Ringkasan Proyek KW Home Care [PDF]

  • Author / Uploaded
  • NaiLa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keperawatan memegang peranan penting dalam sebuah sistem kesehatan. Keperawatan muncul hampir disemua sektor yang ada dalam kesehatan. Secara global tenaga keperawatan merupakan salah satu tenaga utama kesehatan dalam sistem kesehatan global. Pelayanan kesehatan di rumah yang selanjutnya dikenal dengan istilah Home Care telah menjadi salah satu fokus dalam pelayanan keperawatan saat ini. Negara-negara maju telah memiliki sistem pengelolaan dan pengaturan regulasi yang cukup baik dibawah ikatan keperawatan komunitas, yang kemudian secara spesifik mengatur perihal isu ini. Homecare merupakan pendekatan baru yang cukup dikenal dan vital dalam layanan kesehatan khususnya keperawatan. Negara– negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Kanada telah mengatur dan menerapkan Home Care dengan baik. Negara-negara tersebut turut mengkawal perkembangan layanan Home Care yang lebih prima hingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya kearah pemenuhan layanan terkait perawatan paliatif dan perawatan di rumah. Home Care merupakan perwujudan keperawatan komunitas yang unik yang bisa dilaksanakan dimanapun. Home Care bukan hanya pelayanan di rumah tapi dapat luas diterapkan di sekolah, tempat kerja dan seting komunitas lainnya. Bentuk unik dari pelayanan keperawatan ini juga dimulai dari pemenuhan kebutuhan dasar sampai ketingkat layanan perawatan penyakit yang lebih kompleks dengan pemberian layanan tenaga ahli berfokus terhadap perawatan akut dan kronis yang dapat diterapkan pada segala usia. Homecare dapat berkembang secara luas cakupan layanannya, seperti spesialis. Home Care juga menganut pemahaman integrasi layanan kesehatan komunitas dalam upaya promosi kesehatan dengan memperhatikan faktor-faktor



1



lingkungan, psikososial, ekonomi, budaya dan kemampuan personal yang berdampak pada status kesehatan individu dan keluarga. Perkiraan permintaan akan layanan kesehatan Home Care telah mulai terlihat dalam sistem kesehatan di Indonesia. Permintaan akan layanan Home Care diekspektasikan akan bertambah secara dramatis seiring dengan perkembangan waktu, zaman dan struktur sosial. Hal ini dikarenakan perkembangan populasi dan perkiraan jumlah lansia akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Belum lagi perubahan pola penyakit kearah penyakit tidak menular yang akan berujung pada kondisi kronis. Peningkatan kondisi ke arah penyakit kronis dan peningkatan populasi lansia tersebut sistem kesehatan dituntut untuk meningkatkan pola pelayanan ke arah yang lebih mudah untuk diakses dengan kualitas yang tetap tinggi. Penyediaan layanan Home Care dari suatu institusi layanan kesehatan dianggap sebagai bentuk peningkatan kualitas layanan dari suatu sistem layanan kesehatan itu sendiri yang mampu menjawab permintaan kebutuhan masyarakat tersebut. “901 Juta Jumlah Populasi Lansia di Dunia, 56%rata-rata proyeksi perkembangan lansia 2030, 18.1 Juta populasi lansia di Indonesia, 400 Ribu lansia di Sumatera Barat. “ Selain itu perkembangan lansia dan munculnya penyakit kronik akan semakin berdampak terhadap kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan kesehatan secara mandiri sehingga membutuhkan pertolongan atau bantuan tenga kesehatan profesional secara spesifik. Kondisi sakit dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan secara mandiri akan mengakibatkan perubahan sistem keluarga dan komunitas. Keluarga dan komunitas lebih luas akan terlibat dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun, keterlibatan keluarga dalam memenuhi kebutuhan tersebut memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan penyakit terhadap anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan dikarenakan berbagai alasan seperti tidak memiliki keterampilan prosedur perawatan penyakit, keengganan karena kesibukan atau bahkan karena keinginan untuk memberikan layanan yang baik



