Resume Arch Length Discrepancy (Ald) [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hegar
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ARCH LENGTH DISCREPANCY (ALD) (BIDANG ILMU ORTODONSIA)



Disusun Oleh: CITRA VEONY FINASTIKA, S.KG G1G012034



KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO



2016



ARCH LENGTH DISCREPANCY (ALD)



Penentuan rencana perawatan ortodontik harus didasarkan pada diagnosis setelah melalui prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral, analisis fungsional, analisis fotografi, pemeriksaan radiologis, analisis ronsenologis, dan analisis model studi. Analisis model studi merupakan salah satu komponen penting dalam perawatan ortodontik yang memungkinkan para praktisi untuk memperoleh data rekaman kondisi geligi dan mulut pasien yang lengkap (Gill, 2015). Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang antagonisnya secara umum dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital meliputi molar pertama, kaninus, insisivus permanen, yaitu maloklusi kelas I, II, atau III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula; serta crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal meliputi pergeseran garis median, asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal meliputi ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum (Laviana, 2009). Selain penilaian secara umum, keparahan suatu maloklusi juga penting untuk dinilai dan ditentukan dari berbagai sudut pandang. Terdapat berbagai analisis yang dapat digunakan untuk menilai keparahan maloklusi dan dipilih berdasarkan kondisi setiap kasus. Macam-macam analisis untuk geligi campuran antara lain analisis gambaran radiografis, Moyers, dan Tanaka-Johnston. Analisis pada gigi permanen antara lain analisis kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal, Nance, Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dan diagnostic setup. Salah satu analisis pada gigi permanen yang umum digunakan yaitu analisis arch length discrepancy (ALD) (Laviana, 2009). Analisis arch length discrepancy (ALD) merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk pengaturan gigi-gigi dalam perawatan



ortodontik yang dilakukan dengan menggunakan model studi. Analisis ini dilakukan dengan mengukur nilai diskrepansi ukuran lengkung pada gigi permanen (Laviana, 2009). Diskrepansi dapat diartikan sebagai perbedaan antara tempat yang tersedia (available space) dan tempat yang dibutuhkan (required space) untuk gigi-geligi dalam suatu lengkung rahang (Rahardjo, 2011). Tujuan analisis ALD adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi perawatannya. Analisis ini dapat menggunakan dua metode, yaitu. A.



Metode Nance Prosedur: 1.



Mengukur lebar mesiodistal terbesar masing-masing gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen (P2-P2) baik rahang atas maupun rahang bawah menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong (Gambar 1). Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal (required space) (Laviana, 2009).



Gambar 1.



2.



Pengukuran lebar mesiodistal terbesar masing-masing gigi menggunakan jangka sorong



Mengukur panjang lengkung rahang menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan (Gambar 2). Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan (M1M1) (Gambar 3). Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi dan ditempatkan pada permukaan oklusal pada geligi posterior sampai incisal edge pada gigi anterior. Hasil lengkungan wire diukur jaraknya maka didapatkan angka yang menunjukkan ruangan yang tersedia (available space) (Laviana, 2009).



Gambar 2.



Pengukuran panjang lengkung rahang menggunakan kawat lunak



Gambar 3. Pengukuran panjang lengkung rahang dimulai dari mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan (M1-M1). (A) Rahang atas, (B) Rahang bawah.



3.



Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal (required space) dengan panjang lengkung rahang (available space). Jika hasilnya negatif (-) berarti terdapat kekurangan ruangan, jika hasilnya positif (+) berarti terdapat kelebihan ruangan (Laviana, 2009). ALD= Panjang lengkung rahang – Panjang lengkung gigi



B.



Metode Lundstrom Prosedur: 1.



Membagi lengkung gigi menjadi enam segmen, yang masing-masing terdiri dari dua gigi per segmen, termasuk gigi molar permanen pertama, baik rahang atas maupun rahang bawah (Gambar 4) (Laviana, 2009).



A



B



Gambar 4. Pembagian lengkung gigi menjadi enam segmen, yang masing-masing terdiri dari dua gigi per segmen, termasuk gigi molar permanen pertama. (A) Rahang atas, (B) Rahang bawah.



2.



Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran mesiodistal untuk gigi rahang atas, yaitu gigi 16 hingga 26, sedangkan untuk rahang bawah, yaitu gigi 36 hingga 46. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui ruangan yang dibutuhkan (required space). Pengukuran dilakukan satu persatu menggunakan jangka yang kedua ujungnya runcing ke arah lebar gigi yang paling besar (mesiodistal)



(Gambar



5).



Selanjutnya,



masing-masing



hasil



pengukuran dicatat dan dijumlahkan (Laviana, 2009).



Gambar 5.



3.



Pengukuran lebar mesiodistal terbesar masing-masing gigi menggunakan jangka sorong



Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada model studi setiap segmen. Pengukuran dilakukan dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari mesial molar kedua kanan ke mesial molar kedua kiri pada puncak papilla gingiva setiap segmen (Gambar 6). Selanjutnya, pengukuran lengkung rahang dari setiap segmen dicatat dan dijumlahkan (available space) (Laviana, 2009).



Gambar 5.



4.



Pengukuran ruangan mesiodistal yang tersedia pada model studi setiap segmen menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong



Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal (required space) dengan panjang lengkung rahang (available space). Selisih antara panjang lengkung rahang (available space) dengan panjang lengkung gigi (required space) menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa. ALD= Panjang lengkung rahang – Panjang lengkung gigi Rencana perawatan ortodontik berdasarkan hasil penghitungan ALD,



yaitu sebagai berikut. Apabila ALD sebesar -1 s.d. -2 mm, maka dilakukan prosedur slicing, prosedur ekspansi. Apabila ALD sebesar -3 s.d -4 mm, maka dilakukan prosedur ekspansi. Apabila ALD sebesar > -4 mm, maka dilakukan prosedur ekspansi. Kepastian rencana perawatan ini tetap bergantung pada analisis lain (Laviana, 2009).



DAFTAR PUSTAKA



Gill, D. S., 2015, Ortodonsia at A Glance, EGC, Jakarta. Laviana, A., 2009, Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti, Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung. Raharjo, P., 2011, Diagnosis Ortodontik, Airlangga University Press, Surabaya.