Resume Bab 5 Konsep Laba, Pengakuan Dan Penandingan Pendapatan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • linda
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Nama NIM Kelas MK



: Lindawati : 7774210019 : MAKSI IA Untirta : Filsafat Ilmu dan Teori Akuntansi



PENDAHULUAN Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi para investor saat membuat sejumlah prediksi mengenai kinerja perusahaan. Munculnya pelaporan laba sebagai sumber utama bagi pengambilan keputusan investor telah didokumentasikan dengan baik, dan pelaporan laba membantu para pelaku ekonomi dalam berbagai cara. Alexander membahas kegunaan laba berikut dalam karyanya: a. b. c. d. e.



Sebagai dasar dari salah satu bentuk perpajakan yang utama. Dalam laporan publik sebagai ukuran keberhasilan operasi suatu korporasi. Sebagai kriteria untuk menentukan ketersediaan dividen. Oleh otoritas yang mengatur tarif untuk menyelidiki apakah tarif tersebut wajar dan sesuai. Sebagai pedoman bagi pengelola yang ditugaskan untuk mendistribusikan laba kepada pemilik properti sambil menjaga yang utama untuk pewaris properti. f. Sebagai pedoman bagi manajemen suatu perusahaan dalam melakukan urusan-urusannya. Penentuan laba juga penting karena nilai perusahaan dikaitkan dengan labanya saat ini dan di masa depan, dan walaupun konsep laba telah digunakan secara luas di dalam perekonomian kita, terdapat ketidaksepakatan umum terkait definisi-definisi yang sesuai atas laba (income). Mereka yang mengadopsi pendekatan laporan posisi keuangan, memandang laba sebagai peningkatan dalam kekayaan neto-net worth (peningkatan neto dalam nilai aset) yang telah terjadi selama satu periode; ini adalah pendekatan ekonomi. Mereka yang condong pada pendekatan laba rugi memandang laba sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas tertentu yang telah terjadi selama satu periode. Mereka juga memandang laporan posisi keuangan sebagai daftar komponen-komponen yang tersisa setelah laba ditentukan dengan menandingkan biaya dan pendapatan; ini adalah pendekatan transaksi. SIFAT LABA Laba dapat memiliki berbagai bentuk; misalnya, Bedford mencatat bahwa sejumlah literatur biasanya membahas tiga konsep dasar untuk laba, yaitu: 1. Laba psikis (psychic income) mengacu pada pemenuhan keinginan-keinginan manusia. 2. Laba uang (money income) mengacu pada peningkatan valuasi sumber daya moneter. 3. Laba riil (real income) mengacu pada peningkatan kekayaan ekonomi. Ketiga konsep ini semuanya penting, namun masing-masing memiliki satu atau beberapa masalah implementasi. Pengukuran laba psikis sulit dilakukan karena keinginan manusia tidak bisa dikuantifikasi dan dipenuhi pada berbagai tingkatan saat seseorang mendapatkan laba riil. Laba uang mudah diukur, tetapi tidak mempertimbangkan perubahan dalam nilai unit moneter. Para ekonom umumnya sepakat bahwa tujuan mengukur laba adalah 1



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



menentukan seberapa baikkah suatu entitas selama periode waktu tertentu. Konsekuensinya, para ekonom telah memusatkan perhatiannya pada penentuan laba ril. Definisi konsep laba ekonomi biasanya mengacu pada definisi yang diberikan oleh ekonom JR. Hicks, yang mengatakan bahwa tujuan perhitungan laba dalam urusan praktis adalah memberikan orangorang suatu indikasi mengenai jumlah yang dapat mereka konsumsi tanpa memiskinkan diri sendiri. Definisi Hicksian menekankan pada laba individual; namun, konsep ini dapat juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan laba usaha dengan mengubah kata konsumsi (consume) menjadi distribusi (distribute). Kondisi yang lebih baik (well offness) di awal dan di akhir setiap periode akuntansi adalah jumlah aset neto (asset dikurangi liabilitas) yang tersedia untuk menjalankan semua urusan entitas bisnis. Laba usaha adalah perubahan aset neto yang dihasilkan dari aktivitas bisnis selama periode akuntansi. Oleh karena itu, laba usaha adalah perubahan aset neto selama periode akuntansi, tidak termasuk investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Konsep penentuan laba ini disebut sebagai konsep pengelolaan modal (capital maintenance) oleh para akuntan yang menyatakan tidak adanya laba yang harus diakui sampai modal (ekuitas atau aset neto) telah dipertahankan atau biaya yang dikeluarkan telah diperoleh manfaatnya. Namun demikian, dari sudut pandang praktis, terdapat perbedaan pendapat mengenai pengukuran yang sesuai untuk kondisi yang lebih baik-well-offness (nilai aset neto).  KONSEP-KONSEP PENGELOLAAN MODAL Terjadinya laba menyiratkan imbal hasil (return) atas modal yang diinvestasikan. Imbal hasil atas modal yang diinvestasikan terjadi sesaat setelah jumlah yang dinvestasikan telah dipertahankan atau diperoleh kembali. Konsekuensinya, konsep pengelolaan modal sangat penting untuk membedakan di antara imbal hasil dari (return of) dan imbal hasil atas (return on) modal yang diinvestasikan, dan pada akhirnya saat menentukan laba. Terdapat dua konsep pengelolaan modal yang utama, yaitu: 1. pengelolaan modal keuangan (financial capital maintenance) Pengelolaan modal keuangan terjadi ketika jumlah finansial (uang) atas aset neto suatu perusahaan pada akhir periode melebihi jumlah finansial atas aset neto di awal periode, tidak termasuk transaksi-transaksi dengan pemilik. Pandangan ini berbasis transaksi. Pandangan ini merupakan pandangan konvensional terhadap pengelolaan modal yang digunakan oleh para akuntan keuangan 2. pengelolaan modal fisik (physical capital maintenance) Pengelolaan modal fisik menyiratkan bahwa imbal hasil atas modal (laba) terjadi ketika kapasitas produktif fisik suatu perusahaan di akhir periode melebihi kapasitas produktif fisiknya di awal periode, tidak termasuk transaksi-transaksi dengan pemilik. Konsep ini menyiratkan bahwa laba hanya diakui setelah memberikan penggantian fisik atas aset-aset operasi. Kapasitas produktif fisik pada saat tertentu setara dengan nilai kini dari aset-aset neto yang digunakan untuk memperoleh laba. Nilai kini (current value) berisi ekspektasiekspektasi terkait kekuatan laba atas aset-aset neto di masa depan.



