan sebagai berikut : Qb = Ah x qc ........................................................... pers. 1 Qs = As x Fs ........................................................... pers. 2 (Fs = 0,012 x qc) Qult = Qb + Qs ........................................................ pers. 3 Qall = Qult / Sf ........................................................ pers. 4



18



dengan :



Qb = Daya dukung ujung (ton) Qs = Daya dukung selimut (ton) Ah = Luas penampang (m²) As = Luas Selimut (m²) Fs = Tahanan Dinding (kg/cm²) Sf = Faktor keamanan Qult = Kapasitas daya dukung tiang (ton) Qall = Kapasitas daya dukung total tiang (ton)



c) Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang (Berdasarkan Data SPT ) Untuk menentukan nilai daya dukung pondasi tiang yang diizinkan berdasarkan data SPT dapat digunakan persamaan sebagai berikut :



qult = q A uIi fi dengan : qd = Daya dukung terpusat tiang (ton/m2) A = Luas penampang ujung tiang (m2) u = Keliling tiang (m) li = Tebal lapisan tanah (m) fi = Gaya geser maksimum (ton/m2)



Apabila digunakan tidak tunggal maka daya dukung tiang pancang kelompok harus memperhitungkan factor efisiensi tiang yang didapatkan tiang dengan rumus : E = 1 – [{arctg(D/S)/90}*{(m-1)*n+(n-1)*m}/(m*n)] Dimana : m=jumlah tiang arah x



n=jumlah tiang arah y



D=sisi tiang



S= jarak antara tiang.



19



4.2. Hasil Pengujian Berdsarkan Data Boring N-SPT Contoh tanah undisterb dan contoh disturb yang diperoleh dari pengeboran di lapangan selanjutnya di uji dilaboratorium. Adapun identitas serta letak kedalaman contoh tanah yang diuji sebagaimana diperlihatkan pada tabel 4.2. Dari pengujian di laboratorium tersebut didapatkan nilai index propertis, batas-batas atterberg, nilai Cc, nilai kohesi (c), sudut geser dalam (ϕ), nilai UCS (qu), Serta kepadatan relatif (Dr). Tabel 4.2 Identitas Contoh Tanah Undisturb dan lokasi pengambilan Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(Top Soil) Humus warna cokelat



00,00 - 00,50 Organik, warna cokelat.



0,50



0 - 49



00,50 - 01,50 Gambut, warna cokelat kehitaman.



1,00



0 - 49



01,50 - 02,50 Tanah humus, warna cokelat.



1,00



0 - 49



02,50 - 03,00 Lempung, konsistensi lunak.



0,50



0 - 49



03,00 - 05.00 Batuan karang campur pasir, kepadatan sangat padat, warna abu - abu cerah.



2,00



> 50



05,00 - 08,00 Pasir campur batuan karang, kepadatan sedang - padat, warna abu - abu.



3,00



0 - 49



08,00 - 12,00 Pasir halus campur kerikil, kepadatan padat, warna abu - abu keputihan.



4,00



0 - 49



12,00 - 22,00 Pasir halus, kepadatan sangat padat, warna abu - abu.



10,00



> 50



BH.01



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(Top Soil) Humus warna cokelat.



00,00 - 00,50 Organik, warna cokelat kehitaman.



0,50



0 - 49



00,50 - 02,00 Gambut, warna cokelat kehitaman.



1,50



0 - 49



02,00 - 03,00 Tanah humus, warna cokelat.



1,00



0 - 49



1,50



0 - 49



04,50 - 08.00 Pasir campur kerikil, kepadatan sedang - padat, warna abu - abu.



3,50



0 - 49



08,00 - 09,50 Pasir halus, kepadatan sangat padat, warna abu - abu.



1,50



> 50



09,50 - 14,00 Batuan napal, kepadatan sangat padat, warna abu - abu.



4,50



> 50



BH.02 03,00 - 04,50 Lempung lanau, konsistensi sangat lunak, warna cokelat.



20



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 01,00 Lempung, konsistensi sangat lunak, warna cokelat.



