Resume Buku Pengantar Studi Islam - Nadia Ps [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME BUKU PENDEKATAN STUDI ISLAM Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Studi Islam Dosen pengampu : Bapak Enan Kusnandar, M.Pd



Disusun Oleh : Nadia Pratanti Sunardi



(0106.2001.026)



FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA 2020/2021



Judul Buku



: Pengantar Sudi Islam



Penulis



: Drs. Sudadi, M.Pd.I.



Cetakan Pertama



: 2019



Diterbitkan oleh



: Mediatera



Bagian 1 AKHLAH SEBAGAI KAJIAN ILMU 1. Pengertian Etika (Ethic) Etika secara etimologis, berasal dari kata Yunani ethos yang bearti watak kesusilaan atau adat, identic dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang bearti juga adat atau cara hidup. Etika sama dengan moral. Istilah lain yang identic dengan etika: a. Susila dari bahasa Sanskerta yang lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup yang lebih baik. b. Akhlak dari bahasa Arab, jamak dari Khuluqun, yang menurut bahasa bearti budi pekerti,, perangai, tingkah laku atau tabiat. Etika merupakan cabang fisafat, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat etika mencari kebenaran yang sedalam-dalamnya. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya



timbul



perbuatan-perbuatan



dengan



mudah



yang



tidak



memerlukan



pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Menurut KI Hajar Dewantara, 1962:459, etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.



2. Kebebasan Manusia a. Objek material Etika Etika tidak akan berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab. Etika sendiri adalah suatu perencanaan menyeluruh yang mengaitkan kekuatan alam dan masyarakat dengan bidang tanggung jawab manusiawi. Tanggung jawab hanya dapat dituntut apabila ada kebebasan untuk memilih. 1) Bebas dalam paham Negatif dan Positif Disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan atau adanya keterikatan dengan seseorang. Paham ini disebut negatif karena hanya dikatakan bebas dari sesuatu tetapi tidak menentukan kebebasan itu untuk apa. Seseorang dikatakan bebas, apabila: 1. dapat menentukan tujuan dan apa yang dilakukannya, 2. dapat memilih suatu kemungkinan yang terjadi padanya, 3. tidak terpaksa atau terikat untuk berbuat sesuatu yang tidak dipilihnya sendiri atau tidak dicegah atas apa yang ia pilih oleh kehendak orang lain, Negara atau kekuasaan apapun. Jadi kebebasan itu mengenai segala macam kegiatan pada manusia, yaitu kegiatan sadar, disengaja dan dilakukan demi suatu tujuan yang disebut tindakan. Tidak setiap pembatasan atau kemungkinan kita untuk bertindak dianggap melawan kebebasan. Contoh: keterbatasan jenis kelamin kita, keterbatasan suku, keterbatasan keturunan dan sebagainya. 2) Tiga Macam Kebebasan a) Kebebasan Jasmaniah Tidak adanya paksaan terhadap kemungkinan-kemungkinan untuk menggerakkan badan kita miliki. Jangkauan kebebasan jasmaniah ini ditentukan oleh kemampuan badan kita sendiri, jadi jangkauan itu tentu saja terbatas. Jika dijumpai adanya batas-batas jangkauan yang dilakukan anggota badan kita, hal itu tidak mengurangi kebebasan, melainkan menentukan sifat dari kebebasan itu.



b) Kebebasan Kehendak Kebebasan adalah untuk menghendaki sesuatu, jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh kemungkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan dan menghendaki apa saja. kebebasan kehendak adalah kebebasan seorang individu untuk memutuskan pilihannya sendiri secara sadar dan bertindak sesuai dengan keputusannya dengan kontrol dan penguasaan penuh dan dapat melakukan hal yang berlawanan atau berlainan, tanpa ada paksaan dari luar. Seorang individu dapat dikatakan memiliki kebebasan kehendak apabila individu tersebut dimungkinkan untuk membuat sebuah keputusan, ia juga dimungkinkan untuk membuat sebuah keputusan lain yang berbeda, dengan kata lain individu tersebut mempunyai alternatif pilihan. c) Kebebasan Moral Kebebasan moral dalam arti luas yaitu tidak adanya ancaman, tekanan, larangan dan desakan lain yang tidak sampai dengan paksaan fisik. Dalam arti sempit kebebasan moral adalah tidak adanya kewajiban, bebas untuk bertindak apabila ada kemungkinan-kemungkinan tanpa ada yang diwajibkan dan tidak ada yang dilarang. b. Kebebasan dan Tanggung Jawab Manusia dalam bertindak melakukan sesuaitu dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu. Kemampuan ini khusus manusiawi, sedangkan hewan dapat berbuat tetapi didorong dan berdasarkan naluri, perangsang dan kebiasaan. Kebebasan dengan kewajiban moral, analisa kesadaran moral memperlihatkan bahwa dalam kesadaran moral yang berkembang penug, orang melakukan kewajibannya karena ia setuju. Walaupun melakukan kewajiban dapat membawa pengorbanan, tetapi setelah itu justu akan merasa bebas. Kebebasan yang bertanggung jawab disini kebebasan ditantang jika berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral adalah sikap yang bertanggung jawab, tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Jadi disini kebebasan mengandung pengertian yaitu: mampu untuk menentukan dirinya sendiri, mampu bertanggung jawab, kedewasaan manusia dan seluruh kondisi



yang memunkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, nilai dan pola pikir . Tingkah laku



berdasarkan



kesadaran terdapat makna kebebasan merupakan objek materil etika. c. Nilai-Nilai Akhlak Akhlak mengandung semua nilai yang diperlukan manusia untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Nilai dapat dikategorikan menjadi lima: 1) Nilai-nilai keagamaan (al-akhlaq ad-diniyyah) Yaitu beriman kepada-Nya dengan segala hal yang diwahyukan-Nya, Ketaatan kepada Allah, memikirkan ayat-ayat-Nya, mensyukuri Nikmat-Nya, bertawakal



kepada-Nya,



berdoa



kepada



Allah,



Mengerjakan



shalat,



mengerjakan zakat, mengerjakan puasa, mengerjakan haji bagi yang mampu dan tidak menyekutukan-Nya. 2) Nilai-nilai perseorangan (al-akhlaq al-fardiyyah) Yaitu suci jiwanya, iklas, sederhana, sabar, istiqamah, menjadi contoh yang baik, menguasai nafsu, berbaik sangka dan menahan marah. 3) Nilai-nilai kekeluargaan (al-akhlaq al-usratiyyah) Yaitu kewajiban terhadap orang tua dan anak, berbuat baik dan menghormati orang tua, memelihara kehidupan anak-anaknya, memberikan pendidikan



akhlak,



memperbanyak



keturunan,



mencari



kedamaian,



memberikan bantuan terhadap kaum kerabat, memberikan hak waris kepada yang ditinggalkan dan memberi wasiat. 4) Nilai-nilai akhlak social (al-akhlaq al-ijtima’iyyah) Yaitu memenuhi amanah, menepati janji, menjalin silahturahmi, tolong menolong, menyebarkan ilmu pengetahuan, dilarang membunuh, dilarang mencuri, dilarang berzinah dan dilarang memakan harta anak yatim. 5) Nilai-nilai kenegaraan (al-akhlaq ad-dailiyyah) Yaitu melaksanakan undang-undang, menjaga ketentraman, displin, membela negara, cinta damai, tidak memaksakan kehendak, menjalin hubungan dengan Negara lain dan menghormati hak-hak dan bersikap netral.



