Revisi Asfiksia (Kelompok 3) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK – I Ns. Yanti Riyantini, M.Kep., Sp.Kep.An. “ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ASFIKSIA”



Oleh : Ade Mawar



11161001



Diana



11161012



Adinda Malicha Putri



11161002



Dwi Nuraviva



11161013



Avendea Esa Chandra



11161006



Ema Eriana



11161014



Ayu Putri Ani



11161007



Nada Geta Pratiwi



11161025



Dea Yositasari



11161009



Saskia Putri Maharani



11161035



Destria



11161010



TikaWulandari Dwi Mahesti 11161041



Diah Restu Setiawati



11161011



Tria Ayu Ningtyas



Program Studi S1 Keperawatan



STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA TAHUN AJARAN 2018/2019



11161042



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat serta karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi Dengan Asfiksia”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi satu tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak I. Selain itu, pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk dapat menambah informasi serta wawasan kepada pembaca. Dalam menyusun tugas kelompok ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini :



1. Ibu Ns. Yanti Riyantini, M.Kep., Sp.Kep.An. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak - I 2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. 3. Teman - teman yang telah banyak membantu menyusun dalam meyelesaikan makalah ini.



Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah.



Jakarta, 9 Maret 2018



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Asfiksia ............................................................................................3 B. Etiologi Asfiksia ............................................................................................3 C. Manifestasi Klinis Asfiksia ............................................................................5 D. Pathway Asfiksia............................................................................................6 E. Klasifikasi Asfiksia ........................................................................................7 F. Pemeriksaan Penunjang Asfiksia ...................................................................8 G. Penatalaksanaan Asfiksia ...............................................................................9 H. Asuhan Keperawatan Asfiksia .......................................................................18



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................21 B. Saran ..............................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga meskipun program pembangunan kesehatan yang berkesinambungan telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang ditunjukkan antara lain dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan ibu, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang (Depkes RI 2005). Diperkirakan sekitar 27% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum (WHO 2013). Asfiksia merupakan kegagalan untuk bernafas secara cukup dari bayi yang baru lahir. Bayi asfiksia bila tidak segera dilakukan tindakan keperawatan makan akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidupnya. Laporan WHO menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah kawasan Afrika. Indonesia merupakan negara dengan AKB tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 pada tahun 2011 (WHO 2012). WHO (2012) juga menyebutkan bahwa pada tahun 2000 – 2010, Case Fatality Rate (CFR) asfiksia untuk bayi yang berusia dibawah 5 tahun di Indonesia setiap tahunnya mencapai 11%. Asfiksia dapat terjadi pada periode antepartum, intrapartum maupun postpartum. Sembilan puluh persen kejadian asfiksia terjadi pada periode antepartum dan intrapartum sebagai akibat dari kurangnya kemampuan plasenta untuk menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan ion hidrogen dari janin. Sepuluh persen sisanya merupakan periode postpartum biasanya kekurangan sekunder pada sistem pernafasan jantung atau saraf (NFF: New Born Care 2005). Asfiksia berarti hipoksia progresfi, penimpunan karbondioksida dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Saifudin 2001). 0



Upaya yang paling penting adalah mencegah terjadinya persalinan preterm semaksimal mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang baik, meningkatkan status gizi ibu, mencegah pernikahan muda dan mencegah serta mengobati infeksi intra uterin. Apabila bayi terpaksa lahir sebagai bayi kurang bulan (BKB), maka manajemen yang cepat tepat dan terpadu harus sudah mulai dilaksanakan pada saat antepartum, intrapartum dan postpartum atau pasca natal (Kosim, 2006). Pendidikan dan pengenalan ibu hamil pada faktor-faktor pencetus terjadinya asfiksia penting sebagai usaha penurunan angka kematian akibat asfiksia, selain itu tenaga kesehatan juga harus benar-benar memahami tanda dan gejala, menghitung Apgar Score, mengenali penyebab serta tindakan resusitasi yang harus dilakukan saat menghadapi bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga bayi dapat terselamatkan dan angka mortalitas akibat asfiksia menurun. Maka dari itu kami akan membahas dasar-dasar tentang asfiksia pada bayi baru lahir serta tindakan resusitasi yang perlu dilakukan.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari Asfiksia ? 2. Apa etiologi dari Asfiksia? 3. Apa manifestasi klinis dari Asfiksia ? 4. Bagaimana pathway dari Asfiksia? 5. Apa klasifikasi dari Asfiksia? 6. Apa pemeriksaan penunjang dari Asfiksia ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari Asfiksia ? 8. Bagaimana asuhan keperawatan dari Asfiksia ?



