Resume Bacaan Non Fiksi Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Fatimatus Zahro



Nim



: 52106130004



Prodi



: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia



Mata Kuliah : Sastra Anak & Pupuler Judul Materi : Bacaan Nonfiksi Anak yang meliputi : 1. Hakikat Nonfiksi 2. Macam-macam Bacaan Nonfiksi Anak meliputi : a. Buku Informasi (Evaluasi dan macam buku informasi). b. Biografi. RESUME MATERI A. HAKIKAT NONFIKSI Cerita fiksi dan nonfiksi



dapat sama-sama menampilkan sisi-sisi



kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristikaya berbeda. Jika dalam cerita fiksi unsur suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan sesuatu yang penting, dalam nonfiksi ia justru tidak terlalu penting karena yang dipertingkan kini adalah bagaimana fakta-fakta itu disampaikan. Jika dalam cerita fiksi bagaimana karakter tokoh dan bagaimana ia dikembangkan merupakan sesuatu yang esensial, dalam nonfiksi yang dipentingkan adalah penemuan bentuk hubungan dan penerapan konsep dalam masyarakat atau dalam dunia alamiah seperti dalam dunia binatang. Namun, dalam menulis karya nonfiksi pengarang juga bisa saja mempergunakan caracara narast sebagaimana dalam cerita fiksi, misalnya dengan memakai bentuk -bentuk persona tertentu sehingga dapat menarik pembaca anak lebih terlibat secara emosional. Sastrakah teks nonfiksi itu? Apakah bacaan nonfiksi dapat dikategorikan sebagai teks kesastraan sastra anak? Ini adalah perta nyaan yang menarik untuk dipertanyakan Jika sastra dibatas pads berbagai teks kreatif-imajinatif yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual-historis, teks nonfiksi bukan termasuk teks kesantraan. Hal in disebabkan teks nonfiksi justru menekankan pentingnya aspek fakta faktual-historis yang dijadikan dasar penulisan. Namun, jika teks kesastraan dipahami dalam pengertian yang luas, yaitu yang menunjuk pada berbagai teks yang memiliki kadar artistik tinggi dengan



memperhitungkan pencapaian efek estetik lewar pemilihan unsur-unsur stile secara tepat, berbagai teks nonfiksi yang ditulis dengan stile tersebut dapat juga dikategorikan sebagai bagian dari sastra anak (Lukens, 2003:28). Teks-teks nonfiksi yang ditulis dengan cara-cara yang indah, yang memperhitungkan capaian efek keartistikan, sebagaimana halnya teks kesastraan juga mampu mem berikan kepuasan emosional dan intelektual sekaligus Pemenuhan kepuasan aspek emosional dan intelektual adalah suatu hal yang mesti diperoleh jika seseorang membaca teks-teks kesastraan Dengan demikian, selain memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu yang disampaikan lewat bacaan itu, pembaca (anak) juga akan memperoleh kesenangan sebagai salah satu manifestasi fungsi sastra yang bertujuan memberikan hiburan. Fakta, konsep, tone. Lewat cerita fiksi atau teks kesastrann secara umum kita dapat memperoleh kenikmatan estetis, kenikmatan dan kesenangan memperoleh cerita yang menarik dan memuaskan, kepuasan memperoleh katarsis. Di pihak lain, lewat bacaan nonfiksi kota juga memperoleh kesenangan dan kepuasan, yaitu yang berwujud pemerolehan fakta dan atau informasi konseptual yang dibutuhkan Menurut Lakens (2003:278) dalam penulisan nonfiksi, yang pertama tama mesti diperhatikan adalah aspek fakta dan atau dukungan oleh fakta-fakta Penyampaian fakta-fakta itu diarahkan untuk sampai pada sebuah konsep, sedang falta dan konsep tersebut akan diterima oleh pembaca dengan dipengaruhi oleh tone pengarang, yaitu bagaimana sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan terhadap pembaca. Ketiga hal tersebut, yaitu fakta, konsep, dan tone. Memegang peran penting dalam teks nonfiksi. B. MACAM-MACAM BACAAN NONFIKSI ANAK Lukens (2003:34) mengelompokkan bacaan nonfiksi anak ke dalam dua kategori saja, yaitu buku informasi (informational books) dan biografi (biography). Jadi, berbagai buku bacaan yang berisi berbagai hal, peristiwa, atau apa saja yang menghadirkan informasi dan fakta-fakta secara mudah dikelompokkan ke dalam buku informasi. Di pihak lain, buku bacaan yang berangkat dari dan atau berdasarkan kisah hidup seseorang juga merupakan suatu bentuk fakta faktual dikelompokkan ke dalam biografi, Pembagian yang dilakukan dalam penulisan buku in mengikuti pembagian Lukens, namun juga memasukkan beberapa buku bacaan yang oleh Lukens dikelompokkan ke dalam subgenre realisme pada buku informasi. 1) Buku Informasi