2



bagi anggota keluarga sehingga menggugah anggota keluarga memerlukan tenaga kerja kesehatan profesional khususnya tenaga keperawatan yang berpengalaman. “ Penyakit kronis 7 dari 10 penyebab disabilitas dan kematian 35 Juta jumlah penyakit pronis di dunia 1.5 Juta jumlah penyakit kronis di Indonesia “ Home Care saat ini dianggap sebagai integrasi sistem layanan kesehatan yang menjadi alternatif layanan kesehatan yang dapat menghemat pembiayaan (jika



menggunakan



pencapaian



tanggungan



kualitas



layanan



biaya penjaminan yang



tetap



terus



kesehatan)



dengan



meningkat



seiring



perkembangannya. Penting bagi sistem layanan kesehatan untuk mendukung ketersediaan layanan kesehatan berbasis Home Care untuk memperluas perannya dan jangkauan layanan ke unit terkecil di rumah, menghindari penggunaan layanan hospitalisasi tempat tidur oleh klien yang memenuhi perawatan lanjutan di rumah, dan pemanfaatan maksimal ruangan UGD. Home care juga merupakan sarana untuk mengoptimalisasikan tenaga kerja keperawatan yang ada. Seiring dengan banyaknya beredar lulusan keperawatan disegala tingkat. Homecare merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan secara maksimal Sumber Daya Manusia yang tersedia tersebut. Keinginan dan semangat pemberian layanan Home Care juga muncul dari dalam diri tenaga keperawatan sebagai bentuk panggilan pengabdian terhadap pemberian layanan semaksimal mungkin. Homecare juga akan memberikan potensial peningkatan perekonomian, peningkatan regulasi organisasi profesi dan peningkatan kompetensi keterampilan tenaga keperawatan secara umum. Oleh karena itu penting bagi institusi pelayanan kesehatan memberikan upaya kemudahan dalam akses layanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki



keterbatasan



pemenuhan kebutuhan



kesehatannya.



Homecare



merupakan layanan yang bernilai manfaat praktis dan ekonomis. Dibutuhkan tata kelola yang baik dalam pengelolan Home Care sehingga mampu menjadi tatanan pelayanan kesehatan yang layak laksana dan berdampak luas bagi masyarakat.



3



1. 2 Ringkasan Masalah 1. Apa home care itu? 2.



Bagaimana cara memulai usaha home care?



3. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memulai usaha home care? 4. Bagaimana cara menghadapi hambatan dalam melakukan usaha home care? 5. Bagaimana cara mempertahankan usaha agar bertahan lama? 1. 3 Tujuan 1.



Untuk mengetahui definisi home care?



2.



Untuk mengetahui cara memulai usaha home care?



3.



Untuk mengetahui hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai usaha home care?



4.



Untuk mengetahui



bagaimana cara menghadapi hambatan



dalam



berwiirausaha home care? 5. 1. 4



Untuk mengetahui cara mempertahankan usaha agar bertahan lama?



Manfaat Penulisan 1. Manfaat Akademis. Sebagai referensi dan bahan tambahan untuk memberikan informasi kepada Para pengusaha maupun lainnya tentang Profil usaha dan dapat melatih kreativitas yang dimiliki setiap mahasiswa dalam menulis sebuah makalah. 2. Manfaat Praktis. Bagi pihak internal ( pihak pengusaha / wirausaha) sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui tentang profil usaha sedangkan bagi pihak eksternal ( umum) memberikan gambaran tentang profil usaha.



4



BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEWIRAUSAHAAN 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Kewirausahaan



(Entrepreneurship)



atau



Wirausaha



adalah



proses



mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.



