RMK 10 Landasan Sistem Pengendalian Stratejik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • IRNA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Irna Ningish A01421001 Landasan Sistem Pengendalian Stratejik 1. Definisi Sistem Pengendalian Stratejik Menurut Anthony dan Govindarajan (2007), sistem pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana manajer berusaha mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk menjalankan strateji perusahaan. 2. Four Levers of Controls Kesulitan dalam membuat orang bekerja untuk menjalankan stratejik perusahaan dapat dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan agency theory. Dalam pendekatan ini yang bertindak sebagai principal adalah manajemen, sedangkan yang bertindak sebagai agen adalah karyawan dalam perusahaan. Menurut teori ini karyawan memiliki tujuan yang berbeda dengan tujuan perusahaan, sehingga jika tidak diawasi, maka karyawan atau anggota organisasi tersebut akan melakukan tindakan-tindakan yang menguntungakan diri mereka sendiri dan tidak melakukan sesuatu untuk kepentingan perusahaan. Pendekatan kedua, adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Simons (2000). Simons mengatakan bahwa pada dasarnya orang yang bekerja didalam perusahaan memiliki itikad yang baik, yaitu: 1) Orang ingin memberikan kontribusi bagi perusahaan 2) Orang ingin melakukan hal-hal yang benar bagi perusahaan 3) Orang ingin menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskan pada mereka dengan baik. Pada dasarnya orang-orang tersebut ingin melakukan pekerjaan yang kompeten bagi perusahaan. Agar orang-orang ini dapat menjalankan tugas dengan baik maka organizational block tersebut harus dihilangkan. Untuk menghilangkan organizational block tersebut dapat dilakuka dengan konsep sistem pengendalian strategis yang disebut dengan Four Levers of Control. Konsep Four Levers of Control mengatakan bahwa ada empat sistem yang dapat dipergunakan untuk membuat orang-orang bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan, yaitu: 1. Belief System Belief sistem adalah suatu kumpulan dari definisi organisasi yang senantiasa dikomunikasikan secara formal oleh senior manajer pada perusahaan tersebut, dan diupayakan untuk dijalankan secara sistematis dalam rangka memberikan nilai-nilai dasar, tujuan dan arah bagi perusahaan. Definisi organisasi yang dipakai dalam belief system adalah pernyataan misi (Mission Statement) dan nilai (values) yang dimiliki perusahaan. Dengan mempergunakan pernyataan misi manajer berusaha memberikan arahan bagi karyawan dalam melakukan tindakan-tindakannya. Menrut Niven (2010), pernyataan misi yang baik harus mengandung unsur-unsur:  Menginspirasi perusahaan, meskipun misi pada dasarnya jarang berubah, namun misi tersebut harus dapat menginspirasikan perubahan dalam organisasi. Misi ini yang mendorong orang-orang yang ada dalam organisasi untuk terus-menerus melakukan inovasi produk baru.  Bersifat jangka panjang, misi ditulis untuk jangka waktu yang lama. Meskipun visi dan strateji perusahaan terus berubah, namun misi tetap akan dijadikan landasan bagi organisasi tersebut untuk beroperasi.







Mudah dimengerti dan dikomunikasikan, misi akan dikomunikasikan kesemua tingkatan yang ada dalam organisasi, maka sebaiknya misi dibuat dengan katakata yang mudah dimengerti, dikomunikasikan dan diingat. 2. Boundary System Boundary System dibutuhkan, karena misi dan nilai perusahan masih bersifat terlalu umum. Boundary system bertugas untuk memberikan pagar pada pernyataan misi dan nilai, sehingga orang-orang yang ada dalam perusahaan dapat lebih memahami apa yang diperbolehkan dan tidak. Ada dua jenis boundary system, yaitu:  Strategic Boundary Memberikan batasan mengenai keputusan-keputusan strategis yang dapat diambil perusahaan dalam rangka menjalankan misinya. Ada empat macam strategic boundaries yang bisa dipakai, yaitu:  Minimal posisi persaingan  Minimal tingkat pengembalian yang diperoleh  Produk atau jasa yang bukan merupakan kompetensi perusahaan  Posisi dan pesaing yang harus  Business Conduct Boundary Business condut boundaries memberikan batasan pada values yang dimiliki organisasi, karena values dianggap masih terlalu luas, karena itu dibtuhkan business conduct untuk memperjelas hal-hal apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam kaitannya dengan perilaku orang-orang yang ada dalam perusahaan. Dengan demikian, landasan dari perusahaan agar karyawan bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan adalah dengan menjelaskan apa misi perusahaan dan kemudian berupa untuk menyamakan misi karyawan dengan misi perusahaan melalui belief sistem. Namun pelaksanaan belief sistem ini harus diperjelas dengan batasan-batasan untuk memastikan agar semua orang yang ada dalam organisasi, dalam menjalankan misi organisasi, tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh perusahaan. 