d. Jenis-Jenis Akhlak Menurut Ibnu Qayim akhlak dibagi menjadi dua yaitu: 1) Akhlaq Dlarury Yaitu akhlak yang asli, yang merupakan pemberian dari Allah secara langsung, tanpa latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia pilihan Allah yaitu para nabi dan Rasul-Nya. 2) Akhlak Muktabasah Yaitu budi pekerti yang harus dicari dengan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang tepat. Kebiasaankebiasaan berbuat baik harus dibiasakan sejak dini, terutama dalam menanamkan akidah dan keimanan. e. Kegunaan Akhlak Akhlak ini penting dimiliki oleh manusia itu sendiri kalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bermasyarakat. Akhlak yang menberi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Sebab manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaannya. Manfaat mengkaji akhlak adalah untuk memperoleh kemajuan rohani. Dengan ilmu akhlak yang dimiliki akan membuat kita memelihara diri supaya senantiasa pada garis akhlak yang mulia dan menjauhi segala bentuk akhlak yang tercela. f. Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami Kita telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah system moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada Nabi/Rasul-Nya dengan tujuan untuk disampaikan kepada umatnya. Ciri-ciri dari akhlak Islam menurut H.A Mustofa (1997) adalah : kebajikan yang mutlak, kebaikan yang menyeluruh, kemantapan, kewajibab yang dipatuhi dan pengawasan yang menyeluruh.



g. Kebaikan, Kebajikan dan Kebahagiaan 1. Kebaikan Tidak semua kebaikan merupakan akhlak. Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang ditempuh. Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia kea rah tujuan akhir yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia. 2. Kebajikan Kebajikan



budi menyempurnakan akal menjadi menjadi alat untuk



menerima pengetauhan. Bagi bidi spekulatif kebajikan disebut pengertian, pengetauhan. Sedangkan badi budi praktis disebut kepandaian dan kebijakan. Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yang terpenting. 3. Kebahagiaan Kebahagiaan terbagi 2 yaitu kebahagiaan subjektif dan kebahagiaan objektif: a) Kebaikan subjektif Kebahagiaan adalah kepuasaan sadar yang dirasakan seseorang karena keinginannya memiliki kebaikan yang sudah terlaksana. Seluruh manusia mencari kebahagiaan karena tiap orang berusaha memenuhi keinginannya. b) Kebaikan objektif Berusaha Manusia melaksanakan dalam dirinya suasana kebahagiaan sempurna yang tetap. Ini tujuan subjektif bagi manusia. Dalam hal ini terdapat berbagi aliran antara lain: 1) Henonisme Kebahagiaan adlah kepuasan jasmani, yang dirasa lebih intensif dari kepuasan rohaniah 2) Epikurisme Suasana kebahagiaan, ketentraman jiwa, ketenangan batin, sebanyak mungkin menikmati , sedikit mungkin menderita.



3) Utilitarisme Kebahagiaan adalah



faedah bagi diri sendiri maupun



masyarakat. 4) Stoitisme Kebahagiaan adalah melepaskan diri dari tiap keinginan, kebutuhan, kebiasaan atau ikatan. 5) Evolusionisme Tujuan akhir manusia sebagai evolusi kea rah puncak tirtinggi yang belum diketahui bentuknya.



BAGIAN II HADITS SEBAGAI PRODUK HUKUM YANG KEDUA 1. Beberapa Pengertian Hadits Menurut ahli bahasa, al - hadits adalah al - jadid /baru, al - khabar / berita, dan al qarib / dekat). Hadits dalam arti al khabar dapat ditemukan dalam Alquran di antaranya dalam surat ath Thur (52) ayat 34, surat al - Kahfi (18) ayat 6, dan surat adh - Dhuha [93] ayat 11. Dalam menafsirkan hadits secara istilah atau terminologi, antara ulama hadits dan ulama fikih “ada perbedaan pendapat. Menurut ulama hadis yang dimaksud hadits adalah maa udziifa ilannabiyyi shalallahu alaihi wasaalama min - qaulin, aufiklin autaqriirin aushilfatin (sesuatu yang diatribusikan kepada Nabi SAW, baik dalam bentuk kata-kata, perbuatan, takrir, dan alam). Sedangkan para ulama mengatakan bahwa aqwaa luhu waafaaluhu wataqrilratahu allatii tusabbitulahkam (segala perkataan, amalan, dan takrir Nabi SAW terkait dengan penetapan hukum). As-Sunnah dalam arti etimologi adalah assyiiratu wa thariiqatul muktaadatuhasanatan kanat au gab hatan (jalan dan cara yang merupakan kebiasaan baik atau buruk). As-Sunnah dalam arti etimologi, dapat dilihat dalam Al-Qur'an surat al-Kahfi [18] ayat 55, surat Fathir [35] ayat 43, dan surat al-Ahzab [33] ayat 38 dan 62. Adapun makna as-Sunnah dalam istilah (terminologi) yang dikemukakan oleh Muhammad Ajaj al-Khatib (1981: 89) adalah quulu maa ursyira aninnabiyyi shalallahu alaihi wasaalam min qaulin aufiqlin autagriirin ausyifatiin khalqiyyatiin ausyiratiin akanna dzalika qabla biqsaati aubaqdaha (segala yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, sifat khalaqah atau khuluqiyah maupun perjalanan hidupnya sebelum atau sesudah ia diangkat menjadi rasul). 2. Masa Perkembangan Hadits Dalam mengkaji hadits tidak dikecualikan hanya pada masa perkembangannya saja, tetapi harus terlebih dahulu melihat dari awal bahwa hadits digunakan sebagai produk hukum kedua umat Islam setelah Al-quran. Setidaknya ada tujuh periode pembuatan dan pengembangan hadits. Periode pertama, yaitu saat wahyu dan pembuatan produk hukum serta dasar-dasar sejak awal lahir Nabi SAW hingga wafat pada tahun 11 H (632 M). Periode kedua, periode pembatas sejarah, masa kekhalifahan Khulafaurrasyidin (12-40



H), periode ketiga, masa perkembangan sejarah dan pencarian hadits dari kota ke kota, yaitu masa sahabat kecil dan tabi'in besar (41 H hingga abad pertama H). Periode keempat, masa pembukuan hadis (dari permulaan abad kedua H).