2



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Perbedaan utama di antara pengelolaan modal fisik dan pengelolaan modal keuangan terletak pada perlakuan terhadap kenaikan nilai dari aset yang dimiliki (holding gain) dan penurunan nilai dari aset yang dimiliki (holding loss). Holding gain atau holding loss erjadi ketika nilai komponen laporan posisi keuangan berubah selama periode akuntansi.  AKUNTANSI NILAI KINI Konsep pengelolaan modal fisik meminta semua aset dan liabilitas dinyatakan pada nilai kininya. Pendekatan paling umum untuk pengukuran nilai kini adalah harga masuk (entry price) atau biaya penggantian (replacement cost), nilai keluaran (exit value) atau harga jual (selling price), dan nilai sekarang yang terdiskonto (discounted present value) atas ekspektasi arus kas di masa depan.  Harga Masuk atau Biaya Penggantian Ketika kapasitas produktif diukur menggunakan biaya penggantian, sejumlah asset dinyatakan sesuai biaya yang dikeluarkan untuk meggantinya dengan aset yang serupa dalam kondisi yang sama. Dalam rangka mempertahankan kapasitas produktif fisik suatu entitas, entitas tersebut harus menghasilkan kecukupan arus kas untuk memberikan penggantian fisik atas aset-aset operasi. Untuk menentukan besarnya laba dengan pendekatan ini, pendaatan ditandingkan (matched) dengan biaya kini untuk mengganti asset-aset tersebut. Konsekuensinya, laba dapat didistribusikan ke para pemilik tanpa menurunkan nilai kapasitas fisik untuk melanjutkan operasi di masa depan. Hasilnya, ketepatan penggunaan pendekatan nilai masukan (entry-value approach) tergantung pada asumsi akuntansi mengenai kontinuitas bisnis. Menurut Edwards dan Bell, harga masuk saat ini (current entry price) memungkinkan adanya penilaian atas keputusan manajerial untuk menahan sejumlah aset dengan cara memisahkan laba nilai kiní-current-value income (holding gain dan holding loss) dari laba operasi saat ini (current operating income). Dengan asumsi bahwa seluruh operasi akan berlanjut, dikotomi ini memungkinkan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang untuk dinilai. Keuntungan yang sifatnya berulang dan relatif bisa dikendalikan dapat dievaluasi sehubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi operasi dari waktu ke waktu, tetapi berada di luar kendali pihak manajemen. Biaya penggantian memberikan ukuran biaya untuk mengganti kapasitas operasi kini, dan dengan demikian menjadi sarana untuk mengevaluasi seberapa banyak perusahaan dapat mendistribusikannya ke para pemegang saham dengan masih mempertahankan kapasitas produktifnya.  Nilai Keluaran atau Harga Jual Pendekatan lain untuk menentukan nilai kini adalah nilai keluaran (exit value) atau harga jual (selling price). Pendekatan penilaian ini menuntut adanya penilaian terhadap 3



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



masing-masing aset dari sudut pandang pelepasan (disposal). Setiap aset-persediaan, bangunan, peralatan, dan lain sebagainya-akan dinilai berdasarkan harga jual yang akan direalisasi jika perusanaan memilih untuk melepaskannya. Dalam menentukan harga keluaran yang setara dengan kas, aset tersebut dianggap akan dijual dalam kondisi biasa, bukan karena desakan likuidasi. Permasalahan ini memperoleh perhatian khusus dengan dikeluarkannya SFAS No. 157, "Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value Measurements)". Seperti halnya harga masukan, penentuan nilai keluaran juga memiliki masalah dalam pengukurannya. Pertama, ada permasalahan mendasar saat menentukan harga jual atas aset-aset, seperti properti, pabrik, dan peralatan, yang mana tidak tersedia pasar yang siap menerimanya. Kedua, anggapan bahwa harga keluaran harus didasarkan pada kenaikan harga-harga dari penjualan dalam aktivitas bisnis yang normal, bukan karena desakan likuidasi, yang dapat berlaku untuk aset-aset, seperti persediaan, tetapi tidak bisa atau sulit diterapkan untuk bangunan fisik karena aset semacam itu tidak akan dilepaskan dalam aktivitas bisnis yang normal. Nilai keluaran adalah jenis biaya peluang (opportunity cost). Nilai ini mengukur pengorbanan atas kepemilikan aset bukan ekspektasi biaya untuk menggantinya. Selain itu, pengelolaan modal fisik didasarkan pada konsep kontinuitas, bukan likuidasi.  Nilai Sekarang yang Terdiskonto Berdasarkan konsep ini, nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima dari suatu asset (atau dicairkan untuk liabilitas) adalah nilai yang relevan atas asset (atau liabilitas) yang harus diungkapkan dalam laporan posisi keuangan. Dengan metode ini, laba adalah selisih di antara nila sekarang atas aset neto pada akhir periode dengan nilai sekarang atas asset tersebut di awal periode, tidak termasuk pengaruh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Proses pengukuran ini mirip dengan konsep laba ekonomi karena nilai sekarang yang terdiskonto mungkin adalah perkiraan yang paling dekat dengan nilai aktual atas aset-aset yang digunakan dan dengan demikian dapat dipandang sebagai ukuran pengganti yang paling sesuai untuk mengukur kondisi yang lebih baik. Penggunaan pengukuran nilai sekarang dalam akuntansi memperoleh momentum tambahan dengan dikeluarkannya SFAC No. 7, "Penggunaan Pengukuran Arus Kas dan Pengukuran Nilai Sekarang dalam Akuntansi (Using Cash Flow Measurements and Present Value Measurements in Accounting)" dan SFAS No. 157 oleh FASB. Meskipun demikian, tiga masalah pengukuran yang utama terkait dengan konsep arus kas terdiskonto. Pertama, konsep ini tergantung pada estimasi arus kas di masa depan berdasarkan periode waktu. Hasilnya, jumlah arus kas yang perlu dihasilkan di mas depan dan waktu arus kas tersebut perlu dihasilkan harus ditentukan. Masalah kedua adalah penentuan tingkat diskonto yang sesuai. Masalah ketiga muncul karena asetaset suatu perusahaan saling berkaitan.  Nilai Kini dan Model Akuntansi Historis 4