C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui definisi dari Asfiksia 2. Untuk mengetahui etiologi Asfiksia 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asfiksia 4. Untuk mengetahui pathway dari Asfiksia 5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asfiksia 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Asfiksia 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Asfiksia 1



8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Asfiksia



BAB II 2



PEMBAHASAN A. DEFINISI ASFIKSIA NEONATUS Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013). Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009) Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernafas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan metabolisme tubuh



dan dapat



mengakibatkan kematian.(Muslihatun, 2010) B. ETIOLOGI ASFIKSIA NEONATUS Proses terjadinya asfiksia neonaturum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah 1. Asfiksia dalam kehamilan a. Penyakit infeksi akut b. Penyakit infeksi kronik c. Keracunan oleh obat/obat bius d. Uraemia dan toksemia gravidarum e. Anemia berat f. Cacat bawaan g. Trauma 2. Asfiksia dalam persalinan a. Kekurangan O2 b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri ) c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus/menerus mengganggusirkulasi darah ke urine d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. 3



e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. g. Perdarahan banyak - plasenta previa dan solutio plasenta. h. Kalau plasenta sudah tua - postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. i. Paralisis pusat pernafasan j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps k. Trauma dari dalam - akibat obat bius Menurut Betz et al. (2001) terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia, yaitu 1. Faktor ibu a. Hipoksia Ibu Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesidalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. b. Gangguan aliran darah uterus Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliranoksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguankontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta. 3. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.



4. Faktor neonatus 4



Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa halyaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnyahernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.



C. MANIFESTASI KLINIS ASFIKSIA Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga kelahiran bayi yang berupa: 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x /menit atau kurang dari 100x/menit , halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium. a. Jika Djj normal dan ada mekonium : janin asfiksia ringan b. Jika Djj lebih dari 160 X/menit dan ada mekonium : janin asfiksia sedang c. Jika Djj kurang dari 100n x/menit dan ada mekonium : janin asfiksia Berat 2. Pada bayi setelah lahir a. Bayi pucat dan kebiru/biruan b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada. c. Hipoksia d. Asidosis metabolik atau respiratori e. Perubahan fungsi jantung f. Kegagalan sistem multiorgan g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol padamata yang terdiri dari tremor kecil yang cepat ke satu arah danyang lebih besar, lebih lambat, berulang-ulang ke arah yangberlawanan) dan menangis kurang baik/tidak baik.



D. PATHWAY ASFIKSIA



5



E. KLASIFIKASI ASFIKSIA 6



Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Asfiksia Ringan (vigorus baby) : Skor APGAR 7-10 bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia) : Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari100 X/ menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 3. Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 X/ menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang/kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang pada saat post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.