Hakikat buku informasi. Buku informasi merupakan salah satu jenis buku nonfiksi, dan bahkan tidak jarang kedua istilah itu disamakan begitu saja karena keduanya merupakan representasi dari fakta faktual. Jadi, buku informasi dapat dipahami sebagai buk bacaan yang menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan fakta. Dengan membaca buku informasi berarti anak dapat memperoleh berbagai informasi mengenai berbagai fakta yang dihadirkan dalam bacaan yang bersangkutan. Namun demikian, menurut Stewig (1980:480) lewat bacaan cerita fiksi anak juga akan memperoleh berbagai informasi, baik yang bersifat faktual maupun imajinatif karena fiksi juga tidak mungkin lepas sama sekali dari fakta faktual. Hanya saja, penyajian fakta dalam fiksi dikemas dengan fakta iminatif sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan begitu saja. a. Evaluasi Buku Informasi Buku informasi yang dikemukakan di sini adalah buku yang sengaja dirancang sebagai buku bacaan anak. Maka, tuntutan penulisan yang mencerminkan karakteristik sastra anak harusialt menjadi acuan utama dan pertama terhadap evaluasi buku bacaan informasi yang dimaksud. Hal itu dimaksudkan agar buku-buku informasi tetaplah menjadi bacaan yang menarik, komunikatif bagi anak, dan tidak berubah menjadi buku pelajaran. Tujuan memberikan “pelajaran” tentu saja ada, tetapi ia perlu dikemas dalam bacaan ringan yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa kacamata anak. Untuk itu, buku informasi haruslah dipertimbangkan kelayakannya sebagni bahan bacaan anak. Kerja pemertimbangannya itu sendiri, menurut Stewig (1980:480486), antara lain menyangkut aspek kualifikasi pengarang, bahasa, keakuratan, ilustrasi, referensi tujuan, dan kecukupannya sebagai buku bacaan secara sendiri (self-sufficiency); atau menurut Lukens (2003:280-298) mencakup aspek organisasi dan cakupan, stile, bentuk narasi, ilustrasi, tone, dan unsur didaktis. Stile. Aspek stile (bahasa) merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu mendapat perhatian dalam mempertimbangkan kelayakan buku informasi sebagai bacaan anak. Sebagaimana lazimnya buku bacaan anak, secara umum bahasa buku informasi haruslah memenuhi persyaratan sederhana baik kosakata maupun strukturnya, lugu dan lugas dalam kaitannya dengan makna yang ditunjuk, tidak berbelit, dan informatif. Stile berperan penting untuk menentukan apakah buku informasi itu menarik atau membosankan, mudah atau sulit dipahami, penuturan terasa konkret atau abstrak, dan lain-lain yang akan