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Walaupun model akuntansi saat ini sangat tergantung pada biaya historis, pernyataanpernyataan dan memorandum diskusi terbaru yang dikeluarkan oleh FASB menunjukkan pergerakan ke arah penyediaan informasi nilai yang lebih kekinian. Salah satu contoh pertama dari pengungkapan informasi biaya kini adalah SFAS No. 33 yang menetapkan pedoman bagi pelaporan informasi biaya kini tambahan untuk aset-aset tertentu oleh perusahaan berskala besar yang sahamnya diperdagangkan ke publik. Selain itu, SFAS No. 115 mewajibkan investasi-investasi dalam instrumen keuangan tertentu untuk dilaporkan dengan nilai wajar, dan SFAS No. 157, "Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value Measurements)". LABA EKONOMI VERSUS LABA AKUNTANSI Dalam upaya mengatasi masalah pengukuran yang dikaitkan dengan penggunaan konsep laba ekonomi, para akuntan awalnya berpendapat bahwa pendekatan transaksi (transaction approach) harus digunakan untuk menghitung aset, liabilitas, pendapatan, dan beban. Pendekatan ini mengandalkan asumsi bahwa elemen-elemen laporan keuangan harus dilaporkan ketika terdapat bukti adanya pertukaran dengan pihak di luar perusahaan-outside exchange (atau transaksi wajar - arm's length transaction). Akuntansi berbasis transaksi umumnya meminta laba yang dilaporkan merupakan hasil dari kesepakatan dengan entitas di luar unit pelaporan dan mendukung adanya prinsip realisasi. Prinsip realisasi (realization principle) berpendapat bahwa laba harus diakui ketika proses perolehan laba telah selesai atau dianggap telah selesai, dan transaksi pertukaran telah terjadi. Transaksi pertukaran adalah dasar akuntabilitas dan penentuan waktu terjadinya pengakuan pendapatan beserta jumlah pendapatan yang harus dicatat. Hasil laporan keuangan dinyatakan dalam bentuk modal finansial (uang) yang diinvestasikan dalam aset neto dan imbal hasil atas investasi tersebut bagi para pemegang saham. Dengan demikian, akuntansi berbasis transaksi konvensional dianggap konsisten dengan konsep pengelolaan modal keuangan. Akuntansi berbasis transaksi kontras dengan konsep laba ekonomi dalam hal penentuannya, yang mana laba akuntansi ditentukan hanya dengan mengukur nilai aset neto yang tercatat saja, tidak termasuk transaksi modal dan dividen selama periode tersebut. Konsep laba akuntansi umumnya tidak berupaya untuk menempatkan nilai yang diharapkan pada perusahaan atau melaporkan perubahan dalam ekspektasi nilai aset atau liabilitas. Edwards dan Bell beranggapan bahwa hanya dengan sedikit perubahan dalam prosedurprosedur akuntansi saat ini, empat jenis laba dapat dipisahkan, yaitu: 1. Keuntungan operasi saat ini (current operating profit): kelebihan pendapatan penjualan atas biaya kini dari input yang digunakan dalam produksi dan kemudian dijual. 2. Penghematan biaya yang bisa direalisasi (realizable cost savings): kenaikan harga atas aset-aset yang dimiliki selama periode tersebut. 3. Penghematan biaya yang direalisasi (realized cost savings): selisih antara biaya historis dan harga beli kini atas barang yang dijual. 4. Keuntungan modal yang direalisasi (realized capital gains): kelebihan hasil penjualan atas biaya historis dari pelepasan aset-aset jangka panjang.



5



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Edwards dan Bell berpendapat bahwa ukuran-ukuran tersebut merupakan indikasi adanya kondisi yang lebih baik dan memberikan lebih banyak informasi bagi para pengguna yang bisa digunakan untuk menganalisis hasil-hasil perusahaan. FASB mengeluarkan SFAS No. 130, "Laba Komprehensif (Comprehensive Income)”. Laba komprehensif (comprehensive income) diartikan sebagai seluruh perubahan dalam aset neto selain transaksi-transaksi dengan pemilik. Tujuan utama pernyataan ini adalah menjadikan komponen-komponen laba komprehensif lainnya (perubahan dalam aset dan liabilitas yang tidak diungkapkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain) sama pentingnya dengan nilai laba neto dalam laporan keuangan.



PENGAKUAN PENDAPATAN Pengakuan adalah proses formal dari pelaporan suatu transaksi atau peristiwa dalam laporan keuangan perusahaan, sedangkan realisasi adalah proses konversi aset nonkas menjadi kas atau klaim atas kas. Secara historis, dengan akuntansi berbasis transaksi, pendapatan diakui ketika pendapatan tersebut terealisasi atau bisa direalisasi. Oleh karena itu, pengakuan akuntansi mengandalkan penentuan terkait kapan realisasi akan terjadi. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, kritik terhadap proses akuntansi lebih menyukai konsep laba ekonomi riil, yang mana pendapatan terus-menerus diterima sepanjang waktu, tetapi akuntan berpendapat alangkah tidak praktisnya mencatat pendapatan secara terus-menerus. Oleh karenanya, perlu kiranya memilih waktu yang tepat untuk mencatat terjadinya pendapatan. Pada tahun 1964, American Accounting Association Committee on Realization membahas permasalahan ini dan merekomendasikan bahwa konsep realisasi dapat diperbaiki jika kriteria-kriteria berikut diterapkan: Pendapatan harus dapat diukur, pengukurannya harus diverifikasi oleh transaksi pasar eksternal, dan peristiwa krusialnya harus sudah terjadi. Sebelum pengadopsian FASB ASC 606, perusahaan biasanya mengakui pendapatan pada saat mereka menjual produk atau jasanya (titik penjualan). Namun, suatu perusahaan dapat mempercepat atau menunda pengakuan pendapatannya dalam siklus aktivitas produksilabanya karena keadaan-keadaan yang dikaitkan dengan penjualan. Sampai FASB ASC 606 diadopsi, perusahaan-perusahaan mengakui pendapatannya ketika kedua kondisi berikut ini terpenuhi: 1. Pendapatan tersebut telah direalisasi" atau "bisa direalisasi". Realisasi berarti produk atau jasa telah dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas. 2. Pendapatan telah diterima. Pendapatan dianggap diterima ketika suatu perhak telah melakukan semua yang harus dilakukannya agar dapat dianggap memperoleh manfaat yang direpresentasikan oleh pendapatan tersebut. Secara umum dapat dikatakan jika orang-orang mulai meninggalkan pencatatan pendapatan pada titik penjualan karena perubahan dalam tingkat kepastian seputar penerimaan kas atas 6



