REV - LP Penjahitan Robekan Jalan Lahir Derajat I Sampai II - Relli [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULAN PRAKTIK KLINIK PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN AKADEMIK 2021/2022 Nama



: Relli H Silalahi



NIM



: 130120016



Semester



: Dua (II)



Kompetensi Tindakan



: Penjahitan robekan jalan lahir derajat I sampai II



Stase



: Asuhan Kebidanan pada Persalinan



A. Latar Belakang Menurut Henderson (2005) sekitar 85% wanita yang melahirkan spontan pervaginam mengalami trauma perineum berupa 32-33% karena tindakan episiotomi dan 52% merupakan laserasi spontan. Luka perineum ada yang ringan sampai berat. Luka perineum dibedakan menjadi derajat luka, dari luka derajat 1 sampai luka derajat 4. Tentu saja semakin dalam dan lebar luka perineum akan semakin menyebabkan nyeri. Luka perineum derajat 1 meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya. Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri, penjahitan tidak diperlukan jika tidak perdarahan dan luka dapat menyatu dengan baik.



Luka perineum derajat 2



meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan jaringan dibawahnya (Saifuddin, 2010). Pada laserasi derajat 1 biasanya tidak dibutuhkan penjahitan karena luka dapat menutup sendiri dengan perawatan luka yang baik. Pada beberapa kasus, ibu bersalin bisa mengalami laserasi perineum derajat 2 yaitu laserasi mengenai mukosa vagina, fourchet posterior, kulit dan otot perineum.



Pada



lacerasi derajat 2 ini biasanya perlu dilakukan penjahitan tapi sedikit sehingga tidak akan menimbulkan nyeri berat setelah penjahitan (Susilowati, 2018). Penjahitan robekan perineum merupakan salah satu program asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu karena jika ibu diperhatikan dan didukung selama proses persalinan akan membuat asuhan yang diberikan dapat diterima dengan baik dan meningkatkan rasa aman dan nyaman. Selain penjahitan robekan perineum, pemberian anastesi lokal sebelum melakukan penjahitan terhadap robekan perineum juga merupakan salah satu isi dari program asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang dialami ibu selama proses penjahitan luka jalan lahir. Penjahitan perineum merupakan upaya untuk memperbaiki fungsi organ reproduksi ibu yang mengalami ruptur pada saat melahirkan (Septya, 2018). Robekan jalan lahir bisa ditangani dengan penjahitan. Sebelum dilakukan penjahitan, perineum harus diobservasi terlebih dahulu derajat robekanya, setelah itu proses penjahitan bisa dilakukan dengan melakukan prosedur pra penjahitan terlebih yaitu dengan di anestesi secara lokal yang merupakan salah satu isi dari program asuhan sayang ibu, tetapi sampai saat masih terdapat penjahitan yang tidak dilakukan anestesi terlebih dahulu, setelah dianestesi kemudian dilakukan metode penjahitan perineum dengan jenis penjahitan jelujur (Maryunani, 2012). Macam-Macam Penjahitan terdiri dari 1). menjahit luka episiotomi medialis, yaitu mula-mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan, lalu lender vagian dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continuous suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lender adalah catgut chromic, sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera.



2) Menjahit Luka



Episiotomi Mediolateralis yaitu pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi



ini dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri, tergantung kepada orang yang melakukannya, panjang insisi kira-kira 4 cm, teknik menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.



3).Menjahit Luka Episiotomi



Lateralis yaitu pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kirakira pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam, teknik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan komplikasi, teknik penjahitan sama dengan luka episiotomi mediolateralis (Prawirohardjo 2000) Laserasi dapat dikategorikan dalam : 1).Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit; 2).Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit); 3).Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.4). Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera Dampak, jika penjahitan perineum tidak dilakukan pada laserasi derajat dua, tiga dan empat adalah adanya kehilangan darah pada proses persalinan dan terjadinya infeksi pasca persalinan juga berisiko terjadi sebab luka tidak segera menyatu sehingga timbul jaringan parut selain itu, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses terutama derajat 3 dan 4 karena lokasinya dekat dengan anus (Mochtar, 2013). B. Tujuan 1. Untuk



mendekatkan



jaringan-jaringan



perlukaan



sehingga



proses



penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan. 2. Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah terbuka. 3. Mencegah infeksi silang         