berdampak yang besar bagi kemauan anak untuk membaca selanjutnya. Namun, sebagaimana dikatakan Lukens (2003:286), bagaimanapun, stile tidak dapat dipisahkan dari makna. Maka, penilaian ketepatan stile sebuah bacaan nonfiksi berada dalam kaitannya dengan makna yang ingin disampaikan. Bentuk narasi. Berbeda halnya dengan cerita fiksi yang menekankan pentingnya suspense, bacaan nonfiksi lebih mementingkan penyampaian fakta. Hal yang penting kini adalah mempertimbangkan bagaimana fakta-fakta itu disampaikan tanpa mengurangi rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu yang dimaksud bukan berupa rasa ingin terhadap kelanjutan cerita, melainkan terhadap fakta itu sendiri yang merupakan sesuatu yang bersifat informatif. Setiap orang dan tidak terkecuali anak haus akan informasi, dan sifat alamiah itulah yang diusahakan dipenuhi lewat bacaan nonfiksi yang menghadirkan informasi yang menarik. Keakuratan dan cakupan fakta. Tujuan buku bacaan informan adalah memberikan berbagai fakta kepada pembaca anak. Fakta yang dimaksud di sini adalah dalam pengertian yang luas, baik fakta yang menyangkut keadaan, peristiwa, tokoh, binatang, logika, maupun yang lain-lain yang berasal dari sesuatu yang alamiah, eksak, atau berciri sosial dan budaya. Singkatnya, fakta adalah sesuatu yang bersifur faktual yang kebenarannya didukung bukti empirik dan logika, dan bukan sekadar imajinatif. Oleh karena itu, fakta-fakta tersebut haruslah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Keakuratan fakta yang diangkat ke dalam buku informasi merupakan hal yang penting. Jika tidak dikatakan menentukan, terhadap kualitas buku informasi yang dihasilkan. Maka, evaluasi dan seleksi terhadap bacaan informasi, juga buku nonfiksi secara umum, pertama-tama haruslah mempertimbangkan aspek keakuratan fakta. Ilustrasi. Adanya ilustrasi yang menyertai teks vertal dalam bacaan anak adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Artinya, dalam bacaan anak ilustrasi itu harus ada, dan justru hal inilah antara lain yang membedakannya dengan bacaan dewasa. Lebih dari itu, harus ada benang merah yang menghubungkan ilustrasi dengan teks verbal Ilustasi harus berhubungan erat dengan teks verbal, saling mendukung dan menguatkan untuk menyampaikan makna dan atau informasi secara keseluruhan. Lukens (2003:289-290) menegaskan bahwa ilustrasi dalam teks nonfiksi harus memperjelas makna teks verbal. Ilustrasi harus



mengkonkretkan dan membantu pemahaman informasi yang disampaikan lewat teks verbal. Tone. Cerita tentang berbagai fakta dalam buku informasi akan semakin menarik jika tone yang terbangkitkan mampu menarik anak untuk ikut menjiwainya. Tone penting bukan saja untuk cerita fiksi, tetapi juga untuk bacaan nonfiksi. Pendayaan tone secara tepat sesuai dengan pangsa pembacanya yang anak-anak, akan mampu menarik anak untuk terlibat secara emosional dan karenanya bacaan akan menjadi menyenangkan. Adanya tujuan pelibatan secara emosional ini pula yang menyebabkan buku informasi dikategorikan sebagai salah satu subgenre anak. Oleh karena itu, para penulis buku bacaan anak haruslah memperhitungkan bagaimana cara menunjukkan sikap dan nada terhadap fakta dan objek yang dikisahkan dan terhadap anak sebagai calon pembaca. Tone dapat dibangkitkan lewat pilihan stile, lewat bahasa diy kata-kata. Pelibatan emosional anak ke dalam bacaan dape dibangkitkan lewat stile, misalnya



lewat



kata-kata



yang



familiar,



sederhana,



yang



lucu



dan



membangkitkan kesan humor, dan mempergunakan bentuk persona tertentu yang mendukung, Misalnya, penggunaan bentuk “kita”, “kamu”, atau “kalian” akan menarik emosi dan perasaan anak ke dalam bacaan karena mereka merasa dilihatkan dan bahkan disapa diajak ikut terlibat. Dengan cara seperti itu, anak memperoleh informasi tentang fakta tanpa merasa digurui, tetapi dengan acara diajak berpikir bersama. b. Macam-macam Buku Evaluasi Pembicaraan mengenai macam buku informasi berikut hanya akan menyangkut beberapa jenis, beberapa di antaranya menyangkut jenis yang dikemukakan oleh Stewig di atas, sedang beberapa yang lain mencakup jenis buku informasi yang oleh Lukens (2003) dikelompokkan ke dalam subgenre realisme. Namun, sebelumnya juga perlu dikemukakan bahwa pengkategorian buku-buku informasi tertentu ke dalam jenis tertentu dapat rancu karena isi sebuah buku tidak selalu homogen. Isi sebuah buku dapat berbagai-bagai dengan karakteristik tertentu yang dapat dijadikan alasan untuk menge lompokkannya ke dalam jenis buku informasi tertentu. Selain itu, juga perlu diketahui bahwa buku informasi juga dibedakan untuk anak usia berapa sebuah bacaan itu ditulis. Sama-sama berisi informasi tentang binatang misalnya,



