REVIEW UNSUNG CINDERELLA EPISODE 1 Dan 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW UNSUNG CINDERELLA EPISODE 1



A. REVIEW KASUS 1. KASUS I Seorang lelaki bernama Mineta Kazuaki 53 tahun dilarikan kerumah sakit karena tersengat tawon, sehingga dibutuhkan pengobatan darurat dengan segera. Kejadian tersengat terjadi sudah 30 menit. Dokter melakukan pijat jantung, dan memberikan injeksi adrenalin 3 mg yang disiapkan apoteker. Dokter kemudian meminta steroid juga adrenalin, kemudian apoteker aoi midori menyiapkan injeksi hidrokortison dan antihistamin. Pasien mineta berhenti berdetak, aoi pun melakukan CPR dan melihat pasien tidak menunjukan perkembangan. Kemudian ditemukan antihipertensi betablocker didalam celana pasien. Diduga pasien telah mengkonsumsi betablocker sebelum tersengat lebah, kemudian Aoi merekomendasikan glucagon pada dokter untuk memulihkan kondisi pasien. Setelah injeksi glucagon detak jantung pasien Kembali normar 2. KASUS II Pasien rawat bernama shiori yajima (hamil 33 pekan) akan melahirkan prematur. Sebelumnya dokter hayasi meresepkan lansoprazol 3x1 setelah makan untuk keluhan tukak lambungnya, kemdian aoi Midori melakukan telaah resep, dan ditemukan kelebihan dosis pada pasien tersebut dan melakukan konfirmasi/ rapat resep kepada dokter tersebut dan menjelaskan seharusnya pemakaian obat lansoprazol 1x1 setelah makan. Suatu ketika Aoi Midori memeriksa resep pasien shiori yajima dari dokter hayasi, ditemukan tertulis di resepnya loxoprofen diresep kan lagi untuk pasien tersebut, sehingga seharusnya diganti dengan parasetamol. Setelah memeriksa rekam medik ternyata pasien tersebut setelah mengkonsumsi obat loxoprofen tidak ada perubahan membaik, tapi pasien mengalami susah tidur, sakit kepala parah, rasio AST & ALT meningkatkan menjadi kurang lebih 100, PLT sedikit rendah dari nilai referensi standar. Setelah mencari tau dari referensi pasien tersebut kemungkinan mengalami sindrom HELLP. Miciba dari departemen obgyn memberitahu apotker aoi Midori bahwa PCT tidak berfungsi pada pasien tersebut. Apoteker menyarankan untuk pasien di infus. Pasien mengeluh lambung sudah lama mengalmi tukak lambung, mata sakit( gangguan visual & sakit perut), mengalami sakit kepala melebihi migren, muntah, TD 170/100, ST & LT tidak normal, preeclamsia saat hamil, tingkat enzim alanin aminotransferase meningkat, kemudian apoteker menyarankan dokter untuk menyuntikan obat MgSO4 kepada pasien, setelah penyuntikan pasien agak membaik dan dilakukan oprasi sesar mendadak kepada pasien tersebut. Alhamdulillah pasien tersebut selamat dengan bayinya. 3. KASUS II Pasien rawat inap bernama Watanabe Neo (siswi SMP) & mariomoto yuuka (siswi SMA) keduanya mengalami DM tipe 1, setelah melakukan pengecekan kurva kadar gula darah Watanabe ternyata tidak stabil, perubahan ditingkat glukosanya berantakan, kemudian apoteker melakukan visit & memastikan pasien menyuntikan insulinnya dengan benar. Ternyata pasien tersebut tidak menyuntikan insulin sebelum makan, kemudian TD turun, pasien tersebut sengaja tidak patuh pada penggunaan obat insulin tersebut. Untuk pasien marimoto pasien tersebut ketika pemakaian insulinnya jarum pena insulinnya tidak di ganti & tidak mmbersihkan jarumny juga. Karena pasien mengalami depresi karena ketidak nyamanan dalam pemakaian insulin sehingga tidak patuh maka apoteker memberikan



penjelasan kepada marimoto, apabila tdidak menyuntikan insulin maka akan terjadi diabetes ketoasedosis ( mengalami dehidrasi,kehilangan kesadaran, mengalami koma) terjadi sekarat. Setelah di berikan penjelasan, pasien bersemangat akan patuh memakai obat. B. PESAN MORAL 1. Bahwa tugas apoteker itu selain memastikan pasien tepat meminum obat, bahwa apoteker pun harus memahami perasaan & kondisi pasien (psikologis pasien). 2. Bekerja sebagai apoteker haruslah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan hati tanpa berharap pengakuan dan penghargaan orang lain. 3. Harus terjalin kerjasama dan rasa saling menghormati, menghargai antar profesi di rumah sakit supaya tercipta lingkungan kerja yang sehat dan tujuan pengobatan pasien tercapai. 4. Pengobatan terbaik pada pasien adalah pengobatan base pasien oriented.