1,50



0 - 49



01,00 - 02,00 Lanau elastis, konsistensi sangat lunak, warna cokelat kehitaman.



1,00



0 - 49



02,00 - 03,00 Organik / tanah campur gambut, warna hitam.



1,00



0 - 49



03,00 - 05.00 Batuan karang campur kerikil dan pasir, kepadatan sangat padat, warna putih.



2,00



0 - 49



05,00 - 08,00 Pasir campur batuan karang laut, kepadatan sedang, warna putih.



3,00



0 - 49



08,00 - 14.00 Pasir berbutir halus, kepadatan sedang - padat, warna abu - abu keputihan.



6,00



0 - 49



14,00 - 18,00 Pasir berbutir halus, kepadatan sangat padat, warna abu - abu cerah.



4,00



> 50



18,00 - 21,00 Batuan napal, konsistensi sangat keras, warna abu - abu.



3,00



> 50



BH.03



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 00,50 Organik.



0,50



0 - 49



00,05 - 01,20 Gambut, warna cokelat kehitaman.



0,70



0 - 49



01,20 - 05,00 Lanau berpasir, konsistensi lunak, warna cokelat.



3,80



0 - 49



2,00



0 - 49



07,00 - 10,00 Batuan karang bercampur kerikil dan pasir, kepadatan sedang - padat, warna putih abu - abu.



3,00



0 - 49



10,00 - 18,00 Pasir campur kerikil, kepadatan padat - sangat padat, warna abu - abu putih.



8,00



0 - 49



18,00 - 24,00 Pasir halus, kepadatan padat, warna abu - abu keputihan.



6,00



> 50



Kedalaman (meter)



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



BH.04 05,00 - 07.00 Batuan karang campur pasir, kepadatan lepas, warna putih pekat.



Kode Titik



Deskripsi (TOP SOIL)



00,00 - 00,50 Organik.



0,50



0 - 49



00,50 - 02,00 Lempung, konsistensi lunak, warna cokelat.



1,50



0 - 49



02,00 - 03,50 Pasir campur batuan karang, kepadatan lepas.



1,50



0 - 49



2,00



0 - 49



05,50 - 11.00 Pasir campur lempung, kepadatan padat, warna abu - abu.



5,50



0 - 49



11,00 - 20,00 Pasir berbutir halus sangat padat, kepadatan padat - sangat padat, plastisitas tinggi, kadar air sedang, warna abu - abu.



9,00



0 - 49



20,00 - 30,00 Pasir padat, kepadatan sangat padat, plastisitas tinggi, kadar air sedang, warna abu - abu.



10,00



> 50



BH.05 03,50 - 05.50 Humus, warna abu - abu.



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 00,50 Organik, warna cokelat.



0,50



0 - 49



00,50 - 02,00 Gambut, warna cokelat kehitaman.



1,50



0 - 49



02,00 - 04,00 Batuan gunung, warna abu - abu.



2,00



0 - 49



04,00 - 05,00 Pasir berbutiran karang, kepadatan padat - sangat padat, warna putih.



1,00



0 - 49



05,00 - 10.00 Batuan karang, plastisitas sedang, kadar air sedang, kekerasan sangat keras, plastisitas sedang, warna putih pekat.



5,00



> 50



10,00 - 14,00 Stone (batu), warna putih abu -abu.



4,00



> 50



BH.06



21



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 01,50 Lempung pasir, konsistensi sedang, warna cokelat.



1,50



0 - 49



01,50 - 03,50 Lempung, konsistensi sedang - kenyal, warna merah.



3,20



0 - 49



1,50



0 - 49



05,00 - 07.00 Lempung, konsistensi sangat keras, warna abu - abu.



2,00



> 50



07,00 - 14,00 Batu, konsistensi sangat keras, warna abu - abu.



5,00



> 50



BH.07 03,50 - 05,00 Lanau elastis, konsistensi sedang - kenyal, warna merah.



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 02,00 Lempung, konsistensi sedang, warna cokelat kekuningan.



2,00



0 - 49



02,00 - 03,00 Lempung, konsistensi sedang, warna cokelat kekuningan.