bacaan yang ditujukan kepada anak-anak usia TK dan SD kelas awal tentu berbeda dengan bacaan yang ditujukan untuk anak-anak yang sudah lebih besar dan lancar membaca seperti anak kelas V dan VI SD. Binatang. Buku informasi tentang binatang bukan merupakan cerita binatang atau yang lazim disebut fabel, baik yang tergolong klasik maupun modern, melainkan buku yang membicarakan binatang sebagai salah satu makhluk hidup di sekeliling kita. Jadi, ia adalah buku yang berkisah tentang binatang sebagai suatu objek faktual dan apa adanya. Misalnya, jika sebuah buku informasi tentang binatang berkisah tentang binatang gajah, yang diceritakan adalah, antara lain, deskripsi fisik binatang itu: badannya besar, berkaki empat, ada belalai dan gadingnya, telinganya lebar, warna kulitnya keabu-abuan dan terlihat kasar, cara makan dan minum, makanannya, dan seterusnya. Olahraga. Selain tentang binatang, buku informasi lain yang juga banyak disukai oleh anak-anak hingga dewasa adalah buku informasi tentang olahraga. Buku informasi olahraga adalah karangan yang berkaitan dengan suatu jenis olahraga. Ia adalah buku “cerita” tentang olahraga, olahraga dalam pengertian yang sebenarnya, misalnya tentang “apa dan bagaimana”-nya jenis-jenis olahraga tertentu seperti bulutangkis, sepakbola, pingpong, renang, lari, dan lain-lain. Oleh karena itu, buku cerita yang berjudul Kapten Bola (Arswendo), walau menampilkan cerita sepakbola, tidak termasuk dalam bagian ini karena sepakbola di sana sebagai aktivitas dan cerita tentang tokoh, dan bukan tentang sepakbola. Buku informasi tentang olahraga sepakbola misalnya, dapat bercerita tentang jumlah pemain, posisi-posisi pemain, tugas pemain dalam tiap posisi, aturan permainan, tugas wasit, ukuran lapangan, dan lain-lain. Sains dan lingkungan hidup. Buku informasi untuk bacaan sastra anak juga banyak mengangkat masalah sains dan lingkungan hidup. Sesuai dengan topiknya yang sains dan lingkungan hidup, buku informasi jenis ini menyajikan berbagai yang dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, karena termasuk bacaan sastra, ilmu pengetahuan yang dimaksud dikemas dalam stile yang enak dibaca, dan dilengkapi dengan ilustrasi yang mendukung dengan tampilan yang bagus. Sekali lagi, derajat keartistikan dalam bacaan ini mendapat perhatian yang serius. Dengan demikian, membaca berbagai informasi mengenai ilmu pengetahuan yang disajikan anak tidak



merasakannya sebagai belajar, melainkan lebih sebagai menikmati bacaan dan secara tidak langsung memperoleh pengetahuan. Dengan kondisi bacaan yang demikian, diharapkan anak akan tertarik dan kemudian suka membacanya. Kehidupan sosial. Kehidupan sosial masyarakat di lingkungan anak juga sering dijadikan bacaan informasi untuk anak. Sama halnys dengan jenis buku informasi yang lain, tujuan mengangkat kehidupan sosial masyarakat adalah untuk memberi tahu anak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah tersebut sehingga anak sebagai salah satu bagian yang terlibat di dalamnya memahami pranata, konvensi, nila-nilai, atau hal-hal lain yang ada di masyarakat yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya dengan jenis-jenis buku informasi yang lainnya juga, lewat bacaan ini pada hakikatnya anak diberi “pelajaran” tentang kehidupan sosial yang bermanfaat, namun dengan cara-cara yang menyenangkan. 2) Biografi Hakikat biografi Biografi (biography) adalah sejarah hidup seseorang (Lukens, 2003:261). Sebagai salah satu jenis karya nonfiksi sebagaimana dikemukakan sebelumnya, menurut Lukens biografi mengandung tiga aspek esensial, yaitu fakta, konsep, dan tone. Sebuah biografi harus menuliskan fakta secara akurat yang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya secara objektif tentang tokoh yang ditulis biografinya. Sebagai sebuah konsep, biografi merupakan bacaan yang berharga yang mengisahkan seorang tokoh tentang apa yang telah dilakukan, didemonstrasikan, ditemukan, yang membuatnya menjadi signifikan, lebih signifikan daripada rata-rata orang lain. Di pihak lain, tone yang mencerminkan sikap dan tanggapan pengarang biografi terhadap masalah yang dikisahkan jadi terhadap individual yang dikisahkan biografinya- dan terhadap pembaca, akan menentukan apakah pembaca anak akan menyenangi kisah biografi yang bersangkutan atau Sikap penulis biografi terhadap individu yang ditulis biografinya akan mempengaruhi sikap dan penilaian pembaca terhadap individu yang bersangkutan. Biografi otentik dan biografi fiksional. Huck dkk. (1999:567) membedakan biografi untuk pembaca dewasa dengan sebutan authentic biography (biografi otentik), sedang yang untuk pembaca anak fictionalized biography (biografi yang difiksikan, biografi fiksional). Biografi otentik mirip-mirip dengan buku dokumentasi yang ditulis dengan mendasarkan diri dari penelitian. Kalaupun ada