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



penjualan tersebut. Jika pengumpulan kas untuk transaksi tertentu memiliki tingkat kepastian yang tinggi, maka perusahaan akan mempercepat pengakuan pendapatan. Di sisi lain, ketika tingkat ketidakpastian pengumpulan kas yang ada sangat tinggi-ketika seorang pelanggan penting mengumumkan kebangkrutan, misalnyanya-pengakuan pendapatan dapat ditunda.  ALTERNATIF TITIK-TITIK PENGAKUAN PENDAPATAN  Pendapatan Diakui selama Proses Produksi Ketika produksi produk perusahaan berlangsung selama dua periode atau lebih, alokasi pendapatan ke berbagai periode akuntansi dianggap penting untuk pelaporan yang tepat. Dalam kasus seperti ini, metode pengakuan pendapatan yang disebut sebagai persentase penyelesaian (percentage of completion) dapat digunakan jika perusahaan dapat mengestimasi progres pemenuhan kewajibannya secara wajar. Hal ini berarti perusahaan mengakui pendapatan dan laba bruto di setiap periodenya berdasarkan progres konstruksi. Metode ini digunakan dalam akuntansi untuk kontrak konstruksi jangka panjang, seperti jalan, kapal, dan bendungan. Oleh karena metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan setelah diterima bukan menunggu sampai transaksi telah diselesaikan, konsep pengakuan pendapatan memberikan pengukuran laba yang lebih dekat dengan konsep laba ekonomi yang dikemukakan oleh Hicks.  Pendapatan Diakui saat Penyelesaian Produksi Ketika produk perusahaan dapat dijual dengan harga yang bisa ditentukan di pasar yang terorganisasi, pendapatan dapat direalisasi ketika barang tersebut siap untuk dijual. Artinya pemenuhan kewajiban dipandang selesai ketika barang yang selesai diproduksi disisihkan untuk pelanggan.  Pendapatan Diakui saat Jasa telah Diberikan Tiga langkah yang terkait dalam kontrak jasa/layanan adalah penerimaan pesanan, pelaksanaan jasa/layanan, dan pengumpulan kas. Langkah-langkah ini semuanya dapat dilakukan dalam satu periode akuntansi atau dibagi ke dalam beberapa periode. Dalam kontrak jasa/layanan, realisasi umumnya harus dikaitkan dengan pelaksanaan jasa/layanan dan pendapatan umumnya harus diakui dari waktu ke waktu. Penandatanganan kontrak berakibat pada pelaksanaan kontrak, sementara pengumpulan kas dapat dilakukan sebelum atau sesudah pelaksanaan jasa/layanan.  Pendapatan Diakui saat Kas Diterima Dalam situasi-situasi tertentu, yang mana penerimaan pendapatan secara penuh diragukan, pengakuan ditunda sampai pembayaran kas diterima. Sebelumnya, metode angsuran dan metode pemulihan kas (cash recovery) merupakan contoh-contoh penundaan pengakuan pendapatan sampai diterimanya kas. Namun, Accounting Principles Board (APB) menyatakan bahwa pengakuan pendapatan seharusnya tidak ditunda kecuali jika enerimaan secara penuh benar-benar sangat diragukan, yang mana penyisihan piutang tak tertagih yang sesuai tidak bisa diestimasi.  Pendapatan Diakui saat Terjadinya Beberapa Peristiwa 7



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Dalam beberapa kasus, yang mana tidak ada kontrak yang mengikat atau hak untuk membatalkan adalah bukti bahwa tingkat ketidakpastian akan menunjukkan kalau pengakuan pendapatan dapat ditunda sampai tercapainya titik ratifikasi atau berlalunya waktu. Dalam kasus seperti ini, perusahaan dapat memutuskan bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak memperoleh kendali atau hak atas produk sampai periode ratifikasi telah dilalui.  PEDOMAN PENGAKUAN PENDAPATAN FASB mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai "aliran masuk atau peningkatan asset lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian atas liabilitasnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode dimulai dari pengiriman atau produksi barang, pemberian layanan atau aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi entitas yang sedang berlangsung," dan FASB ASC 605. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) memberikan pedoman yang berlaku bagi pengakuan pendapatan dan hal-hal lain yang terkait dengan aktivitasaktivitas untuk menghasilkan pendapatan yang tidak dibahas secara spesifik di topik-topik lainnya. Baik SEC maupun FASB telah berupaya untuk mengembangkan kriteria pengakuan pendapatan yang lebih konsisten dengan mengeluarkan sejumlah pernyataan, termasuk SEC Staff Bulletin No. 101, FASB EITF Issues No. 00-21 dan 09-1, serta FASB ASU 2014-09.  Staff Accounting Bulletin (SAB) No.101 Selama tahun 1990-an, pasar saham mendorong pelaporan keuangan yang kurang konservatif dari sejumlah perusahaan. Pada saat itu, sebagian besar pasar saham menjadikan pendapatan sebagai dasar harga yang kemudian membuat perusahaanperusahaan menunjukkan harga saham dan kapitalisasi pasar yang kuat tanpa memiliki laba yang besar. Ketika pasar menempatkan begitu banyak penekanan pada salah satu line item, perusahaan menjadi tergiur untuk menggelembungkan pendapatan melalui akuntansi kreatif-creative accounting. Selain itu, laporan pada bulan Maret 1999 yang berjudul Fraudulent Financial Reporting: 1987-1997 An Analysis of U.S. Public Companies, yang disponsori oleh Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dari Treadway Commission, menunjukkan bahwa lebih dari separuh kecurangan pelaporan keuangan yang didokumentasikan dalam kajian tersebut berhubungan dengan penggelembungan pendapatan. Oleh karena itu, SEC membahas masalah-masalah pengakuan pendapatan ini dalam Staff Accounting Bulletin (SAB) No. 101, "Pengakuan Pendapatan dalam Laporan Keuangan (Revenue Recognition in Financial Statements),” dan dalam dokumen pendamping. SAB No. 101 menyatakan bahwa jika suatu transaksi berada di antara cakupan literatur otoritatif tertentu terkait pengakuan pendapatan, maka pedoman tersebut harus diikuti. Namun, jika pedoman semacam itu tidak ada, maka kriteria pengakuan pendapatan dalam SFAC No. 5 (pendapatan tidak seharusnya diakui sampai pendapatan tersebut direalisasi atau bisa direalisasi dan diterima) harus diikuti. 8



