5 0 163 KB
Resensi Novel Azab dan Sengsara Resensi Novel 1.
Identitas Novel
Judul
: Azab dan Sengsara
Pengarang
: Merari Siregar
Tahun terbit : 2001 Kota penerbit : Jakarta Penerbit
: Balai Pustaka
Kepengarangan Merari Siregar, dilahirkan tahun (1896-1940) di Sipirok, Sumatera Utara, Merari adalah sastrawan Indonesia berasal dari angkatan balai pustaka setelah meraih ijasah Handelscrooespondent Bond A di Jakarta, ia bekerja sebagai guru bantu di Medan, kemudian bekerja di Rumah sakit Umum Jakarta, dan yang terakhir di Optium dan Zoutregie Kalianget, Madura. Selain Azab dan Sengsara, yang merupakan salah satu tiang atau jembatan kesastraan Indonesia, ia juga menulis cerita Si Jamin dan Si Johan yang merupakan saduran karya justru van Maurik (1918). 2.
Isi/Sinopsis Novel
Pada suatu hari di cuaca yang panas dan berangsur dingin karena malam mulai menjelang. duduklah seorang anak gadis yang cantik dan elok parasnya. Anak gadis itu duduk terdiam diatas batu besar di depan rumahnya , sambil memandang kearah pohon beringindi tepi sungai itu. Tetapi bukanya memandang kearah pohon dia memandang sesuatu yang lain, bukan benda atau apapun itu. Melainkan pikirannya karena angan-angannya sedang sibuk berkisar-kisar. “Belumkah ia datang? Sakitkah dia? Apakah sebabnya ia semakin lama tak kulihat?” tanya perempuan itu berulang-ulang dalam hatinya. Siapakah anak perempuan? Sipirok kataku, kira-kira pada pertengahan keresidenan Tapanuli (sebenarnya tapian na Uli artinya “ tepian yang elok” tepian yang indah itu didapati orang dulunya dekat sibolga; anak gadis cantik itu bernama Mariamin atau biasa dipanggil namanya Riam.” Masih disini kau rupanya, Riam,” tanya seorang pemuda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu. Yang ditanya itu terkejut, seraya memandang kepada orang yang datang itu. Ia terkejut bukan karena suara itu. Ia terkejut karena ia tadi duduk termenung-menung dan pikirannya kepada masa yang lampau, tatkala ia masih kanak-kanak. Riam baru tersadar kalau hari sudah malam. dari tadi saya menunggu-nunggu angkang,” jawab gadis itu seraya berdiri dari batu dari batu besar itu, yang biasa tempat ia duduk
diwaktu petang. Marilah kita naik angkang kata Riam”. Tak usah, Riam” jawab orang muda itu. “saya datang ini hanya hendak bersua dengan kau sebentar saja. Malam ini saya hendak pergi ke rumah seorang sahabatku yang barui datang dari Deli.” “apalah salahnya, Aminu’ddin, naik sebentar, karena mak kita pun sudah lama hendak bersua dengan kakak.” “tak usa saya sebentar saja di sini, kalau Riam suka, duduklah sebentar, ada yang hendak saya bicarakan.” Kedua orang itu pun duduklah di atas batu yang besar itu. Sekian lama mereka saling memandang satu sama lain. Diamat-amati muka pemuda itu, akan tetapi kerena malam hari yang sudah gelap itu,tak bisa Riam ,melihat dengan jelas wajah si pemuda itu. Dengan lembut Riam berkata “katakanlah, apa yang hendak angkang katakan itu.” “Riam jangan terkejut, cinta sayangku kepadamu bukan berkurang, bahkan makin bertambah dari hari ke hari. Percayalah engkau akan perkataanku itu?” “mengapa angkang bertanya lagi?” jawab Mariamin, jawab Mariamin dengan lembut, karena kebiasaannya. Belum pernahlah ia marah-marah atau merengut. “saya berkata bergini bukan karena saya menaruh bimbang pada hatimu,”
3.
