Resume APGAR SCORE, Bounding Attachment (Arsy) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MATERNITAS “APGAR SCORE DAN BOUNDING ATTACHMENT SERTA PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN BBL”



OLEH: ARSYTUL MUNAWWARAH 193110127 2A



DOSEN PEMBIMBING : Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed



DIII KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES RI PADANG 2020/2021



1. APGAR SCORE A. Pengertian Penilaian Apgar atau Apgar Score adalah salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan pihak medis pada menit-menit pertama bayi baru dilahirkan. Semakin tinggi nilai tes Apgar, maka semakin bugar kondisi bayi tersebut. Istilah Apgar itu sendiri merupakan akronim dari beberapa hal, seperti: 1. Activity, menunjukkan aktivitas otot 2. Pulse, menunjukkan aktivitas denyut jantung 3. Grimace, menunjukkan tingkat respon dan refleks bayi 4. Appearance, menunjukkan penampilan fisik luar bayi seperti warna tubuh 5. Respiration, menunjukkan aktivitas pernapasan Tes Apgar Score dilakukan dengan memberi penilaian 0-2 pada kelima aspek yang sudah disebutkan di atas. Hasil akhirnya bisa dibaca dengan menjumlahkan semua nilai yang ada. Nilai Apgar ini akan dijadikan acuan untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Tes Apgar Score biasanya dilakukan di menit pertama dan kelima setelah persalinan. Namun, jika ada kekhawatiran mengenai kondisi bayi, tes dapat dilakukan kembali pada menit 10, 15, dan 20. B. Cara Melakukan Tes APGAR SCORE Pemberian nilai skala 0-2 pada kelima aspek pada tesApgar di atas tentu memiliki kriteria tertentu. Berikut ini adalah kriteria dari setiap skala penilaian dalam penilaian apgar. 1. Activity atau Aktivitas Otot Bayi a) Skala 2 diberikan untuk bayi yang bisa melakukan aktivitas fisik secara aktif dan spontan , seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki. b) Skala 1 diberikan untuk bayi yang hanya melakukan sedikit aktivitas, seperti sedikit gerakan anggota tubuh. c) Dan, skala 0 diberikan kepada bayi yang terkulai atau tidak menunjukkan aktivitas fisik sama sekali. 2. Pulse atau Denyut Jantung



a) Skala 2 diberikan kepada bayi yang detak jantung normal lebih dari 100 denyut per menit. b) Skala 1 diberikan kepada bayi yang detak jantungnya kurang dari 100 denyut per menit. c) Dan, skala 0 diberikan kepada bayi yang tidak menunjukkan adanya detak jantung. 3. Grimace atau Respons dan Refleks Bayi a) Skala 2 diberikan kepada bayi yang memiliki respons yang bagus, seperti menangis, meringis, batuk, atau menarik kaki ketika diberi rangsangan tertentu. b) Skala 1 diberikan kepada bayi yang hanya menunjukkan respons secara terbatas (meringis) ketika diberi rangsangan. c) Dan, skala 0 diberikan kepada bayi yang tidak menunjukkan respons sama sekali. 4. Appearance atau Warna Tubuh Bayi a) Skala 2 diberikan kepada bayi yang memiliki warna tubuh kemerahan seperti bayi normal lainnya. b) Skala 1 diberikan kepada bayi yang sebagian tubuhnya berwarna tidak normal, seperti kebiruan atau pucat pada tangan dan kaki. c) Dan, skala 0 diberikan kepada bayi yang seluruh tubuhnya berwarna kebiruan, keabu-abuan, atau pucat. 5. Respiration atau Pernapasan a) Skala 2 diberikan kepada bayi yang menunjukkan pernapasan normal disertai suara tangisan yang kuat. b) Skala 1 diberikan kepada bayi yang menunjukkan rintihan, pola napas tidak teratur, dan suara tangisan yang lemah. c) Dan, skala 1 diberikan kepada bayi yang tidak menunjukkan kegiatan pernapasan sama sekali. C. Kriteria a. Warna kulit Nilai 0