Periode kelima,



mentashihkan hadis dan menyaringnya (awal abad ketiga), Periode keenam, penyusunan masa penyusunan kitab-kitab jami' yang khusus (awal abad keempat hingga runtuhnya Baghdad tahun 656 H). Periode terakhir membuat syarah, membuat kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadis-hadis hokum, dan membuat kitab-kitab jami' yang umum serta membahas hadis-hadis zawa'id (656 dan H sampai sekarang). 3. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW ( Periode Pertama) Hadits pada masa Rasulullah belum secara resmi ditulis dalam suatu kitab, melainkan para sahabat cukup dengan menghafalkan dan mengingat hadis-hadis tersebut. Mengapa demikian, pada masa itu telah terjadi pemisahan antara al-Qur'an yang merupakan wahyu Allah Swt dengan Hadis Nabi Muhamamad Saw (ucapan, buatan, dan tingkah laku yang dijalani Rasulullah setiap hari). Penelitian hadits telah banyak dilakukan sedangkan AlQur'an tidak, hal ini dilihat dari segi kedatangannya al-Qur'an dan al-Hadis berbeda. AlQur'an secara mutawatir dari Allah. Tidak ada satu ayat al-Qur'an yang diragukan sebagai tidak diragukan bukan berasal dari Allah Swt. Dibenarkan hanyalah mereka yang langsung masuk ke rumah Nabi SAW, di kala beliau tidak ada di rumah. Tak boleh langsung masuk ke rumah dan berbicara dengan para istri beliau tanpa hijab, di rumah, di masjid, di pasar, di jalan. di dalam perjalanan, maupun di tempat mana saja yang memungkinkan untuk bertemu Rasulullah. Seluruh perbuatan, ucapan, dan tutur kota Nabi Saw, serta gerak-gerik beliau menjadi produk hukum yang kedua dan dijadikan pedornan hidup. Para sahabat yang banyak menerima pelajaran dari Nabi SAW lalah: a. Yang mula-mula masuk Islam yang dinamai as-Sablqura al-Awwalun, seperti Khalifah Empat dan Abdullah Ibnu Mas'ud. b. Yang selalu berada di samping Nabi SAW dan bersungguh- sungguh menghafalnya seperti Abu Hurairah dan yang mencatat seperti Abdullah Ibn Amr Ibn Ash. c. Yang hidupnya sesudah Nabi SAW, dapat menerima hadits dari sesama sahabät, seperti Anas Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas.



d. Yang erat dengan Nabi Saw, yaitu: Ummahatu al-Mu'minin, seperti Aisyah dan Ummu Salamah. 4. As-Sunnah, Wahyu Kedua Setelah Al-Quran a. Pengertian As-Sunnah Pengertian As-Sunnah Yang dimaksud as-Sunnah di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang bersurnber dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatrıya) yang melayani sebagai syariat bagi umat ini. Termasuk di dalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunah sebagaimana yang menjadi pengertian urmum menurut ahli hadits '. Juga 'segala apa yang disarankan yang tidak sampai pada derajat wajib' yang menjadi istilah ahli fikih. As-Sunnah atau al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-quran sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah. b. As-Sunnah terjaga sampai Hari Kiamat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk menaati Rasulullah yang tentu menunjukkan perintah untuk mengikuti as-Sunnah. Tatkala mengatakan bahwa asSunnah telah tercampur dengan ke- dustaan manusia; tidak lagi bisa dibedakan mana yang benar-benar as-Sunnah dan mana yang bukan. Oleh karena itu, merekanyangka, setelah wafatnya Rasulullah, kaum Muslimin tidak mungkin lagi mengambil faedah dan mengungkapkan as-Sunnah c. Dalil-dalil Menunjukkan Terpeliharanya As-Sunnah Pertama, firman Allah: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-dzikr, dan sebenarnya Kami benar-benar memeliharanya." (Q.S. al-syariat untuk Hijr [15]: 9). Sampa Adz-Dzikr dalam ayat ini mencakup al-Qur'an dan cermat - mencakup pula as-Sunnah.



Sangat jelas dan tidak diragukan lagi bahwa seluruh sabda



Rasulullah yang ber- bergantung pada agama adalah wahyu dari Allah yang disebutkan dalam firman-Nya: "Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya." (Q.S. an- Najm [53): 3). Agama yang dibawa oleh Muhammad ini pasti terjaga. Allah sendirilah yang bertanggung jawab menjaganya dan itu akan terus berlangsung hingga akhir kehidupan dunia ini (Al-



Hadits Hujjatun bi Nafsihi fi al-Aqaid



wa al-Ahkam, karya Muhammad



Nashiruddin al-Albani, hal. 16-17). d. Perintah Al-quran agar Berhukum dengan As-Sunnah " Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang ia kekal di itu; dan kemenangan yang besar. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan. "(QS an-Nisa'14]: 13-14) . e. Hadits-hadits yang Memerintahkan agar Mengikuti Nabi dalam Segala Hal Diantaranya Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Para sahabat bertanya, '



Ya Rasulallah, siapakah orang yang enggan itu? '



Rasulullah



menjawab, Barangsiapa menaatiku akan masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku dialah yang enggan. " (H.R. Bukhari dalam kitab al-l'tisham. Hadis no. 6851). Abu Rafi mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Sungguh, akan aku dapati salah seorang dari kalian bertelekan di alas sofanya, yang ramah sampal kepadanya hal-hal yang aku perintahkan atau aku larang dia berkata, Saya tidak tahu: Apa yang ada dalam al-Qur'an kumpulan yang akan kami ikuti”. (HR Imam Ahmad VWB, Abu Dawud (no. 4605), Tirmidzi (no, la sebagai penjel ynbbunsas al-Qur'an dari sá Jadikannya seba tuntunan Rasult 2663], Ibrnu Majah Ino 12), dan at-Thahawi IV / 209). Sikap berpaling dari menaati Rasulullah merupakan kebiasaan orang-orang kafir. Temasuk sikap rela atau ridha terhadap perselisihan, dengan tidak mau menyelesaikan penyelesaiannya kepada as-Sunnah, merupakan salah satu sebab utama yang meruntuhkan semangat juang kaum Muslimin dan memusnahkan daya kekuatan mereka. Taat kepada Nabi SAW merupakan sebab yang memasukkan seseorang ke dalam surga; sedangkan durhaka dan yang melanggar batasan-batasan



(hukum) yang ditetapkan oleh Nabi SAW akan masuk ke dalam neraka dan mencapai azab yang menghinakan.



BAGIAN III AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM



1. TAKRIF AL-QURAN Al-Qur'an menurut bahasa diartikan dengan arti isim maf'ul, yaitu maqru 'atau yang dibaca. Menurut istilah agama ialah narma bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis dalam mushaf. Menurut ahli usul fikih bahwa alQur'an adalah nama bagi keseluruhan al-Qur'an. Menurut ahli pendapat kalam al-Qur'an yang ditunjuk oleh yang dibaca itu, yakni kalam azali yang berdiri pada Zat Allah yang senantiasa bergerak dan tak pernah ditimpa bencana bencana. a. Nama-nama Al-quran Allah memberi wahyu kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya dinamai Alquran tetapi juga dinamai dengan: 1) Al-Kitab 2) Al-furqan 3) Adz-dzikr 4) Al-huda 5) Asy-syifa’ 6) Al-Mau’idzah 2. CARA AL-QURAN DITURUNKAN Al-Qur'an diturunkan dengan beberapa cara di antaranya: pertama, permulaan wahyu yang diterima Rasulullah melalui mimpi yang nyata dan benar. Beliau bermimpi seakanakan melihat sinar Subuh dan terus terjadi yang dimimpikan.