C. Indikasi 1. Persalinan dengan ruptur perineum spontan 2. Persalinan dengan ruptur perineum yang di sengaja atau episiotomy



D. Kontra Indikasi 1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam 2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina. E. Persiapan Alat dan Bahan 1. Baki alas dan penutup 2. Nelpuder 3. Busa 4. Korentang 5. Pinset anatomis 6. Pinset cirugis 7. Jarum heating 8. Gunting plester 9. Benang 10. Lidokain 11. Perlak F. Prosedur Pelaksanaan TAHAP PRA INTERAKSI 1. Melakukan verifikasi terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan 2. Mencuci tangan 3. Mendekatkan dan mempersiapkan alat secara ergonomis TAHAP ORIENTASI 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik



2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien 3. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan TAHAP KERJA 1. Memberikan anastesi local 2. Menentukan batas luka & menentukan nilai kedalaman luka 3. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi dibagian dalam vagina 4. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah kea rah cincin hymen 5. Masukan jarum ke dalam mukosa vagina, lalu ke cincin hymen, periksa bagian antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi 6. Teruskan ke arah bawah tepi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur hingga mencapai bagian bawah laserasi 7. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan 8. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0.5 cm atau kurang 9. Tusukan jarum dari robekan ke dalam vagina, jarum harus keluar dari belakang cincin hymen 10. Ikat benang dengan membuat simpul kedalam vagina, potong ujung benang & sisakan sekitar 1.5 cm 11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam, dengan cara masukkan jari paling kecil ke dalam anus, raba apakah ada jahitan dalam rektum 12. Cuci daerah genital dengan lembut menggunakan sabun & air desinfektan tingkat tinggi kemudian keringkan 13. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman TAHAP TERMINASI 1. Mengevaluasi hasil tindakan 2. Berpamitan dengan pasien 3. Memberikan dan mengembalikan alat 4. Mencuci tangan



5. Mendokumentasikan hasil kegiatan G. Referensi Djoko, Waspodo. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Maryunani. 2012. Perawatan luka modern terkini dan terlengkap. Yogyakarta : in medika Mochtar, Rustam. 201). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi edisi 2. Jakarta: EGC Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama Pati. Saifudin, Abdul Bari, 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Septya, Angelia Rovina dkk. 2018. Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Post Hecting Dengan Anastesi dan Tanpa Anastesi Pada Ibu Nifas Di BPM “Y” dan BPM “G” Lubuk Alung Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi Volume 9 No 1 Januari 2018. https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2a hUKEwjS0J32m4j0AhXPcn0KHTaCDOAQFnoECA0QAQ&url=http %3A%2F%2Fejurnal.stikesprimanusantara.ac.id%2Findex.php %2FJKPN%2Farticle%2Fdownload %2F348%2F403&usg=AOvVaw3p8vdOYMOxVAXHqTmo0tPV Sunil Kumar Samal. 2017. Comparative analysis of continuous and interrupted suturing techniques for repair of episiotomy or second degree perineal tear. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology Samal SK et al. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017 Mar;6(3):1002-1006 www.ijrcog.org pISSN 2320-1770 | eISSN 2320-1789. Samal SK et al. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017 Mar; vol. 6. Issue 3 page:1002-1006. https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2a hUKEwiYgoG0lJz0AhVFyzgGHRr2A8QQFnoECAcQAQ&url=https %3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication %2F313850192_Comparative_analysis_of_continuous_and_interrupted _suturing_techniques_for_repair_of_episiotomy_or_second_degree_per ineal_tear&usg=AOvVaw3l1Nu-aQsdDngzDrR1YRk7



Susilowati, Dewi dkk. 2018. Pengaruh Derajat Robekan Perineum Terhadap Skala Nyeri Perineum Pada Ibu Nifas Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 3, No 1, Maret 2018, hlm 1-56 https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2a hUKEwjFv7mtxob0AhX9H7cAHcRoCKUQFnoECA0QAQ&url=http %3A%2F%2Fjurnal.poltekkes-solo.ac.id%2Findex.php%2FJKK %2Farticle%2Fdownload %2F376%2F329&usg=AOvVaw3yywC3OVtRaArvBQ9SAfPW



Menyetujui, Pembimbing Lahan



Pati........................................ Mahasiswa



(…………………………………………)



Relli H Silalahi



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Retno Wulan, S.S.T.Keb.,M.K.M NPP. 12005082