5



2.1.2 Sikap Kewirausahaan 1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme. 2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif. 3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan. 4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun. 5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. 6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan. 7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras. 2.1.3 Modal Kewirausahaan 1. Modal Intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. 2. Modal Sosial dan Moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra. 3. Modal Mental aadalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan. 4. Modal Material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal diatas. 2.1.4 Karakteristik Kewirausahaan Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), misalnya, mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut: 1. Karakteristik



6



2. Watak a. Percaya diri dan Optimis b. Memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak tergantung pada orang lain, dan individualisme. c. Berorientasi pada tugas dan hasil d. Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif. e. Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan f. Mampu mengambil resiko yang wajar g. Kepemimpinan h. Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik. i. Keorisinalan j. Inovatif , kreatif, dan fleksibal. k. Berorientasi masa depan l. Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan 2.1.5 Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan 1. Memiliki motif berprestasi tinggi 2. Memiliki perspektif ke depan 3. Memiliki kreatifitas tinggi 4. Memiliki sifat inovasi tinggi 5. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan 6. Memiliki tanggung jawab 7. Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain 8. Memiliki keberanian menghadapi resiko 9. Selalu mencari peluang 10. Memiliki jiwa kepemimpinan 11. Memiliki kemampuan manajerial 12. Memiliki kemampuan personal.



7



2.1.6 Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan David C. McClelland (1961: 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status kewirausahaan atau keberhasilan. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal meliputi hak kepemilikan (property right-PR), kemampuan/kompetensi (ability/competency-C), dan insentif (incentive-I), sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment-E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, amka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh peluang. 2.1.6 Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Berwirausaha A. Penyebab Keberhasilan Berwirausaha: 1. Kemampuan dan kemauan 2. Tekad yang kuat dan kerja keras 3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan B.



Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya: 1. Tidak kompeten dalam manajerial. 2. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil. 3. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.



8



4. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar. 5. Gagal dalam perencanaan. 6. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. 7. Lokasi yang kurang memadai. 8. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien. 9. Kurangnya pengawasan peralatan. 10. Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif. 11. yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar. 12. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. 13. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha 14. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. 15. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu. C.



Beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan menurut Zimmerer (1996-7): 1. Pendapatan yang tidak menentu 2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi



9



3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama 4. Kualitas hidup yang tetap rendah meskipaun usahanya telah berhasil 2.2 KONSEP HOME CARE 2.2.1 Pengertian Home Care Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,



mempertahankan



atau



memulihkan



kesehatan



atau



memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orangorang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang. Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.



2.2.2 Konsep / Model Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care A. Teori Lingkungan (Florence Nightingale) Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima



10



komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi 1. udara bersih, 2. air yang bersih, 3. pemeliharaan yang efisien 4. kebersihan, serta 5. penerangan/pencahayaan Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya. B.



Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers) Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang



secara



alamiah



yaitu



keutuhan



manusia



dan



lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas,resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat. Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta 11



merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya. 2.2.3 Masalah / problem yang muncul pada Home Health Care 1. 2. 3. 4.



Gaya hidup dan sumber-sumber kehidupan Status kesehatan saat inidan penyimpangannya Pola dan pengetahuan keluarga dalam mempertahankan kesehatannya. Struktur keluarga dan dinamisasinya.



2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Home Health Care A. Keuntungan: 1. Setting rumah dapat lebih memberikan kenyamanan klien dalam menjalani perawatan secara individul. 2. Banyak klien yang lebih suka dirawat di rumah. 3. Pengkajian mengenai faktor-faktor lingkungan yang menunjang kesehatan dapat lebih lengkap karena dapat diobservasi secara langsung sehingga dapat langsung dipertim-bangkan mengenai pelayanan apa yang cocok untuk klien secara financial, dll. 4. Pengkajian mengenai pola hidup dan norma-norma keluarga lebih mudah dilakukan. 5. Partisipasi anggota keluarga dapat terfasilitasi dengan baik. 6. Anggota keluarga mungkin akan lebih bersemangat untuk menerima dan mempelajari hal-hal yang dapat meningkatkan atau menunjang kesehatannya karena aplikatif dan sesuai dengan kondisi di rumah. 7. Dapat memperpendek masa rawat di rumah sakit sehingga biaya perawatan dapat menurun. 8. Menurunkan nosocomial infection. B. Kerugian: 1. Biaya perjalanan perawat atau pemberi pelayanan kesehatan di rumah mahal. 2. Kurang efisien dari praktek keperawa-tan bersama atau kunjungan klien ke ruang rawat. 3. Distraksi misalnya : anak-nak dan suara TV sulit untuk dihindari. 4. Keamanan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan tidak begitu terjaga.