Unsur-Unsur Intrinsik
a.
Tokoh
1.
Mariamin
2.
Aminu’ddin
3.
Sutan Baringin (ayah Mariamin)
4.
Nuriah( ibu Mariamin)
5.
Kasibuan (suami Mariamin)
b.
Penokohan
1.
Mariamin baik,rajin dan pekerja keras
Dia termasuk orang yang rajin bekerja bisa dilihat darikebiasaannya. Ia mau membantu ibunya di sawah dan di ladang. Ia juga sangat penyayang dan dan ramah-tamah. 2.
Aminu’ddin baik, dan penyayang
Dia mau menolong Mariamin walaupu nyawanya terancam kalau dia mau masuk ke sungai yang arusnya sangat deras dan kuat. 3.
Sutan Baringin keji, suka mencari masalah
Dia orang yang sangat suka mencari masalah seperti, ia selalu membesar-besarkan masalah kecil sampai kepengadilan. Dan itu yangmembuat dia bangkrut. 4.
Ibu Mariamin penyabar, sholeh dan tidak sombong
Ibunya orang yang sangat penyabar. Dia sabar walau tau sifat suaminya yang buruk dan suka membuang-buang uang untuk hal yang tidak penting 5.
Kasibuan kejam dan egois
c.
Alur
Maju mundur d.
Latar waktu dan latar tempat
1.
Siang hari menjelang malam di depan rumah Mariamin di atas batu besar
Hari yang panas itu berangsur-angsur dingin, “ masih disini rupanya kau Riam,” tanya seorang pemuda yang menghampiri batu tempat duduk gadis itu. 2.
Malam hari di rumah Mariamin
“ah, hari sudah gelap rupanya.” Dengan langkah yang berat naiklah ia ke ruamah, terus masuk kebilik tempat ibunya, yang sedang terletak di atas tempat tidurnya. 3.
Sore hari di sawah
Pada suatu petang, sedang mereka di sawah. 4.
Malam hari di sungai
“hampir kemalaman kita ini,” tetapi tak mengapa, kita sudah dekat; kalau sungai itu sudah terseberangi, Mariamin terkejut melihat sungai itu banjir. e.
Tema
Mariamin adalah anak yang baik tapi nasibnya yang sial yang membuat dirinya tersiksa di kehidupan. Sehingga ia menerima azab dan sengsara selama hidupnya. f.
Amanat
Jadilah kita orang yang baik dan jangan berbuat jahat, seperti suaminya yang kejam dan sangat kasar kepada istrinya.
g.
Sudut pandang
Orang Ketiga Mariamin, perempuan muda itu dengan suara yang lembut. 4.
Unsur ekstrinsik
a.
Nilai Moral
Seorang anak perempuan yang berhati baik dan tabah dalam menghadapi segala cobaan hidup. Dan kepatuhannya kepada orang tua. b.
Nilai Budaya
Kebudayaan yang masih sangat kental di daerah Sipirok dan masyarakat stempat yang sangat mematuhi adat-istiadat setempat. c.
Nilai Sosial
Sebagai makhluk hidup kita harus mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan rasa kemanusian yang tinggi terhadap makhluk hidup lainnya dan menghormati makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. 5.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebian novel ini mengandung makna yang sangat mendalam dan sangat baik bagi orang yang membacanya. Novel ini juga memberitahu adat dan istiadat setempat di daerah Sipirok dan memberitahu kita tentang bahayanya pernikahan dalam usia muda. Kekurangan novel ini terletak pada gaya bahasanya yang susah dimengerti dan cerita pada akhir novel ini kurang jelas karena akhir ceritanya tidak jelas. 6.
Kesimpulan
Novel ini sangat baik dan sangat berguna bagi orang banyak yang tidak mengarti tantang kehidupan di luar daerahnya/di luar kota.