1,00



0 - 49



03,00 - 04.00 Pasir lunak, kepadatan sangat padat, warna putih.



1,00



0 - 49



04,00 - 06,50 Pasir campur kerikil, kepadatan sedang - padat, warna abu - abu keputihan.



2,50



0 - 49



06,50 - 10.00 Batuan karang, kepadatan sangat padat, warna abu - abu keputihan.



3,50



> 50



10,00 - 15,00 Batuan campur pasir, kepadatan sangat padat, warna abu - abu kekuningan.



5,00



> 50



BH.08



Kode Titik



Kedalaman (meter)



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft



(TOP SOIL)



00,00 - 01,50 Gambut, kadar air sedang, konsistensi sedang, warna cokelat kehitaman.



1,50



0 - 49



01,50 - 02,50 Lempung lanau, konsistensi sangat lunak, warna cokelat.



1,00



0 - 49



02,50 - 04,00 Lempung campur kerikil / batuan karang, konsistensi lunak, warna putih.



1,50



0 - 49



04,00 - 11.00 Lanau elastis, konsistensi kenyal - keras, warna abu - abu.



7,00



0 - 49



11,00 - 16,00 Pasir berbutir halus, kadar air sedang, kepadatan padat warna abu - abu.



5,00



0 - 49



16,00 - 22,00 Pasir padat, kadar air rendah, kepadatan sangat padat, warna abu - abu keputihan.



6,00



> 50



BH.09



Kode Titik



BH.10



Kedalaman (meter) 00,00 - 00,10 (TOP SOIL) Organik



Deskripsi



Tebal N SPT Lapisan (m) blow/ft 0,1 0 - 49



00,10 - 01,00 Gambut, warna cokelat kehitaman.



0,90



0 - 49



01,00 - 04,50 Lanau elastis, konsistensi kenyal, warna abu - abu keputihan.



3,50



0 - 49



04,50 - 08.00 Batuan gunung, warna abu - abu keputihan.



3,50



> 50



08,00 - 10.00 Pasir, kepadatan sangat padat, warna putih.



2,00



> 50



10,00 - 14,00 Batu napal / stone, konsistensi sangat keras, warna putih pekat.



4,00



> 50



22



Tabel 4.3. Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang (Spun Pile) Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.3 D Tiang = 2



20



cm



Depth (L)



li



Nb



qc=4N



Ap=0,25.p . D



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m 2)