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



 Multiple-Deliverable Arrangement Salah satu masalah paling sulit terkait pengakuan pendapatan melibatkan MutipleDeliverable Arrangement (MDA). Pemasok sering kali memberikan banyak produk atau jasa ke para pelanggannya sebagai bagian dari satu perjanjian atau serangkaian perjanjian yang berkaitan. Deliverable tersebut dapat diberikan pada waktu yang berbeda atau selama periode waktu yang berbeda. Sebelum tahun 2003, pedoman pengakuan pendapatan dalam GAAP AS umumnya erbatas pada satu deliverable saja. Oleh karena itu, sulit, bahkan tidak mungkin mencari metode pengakuan pendapatan yang bisa diterapkan terhadap gabungan deliverable tersebut. Pada tahun 2000, Emerging Issues Task Force (EITF) menambahkan permasalahan ke agendanya dan setelah pembahasan selama tiga tahun, mereka mengeluarkan EITF issue No. 00-21, Revenue Arrangements with Multiple Deliverables. Perusahaan dan banyak investor mengaku bahwa pengakuan pendapatan untuk MDA dengan pedoman yang ada mendistorsi dasar ekonomi dari transaksi dalam berbagai perjanjian. Dalam usaha mengurangi permasalahan-permasalahan, FASB mengeluarkan EITF 0913, Revenue Arrangements with Multiple Deliverables, pada bulan Oktober 2009. Berdasarkan ketentuan tersebut, persyaratan nilai wajar dari EITF 00-8 dikesampingkan dengan memperkenalkan konsep harga jual relatif (Relative Selling Price-RSP) yang memungkinkan perusahaan menggunakan estimasi harga jual terbaik untuk menentukan harga jual suatu bagian MDA. EITF 09-13 menetapkan hierarki baru untuk bukti harga jual sebagai berikut:  VSOE-Vendor specific Objective Evidence. VSOE adalah harga suatu bagian MDA ketika perusahaan menjualnya di pasar terbuka secara terpisah dari transaksi yang digabungkan.  TPE-Third Party Evidence. Ukuran untuk menetapkan harga pada kriteria ini adalah harga yang digunakan oleh perusahaan pesaing atau pihak ketiga lainnya untuk menjual bagian MDA yang serupa dalam transaksi atau situasi yang sama.  RSP-Relative Selling Price adalah harga yang akan digunakan manajemen untuk bagian MDA jika bagian tersebut dijual secara terpisah dalam kondisi biasa yang konsisten dengan praktik penjualan perusahaan.  FASB ASC Topic 606 Pada tahun 2002, FASB dan lASB memulai proyek gabungan untuk mengembangkan standar pendapatan yang umum bagi GAAP AS dan IFRS. Setelah 10 tahun melakukan pembahasan, pada bulan Mei 2014, FASB mengumumkan amendemen terhadap FASB ASC dengan mengeluarkan FASB ASU 2014-09, Revenue from Contracts with Customers, yang menciptakan FASB ASC Topic 606. Pada saat yang sama IASB mengeluarkan IFRS No. 15, Revenue from Contracts with Customers. Prinsip utama dari Topic 606 adalah keharusan suatu perusahaan mengakui pendapatan agar dapat 9



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



menggambarkan pengalihan barang atau jasa yang dijanjikan kepada para pelanggan dalam jumlah yang mencerminkan imbalan yang diharapkan perusahaan akan menjadi haknya sehubungan dengan pertukaran barang atau jasa tersebut. Topic 606 mengubah pedoman pendapatan dari perspektif berbasis aturan menjadi pedoman berbasis prinsip yang akan memerlukan penggunaan lebih banyak penilaian. Pedoman tersebut berlaku untuk kontrak-kontrak dengan pelanggan demi menyediakan barang atau jasa. Pedoman tersebut tidak berlaku bagi kontrak-kontrak tertentu dalam cakupan topik yang dimuat di dalam FASB ASC lainnya, seperti kontrak sewa, kontrak asuransi, perjanjian pendanaan, instrumen keuangan, jaminan selain jaminan barang atau jasa, dan pertukaran nonmoneter antar-entitas dalam jalur usaha yang sama untuk memfasilitasi penjualan kepada para pelanggan. Untuk mencapai prinsip utama, proses lima langkah berikut harus digunakan: Langkah 1: Mengidentifikasi kontrak-kontrak dengan pelanggan. Kontrak (contract) adalah perjanjian di antara dua pihak atau lebih yang menciptakan hak dan kewajiban yang dapat dilaksanakan. Langkah 2: Mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan dalam kontrak. Kewajiban pelaksanaan (performance obligation) adalah janji dalam suatu kontrak dengan pelanggan untuk mentransfer barang atau jasa kepada pelanggan. Langkah 3: Menentukan harga transaksi. Harga transaksi (transaction price) adalah jumlah yang dipertimbangkan (misalnya, imbalan) yang diharapkan perusahaan akan menjadi haknya dalam pertukaran terkait pengalihan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan, tidak termasuk jumlah yang dipungut atas nama pihak seperti pajak penjualan. Langkah 4: Mengalokasikan harga transaksi ke kewajiban pelaksanaan dalam kontrak. Untuk kontrak yang memiliki lebih dari satu kewajiban pelaksanaan, perusahaan harus mengalokasikan harga transaksi ke masing-masing kewajiban pelaksanaan dalam jumlah yang menggambarkan jumlah imbalan yang diharapkan perusahaan akan menjadi haknya dalam pertukaran akibat pemenuhan masing-masing kewajiban pelaksanaan. Langkah 5: Mengakui pendapatan ketika (atau bersamaan saat) perusahaan memenuhi kewajiban pelaksanaan. Perusahaan harus mengakui pendapatan ketika (atau bersamaan saat) pihaknya memenuhi kewajiban pelaksanaan dengan mentransfer barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan. Barang atau jasa ditransfer ketika (atau bersamaan saat) pelanggan memperoleh kendali atas barang atau jasa tersebut.  Situasi-Situasi Pengakuan Pendapatan secara Khusus FASB ASC 606 memberikan pedoman implementasi untuk membantu beberapa perusahaan menerapkan ketentuan-ketentuannya pada sejumlah situasi yang kompleks saat menentukan kapan pelanggan memperoleh kendali atas barang atau jasa yang 10