: seluruh badan biru atau pucat



Niali 1



:warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan



Nilai 2



:warna kulit tubuh, tangan dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis



Akronim : Appearance b. Denyut jantung Nilai 0



: tidak ada



Nilai 1



: 100 kali atau menit



Akronim : Pulse c. Respon Reflek Nilai 0



: tidak ada respon terhadap stimuus



Nilai 1



: meringis atau menangis lemah ketika distimulasi



Nilai 2



: meringis atau bersin atau batuk saat stimulasi saluran napas



Akronim : Grimace d. Tonus otot Nilai 0



: lemah atau tidak ada



Nilai 1



: sedikit gerakan



Nilai 2



: bergerak aktif



Akronim : Activity e. Pernafasan Nilai 0



: ridak ada



Nilai 1



: lemah atau tidak teratur



Niai 2



: menagis kuat, pernapasan baik dan teratur



Akronim : Respiratin D. Interpretasi Skor 



7-10



: Normal







4-6



: Asdiksia Ringan



Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas. 



0-3



: Asfiksia Berat



Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.



2. BOUNDING ATTACHMENT A. Pengertian Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Hal ini dilakukan



untuk mempertahankan kehangatan dan mencegah terjadinya



hipotermia pada bayi. Bounding Attachment adalah suatu proses sebagai hasil interaksi yang terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Bounding Attachment / ikatan batin antara bayi dan ibu berkaitan erat dengan pertumbuhan psikilogi sehat dan tumbuh kembang bayi. B. Tahap-tahap Bounding Attachment Menurut Klaus, Kenell tahun : 1982, bagian penting dari ikatan ialah perkenalan. a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. b. Bounding (keterikatan) c. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu lain. C. Prinsip Bounding Attachment Prinsip penting dan upaya untuk meningkatkan terjalinnya bounding attachment antara orang tua dan bayi adalah sebagai berikut: 1) Bunding attachment dilakukan dimenit pertama dan jam pertama. 2) Orang tua merupakan orang yang menyentuh bayi pertama kali. 3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis. 4) Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan. 5) Persiapan (perinatal care-PNC) sebelumnya. 6) Cepat melakukan proses adaptasi. 7) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. 8) Tersedianya fasilitas untuk kontak yang lebih lama. 9) Penekanan pada hal-hal yang positif.



10) Adanya perawatan maternitas khusus (bidan). 11) Libatkan anggota keluarga lainnya. 12) Pemberian informasi bertahap mengenai bounding attachment D. Cara Melakukan Bounding Attachment Menurut Bahmawati (2003), Bounding attachment dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1) Inisiasi Menyusu Dini Meningkatkan kedekatan dan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi merupakan salah satu manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Ketika proses IMD, bayi akan mengalami kontak kulit secara langsung antara bayi dan ibu (skin to skin contact). Kontak kulit secara langsung antara ibu dan bayi pada jam pertama setelah lahir itulah yang dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi (Nasution, 2017). 2) Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI secara eksklusif segera setelah melahirkan, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibuya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. 3) Rawat Gabung Rawat gabung merupakan salah-satu cara yang dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindungi, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari (Yuliastanti, 2013). Menurut Sulistyawati (2009) Gambaran mengenai bagaimana bentuk ikatan awal antara ibu dan bayi dapat dilihat melalui beberapa aktivitas, antara lain : a. Sentuhan (Touch) Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya b. Kontak mata (Eye to eye contact)



Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangannya, dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. c. Bau badan (Odor) Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Pada akhir minggu pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau tubuh dan air susu ibunya. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu. d. Kehangatan tubuh (Body warm) Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya diatas perutnya, setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar bayi tetap hangat. e. Suara (Voice) Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut, ibu akan menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja. Bayi dpaat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengar suara suara dan membedakan nada kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara tersebut terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat pada telinga. f. Entraiment (Gaya bahasa) Entraiment terjadi saat anak sudah mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakan suatu pola komunikasi efektif yang positif (Anggeraini, 2010). g. Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu salah satu tugas bayi bayu lahir adalah bembentuk ritme personal (bioritme).