REVIEW UNSUNG CINDERELLA EPISODE 2



A. REVIEW KASUS 1. Kasus I Pasien rawat inap karena patah pergelangan tangan kanan, pak Omiya Kiyoshi. Pak Omiya memiliki kondisi klinis indeks fungsi hati meningkat, mengalami pingsan, dengan irama jantung tidak beraturan meski telah diberi antiaritmia. Diduga keadaan ini tejadi karena pasien pak Omiya mengkonsumsi obat diluar terapi yang diresepkan dokter dirumah sakit. Apoteker rumah sakit kemudian menyakan obat yang dikonsumsi pasien kepada keluarga pasien, ternyata pasien memiliki hubungan keluarga yang kurang baik. Tekanan darah pa oiyama menuhun hingga 80/40 mmHG, dokter melakukan elektrokardiografi pa Omiya mengalami takikardia ventrikel. Karena apoteker tidak mendapatkan informasi dari keluarga pasien maka, mereka memutuskan untuk memeriksa ke rumah pasien. Kondisi pak oiyama semakin menurun di UGD, dokter Toyonaka memberi amiodaron 300 mg keadaan pak omiya VT ke VF arteri normal. Aoi midori mencari tahu obat yang dikonsumsi pak Omiya dengan cara mencicipinya dan mencari obat yang memiliki sandi awal EB20 di daftar obat. Diketahui bahwa obat ter sebut adalah loperamide 1 Mg yang ia terima dari rumah sakit lain setelah dikonfirmasi. diruang IGD TD pa Omiya kritis TD hingga 25/18 mmHG, apoteker seno mememberitahu dokter bahwa TD pasien menurun karena konsumsi loperamide secara berlebihan yang menyebabkan detak jantung tidak teratur dan hampir terhenti sehingga membutuhkan antidotum nalokson. Dokter pun memberikan injeksi nalokson dan kondisi pak Omiya berangsur stabil. Pak Omiya memiliki osteosarcoma di paha kiri akibat kemoterapi, dia mengkonsumsi cisplatin obat antikanker yang memiliki efek samping diare oleh karena itu pak omiya mengkonsumsi loperamide untuk menghentikan diare. Apoteker aoi midori menyarankan pak omiya untuk lebih memperhatikan kesehatannya dan mulai memperbaiki hubungan dengan keluarga karena efek terapi obat fisioterapi yang diberikan setelah operasi akan sangat berdampak besar. 2. Kasus II Pasien rawat jalan dengan kondisi klinis radang paru paru mycoplasma, Yamaguchi Reio. Nyonya Yamaguci ibu pasien Reio, diberi resep yang terdiri dari 2 obat yakni carbocisteine untuk mengurangi dahak dan clarithromycin antibiotic, diminum 2 kali sehari setelah sarapan dan makan malam. Efek samping obat dapat mengakibatkan halusinasi atau kehilangan kesadaran namun kejadian efek samping tersebut jarang ditemukan, sehingga cukup aman bila dikonsumsi. Di rumah nyonya yamaguci mencoba memberikan obat kepada Reio dengan cara mencampurkannya dengan Jus, tapi Reio tidak mau meminumnya karena pahit. Nyonya yamaguci mencoba berkonsultasi dengan dokter karena Reio yang tidak mau meminum anti biotiknya, namun dokter tidak memiliki pilihan lain selain meresepkan serbuk karena anak tidak bisa menelan pil dan berbahaya bila masuk trakea. Apoteker Aoi menjelaskan pada ibu yamaguci bahwa clarithromycin bila dicampur dengan makanan asam pemanisnya akan tidak efektif sehingga rasa pahit pada obat akan muncul, oleh karena itu ia menyarankan pada nyonya yamaguci untuk memberikan obat tersebut bersama denga ice cream coklat, hasilnya rasa pahit obat tidak muncul pasien hanya bisa merasakan rasa ice cream coklat yang lezat.



3. Kasus III Audit control pengelolaan narkotika akan dilakukan oleh kementrian Kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan jepang, control ini biasa dilakukan beberatahun sekali. Semua ruang penyimpanan dikontrol dari mulai ruang produksi steril hingga ruang manjemen anestesi. Jika diketahui pengeloaan narkotik tidak benar sertifikat fasilitas anestesi akan dicabut. Di ruang manajemen anestesi satu ampul fentanyl 0,25 mg menghilang. Dikonfirmasi semalam bahwa jumlahnya sudah benar, diduga seseorang mengambilnya antara semalam atau pagi tanpa mencatatnya di buku catatan. Diketahui anestesi fentanyl memiliki efek analgesic kuat 50 kali lebih besar dibanding morfin. Orang yang mengambil fentanyl diketahui pa Aragami atas permintaan dokter Motomura dan departemen bedah yang ia berikan pada perawat, dan ia lupa mencatat di buku catatan. Dokter Motomura meminta fentanyl sebagai pemesanan karena kondisi pasien keritis dan diketahui bahwa ampul fentanyl itu tidak digunakan dan disimpan di berangkas ruang staf departemen bedah torak. Masalah teratasi, kepala instalasi farmasi bu Hana menegur pa Aragami dan meminta untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. B. PESAN MORAL : 1. Ada total 23 apoteker di rumah sakit yang bertugas meracik obat, mengunjungi pasien, kemoterapi, memberi infus, DI dan melakukan eksperimen, setiap hari rumah sakit menangani 8000 resep per hari. Mereka para apoteker dapat saling bekerja sama untuk memberikan pelayan obat pada pasien yang terbaik meskipun ditengah perbedaan idealmisme antar personal. 2. Apoteker bertugas untuk melakukan rekonsiliasi obat pada pasien dengan cara menanyakannya pada pasien atau keluarga pasien secara professional dan menyelidi riwayat penggunaan obat pasien di tempat pasien dahulu dirawat. 3. Apoteker harus memberikan layanan KIE kepada pasien mengenai penggunaan terapi obat dan memastikan bahwa pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. 4. Apoteker bertanggung jawab atas pengelolaan distribusi obat di rumah sakit termasuk yang harus lebih diperhatikan adalah obat golongan nankotik. Setiap penerimaan dan penyerahan obat harus dicatat dalam buku catatan dengan keterangan yang jelas. Apabila terdapat yang obat tidak jadi digunakan harus segera diserahkan kembali ke tempat penyimpanannya dan tidak lupa dicatat.