Kedua, dengan cara



langsung yaitu ketika Nabi SAW berada di Gua Hira, yaitu dalam surat al-'Alaq [96] ayat 1-5. Ketiga, wahyu turun seperti gemerincing suara lonceng dan itu merupakan waktu turunnya wahyu paling berat yang diterima Nabi Muhammad Saw 3. AYAT-AYAT YANG MULA DITURUNKAN Ayat yang pertama kali diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW berada di dalam Gua Hira adalah Q.S. al-Alaq [96] yang artinya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu, yang telah menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang paling



mula, yang telah mengajarkan manusla apa yang manusia tidak mengetahui. (QS alAlaq [96]: 1-5) Sesudah itu Allah menurunkan wahyu kedua yang artinya, "Wahai orang yang berselimut, bangunlah lalu berllah kabar takut dan besarkanlah Tuhanmu dan sucikanlah kainmu, dan jauhilah berhala-berhala dan Janganlah kamu memberl Nikmat untuk memandang banyak nikmat-nikmat itu, dan bersabarlah karena Tuhanmu, yang telah ditiup sangkakala, maka hari yang sangat menyedihkan dan sukar, terhadap segala sesuatu yang kafir tidak pula mudahnya. " (Q.S. al-Muddatsir [74 |: 1-10). Sedangkan wahyu yang kemudian terakhir diturunkan adalah QS. al-Maidah [5] ayat 1-3 yang artinya, "Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah cukupkan untuk- mu nikmat-Ku dan Aku telah memilih (ridha) lslam menjadi agamamu." (QS al -Maidah [5]: 1-3). 4. FASE-FASE TURUNNYA AL-QURAN a. Fase Makkah Fase Makkah, yaitu 12 tahun 5 bulan 13 hari, 17 Ramadhan tahun 41 dari lahirnya Nabi Muhammad SAW hingga awal Rabi'ul Awwal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ciri-ciri surat yang diturunkan di Makkah disebut Makkiyah adalah: Ayat-ayatnya pendek-pendek, Berisi tentang keimanan, Pada ayat dimulai dengan lafal "yaa ayyuha an-nasu", b. Fase Madinah, surat-surat yang diturunkan di Madinah hana 11/30 al-Qur'an. Ayatnya 1456. ciri-ciri surat yang diturunkan di Madinah disebut Madaniyah adalah: ayat-ayatnya panjang-panjang, berisi tentang hukum-hukum, pada ayat dimulai dengan lafal "yaa ayyuhalladzina mamannu". 5. SEJARAH PEMBUKAAN AL-QURAN a. Periode Nabi Muhammad SAW b. Periode Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra c. Periode Umar bin Khatab Ra d. Periode Usman bin Affan Ra



BAGIAN IV SEJARAH ISLAM Definisi sejarah yang lebih umum adalah masa lampau manusia, baik yang berhubungan dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi, maupun budaya, Di lingkungan



sejarawan



terdapat perbedaan tentang saat dimulainya sejarah lslam. Secara umum, pendapat-pendapat itu dapat dibedakan menjadi dua: Pertama, bagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Oleh karena itu, menurut pendapat pertama ini, selama tiga belas tahun Nabi Muhammad SAW tinggal di Makkah telah lahir masyarakat Muslim meskipun belum berdaulat.



Kedua, sebagian sejarawan



berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, karena masyarakat Muslim baru berdaulat ketika Nabí Muhammad tinggal di Madinah. Muhammad Saw tinggal di Madinah, tiadak hanya sebagai rasul, tetapi juga sebagai pemimpin atau kepala negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam Madinah. 1. ISLAM DI ANDALUSIA Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal mula munculnya Islam dibenua Eropa, karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana yang diinformasikan oleh buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke wilayah barat terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Namun setelah berabad-abad lamanya islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran, bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan berbagai faktor 2. PERKEMBANGAN ISLAM DI SPAYOL Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi 6 periode, yaitu: 1) Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711-755 M. 2) Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755-912 M. 3) Periode ketiga, berlangsung sekitar tahun 912-1013 M. 4) Periode keempat, berlangsung sekitar tahun 1086-1248 M. 5) Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248-1491 M.



Umat Islam telah mencapai kejayaannya di Spanyol, banyak prestasi yang diperoleh bahkan pengaruhnya membawa eropa dan kemudian membawa dunia pada kemajuan yang lebih kompleks diantaranya adalah: a. Bidang ilmu pengetahuan dan filsafat b. Bidang geografi dan sains c. Bidang sejarah dan sosiologi d. Bidang agama dan hokum islam e. Bidang music dan kesenian f. Bidang bahasa dan sastra g. Bidang pembangunan fisik. 3. KEMUNDURAN ISLAM DI SPAYOL Kemunduran islam di Spanyol berakibat fatal terhadap seluruh sendi-sendi Islam di Spanyol, maka dibagi menjadi dua factor: 1) Penyebab dari dalam (Internal) Faktor Penyebab kemunduran Islam dari dalam yaitu dikarenakan: a. System pengangkatan kekhalifahan kurang jelas. b. Munculnya kerajaan-kerajaan kecil, c. Fanatisme kesukuan, dan d. Kesulitan ekonomi. 2) Penyebab dari luar(Eksternal) Faktor penyebab kemunduran Islam dari luar Yaitu kerena wilayah Spayol terpencil dan Konflik antara Islam dengan Kristen. 4. RUNTUHNYA ISLAM DI SPANYOL Setelah orang Kristen menguasai orang Andalusia, gerakan Kristenisasi dilaksanakan dengan mengacu pada orang Islam menganut kembali agama Kristen. Dalam tahun 1499 di bawah pimpinan bapak akudosa (bapak pengakuan) yaitu Kardinal Ximenes de Cisneros dimulailah suatu gerakan yang berjalan orang Islam menganut agama Kristen. Mereka kemudian mencoba menerapkan semua buku Arab yang menguraikan tentang agama Islam dangan jalan membakarnya.



Pada tahun 1556, Raja Spanyol bernama Raja Philip II (1556-1598) mengumumkan suatu undang-undang agar kaum Muslimin yang masih tinggal di Andalusia menghapus kepercayaannya, bahasa, adat istiadat, dan cara hidupnya. Kemudian pada tahun 1609, Raja Philip II (1598-1621) mengusir secara paksa semua kaum Muslimin dari Andalusia atau mereka dihadapkan pada dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari Andalusia. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di seluruh wilayah Spanyol.



BAGIAN V SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM A. Pendidikan Islam pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat. Bangsa, dan negara. Pendidikan memang sangat berguna bagi setiap individu. Jadi. pendidikan merupakan suatu belajar mengajar yang membiasakan masyarakat yang sediní dapat memahami dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai proses nilai terpuji dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan Islam menurut Zakiyah Darajat merupakan pendidikan yang lebih ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoretis dan praktis. Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik perkembangan jasmani, Secara rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi Muslim yang baik. B. Pusat Keunggulan Pengkajian Islam pada Masa Kerajaan Islan di Aceh Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab. Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah Pesisir Sumatera, adapun Kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia yang ikut aktif mengambil peran dan proses peryiaran potensi warakat Islam dilakukan secara damai. Jadi Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia. C. Masuknya Islam ke Indonesia Jalur masuknya islam ke Indonesia: 1. Perdagangan. Mempergunakan sarana pelayaran. 2. Dakwah. Dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama seorang Islam para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.