3. Diagnostic Control System Diagnostic control system berfungsi untuk memeriksa apakah strateji perusahaan sudah dijalankan serta apakah tujuan dan visi perusahaan sudah tercapai atau belum. Visi merupakan cita-cita perusahaan apa yang diharapkan dicapai perusahaan dalam suatu waktu tertentu, biasanya bersifat jangka panjang. Pernyataan visi yang baik, menurut Noven (2010) sebaiknya:  Tidak bertele-tele, visi yang sederhana dapat diingat selalu oleh orang-orang yang ada dalam organisasi.  Tidak memihak, visi yang baik seharusnya tidak memfokuskan pada pihak tertentu.  Konsisten dengan misi dan nilai perusahaan. Visi dibuat dalam rangka menjalankan misi perusahan, karena itu visi tidak boleh bertentangan dengan misi perusahaan.  Dapat dibuktikan, visi yang baik harus dapat dibuktikan dan diukur, karena itu visi yang baik harus memiliki KPI (Key Performance Indicator) untuk mengukur apakah visi sudah tercapau atau belum.  Dapat dicapai, visi yang baik haruslah membumi, dalam artian visi tersebut dapat dicapai perusahaan suatu waktu.



Agar pencapaian visi dan tujuan, serta pelaksanaan strateji dapat diawasi monitor, maka dalam diagnostic control system dibuatlah tolak ukur (Key Performance Indicator) untuk memonitor hal-hal tersebut. Selain itu, tolak ukur juga dapat dipergunakan untuk mengarahkan orang-orang yang ada terdapat dalam perusahaan agar tetap bekerja untuk mencapai target-target yang terdapat dalam tolak ukur tersebut. 4. Interactive Control System Kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang terus berubah dapat membuat strategi yang telah disusun menjadi using. Perubahan lingkungan tersebut akan menimbulkan ancaman dan kesempatan yang baru bagi perusahaan, yang dapat menimbulkan suatu kondisi yang disebut strategic uncertainties atau ketidakpastian strateji. Tujuan dari interactive control system adalah untuk mendeteksi strategic uncertainties tersebut sehingga dapat ditemukan sedini mungkin. Menurut Simons (2000), terdapat empat elemen yang harus diperhatikan agar perusahaan dapat memiliki imteractive control system yang baik. Elemen-elemen tersebut adalah:  Informai yang terkandung dalam interactive control system harus mudah dimengerti  Interactive control system harus memberikan informasi mengenai ketidakpatian strateji  Interactive control system harus dapat dipakai oleh seluruh tingkatan dalam organisasi.  Interactive control system harus menghasilkan rencana baru. Informasi dalam interactive control system diperoleh melalui KPI. Dalam hal ini, KPI harus dipilih adalah KPI yang mudah dimengerti dan mencerminkan ketidakpastian stratejik perusahaan. Artinya KPI yang dipilih harus dapat menangkap potensi adanya kemungkinan ancaman atau peluang baru yang dihadapi perusahaan. Misalkan jika strategic uncertainties yang dihadapi adalah masalah teknolgi, maka KPI yang dipilih untuk interactive control system adalah KPI yang dapat memonitor perubahan teknologi tersebut. KPI yang dpilih untuk interactive control system akan dimonitor sesering mungkin, sehingga KPI tersebut harus dapat diperbaharui sesering mungkin. Dengan mempergunakan KPI tersebut diharapkan perusahaan dapat menangkap ancaman dan kesempatan yang dihadapi perusahaan sedini mungkin. Meskipun perusahaan sudah dapat memonitor strategic uncertainties tersebut, hal penting lainnya adalah apa yang akan dilakukan perusahaan apabila memang terdapat ancaman atau kesempatan yang baru. Untuk itu, dalam interactive control system juga dibutuhkan mekanisme yang dapat membuat rentang waktu antara deteksi ancamankesempatan dengan waktu pengembalian keputusan dapat dilakukan secepat mungkin. Karena itu, elemen kedua dalam interactive control system adalah adanya pertemuan yang dilakukan oleh perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan yang dihadiri setiap jenjang yang ada dalam perusahaan tersebut, termasuk manajemen puncak. Pertemuan tersebut dilakukan khususu untuk membicarakan mengenai KPI yang dipergunakan untuk interactive control system tersebut, jika terjadi perubahan yang signifikan pada angka KPI. Pertemuan ini harus menghasilkan tindakantindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.