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



5,00



20,00



0,03



0,63



1,26



5,00



6,28



1,26



7,54



4



2



5,00



20,00



0,03



0,63



2,51



5,00



6,28



2,51



8,79



6



2



21,00



84,00



0,03



0,63



3,77



10,33



26,38



7,79



34,16



8



2



17,00



68,00



0,03



0,63



5,02



12,00



21,35



12,06



33,41



10



2



33,00



132,00



0,03



0,63



6,28



16,20



41,45



20,35



61,80



12



2



40,00



160,00



0,03



0,63



7,54



20,17



50,24



30,40



80,64



14



2



50,00



200,00



0,03



0,63



8,79



24,43



62,80



42,96



105,76



16



2



60,00



240,00



0,03



0,63



10,05



28,88



75,36



58,03



133,39



18



2



60,00



240,00



0,03



0,63



11,30



32,33



75,36



73,10



148,46



20



2



60,00



240,00



0,03



0,63



12,56



35,10



75,36



88,17



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



30



163,53



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



5,00



20,00



0,07



0,94



1,88



5,00



14,13



1,88



16,01



4



2



5,00



20,00



0,07



0,94



3,77



5,00



14,13



3,77



17,90



6



2



21,00



84,00



0,07



0,94



5,65



10,33



59,35



11,68



71,03



8



2



17,00



68,00



0,07



0,94



7,54



12,00



48,04



18,09



66,13



10



2



33,00



132,00



0,07



0,94



9,42



16,20



93,26



30,52



123,78



12



2



40,00



160,00



0,07



0,94



11,30



20,17



113,04



45,59



158,63



14



2



50,00



200,00



0,07



0,94



13,19



24,43



141,30



64,43



205,73



16



2



60,00



240,00



0,07



0,94



15,07



28,88



169,56



87,04



256,60



18



2



60,00



240,00



0,07



0,94



16,96



32,33



169,56



109,65



279,21



20



2



60,00



240,00



0,07



0,94



18,84



35,10



169,56



132,26



301,82



23



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



40



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



5,00



20,00



0,13



1,26



2,51



5,00



25,12



2,51



27,63



4



2



5,00



20,00



0,13



1,26



5,02



5,00



25,12



5,02



30,14



6



2



21,00



84,00



0,13



1,26



7,54



10,33



105,50



15,57



121,08



8



2



17,00



68,00



0,13



1,26



10,05



12,00



85,41



24,12



109,52



10



2



33,00



132,00



0,13



1,26



12,56



16,20



165,79



40,69



206,49



12



2



40,00



160,00



0,13



1,26



15,07



20,17



200,96



60,79



261,75



14



2



50,00



200,00



0,13



1,26



17,58



24,43



251,20



85,91



337,11



16



2



60,00



240,00



0,13



1,26



20,10



28,88



301,44



116,05



417,49



18



2



60,00



240,00



0,13



1,26



22,61



32,33



301,44



146,20



447,64



20



2



60,00



240,00



0,13



1,26



25,12



35,10



301,44



176,34



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



50



477,78



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



5,00



20,00



0,20



1,57



3,14



5,00



39,25



3,14



42,39



4



2



5,00



20,00



0,20



1,57



6,28



5,00



39,25



6,28



45,53



6



2



21,00



84,00



0,20



1,57



9,42



10,33



164,85



19,47



184,32



8



2



17,00



68,00



0,20



1,57



12,56



12,00



133,45



30,14



163,59



10



2



33,00



132,00



0,20



1,57



15,70



16,20



259,05



50,87



309,92



12



2



40,00



160,00



0,20



1,57



18,84



20,17



314,00



75,99



389,99



14



2



50,00



200,00



0,20



1,57



21,98



24,43



392,50



107,39



499,89



16



2



60,00



240,00



0,20



1,57



25,12



28,88



471,00



145,07



616,07



18



2



60,00



240,00



0,20



1,57



28,26



32,33



471,00



182,75



653,75



20



2



60,00



240,00



0,20



1,57



31,40



35,10



471,00



220,43



691,43



Gambar 4.1 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.03



24



Tabel 4.4. Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang (Spun Pile) Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.8



25



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc=4N



2



20



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p . D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



12,00



48,00



0,03



0,63



1,26



12,00



15,07



3,01



18,09



4



2



12,00



48,00



0,03



0,63



2,51



12,00



15,07



6,03



21,10



6



2



41,00



164,00



0,03



0,63



3,77



21,67



51,50



16,33



67,82



8



2



60,00



240,00



0,03



0,63



5,02



31,25



75,36



31,40



106,76



10



2



60,00



240,00



0,03



0,63



6,28



37,00



75,36



46,47



121,83



12



2



60,00



240,00



0,03



0,63



7,54



40,83



75,36



61,54



136,90



14



2



60,00



240,00



0,03



0,63



8,79



43,57



75,36



76,62



D Tiang = 2



30



151,98



cm



Depth (L)



li



Nb



qc



Ap=0,25.p . D



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m 2)