3. Perkawinan. Perkawinan antara pedagang Muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat Muslim. 4. Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. 5. Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran dasarkan Islam terutama di Jawa adalah seni.



D. Faktor Menyebabkan Islam Mudah Berkembang di Aceh Faktor yang menyebabkan Islam mudah berkembang di Aceh yaitu: 1. Letaknya sangat strategis dalam hubungan dengan jalut Timur Tengah dan Tiongkok. 2. Pengaruh Hindu - Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu kuat di kalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh. E. Konversi Massal Masyarakat Nusantara kepada Islam Pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab yaitu: Portilitas system keimanan islam, asosiasi Islam dengan kekayaan, kejayaan militer, memperkenalkan tulisan, mengajarkan penghafalan Al-quran, kepadaian islam dalam penyembuhan, dan pengajaran tentang moral. F. Pusat Keunggulan Pengkajian Islam pada Tiga Kerajaan Islam di Aceh 1. Zaman kerajaan Samudra Pasai Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan yang bertaku di zaman Kerajaan Pasai sebagai berikut: Materi pendidikan dan pendidikan agama bidang syariat adalah fikih mazhab Syafi’I, sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah, tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama dan biaya pendidikan bersumber dari Negara



2. Kerajaan Perlak Kerajaan Islam Perlak memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi pengajaran yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu burni, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantik, ilmu falak, dan filosof. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M. Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad ke-10 M. Inilah pusat pendidikan taklim yang pertama. 3. Kerajaan Aceh Darusalam Kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian.



Pada saat itu



terdapat lembaga-lembaga negara yang memiliki informasi dan ilmu pengetahuan yaitu: a.



Balai



Seutia



Hukama;



lembaga



ilmu



pengetahuan,



tempat



berkumpulnya para ulama, ahli pikir, dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. b.



Balai Seutia Ulama; Jawatan pendidikan yang merupakan masalahmasalah-masalah pendidikan dan sistem.



c.



Balai Jama'ah Himpunan Ulama; Tempat para ulama berkumpul dan berkumpul untuk bertukar pikiran masalah masalah pendidikan dan ilmu pendidikan.



G. Pendidikan di Pesantren Tradisi .keilmuan di pesantren adalah tradisi keilmuwan yang sudah berumur tua, mulai semenjak Islam pada abad ke 13 dan tidak bias dilepas dari tadisi keilmuwan yang ada dalam Islam itu sendiri. Berikut ini klasifikasi keilmuwan di pesantren: 1. Wajib ‘ain: fikih, tauhid dan akhlak 2. Wajib Kifayah: tsaqafah, bahasa, kedokteran, hisan dan teknologi H. Kurikulum yang Memberdayakan di Pesantren Kurikulum yang dikembangkan di pesantren selama ini menunjukkan prinsip yang tetap, yaitu: 1. Kurikulum ditujukan untuk mencetak ulama dikemudian hari.



2. Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok. 3. Secara keselururan kurikulumnya bersifat fleksibel I. Keseragaman dan Kekhasan Kurikulum Kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada di dalam pesantren itu sendiri. Dalam ungkapan yang lain, selama 24 jam kehidupan santri sehari merupakan proses dan representasi pendidikan. Pendidikan pesantren tidak selesai dengan usainya pengajian kitab. Ketika para santri istirahat, kemudian makan, shalat, tidur, dan bangun tengah malam, semua aktivitas ini adalah bagian instrinsik dari pendidikan pesantren. Karena itu, ketika para santri melakukan kegiatan mereka, pengasuh pesantren secara teliti kesesuaian kegiatan santri dengan materi pelajaran yang telah mereka peroleh. J. Pengalaman Kurikulum Bukti pengalaman kurikulum pesantren sudah terbiasa dalam banyak hal sebagai berikut: 1. Merumuskan kecakapan yang diharapkan dimiliki santri setelah belajar dipesantren dalam kurun waktu tertentu. 2. Menentukan jenjang pendidikan yang akan diselenggarakan. 3. Menentukan kelompok mata pelajaran yang diwajibkan untuk santri. 4. Mengelompokkan mata pelajaran. 5. Mengembangkan muatan setiap mata pelajaran 6. Menentukan syarat-syarat kecakapan yang harus dipenuhi santri 7. Mengatur beban belajar santri. 8.



Merumuskan panduan bagi santri.



9. Menetapkan variasi cara mengajar guru. K. Kerajaan Wali Songo "Wali Songo berarti sembilan orang wali". Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.



Mereka tidak hidup pada saat yang persis



bersama- an. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.



Era wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk menyimpan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khusus-nya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peran mereka sangat besar dalam membangun Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas, serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" Ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagal "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit, Sunan Giri yang disebut para Kolonialis sebagai "Paus dari Timur", hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan meng- nuansa penggunaan yang dapat menerapkan masyarakat Jawa, yakni nuansa Hindu dan Budha. Pendekatan pendidikan Wali Songo: 1. Modeling. 2. Subtansi. 3. Pendidikan Islam yang tidak diskriminatif. 4. Pendidikan islam yang understandable dan applicable. 5. Pendekatan kasih saying.



BAGIAN VI ILMU KALAM



A. SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA Islam di samping agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw juga senangi sistem politik dan Nabi Muhammad SAW di samping Rasul juga menjadi seorang kepala negara. Sewaktu Rasulullah masih hidup segala permasalahan, baik mengenai urusan pemerintahan maupun agama langsung bertanya pada beliau. Friksi-friksi yang terdapat dalam masyarakat Arab dapat mengatasi dengan misi kerasulannya. Sejarah mencatat bahwa Abu Bakar ash- Shidiq yang disetujui oleh masyarakat Islam pada waktu itu menjadi saat atau khalifah, kemudian Abu Bakar disimpan oleh Umar bin Khattab, Umar diletakkan oleh Usman bin Affan, dan Usman digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. B. PAHAM-PAHAM DALAM ILMU KALAM Terjadinya peristiwa tahkim semakin menjadi perpecahan umat Islam setidaknya umat Islam terpecah dalam tiga kelompok, pertama pendukung Mu'awiyah yaitu Amr bin Ash. Yang kedua Pendukung Ali bin Abi Thalib Ra. Kelompok ketiga yaitu Ali bin Abu Thalib Ra terpecah menjadi dua, yaitu kelompok yang mendukung Ali bin Abu Thalib Ra diantaranya adalah Abu Musa al-Asngari. kelompok yang keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib inilah yang dikenal dengan kelompok Khawarij, yang dipelopori oleh Atab bi A’war dan Urwah bin Jarir. C. ALIRAN KHAWARIJ Nama Khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti ke luar. Nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah tinggal Ali, adapula pendapat yang mengatakan bahwa mempersembahkan nama itu berdasarkan al-Qur'an surat an-Nisa (4] ayat 100 yang artinya: "Barangsiapa keluar dari rumah tinggal dengan maksud berhijrah hepada Allah dan Rasul-Nya ", dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.