kata-kata atau dialog tokoh yang dirujuk, hal itu harus benar-benar dapat diverifikasikan kebenarannya. Dalam karya ini campur tangan unsur fiksionalitas tidak ditoleransi. Di pihak lain, dalam biografi fiksional, yang juga ditulis berdasarkan hasil penelitian, penulis ditoleransi untuk memasukkan cerita rekaannya sehingga memung kinkan masuknya unsur fiksionalitas. Jika dalam biografi otentik terkesan lebih analitis, dalam biografi fiksional dipergunakan gaya bercerita. Dengan cara itu, anak dibiarkan memahami karakter tokoh lewat tingkah laku dan kata-kata. Kata-kata tokoh dikreasikan berdasarkan data-data dari diari, jurnal, majalah, dan lain-lain sehingga ada dasarnya juga. Macam biografi. Biografi dapat dibedakan ke dalam beberapa macam tergantung dari sudut mana ia dibedakan. Dilihat dari pembaca yang dituju, biografi dapat dibedakan ke dalam biografi yang berkategori sastra anak dan sastra dewasa masing-masing untuk pembaca anak dan dewasa atau umum. Dilihat dari kelengkapan isi fakta mengenai tokoh yang dibiografikan, ada karya yang hanya memuat beberapa bagian dari kehidupan tokoh sesuai dengan keperluan, dan ada karya biografi yang lengkap, dalam am menyangkut (hampir) keseluruhan hal penting mengenai tokoh dan bahkan sejak lahir sampai akhir hayatnya (jika ia sudah meninggal). Berdasarkan penyajian dan cakupannya, Huck dkk. (1987:573 81) membedakan karya biografi ke dalam enam kategori, yaitu (i) biografi bukubergambar, (ii) biografi sederhana, (iii) biografi sebagian, (iv) biografi lengkap, (v) biografi kolektif, dan (vi) otobiografi atau riwayat hidup. Buku biografi tokoh Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia memiliki banyak tokoh yang wajib dikenal secara baik oleh bangsa Indonesia sendiri. Pengenalan para tokoh besar ter sebut haruslah sudah dilakukan dan diberikan kepada anak-anak bang sa Indonesia. Dengan cara itu diharapkan terjadi internalisasi ketokoh an dan keteladanan ke dalam diri anak-anak yang selanjutnya diharap kan dapat memupuk rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme dan bangga terhadap bangsa dan tanah air Indonesia haruslah sudah ditanamkan secara dini kepada bangsa Indonesia sejak mereka masih anak-anak. Biografi tokoh dunia. Selain membaca biografi untuk mengenal tokoh-tokoh pahlawan Indonesia, sebaiknya anak juga diperkenalkan kepada tokoh-tokoh dunia dari berbagai negara. Mengenal tokoh dunia juga penting, yang selain untuk mengenal dan mempelajari ketokohan dan keteladanan mereka, juga untuk



menambah pengetahuan dan pengalaman. Dalam ketokohan dan keteladanan, usaha dan semangat juang yang tidak mengenal lelah dan menyerah, terutama tokoh-tokoh ilmuan penemu, dalam banyak hal melebihi ketokohan tokoh Indonesia. Bahkan, hingga kini bangsa Indonesia belum mencatatkan diri mampu melahirkan tokoh-tokoh sekaliber Graham Bell (penemu telpon), Thomas Edison (penemu listrik), Guglielmo Marconi (penemu radio), Bill Gate (komputer), dan lain-lain. Oleh karena itu, penting bagi kita menyediakan berbagai bacaan biografi para tokoh dunia tersebut buat anak-anak dengan harapan dapat membangkitkan minat mereka untuk belajar dan berkarya. “ MANFAAT SETELAH MEMPELAJARI MATERI “ 1. Memahami dan Mengetahui Bacaan Nonfiksi Fiksi A. Mengetahui Hakikat Nonfiksi B. Memahami Bacaan Nonfiksi a. Buku Informasi (Evaluasi dan macam-macam buku informasi) b. Biografi.