Pemeriksaan APGAR skor pada bayi: Nilai



0



1



2



Nafas



Tidak ada



Tidak teratur



Teratur



Denyut jantung



Tidak ada



100



Warna kulit



Biru atau pucat



Tubuh merah jambu, kaki dan tangan biru



Merah jambu



Gerakan/tonus otot



Tidak ada



Sedikit fleksi



Fleksi



Refleks (menangis)



Tidak ada



Lemah/lambat



Kuat



Keterangan : Nilai 0-3 :Asfiksia berat Nilai 4-6 :Asfiksia sedang Nilai 7-10 :Normal Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke- 1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari < penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor 7



mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk



memulai resusitasi karena



resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASFIKSIA Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005) yaitu: 1. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin Frekuensi normal adalah antara 140-160 kali/menit denyutan dalam semenit. Aelama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 x



/menit di luar his, dan lebih- lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda



bahaya. 2. Pemeriksaan adanya Mekonium Dalam Air Ketuban atau tidak Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat dijadikan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan Darah Janin Alat yang digunakan yaitu amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa phnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya ph. Apabila ph itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR. 4. Laboratorium Analisis gas darah tali pusat: menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat jika PaO2 2O, PaCO2 >55 mmH2O dan pH 7 mempunyai irama jantung normal, bernapas dan berespon terhadap stimulus. d) Reflek



: Tidak ada reflek komplek seperti moro dan hisap (Snyder &



Cloherty 1998) 2. Diagnosa keperawatan a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi b. Gangguan pertukaran gas b.d alveoli gagal berkembang c. Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan luar



18



3. Intervensi Keperwatan No.



Diagnosa



Tujuan



Keperawatan 1



Ketidakefektifan



Setelah dilakukan



pola nafas b.d



tindakan keperawatan



hipoventilasi



selam 1x24 jam, diharapkan pola napas bayi efektif dengan kriteria : 



dalam batas normal Tidak adanya bunyi nafas tambahan 



Denyut jantung bayi normal







2) Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea 3) Auskultasi suara napas, catat



4) Identifikasi bayi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan 5) Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD Monitor Respirasi (3350) : 1) Monitor



Bayi menunjukkan upaya bernafas spontan







1) Buka jalan napas



adanya suara tambahan



Kecepatan dan irama respirasi







Intervensi



kecepatan,



irama,



kedalaman dan upaya bernapas 2) Monitor



pergerakan,



kesimetrisan dada, retraksi dada



Ekspansi dada simetris



dan alat bantu pernapasan 3) Monitor adanya penggunaan otot diafragma



2



Gangguan



Setelah dilakukan



pertukaran gas



intervensi dalam 1×24



kedalaman nafas dan produksi



b.d alveoli gagal



jam :



sputum.



berkembang







Tidak ada gejala sesak nafas







Fungsi paru dalam batas normal







Tidak ada sianosis 19



1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,



2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri. 3) Pantau analisa gas darah



3



Resiko hipotermi



Setelah dilakukan



Pengobatan Hipotermi (3800) :



b.d transisi



tindakan keperawatan



1) Pindahkan bayi dari lingkungan



lingkungan luar



selama 1x24 jam



yang dingin ke tempat yang



hipotermi teratasi



hangat (di dalam incubator atau



dengan indicator :



di bawah lampu sorot)







Suhu axila 36-37˚ C







RR : 30-60 X/menit







Warna kulit merah







2) Anjurkan untuk melakkan metode kanguru 3) Bila basah segera ganti pakaian



muda



bayi dengan yang hangat dan



Tidak ada distress



kering, beri selimut



respirasi



4) Monitor suhu bayi







Tidak menggigil



5) Monitor gejala hipotermi :







Bayi tidak gelisah







Bayi tidak letargi



fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit. 6) Monitor status pernapasan 7) Monitor intake/output



20



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu : 1. Memastikan saluran terbuka. 2. Memulai pernafasan 3. Mempertahankan sirkulasi



B. SARAN Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.



21



DAFTAR PUSTAKA



Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A (2006). Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Hidayat. A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Media. Jakarta Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba Medika: Jakarta Oswari, Hanifah, dkk. (2016). Kiat Membuat Anak Sehat, Tinggi, dan Cerdas. IDAI : Jakarta. https://www.academia.edu/20592936/LP_dan_Askep_Asfiksia https://www.slideshare.net/septianraha/145599463-lpasfiksiapadabayi https://www.academia.edu/35355889/Askep_Asfiksia_Neonatorus



22