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



dijanjikan. Beberapa situasi tersebut sebelumnya telah mendapatkan tindak lanjut dari SEC, yang mana termasuk penjualan dengan hak untuk mengembalikan, garansi, konsinyasi, fee dibayar dimuka yang tidak bisa dikembalikan, perjanjian bill and hold, dan hak untuk membeli kembali. Penjualan dengan hak untuk mengembalikan-Perusahaan dapat menawarkan hak bagi para pelanggannya untuk mengembalikan produk-produk yang telah dibeli. Penawaran ini dapat dipicu oleh faktor-faktor pemicu, seperti: keinginan pembeli untuk memitigasi risiko ketidakpuasan, risiko teknis, risiko bahwa perantara tidak akan bisa menjual produk tersebut, dan keinginan penjual untuk menjamin kepuasan pelanggan. Hak untuk mengembalikan (right to return) bukan merupakan kewajiban pelaksanaan yang terpisah, tetapi hal tersebut memengaruhi estimasi harga transaksi atas barang-barang yang transter. Garansi- Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, perusahaan dapat memberikan dua jenis garansi kepada para pelanggan: 1. Garansi bahwa produk yang dijual memenuhi spesifikasi yang telah disepakati. Jenis garansi ini disertakan dalam harga jual produk perusahaan dan disebut dengan istilah garansi keyakinan (assurance warranty). 2. Garansi yang memberikan tambahan layanan di luar garansi keyakinan. Jenis garansi ini tidak termasuk dalam harga jual produk dan biasanya disebut sebagai garansi layanan (service-type warranty). Konsinyasi-Konsinyasi (consignment) adalah perjanjian yang mana perusahaan mengirimkan produk ke agen, tetapi tetap memiliki kendali atas produk tersebut sampai terjadinya peristiwa yang ditentukan sebelumnya terjadi (umumnya berupa penjualan produk). Pendapatan dalam perjanjian konsinyasi tidak diakui pada saat pengiriman produk ke agen. Pendapatan harus diakui ketika produk telah dijual oleh agen kepada pelanggan. Fee dibayar dimuka yang tidak bisa dikembalikan-Pada beberapa industri, perusahaan biasanya membebankan biaya kepada para pelanggan pada saat atau mendekati dimulainya suatu kontrak. Fee dibayar dimuka (upfront fee) tersebut sering kali tidak bisa dikembalikan (nonrefundable). Untuk mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan dalam kontrak semacam itu, FASB ASC 606 menunjukkan bahwa perusahaan harus menilai apakah biaya-biaya tersebut terkait dengan transfer barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan. Jika tidak terkait, biaya dibayar dimuka tersebut merupakan pembayaran di muka untuk barang atau jasa di masa depan dan akan diakui sebagai pendapatan ketika barang atau jasa yang dijanjikan telah diberikan di masa depan. Perjanjian bill and hold-Perjanjian bill and hold muncul ketika pelanggan ditagih atas barang-barang yang siap untuk dikirimkan, tetapi perusahaan tidak mengirimkan barang tersebut ke konsumen sampai tanggal setelahnya. Dalam situasi seperti ini,



11



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



perusahaan harus menilai apakah kendali atas barang telah ditransfer ke pelanggan, meskipun pelanggan belum memiliki barang tersebut secara fisik. Hak untuk membeli kembali-Dalam beberapa kasus, perusahaan-perusahaan ikut serta dalam perjanjian dengan hak untuk membeli kembali (repurchase rights) yang memungkinkan mereka mentransfer aset kepada pelanggan, tetapi memiliki kewajiban atau hak untuk membeli kembali aset tersebut di kemudian hari. Dalam menentukan bagaimana memperhitungkan transaksi ini, penjual harus menentukan apakah pembeli akan memiliki dorongan ekonomi untuk melakukan opsi jual tersebut. Jika jawabannya adalah ya, perjanjian ini dilaporkan sebagai transaksi pendanaan. Jika jawabannya adalah tidak, perjanjian ini dicatat sebagai penjualan dengan hak untuk mengembalikan. Dalam situasi-situasi, yang mana harga beli kembali lebih rendah daripada harga jual awal, kontrak tersebut akan diperhitungkan sebagai sewa dengan ketentuan dari FASB ASC 840.  Joint Transition Resource Group Untuk membantu menangani masalah-masalah yang diidentifikasi oleh entitas-entitas pada saat mereka mengimplenmentasikan pedoman pengakuan pendapatan yang baru, FASB dan IASB membentuk Joint Transition Resource Group (TRG). Tujuan TRG adalah: 1) Untuk mengumpulkan, menganalisis, dan membahas masalah-masalah pemangku kepentingan yang timbul dari pengimplementasian pedoman baru. 2) Untuk memberikan informasi kepada FASB dan IASB terkait masalah-masalah implementasi tersebut, yang mana hal ini akan membantu kedua dewan dalam menentukan tindakan-tindakan yang akan diperlukan untuk menangani masalahmasalah tersebut, jika ada. 3) Untuk menyediakan forum bagi para pemangku kepentingan dalam mempelajari pedoman baru dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengimplementasian. Perjanjian Lisensi-Dalam FASB ASC Topic 606, FASB memberikan pedoman untuk mengidentifikasi apakah perjanjian lisensi harus diakui sebagai pendapatan dari waktu ke waktu. Pedoman ini juga memberikan pengecualian terhadap pedoman lisensi umum untuk perjanjian royalti berbasis penjualan atau perjanjian royalti berbasis penggunaan. FASB menerbitkan draf eksposur berjudul “Mengidentifikasi Kewajiban Pelaksanaan dan Lisensi (ldentifying Performance Obligations and Licensing)" dalam upaya membantu mengklarifikasi pedoman yang terkait degan situasi-situasi lisensi.  Pengungkapan FASB ASC 606 mengharuskan sejumlah perusahaan untuk memberikan berbagai pengungkapan mengenai pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak-kontrak dengan pelanggan. Tujuan dari pengungkapan-pengungkapan tersebut adalah memberikan kecukupan informasi bagi para pengguna laporan keuangan agar dapat memahami sifat, jumlah, waktu, dan ketidakpastian terkait jumlah pendapatan dan kas