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



12,00



48,00



0,07



0,94



1,88



12,00



33,91



4,52



38,43



4



2



12,00



48,00



0,07



0,94



3,77



12,00



33,91



9,04



42,96



6



2



41,00



164,00



0,07



0,94



5,65



21,67



115,87



24,49



140,36



8



2



60,00



240,00



0,07



0,94



7,54



31,25



169,56



47,10



216,66



10



2



60,00



240,00



0,07



0,94



9,42



37,00



169,56



69,71



239,27



12



2



60,00



240,00



0,07



0,94



11,30



40,83



169,56



92,32



261,88



14



2



60,00



240,00



0,07



0,94



13,19



43,57



169,56



114,92



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



40



284,48



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



12,00



48,00



0,13



1,26



2,51



12,00



60,29



6,03



66,32



4



2



12,00



48,00



0,13



1,26



5,02



12,00



60,29



12,06



72,35



6



2



41,00



164,00



0,13



1,26



7,54



21,67



205,98



32,66



238,64



8



2



60,00



240,00



0,13



1,26



10,05



31,25



301,44



62,80



364,24



10



2



60,00



240,00



0,13



1,26



12,56



37,00



301,44



92,94



394,38



12



2



60,00



240,00



0,13



1,26



15,07



40,83



301,44



123,09



424,53



14



2



60,00



240,00



0,13



1,26



17,58



43,57



301,44



153,23



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



50



454,67



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



12,00



48,00



0,20



1,57



3,14



12,00



94,20



7,54



101,74



4



2



12,00



48,00



0,20



1,57



6,28



12,00



94,20



15,07



109,27



6



2



41,00



164,00



0,20



1,57



9,42



21,67



321,85



40,82



362,67



8



2



60,00



240,00



0,20



1,57



12,56



31,25



471,00



78,50



549,50



10



2



60,00



240,00



0,20



1,57



15,70



37,00



471,00



116,18



587,18



12



2



60,00



240,00



0,20



1,57



18,84



40,83



471,00



153,86



624,86



14



2



60,00



240,00



0,20



1,57



21,98



43,57



471,00



191,54



662,54



Gambar 4.2 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.08



26



27



Tabel 4.4. Analisa Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang Pancang (Spun Pile) Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.10 D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc=4N



2



20



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



17,00



68,00



0,03



0,63



1,26



17,00



21,35



4,27



25,62



4



2



17,00



68,00



0,03



0,63



2,51



17,00



21,35



8,54



29,89



6



2



60,00



240,00



0,03



0,63



3,77



31,33



75,36



23,61



98,97



8



2



60,00



240,00



0,03



0,63



5,02



38,50



75,36



38,68



114,04



10



2



60,00



240,00



0,03



0,63



6,28



42,80



75,36



53,76



129,12



12



2



60,00



240,00



0,03



0,63



7,54



45,67



75,36



68,83



144,19



14



2



60,00



240,00



0,03



0,63



8,79



47,71



75,36



83,90



159,26



D Tiang = 2



30



cm



Depth (L)



li



Nb



qc



Ap=0,25.p.D



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m 2)



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



17,00



68,00



0,07



0,94



1,88



17,00



48,04



6,41



54,45



4



2



17,00



68,00



0,07



0,94



3,77



17,00



48,04



12,81



60,85



6



2



60,00



240,00



0,07



0,94



5,65



31,33



169,56



35,42



204,98



8



2



60,00



240,00



0,07



0,94



7,54



38,50



169,56



58,03



227,59



10



2



60,00



240,00



0,07



0,94



9,42



42,80



169,56



80,64



250,20



12



2



60,00



240,00



0,07



0,94



11,30



45,67



169,56



103,24



272,80



14



2



60,00



240,00



0,07



0,94



13,19



47,71



169,56



125,85



295,41



D Tiang = Depth (L)



li



Nb



qc



2



40



cm



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



Ap=0,25.p.D



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



17,00



68,00



0,13



1,26



2,51



17,00



85,41



8,54



93,95



4



2



17,00



68,00



0,13



1,26



5,02



17,00



85,41



17,08



102,49



6



2



60,00



240,00



0,13



1,26



7,54



31,33



301,44



47,23



348,67



8



2



60,00



240,00



0,13



1,26



10,05



38,50



301,44



77,37



378,81



10



2



60,00



240,00



0,13



1,26



12,56



42,80



301,44



107,51



408,95



12



2



60,00



240,00



0,13



1,26



15,07



45,67



301,44



137,66



439,10



14



2



60,00



240,00



0,13



1,26



17,58



47,71



301,44



167,80



469,24



Depth (L)



li



Nb



qc



Kst=p.D



As=Kst x L



Nrata



40 x Nb x Ap



0,20 x N x As



Qult



2



(ton)



D Tiang = 2



Ap=0,25.p.D



50



cm



(m)