E. Hambatan Bounding Attachment Adapun kondisi-kondisi yang menunda terjadinya ikatan antara ibu dn bayi adalah sebagai berikut : 1) Fasilitas IMD 2) Bayi prematur 3) Bayi atau ibu sakit 4) Kesehatan emosional orang tua 5) Tingkat kemampuan komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak 6) Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan 7) Kedekatan orang tua ke anak 8) Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin) F. Keuntungan Bounding Attachment Kentungan lain dari bounding attachment yaitu : 1) Kadar oksitoksin dan prolaktin meningkat. 2) Refleks menghiasap dilakukan dini 3) Pembentukan kekebalan aktif dimulai 4) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh): waktu pemberian kasih sayang: stimulasi hormonal). 5) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial. 6) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi 7) Dapat menurunkan angka kematian pada bayi G. Cara Membangun Bounding Attachment Menurut Varney (2004), kontak dini sesaat setelah melahirkan dapat dilakukan dengan cara meletakan bayi di atas perut ibu sehingga ibu dapat langsung menyentuh bayinya. Tanda kelekatan yang positif antara orang tua dan bayinya antara lain sebagai berikut: 1) Memegang bayi ketika memberi makan 2) Menjalin kontak mata dengan bayi 3) Berbicara dan bersenandung dengan bayi. 4) Mengenali karakteristik fisik untuk mengagumi bayinya.



5) Mengartikan tingkah laku bayi, diantaranya refleks grasp (memegang ke jari). 6) Memperkenalkan bayi dengan namanya. 7) Tidak bingung dengan kotoranya. 8) Membelai dan memijat bayi agar bayi diam dan tenang. 3. PRINSIP PERAWATAN BBL 1.



Pengertian BBL Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500- 4000 gram (Dep. Kes. RI, 2005). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh & Lia, 2002:2).



2.



Ciri-Ciri BBL 1) Berat badan 2500 - 4000 gram 2) Panjang badan 48-52 cm 3) Lingkar dada 30-38 cm 4) Lingkar kepala 33-35 cm 5) Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit 6) Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit 7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup. 8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 9) Kuku agak panjang dan lemes 10) Genetalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada 11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik 12) Reflek morrow atau bergerak memeluk bila di kagetkan sudah baik 13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik 14) Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan.



3.



Asuhan Segera Bayi Baru Lahir



Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011): a.



Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.



b.



Membersihkan jalan nafas.



c.



Memotong tali pusat.



d.



Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama maupun kartu identitas.



e.



Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai Apgar.



4.



Asuhan Bayi Baru Lahir



Menurut Saifuddin (2002) Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut: a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C. b. Pemeriksaaan fisik bayi. c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M. d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang. e. Lakukan perawatan tali pusat. f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah diberikan imunisasi. g. Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu meningkat, dll. h. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi.



5.



Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru lahir menurut APN (2008): a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi. b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat. Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit. c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan. d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.



6.



Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (Hidayat, 2010): a. Cegah kehilangan panas berlebihan. b. Bebaskan jalan nafas. c. Rangsangan taktil. d. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama).



7.



Cara Kehilangan Panas Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Menurut Yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir sebagai berikut: a. Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui cara penguapan oleh karena temperatur lingkungan lebih rendah dari pada temperatur tubuh (bayi dalam keadaan basah). b. Konduksi yaitu proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah. c. Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi udara terhadap lingkungan.



d. Radiasi yaitu proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakan dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh.



8.



Cara Mencegah Terjadinya Kehilangan Panas Menurut APN (2008) untuk mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. b. Letakkan bayi agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi. c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi. d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.



9.



Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut Prawirohardjo (2009) menyebutkan bahwa penanganan bayi baru lahir seperti dibawah ini: a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi. b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin. c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama. d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem. e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala. f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.



LINK VIDEO : https://youtu.be/5sB0meoNvOU https://youtu.be/Y8ptfvm7P6U https://youtu.be/1C3-S1kAnoY https://youtu.be/A9-k4sd4fNY https://youtu.be/3Mgsrq3VHlo https://youtu.be/EsYQgvM0Doc