12



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



tersebut. Informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang diperlukan harus diungkapkan, termasuk: 1. Kontrak-kontrak dengan para pelanggan-pendapatan dan penurunan nilai diakui, pemilahan pendapatan, serta informasi mengenai saldo kontrak dan kewajiban pelaksanaan (termasuk harga transaksi yang dialokasikan ke kewajiban pelaksanaanyang ada). 2. Penilaian penting dan perubahan dalam penilaian tersebut, seperti menentukan waktu pemenuhan kewajiban pelaksanaan (sepanjang waktu atau pada waktu tertentu), dan menentukan harga transaksi, serta jumlah yang dialokasikan ke kewajiban pelaksanaan. 3. Aset-aset yang diakui dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memenuhi kontrak. PENANDINGAN Setelah perusahaan memenuhi kriteria FASB ASC 606 dan mengakui pendapatan, perusahaan selanjutnya harus mengidentifikasi semua beban yang dikaitkan dengan upaya menghasilkan pendapatan tersebut. Proses mengaitkan pendapatan dengan beban ini disebut sebagai konsep penandingan (matching concept). Dari sudut pandang konseptual, menandingkan pendapatan dengan beban yang terkait berhubungan dengan usaha yang dilakukan dan hasil yang dicapai." Walaupun ini merupakan konsep yang cukup mudah untuk dipahami, menandingkan pendapatan dan beban menuntut pertimbangan yang seksama dalam praktiknya. Penentuan kapan biaya-biaya tidak lagi menghasilkan manfaat di masa depan dan kemudian harus membebankannya ke pendapatan tergantung pada definisi-definisi dari istilah biaya (cost), aset (asset), beban (expense), dan kerugian (loss). Definisi biaya dalam konteks ini terdapat di dalam Accounting Terminology Bulletin No.1, sementara beban, aset, dan kerugian didefinisikan di dalam SFAC No. 6. Biaya produk (product cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang dapat langsung dikaitkan dengan produk perusahaan, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik langsung. Selain itu, telah menjadi praktik umum untuk langsung membebankan beberapa biaya ke produk, seperti overhead tidak langsung, meskipun tidak ada cara yang langsung mengaitkan biaya dengan produk tertentu. Terakhir, biaya produk diperlakukan sebagai beban berdasarkan jumlah produk yang terjual. Sebaliknya, biaya periodik (period cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang lebih erat kaitannya dengan periode waktu daripada produk, misalnya, gaji bagian administrasi atau biaya iklan. Biaya periodik diperlakukan sebagai beban berdasarkan periode manfaatnya. Terakhir, harus dicatat bahwa kemampuan perusahaan untuk mengakui laba sangat tergantung pada kemampuannya mengukur arus masuk (pendapatan) dan arus keluar yang terkait (beban). KETERBATASAN PENGAKUAN LABA Dua keterbatasan, yakni konservatisme dan materialitas telah berdampak pada proses pengakuan laba.  KONSERVATISME 13



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Sterling menyebut konservatisme (conservatism) sebagai prinsip penilaian yang paling berpengaruh dalam akuntansi. Singkatnya, konservatisme berpendapat bahwa ketika Anda ragu, lebih baik memilih alternatif akuntansi yang setidaknya mungkin akan melebihsajikan aset atau laba. Prinsip konservatisme awalnya memperoleh perhatian sebagai keseimbangan parsial terhadap optimisme kekal pihak manajemen dan kecenderungan untuk melebihsajikan laporan keuangan yang merupakan karakteristik umum dari abad ke duapuluh. Konservatisme juga dipandang mengesampingkan argumen holding gain karena banyak akuntan yang meyakini bahwa praktik penggunaan alternatif penilaian yang kurang disukai pada perusahaan mungkin akan menyesatkan para pengguna informasi akuntansi keuangan. Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan-tekanan untuk dihasilkann informasi yang lebih relevan dan reliabel telah memperkecil pengaruh konsep ini. Laporan keuangan yang konservatif biasanya bersifat tidak wajar bagi pemegang saham saat ini dan bersifat bias yang lebih menguntungkan bagi calon pemegang saham karena penilaian neto yang dilakukan perusahaan tidak menyertakan ekspektasi masa depan.  MATERIALITAS Konsep materialitas (materiality) memiliki pengaruh yang pervasif terhadap semua aktivitas akuntansi, meskipun tidak ada satu pun definisi yang bisa menjelaskan konsep tersebut sepenuhnya. Walaupun materialitas memengaruhi pengukuran dan pengungkapan semua informasi yang disajikan pada laporan keuangan, materialitas memiliki dampak yang paling besar terhadap komponen-komponen pendapatan dan beban. Dalam amendemen yang diusulkan terhadap SFAC No. 8, FASB menyatakan bahwa informasi bersifat material jika terdapat kemungkinan besar bahwa hal-hal yang dihilangkan atau disalahsajikan dapat dipandang oleh pihak penyedia sumber daya yang memadai sebagai sesuatu yang benar-benar mengubah total bauran informasi. Oleh karena itu, Dewan menunjukkan bahwa pihaknya tidak dapat menentukan batasan kuantitatif yang seragam untuk materialitas dalam situasi tertentu. Selanjutnya, FASB menangani masalah materialitas ini dalam konteks pengungkapan catatan kaki pada draf eksposur yang berjudul, "Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement)." Dokumen ini mencatat bahwa pengungkapan semacam ini dimaksudkan untuk mendorong penggunaan diskresi yang tepat oleh organisasi pelaporan saat menilai apakah pengungkapan catatannya bersifat material atau tidak. KUALITAS LABA, MANAJEMEN LABA, DAN PELAPORAN KEUANGAN YANG MENGANDUNG KECURANGAN  KUALITAS LABA Para analis dan pengguna laporan keuangan lainnya sangat tertarik dengan laba yang dilaporkan perusahaan karena memungkinkan mereka untuk tidak hanya menilai kinerja masa lalu tetapi juga memprediksi arus kas masa depan yang pada gilirannya akan memengaruhi harga sekuritas. Laba akuntansi dipengaruhi oleh kebijakan dan metode 14