Khawatir terpecah menjadi golongan-golongan kecil diantaranya: 1. Al-Muhakkimah 2. Al-Azariqah 3. An-Najdah 4. Al-Ajiridah 5. As-Sufriah 6. Al-Ibadah D. AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH Kaum Ahli Sunnah wal Jama'ah adalah kaum yang menganut Iktikad sebagai Iktikad yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabat beliau. Orang yang pertama memberl nama kepada kaum Ahll Sunnah wal Jama'ah lalah Abu Hasan alAsy'ari (lahir di Basrah tahun 260 H, wafat tahun 324 H dalam usla 64 tahun) dan Abu Mansur al-Maturidi, seorang ulama yang dikenal dengan paham I'ltiqad Ahll Sunnah wal Jam'ah. I'ltiqad Ahll Sunnah wal Jam'ah yang disusun oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari terbagi beberapa bagian, yaitu: 1. Tentang ketuhanan, Percaya seyakin-yakinnya, bahwa Tuhan itu ada. mempunyal



sifat



Jamal



(kelndahan),



Jalal



(kebesaran),



dan



Tuhan Kamal



(kesempurnaan). 2. Malaikat, merupakan mahluk halus yang terbuat dari nur atau cahaya yang wajib kita yakini. 3. Kitab suci, percaya terhadap kitab suci Allah yang diturunkan kepada rasul dan nabi. 4. Rasul dan Nabi, jumlah nabi dan rasul ada banyak, trtapi Nabi-nabi yang harus kita yakini yang terdapat dalam Al-quran ada 25 nabi. 5. Hari akhirat Ahli Sunnah wal Jama'ah berpandangan bahwa setiap orang akan mati umurnya yang ditentukan oleh Tuhan sudah habis. Setelah lentera mati dikubur dalam tanah dan ditanyai oleh Malaikat Mungkar dan Nakir. Setelah hari kiamat



akan dibangkitkan lagi. Orang kafir kekal di nerakan dan orang yang disurga kekal selamanya. 6. Qadha dan Qadar Ahli Sunnah wal Jama'ah meyakini bahwa sesuatu yang terjadi sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Hanya saja takdir sesuatu itu kita tidak tahu kepastiaannya. Oleh karena itu kita tidak boleh menunggu saja tanpa kerja. Kita harus berusaha dan berusaha, setelah itu bertawakal berserah diri pada Tuhan. E. GOLONGAN QADARIYAH Paham Qadariyah pada hakikatnya adalah bagian dari paham- paham Muktazilah, karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Muktazilah. Tokoh dari paham Qadariyah adalah Ma'bad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Ma'bad al-Juhani adalah seorang tabi'in, generasi yang kedua sesudah Nabi Muhammad Saw. F. GOLONGAN JABARIYAH Paham Jabariyah diperkenalkan pertama kali oleh Jaham bin Sofyan.



Kaum



Jabariyah berpendapat berlawanan dengan Qadariyah, yaitu manusia tidak kemerdekaan menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini lulus pada kehendak mutlak Tuhan. Manusia yang melakukan perbuatannya dalam keadaan udah atau fatalisme / predestinasi. G. GOLONGAN MUKTAZILAH Kaum Muktazilah adalah golongan yang membawa masalah teologi yang lebih mendalam dan rasional, dengan mengedepankan akal sehingga mereka dikenal dengan nama kaum Islam rasionalis. H. GOLONGAN MURJI’AH Kaum Murji'ah pada awalnya ditimbulkan karena persalan politik, yaltu masalah khalifah yang berakibat membawa perpecahan di kalangan umat Islam, Pada kaum Murji'ah merupakan golongan yang tidak mau campur turut dalam pertentangan yang terjadi dan mengambil sikap pertentangan yang ter- jadi kepada Tuhan. I. GOLONGAN SYI’AH Syiah terpecah menjadi dua, yaitu Syfah Imamiyah dan Syfah Z aidiyah. Syrah Imarráyah karena yang menjadi dasar akidah mereka adalah soal imam.



Mereka



menyatakan bahwa Ali berhak merjadi imam, bukan hanya karena kecakapannye atau sifat-sifatnya, berasal dari Nabi Muhammad SAW bahwa imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib, kemudia Hasan dan Husein.



BAGIAN VII TASAWUF A. Pengertian Tasawuf Dengan kesadaran berada dekat dengan Tuhan sehingga dapat mengambil bentusk ittihad (bersatu dengan Tuhan).



Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang



mempelajari cara dan jalan begaimana seorang dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Kata Tasawud Tasawuf berasal dari kata sufi. Merurut sejarah, orang yang memakai kata sufi adalah Abu Hayim al-Kufi dari Irak dan wafat 150 H. B. Munculnya Sufisme Menurut harun Nasution setidaknya ada 5 faktor munculnya aliran Islam: 1. Pengaruh Kristen 2. Filsafat Mistik Phytagoras 3. Filsafat Imanasi Plotinus 4.



Ajaran budha dengan paham Nirwana



5. Ajaran Hinduisme C. Menuju Jalan dekat Tuhan Seseorang sufi untuk bisa berada dekat dengan Tuhannya harus menempuh jalan dan tingkatan-tingkatan, maqamat-maqamat atau stage, dan station.



Abu Bakar



Muhammad al-Kalabadi dabm bukunya at-Ta'aruf li Mazhab Ahl at-Tasawwuf memberikan rangkaian maqamat-maqamat, yaitu: Tobat-Zuhud-Sabar-Fakir Rendah Hati-Takwa-Tawakal-Kerelaan-Cinta-Makrifat. Sedang Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi memberikan rangkaian dalam bukunya al Luma ', yaitu: Tobat-Wara'-Zuhud-Fakir-Sabar-Tawakal-Kerelaan Hati, Abu Hamid alGhazali dalam Ihya'Ulum ad-Din memberikan maqamat-



maqamat sebagai berikut:



Tobat-Sabar-Fakir-Zuhud- Tawakal-Cinta-Makrifat-Ridha. Menurut Abu al-Qasim Abd al-Karm al-Qusyairi maqamat-maqamat tersebut adalah: Tobat-Ware Zuhud-TawakalSabar-Ridha.



BAGIAN VIII FILSAFAT ISLAM A. Sejarah Dan Perkembangan Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, sedangan kegiatan filosofi pemikiran secara ketat. Filsafat berasal dari kata Arab falsafah dan dari bahasa Yunani philozophia. Philozophia terdiri dari kata philos yang berarti cinta, suka (mencintai), dan kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (kebijaksanaan). Dari segi pengertian, filosofi berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. B. Perkembangan FIlsafat Islam Islam memerintahkan agar manusia selalu menggunakan akalnya untuk berpikir secara maksimal dan proporsional. Hal ini jelaskan dalam al-Qur'an bahwa sebagai konsekuensinya untuk menjalankan kewajiban agama seseorang Muslim harus sehat akal budinya. Sesungguhnya mustahil manusia hidup sehari-hari tanpa akal, bahkan peradaban manusia selalu dimulai dari pencerahan akal budi manusia. Pada perkembangan awal Islam di masa Rasulullah, ajaran al- Qur'an belum tampak melembaga sebagai suatu tradisi berpikir, apalagi berfilsafat, yang baru. Sebagian ahli menyebut filosofi sebagai berpikir "hikmah", yaitu kegiatan berpikir yang menekankan pada informasi dan manfaatmanfaat yang ada di balik objek atau peristiwa yang sedang dipikirkan. Tumbuh kembah filsafat dikalangan para filsuf dan ilmuwan muslim seperti: 1. Al-Kindi Al-Kindi selain dari filsuf, juga seorang ilmuwan. Pengetahuannya ia bagi ke dalam dua bagian: 1). Pengetahuan llahi (ilmu ketuhanan) yang tercantum dalam al-Qur'an, yaitu pengetahuan langsung yang diperoleh nabi dari Tuhan.