(m)



SPT



(t/m 2)



(m )



(m)



(m)



SPT



(ton)



(ton)



(1)



(2)



(3)



(4)



(5)



(6)



(7)



(8)



(9)



(10)



(11)



2



2



17,00



68,00



0,20



1,57



3,14



17,00



133,45



10,68



144,13



4



2



17,00



68,00



0,20



1,57



6,28



17,00



133,45



21,35



154,80



6



2



60,00



240,00



0,20



1,57



9,42



31,33



471,00



59,03



530,03



8



2



60,00



240,00



0,20



1,57



12,56



38,50



471,00



96,71



567,71



10



2



60,00



240,00



0,20



1,57



15,70



42,80



471,00



134,39



605,39



12



2



60,00



240,00



0,20



1,57



18,84



45,67



471,00



172,07



643,07



14



2



60,00



240,00



0,20



1,57



21,98



47,71



471,00



209,75



680,75



Gambar 4.3 Hubungan Kedalaman dan Daya Dukung Pondasi dititik BH.10



28



29



BAB - V



Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Dari hasil 10 titik pengeboran SPT / Boring dapat disimpulkan bahwa kondisi kondisi daya dukung tanah areal Penyelidikan Tanah di Rokot, Desa Matobe Kec.Sipora Selatan Kab.Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat adalah : Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.01 :  kedalaman ≥ - 22.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.02 :  kedalaman ≥ - 14.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.03 :  kedalaman ≥ - 21.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.04 :  kedalaman ≥ - 24.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.05 :  kedalaman ≥ - 30.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.06 :  kedalaman ≥ - 14.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.07 :  kedalaman ≥ - 12.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.08 :  kedalaman ≥ - 15.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60.



30



Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.09 :  kedalaman ≥ - 22.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. Berdasarkan Data N-SPT Titik BH.010 :  kedalaman ≥ - 14.00 meter dari muka tanah posisi drilling dan didapati nilai NSPT 60. 5.2. Saran & Rekomendasi 1. Lapisan tanah gambut harus di buang (stripping) kemudian diisi dengan lapisan tanah atau bahan lainya yang sesuai dengan rencana beban diatasnya. 2. sumuran atau DMC (Deep Mixing Cement) untuk mengetahui besar kuat tekan (qdm,spec) dari material disarankan diperoleh dengan uji Laboratorium dari tanah design dengan beberapa kombinasi campuran semen dan material lain untuk mendapatkan kuat tekan maximal.



31



DAFTAR PUSTAKA



1. Bowles, Joseph E. (1989) Foundation Analysis and Design, 4th.Ed ., Mc. Graw-Hill, New York. 2. Bowles, Joseph E. (1992) Engineering Properties of Soils and Their Measurements,



4th.Ed., Mc. Graw-Hill, New York. 3. Das, Braja M. (1988) Principles of Foundation Engineering, 3rd.Ed., Brooks Eng. Div. Monterey, California. 4. Sudarsono, Sosro and Kazuto Nakazawa (1990) Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi



(Soil Mechanics and Foundation Engineering), 5thd.Ed., PT. Pradnya Paraminta , Jakarta 5. Terzaghi, K (1943) Theoretical Soil Mechanics, John Wiley and Sons, New York



STANDAR PENGUJIAN : ASTM D 2216 - 98 Standard Methods for Soil Moisture Content. ASTM D 854 - 02 Standard Methods for Soil Specific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer. ASTM D 4318 - 00 Standard Methods for Liquit Limit, Plastic Limit, Plasticity index of Soils. ASTM D 422 - 63 (Reapproved 1998) Standard Methods for Particle Size Analysis of Soils. ASTM D 2166 - 00 Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil. ASTM D 4186 – 89 (Reapproved 1998) Standard Methods for Consolidation of Soil. ASTM D 3080 – 98 Standard Methods for Direct Shear of Soil. ASTM D 4718 – 87 (Reapproved 2001) Standard Methods for Unit Weight



SOIL INVESTIGASI



LAMPIRAN



SKET TITIK SOIL INVESTIGASI



SOIL INVESTIGASI