12



2.2.4 Landasan Hukum Home Care Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat : 1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum. 2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain 3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri 4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum. Landasan Hukum : 1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan 2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. 3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah 4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran 5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat 6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas 7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas. 8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat. 9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan 10.Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta 2.2.5 Skill Dasar Yang Harus Dikuasai Perawat Home Care SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



vital sign memasang nasogastric tube memasang selang susu besar memasang cateter penggantian tube pernafasan merawat luka decubitus Suction memasang peralatan O2 penyuntikan (IV,IM, IC,SC) 13



10. Pemasangan infus maupun obat 11. Pengambilan preparat 12. Pemberian huknah/laksatif 13. Kebersihan diri 14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis 15. Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic 16. Penkes 17. Konseling kasus terminal 18. Konsultasi/telepon 19. Fasilitasi ke dokter rujukan 20. Menyiapkan menu makanan 21. Membersihkan Tempat tidur pasien 22. Fasilitasi kegiatan sosial pasien 23. Fasilitasi perbaikan sarana klien.



14



BAB III HASIL WAWANCARA 3.1 HASIL WAWANCARA 1. Mulai kapan anda membangun usaha home care ini? "Saya itu dek, lulus akper 2003 setelah itu saya kerja di puskesmas di IGD mulai tahun 2004 awal sampai 2007 jadi saya praktek barengan pas masuk di puskesmas tahun 2004 awal februari 2004 sudah mulai praktek di rumah. Jadi mulai dari saya kenal orang di puskesmas saya menawarkan jika misalkan membutuhkan bantuan lebih dari saya bisa datang kerumah 2. Terkait tempat usaha bapak, ketika anda memulai usaha apakah menyewa tempat atau milik sendiri? "saya dulu tinggal bersama keluarga ada kamar kosong 1 saya rombak untuk dijadikan tempat praktek ukurannya sesuai dengan standart yang dibutuhkan. Lambat laun hasil dari praktek hasilnya saya belikan tempat baru akhirnya sekarang saya mampu mmebeli rumah bagian depan, dan saya jadikan klinik kecil kecilan. 3. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk memulai usaha tersebut? Dimulai dari tahun 2011 saya sudah pindah hal hal yang perlu di persiapkan a. Menset b. Believe, punya kepercayaan bahwa kita punya kemampuan yang bisa dijual ke orang lain. c. Keterampilan kompetisi yang perlu disiapkan, untuk tempat akan menyusul ketika sudah punya pelanggan (kita punya nama) meskipun 15



nama itu tidak ada logonya, benderanya (kita masih jual diri dalam artian kemampuan diri) untuk bisa dikenal orang tentang kenmampuan saya. Setiap orang datang saya berikan pelayanan yang puas, ketika masyarakat puas mereka bercerita ke orang lain (misal untuk ke pak ahamd saja). Tidak hanya itu saja kita harus punya ciri khas sendiri, semisal pelayanan yang baik, salam sapa, dan alat harus lengkap d. Harus jujur Comtoh minta suntik kb 3 bulan jangan dikasih 1 bulan takutnya hamil, bhsp dengan teman sejawat bahkan dukun harus saling merangkul tidak boleh ada persaingan (menjelek jelekkan, misal kalau hari raya dukunnya bisa dikasih beras/sarung biar inget ke kita). 4.