Dasar



pengetahuan iní adalah keyakinan. 2). Pengetahuan manusiawi (ilmu manusia) atau filsafat. Dasarnya adalah pemikiran (rasio alasan).



Akal yang bersifat potensial yang dapat mempunyai sifat aktual jika tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu bagi al-Kindi ada lagi satu macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia dan yang bernama akal yang selamanya dalam akualitas, Akal ini, karena selamanya dalam aktualitas, yaitu yang membuat akal yang bersifat potensial dalam roh manusia menjadi aktual. Sifatsifat akal ini: la merupakan akal pertama, la merupakan dalam aktualitas, la merupakan spesies dan genus, ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir, la tidak sama dengan akal potensi tetapi lain dari padanya. 2. Ar-Razi Ar-Razi adalah filsuf yang berani berpendapat walaupun bertentangan dengan paham yang dianut umat Islam yaitu: Tidak percaya pada wahyu, tidak percaya Qur'an adalah mukjizat, tidak percaya pada nabi-nabi dan tidak percaya adanya halhal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir berakhirnya Tuhan. 3. Al-Farabi Konsep ketuhanan ala al-Farabl bahwa Tuhan-lah Yang Maha Satu, dan Dia-lah akal dari sermua tercipta alam ini. Menurut al- Farabi Tuhan sebagai akal berpikir tentang dirinya sendiri yarg disebut akal pertama. Wujud kedua adalah.berpikir tentang wujud pertama dan dari pemikiran ini timbulah wujud ketiga atau di sebut akal kedua. Kaitannya dengan ilmu tasawuf, al-Farabi membangun teori tasawuf yang berlandaskan pada rasional (ma'qul), Karena tasawuf al-Farabí bukan tasawuf spiritual semata, melainkan juga tasawuf teoretis yang berlandaskan pada studi dan analisa.



BAGIAN IX ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN A. ILMU PENGETAHUAN Umat islam timbul sikap menghadapi keterbelakangan dalam ilmu pengetahuan karena yang pertama , asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu pengetahuan yang sekuler. Untuk itu harus ditolak dan dikembalikan ke Al-quran dan Hadits. Kedua, sikap yang didasari asumsi bahwa ilmu pengetahuan berasal dari barat sebagai ilmu yang netral. Karena ilmu itu harus diterima apa adanya. Ketiga, sikap yang didasarkan asumsi bahwa ilmu pengetahuan dari barat sebagai ilmu yang bersifat sekuler dan materialism namun oleh umat islam dengan terlebih dahulu dilakukan Islaminasi. B. AJARAN DASAR ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN Al-Qur'an tidak hanya merupakan buku panduan dan petunjuk (hudan lil-muttaqin), tetapi juga sebuah seruan yang memberi inspirasi terhadap upaya mencari ilmu pengetahuan, kata ya'qilun dan ya'lamun yang berarti dan memiliki pengetahuan, banyak terdapat dalam al-Qur'an. Qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan, nilai, dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan sepanjang hayat memiliki nilai tinggi dikalangan kaum muslim. C. METODE MEMPELAJARI ISLAM Memahami Islam secara menyeluruh sangatkah penting, setidaknya memahami Islam secara benar. Cara-caranya yaitu: 1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al-quran dan Hadits 2. Islam harus dipelajari secara integral artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang bulat, tidak sebagian saja. 3. Islam perlu mempelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar dan sarjana-sarjana Muslim.



D. ISLAM MERUPAKAN NAMA SUATU AGAMA Islam adalah suatu syariah yaitu sebagai suatu hukum dan undang-undangan, AlQur'an dan Hadis adalah dua surmber hukum dan undangan-undangan Islam, yang membahas tentang masalah kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun



yang berhubungan dengan antar manusia atau dengan alam.



Maka kita



mengenal adanya "hukum yang lima (al-ahkamul khamsah)" dalam Islam: 1) Wajib; yaitu suatu perbuatan yang kalau tidak dikerjakan-nyebabkan seseorang berdosa. 2) Haram; yaitu suatu perbuatan yang terlarang dikerjakan, jika dilakukan menyebabkan berdosa. 3) Mubah; suatu perbuatan yang diizinkan, yang jika tidak dilakukan atau dilakukan, tidak menjadikan seseorang berdosa. 4) Mandub atau sunnat; yaitu perbuatan yang disarankan dan dipuji, tetapi tidak berdosa jika ditanggapi. 5) Makruh; suatu perbuatan yang tidak diinginkan, artinya perbuatan yang berpahala jika tidak dilakukan, tetapi tidak berdosa jika dilakukan E. MANUSIA MEMERLUKAN AGAMA Jika ditinjau kembali sejarah manusia sejak Nabi Adam As hingga kini, maka akan terjadi kenyataan bahwa bagaimanapun keadaan dan taraf kehidupan sesuatu suku atau kelompok manusia selalu terdapat dalam kalangan mereka. Dari suku primitive terdapat kepercayaan-kepercayaan naturalism, dinamisme dan aninisme. Oleh karena itu, agar kekuatan gaib itu membantu manusia, maka manusia itu harus melakukan persembahan. Apakah semua kepercayaan itu telah dapat dianggap agama dalam arti sesungguhny, sesuai dengan batasan agama. Yang jelas iyalah bahwa keadaan itu menunjukknan bukti kecendrungan manusia kepada agama. Adanya kecendrungan itu sesungguhnya sesuai dengan fitra manusia. Bila manusia mendapatkan kesulitan, maka manusia mengharapkan perlindungan-NYA (Yang Maha Berkuasa). Hanya cara-cara yang tidak sesuai dengan peraturan agama yang ditetapkan Allah SWT, yang belum mendapat ajaran segimana mestinya atau mungkin kehilangan pemimpin yang baik sehingga menimbulkan keingkaran.



F. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TUHAN Seorang mukmin haruslah mensucikan keyakinannya dan tauhidnya dari berbagai Seorang kemusryikan, sehingga dia tidak berkorban kecuali untuk Allah, tidak bersumpah kecuali dengan-Nya, tidak bernazar kecuali untuk-Nya, tidak meminta pertolongan selain kepada Allah SWT. mukmin melawan hawa nafsunya dan tidak peduli apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia mengangkat kepalanya dengan penuh kemuliaan dan wibawa di hadapan thaghut, serta menghadapi tanpa rasa takut dan gentar. Sumber kemuliaannya muncul dari hubungan dengan Allah SWT, dengan itu dia memiliki kesadaran tinggi. Barang siapa yang berpegang dengan Al-quran maka dia akan menjadi paling tinggi.



BAGIAN X PENDIDIKAN ISLAM A. DASAR PENDIDIKAN ISLAM Istilah pendidikan berasal dari kata "didik" dengan awalan "pe" dan akhiran "an", mengandung arti "perbuatan" (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu pedagogle yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.