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



pengakuan pendapatan, kebutuhan untuk menandingkan pendapatan dengan beban pada periode waktu tertentu, dan penilaian manajemen yang kesemuanya dapat mengurangi manfaat dari informasi laba tersebut. Jumlah laba yang diperoleh suatu perusahaan didapatkan dari perubahan dalam ekuitas atau aset netonya, tidak termasuk setiap transaksi dengan pemilik. Untuk menghadapi kelemahan atas laba akuntansi yang dilaporkan, dan untuk membantu menyejajarkan laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya, para pengguna laporan keuangan harus menilai kualitas laba suatu perusahaan. Kualitas laba (earnings quality) didefinisikan sebagai tingkat korelasi di antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya. Beberapa teknik dapat digunakan untuk menilai kualitas laba, termasuk yang dirincikan berikut: 1. Membandingkan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang secara umum digunakan dalam industri tertentu dan oleh perusahaan pesaingnya. 2. Meninjau perubahan terbaru dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perubahan dalam estimasi untuk menentukan apakah pihaknya menggelembungkan laba. 3. Menentukan apakah pengeluaran diskresioner, seperti iklan telah ditangguhkan dengan membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya. 4. Berupaya menilai apakah beberapa beban, seperti beban garansi, tidak tercermin dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. 5. Menentukan biaya penggantian untuk persediaan dan aset-aset lainnya. Menilai apakah perusahaan menghasilkan arus kas yang memadai untuk mengganti aset-aset yang dimilikinya. 6. Mempelajari catatan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah ada kontingensi kerugian yang dapat menurunkan laba dan arus kas di masa depan. 7. Mempelajari hubungan di antara penjualan dan piutang untuk menentukan apakah piutang meningkat lebih cepat daripada penjualan. 8. Mempelajari bagian diskusi dan analisis manajemen dari laporan tahunan dan opini auditor untuk menentukan opini manajemen mengenai masa depan perusahaan dan mengidentifikasi adanya masalah-masalah akuntansi yang cukup besar.



 MANAJEMEN LABA Manajemen laba adalah aspek lain dari masalah kualitas laba. Manajemen laba (earnings management) didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pejabat korporat untuk memengaruhi laba jangka pendek yang dilaporkan. Suatu kajian menemukan bahwa manajemen laba terjadi karena berbagai alasan, termasuk memengaruhi pasar saham, meningkatkan kompensasi manajemen, mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian pinjaman, dan menghindari intervensi dari para regulator pemerintah. Manajer mungkin berusaha mengelola laba karena mereka meyakini bahwa laba yang dilaporkan memengaruhi keputusan investor dan kreditur. Dalam banyak kasus, teknik-teknik manajemen laba dirancang untuk memperbaiki pengaruh laba yang dilaporkan dan menurunkan biaya modal perusahaan. 15



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



Menilai ketepatan teknik manajemen laba tergantung pada tujuannya. Jenis-jenis teknik manajemen laba seperti ini dianggap sah; praktik manajemen laba yang dianggap menyalahi hukum dan kesalahan penyajian laba menjadi perhatian SEC dan lembaga investasi. Pada tahun 1998, Arthur Levitt, mantan ketua SEC, menguraikan lima teknik manajemen laba yang disebutnya mengancam integritas pelaporan keuangan, yaitu: 1. Taking a bath. Pada satu waktu, melebihsajikan beban restrukturisasi untuk mengurangi besarnya aset, yang mana hal ini akan mengurangi besarnya beban di masa depan. Ekspektasinya adalah bahwa kerugian yang terjadi pada satu waktu tersebut didiskontokan di pasar oleh para analis dan investor yang akan lebih focus pada laba masa depan. 2. Creative acquisition accounting. Menghindari beban di masa depan dengan membebankan biaya riset dan pengembangan dalam proses pada satu waktu. 3. “Cookie jar” reserves. Melebihsajikan retur penjualan atau biaya garansi di masa kinerja perusahaan sedang bagus dan menggunakan nilai lebih saji tersebut di masa kinerja perusahaan sedang buruk untuk mengurangi beban yang serupa. 4. Penyalahgunaan konsep materialitas. Dengan sengaja mencatat sejumlah kesalahan atau mengabaikan kesalahan dalam laporan keuangan berdasarkan asumsi bahwa dampaknya tersebut tidak signifikan. 5. Pengakuan pendapatan yang tidak tepat. Mencatat pendapatan sebelum diterima. Tercatat bahwa lebih dari separuh kasus penindakan yang dilakukan SEC pada tahun 1999 dan 2000 melibatkan masalah-masalah pengakuan pendapatan yang tidak tepat.  Pelaporan Keuangan yang mengandung kecurangan Banyak aktivitas manajemen laba, walaupun agresif, menyertakan penilaian dan estimasi yang sesuai dengan GAAP AS. Namun, manipulasi laba yang bertujuan untuk menipu para investor dan kreditur merupakan bentuk kecurangan laporan keuangan. Beberapa kajian riset telah mengembangkan tanda-tanda yang bisa menunjukkan adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Kebanyakan tanda tersebut hanya dapat diungkapkan oleh auditor eksternal atau auditor internal, tetapi ada yang bisa dikenali oleh pihak lain dengan mempelajari laporan keuangan yang dipublikasikan, laporan 10K perusahaan yang diajukan ke SEC, serta pernyataan pers mengenai keuangan. Berikut daftar yang mengidentifikasi beberapa hal yang menandakan adanya potensi kecurangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Dewan direksi yang sebagian besar merupakan orang dalam perusahaan. Kompensasi manajemen yang dikaitkan dengan harga sahamnya. Seringnya terjadi penggantian auditor. Perputaran personel inti yang cepat. Memburuknya laba. Pertumbuhan cepat yang tidak biasa. Kurangnya modal kerja. Kebutuhan untuk meningkatkan harga saham agar dapat memenuhi proyeksi laba yang dibuat oleh analis. 9. Tingkat utang yang sangat tinggi. 10. Kekurangan kas. 11. Perjanjian-perjanjian pendanaan di luar laporan posisi keuangan yang penting. 12. Keraguan terkait kemampuan perusahaan untuk tetap melanjutkan usaha. 16



Konsep Laba, Pengakuan dan Penandingan Pendapatan



13. Adanya investigasi oleh SEC atau badan regulasi lainnya. 14. Kondisi perekonomian industri yang tidak diinginkan. 15. Kondisi perusahaan yang ditangguhkan (suspension) atau dikeluarkan (delisting) dari bursa saham. Tanda-tanda ini tidak selalu mengindikasikan adanya kecurangan yang sesungguhnya karena beberapa kondisi dalam daftar tersebut dapat terjadi dalam lingkungan bisnis yang normal. Namun penting untuk dicatat bahwa para penyelidik sering kali menemukan bahwa kondisi-kondisi tersebut terjadi dalam situasi pelaporan yang mengandung kecurangan.



INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS  IFRS NO.15 Pada tanggal 28 Mei 2014, IASB mengeluarkan IFRS No. 15, "Revenue from Contracts with Customers." Pernyataan tersebut sepenuhnya dikonvergensi dengan ASU 2014-09, "Revenue from Contracts with Customers" (Topic 606) dan berlaku untuk semua periode pelaporan tahunan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018. Pernyataan ini menggantikan IAS No. 18, "Revenue;" IAS No. 11, "Construction Contracts;" dan sejumlah interpretasi yang berkaitan dengan pendapatan.



17