Dari awal anda membuka usaha ini, kapan anda mendapatkan kembali modal awal? Dapakah dalam hitungan hari,bulan, atau bahan tahun? Modal awal dulu gaji 75 ribu ketika orang datang kebutuhannya dibelikan oleh saya dan ada selisih saya kumpulkan saya jadikan dalam bentuk barang. Jangan dikonsumsi dulu jika dapat untuk dibelikan alat/obat. Ketika orang datang lagi dikumpulkan dulu tunggu sampai banyak baru dibelikan bahan bahan yang diperlukan, misal cukup untuk dibelikan obat. Karena anggap stok obat 1 bulan 5 juta bisa beli langsung 5 juta atau 1 minggu sekali kalau dulu saya awalnya belinya ngecer. Kalau gak ada uang masih ngecer, karena jika langsung beli banyak takut dicurigai dan intinya kalau kita buka usaha dapat untung kecil maka kita simpan untuk kebutuhan obat dulu, atau alat bahan jika sudah banyak bisa di investasikan (beri emas 1 gram) bisa beli sapi, bisa di beli tanah untuk balik modal. Break on poin balik modal itu dulu 150 dalam 1 hari bisa balik modal jika yang periksa lebih dari 5 orang per hari sekarang modalnya 5 juta sampai 5-7 hari bisa balik modal, sisanya untung (1:3)1/4. Tapi saya tetap membatasi melihat tetangga sendiri segmen pasar saya saja adalah menengah ke atas boleh ngambil untung.



5. Bagaimana cara anda mengembangkan usaha anda ini? "Cara mengembangkan usaha awalnya berat karena tidak semua orang senang dengan kita, saya ingin mensejahterakan masyarakat" 16



6.



Pelayanan apa saja yang menjadi favorit pelanggan? "kalau itu kan yang menilai pelanggan sendiri, jadi mungkin berdasarkan pelanggan saya yang tiap harinya berdatangan untuk menggunakan jasa saya mungkin saja mereka menyukai pelayanan saya, dan karena memang mereka cocok pada saya hingga mereka kembali lagi menggunakan jasa saya.



7. Berapa target pasien anda dalam sehari? "untuk hal itu sebenarnya saya tidak menarget karna saya yakin akan rezekinya. Dan meskipun demikian alhamdulillah pasien yang berdatangan perhari untuk saat ini berkisar antara 20- 40. Diantara pasien itu ada sebagian yang sudah menjadi langganan saya. 8.



Apakah ada kendala yang menurut anda menjadi kendala dala usaha tersebut?. "Untuk kendala : a. b. c. d. e.



Capek dan pekerjaan kantor yang padat Lelah fisik karena kecapek an dan kadang pasien merasa kecewa Kadang juga jadwal yang bentrok dengan pelatihan Respon injeksi, takut ada injeksi dari 100 orang 1/2 yang terkena alergi Perizinan susah, STR, bangunan dan alat harus lengkap." ruangannya hanya 1 karena tidak ada penginaapan/ rawat inap apalagi menyatu dengan rumah"



9. Kapan usaha anda mengalami peningkatan dan penurunan? "untuk hal itu alhamdulillah apapun musimnya pasiennya tetap banyak. Karena pasien saya bukan karena infeksi jadi setiap harinya sih tetap ada, tidak kurang dari 20-25 orang. Karena pasien saya dalam keuangan rata rata menengah kebawah, pekerja keras, dan lanjut usia. Pokoknya sehari paling sedikit 20-25 kalo saya dirumah kalo musiman kurang lebih 40 kayak sunat. 1. Intinya kita harus memperbaiki menset seperti tentang uang 2. Jangan pernah putus asa dalam usaha, tetap bangun atau building dalam berusaha.



17



18



19



BAB 4 PEMBAHASAN



20



BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran Semoga apa yang tertulis dalam proposal ini dapat dimengerti dengan mudah dan calon investor tertarik untuk bergabung dalam usaha ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih



21



DAFTAR PUSTAKA



Gitosudanno, Indriyo. (1994). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: BPFE Jauch, lawrence R. (1993). Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga https://yumasalon.wordpress.com/visi-dan-misi/(Di askses 30 Oktober 2018)



22