Istilah ini kemudian dikembangkan ke dalam bahasa Inggris dengan



pendidikan yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjernahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa. B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM 1. Kajian Etimologi Dalam al-Qur'an tidak ditemukan kata at-tarbiyat, namun terdapat istilah lain, yaitu ar-rabb, rabbayani, murabbiy, yurbiy, dan rabbaniy. Sedangkan dalam Hadits hanya ditemukan kata rabbaniy. Menurut Abdul Mujib, masing-masing kata tersebut masing-masing kira-kira memiliki makna, walaupun dalam konteks tertentu saya memiliki perbedaan. Menurut Abul A'la al-Maududi kata rabbun terdiri dari dua huruf "ra" dan "ba" tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti "pendidikan", pengasuhan, dan sebaginya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti "kekuasaan, perlengkapan, pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan", dan lain-lain. Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan. Istilah lain dari pendidikan adalah ta'lim, merupakan masdar dari kata 'allama yang berarti pengajaran yang bersifat memberikan atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. 2. Kajian Terminologi a. Tarbiyah Mushtafa al-Maraghi membagi at-tarbiyah menjadi dua macam. Pertama, tarbiyah khalqiyah yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan peserta didik agar dapat menjadi sarana bagi pengembangan jiwa. Kedua, tarbiyah diniyah



tahzibiyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaan melalui wahyu ilahi. b. Ta’lim Menurut Rasyid Ridha ta,lim adalah proses transmisi sebagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. c. Ta,dib Menurut an0Naquid al-Attas, at-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tempattempat yang tepat dari segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan kesuasaan Tuhan dalam wujud dan keberadaan-Nya. d. Ar-Riyadhah Al-Ghazali menawarkan ar-riyadhah. Baginya ar-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. 3. Hakikat Sistem Pendidikan Islam Kata system berasal dari kata Yunani yaitu sustema yang bearti “cara,strategi”. Dalam bahasa Inggris yaitu system yang bearti “susunan, jaringan dan cara’. Ramayulis membagi system pendidikan atas empat unsur yaitu: a. Kegiatan pendidikan meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan lingkungan, dan pendidikan seseorang terhadap orang lain. b. Binaan pendidikan mencakup kalbu dan jasmani. c. Tempat pendidikan mencakup rumah yaitu, rumah tangga, sekolah dan masyarakat. d. Komponen pendidikan mencakup: dasar, tujuan, materi metode, media, evaluasi dana dan sebagainya. 4. Model pendidikan Islam Model sebuah system, pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya, bahkan lebih unggul dari pada pendidikan non-Islam. Sebab islam memiliki dua model: a. Model idialistik, model yang lebih mengutamakan penggalian system pendidikan Islam dari ajaran dasar islam sendiri.



b. Model pragmatis, model yang lebih mengutamakan aspek praktis dan kegunaannya. 5. Signifikansi Perbedaan Pendidikan Islam dengan Non-Islam a. System ideology, Islam memiliki ideology at-tauhid yang bersumber dari Alquran dan sunnah. Sedangkan non-Islam memiliki berbagai macam ideology yang bersumber dari isme-isme: mataterialisme, komunisme, ateisme, sosialisme, kapitalisme dan sebagainya. b. System nilai, pendidikan Islam bersumber dari nilai AL-quran dan sunnah, sedangkan pendidikan non-Islam bersumberkan dari nilai yang lain. 6. Ciri-ciri Pendidikan islam Ajaran



islam



mengemukakan



empat



macam



cicir-ciri



manusia



yang



membedakannya dengan makhluk lainnya, yaitu: fitrah, kesatuan roh dan jasad, kebebasan berkehendak dan akal sebagi fungsi untuk membedakan yang baik dan buruk. 7. Prinsip Pendidikan Islam Prinsip pendidikan Islam tercermin dalam beberapa aspek , antara lain: a. Pendidikan islam adalah pendidikan integral dan terpadu. b. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang. 8. Guru dalam Pendidikan Islam Dalam pendidikan Islam pendidik disebur dengan murabbi, mu’alim dan mu’addid. Murabbi lebih mengarahkan pada pemeliharaan baik bersifat rohani dan jasmani, sedangkan Mu’alim berfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seseorang yang taku ke seseorang yang tidak tahu. Dan Mu’addid berasal dari kata addaba-yu’addibu sebagai mana sabda Rasulullah:”Allah mendidikku, maka is memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan”(H.R.al-Asy’ari). 9. Jenis Pendidik dalam Pendidikan Islam Pendidik dalam Islam terdapat beberapa macam: a. Allah SWT b. Nabi Muhammad SAW c. Orang tua



d. Guru 10. Keutamaan Guru Menurut Al-Ghazali “ seseorang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya itu, dialah yang disebut dengan orang besar disemua kerajaan langit. Oleh karena itu hendaklah seorang guru memperhatikan dan memelihara adab dan sopan sntun dalam tugasnya sebagai pendidik. 11. Tugas, Tanggung Jawab dan Hak Pendidik a. Tugas guru Tugas pendidik hampir sama dengan tugas seorang rosul, secara umum sebagai warasat al-anbiya memiliki suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hokum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Secara khusu tugas seorang pendidik merencanakan program pembelajaran, melaksanakan program yang disusun dan melakukan penilaian. b. Tanggung jawab guru Tugas seorang guru menurut Abd-Rah man an-Nahwali adalah mendidik individu agar beriman kepada Allah dan melaksanakan syariatnya. Pendidik akan mempertanggung jawabkan atas segala tugas yang dilaksanakan kepada Allah. c. Hak pendidik Guru adalah mereka yang terlibat langsung dalam membina, mengarahkan dan mendidik perserta didik. Untuk itu guru berhak untuk mendapatkan gaji dan mendapat penghargaan. 12. Etika Guru dalam Pendidikan Islam Persyaratan seorang pendidik menurut Rama Yulis adalah: guru hendaknya insaf akan selalu pengawasan Allah SWT, memelihara kemuliaan ilmu, bersifat zuhud, tidak berorientasi duniawi, menjauhi mata pencaharian yang hina, memelihara syiar islam, memelihara akhlak mulia, selalu belajar, mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, rajin meneliti, menusun dan mengarang.



13. Kebutuhan Peserta Didik Kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik antara lain: kebutuhan fisik, kebutuhan biologis, kebutuhan social, kebutuhan untuk mendapatkan status, kebutuhan mandir, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk disayangi dan dicintai, kebutuhan untuk curhat dan kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup(agama) 14. Unsur-unsur Peserta Didik a. Unsur fisik b. Unsur akal c. Unsur keberagaman d. Unsur akhlak e. Unsur rohani (kejiwaan) f. Unsur seni (keindahan) g. Dimensi sosial 15. Kekurangan Prinsip pada Sistem Pendidikan Islam Pusat-pusat pembinaan peradaban islam di dunia masih bersifat statis disebabkan kesalahan yang sudah lama membawa kita kepda situasi yang memprihatinkan dan menyadihkan. Mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu hanya terbatas pada apa yang telah ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu. Kebijakan untuk melakukan perbaikan yang diinginkan, tetapi saying usaha ini hanya terbatas oada pemanfaatan pendengaran untuk himpun berbagai macam ilmu pengetahuan modern. Sedangkan daya penglihatan dan akal pikiran masih kurang berfungsi.