Rotavirus 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1.



ROTAVIRUS •



Rotavirus sebenarnya menyebabkan penyakit pada semua mamalia dan burung.







Virus adalah ikosahedron helai ganda, seperti roda, yang mengandung 11 segmen RNA-helai ganda.







Diameter pertikel dnegan mikroskop electron sekitar 80 nm.rotavirus diklasifikasikan oleh kelompok (A,B,C,D,E), subkelompok (I atau II), dan serotip.







Grup A, yang tidak mempunyai hubungan antigenic dangan kelompokkelompok lain, meliputi pathogen manusia biasa juga berbagai virus binatang.







Rotavirus grup B dilaporkan sebagai penyebab penyakit berat pada bayi dan orang dewasa di Cina tetapi tidak di seluruh dunia. Kadang-kadang wabah rotavirus grup C manusia dilaporkan. Kelompok lain terbatas pada strain binatang.







Strain rotavirus adalah strain spesifik dan tidak menyebabkan penyakit pada hospes heterogen.







Subkelompok rotavirus ditentukan oleh struktur antigenik protein kapsid sebelah dalam, vp6.







Pengelompokan serotip rotavirus, seperti ditentukan oleh serologi neutralisasi silang klasik, tergantung pada glikoprotein kapsid sebelah luar, vp7.







Tipe serotype ini sering disebut sebagai tipe “G” (untuk glikoprotein). Baru-baru ini, banyak pengamat telah melaporkan tipe P untuk rotavirus (“P” merujuk pada struktur protein kapsid sebelah luar rotavirus lain, vp4). Walaupun kedua vp4 dan vp7 dapat menimbulkan neutralisasi antibody immunoglobulin (Ig G), peran antibodi ini dalam imunitas protektif tetap belum jelas.



Gejala klinis yang didapat pada diare akibat Rotavirus antara lain : ( 1, 5 )  BAB cair 5 - 10 x/hari.  Volume tinja banyak, warna kuning-hijau, konsisten cair, tidak ada darah, tidak berbau, tidak berbuih.  Masa tunas 12 - 72 jam.  Lamanya sakit ± 5 - 7 hari.



 Sering terjadi pada musim dingin.  Panas.  Sering mual-muntah.  Nyeri perut, tenesmus.  Ditemukan virus dalam tinja. Penderita dengan kasus ringan gejalanya berlangsung selama 3-5 hari, kemudian sembuh sempurna. Diare karena Adenovirus cenderung ringan dan sembuh sendiri. Gejalanya meliputi demam ringan, tinja cair, muntah dan kadang-kadang ada gejala-gejala pernafasan. ( 5, 6 ) Tanda diare karena Rotavirus : •



Panas sub febris







Volume BAB cair > 10x







Warna kuning, tidak berlendir/darah







Tidak nyemprot







Bau asam/tidak amis







Tidak ada diaper rash







Secara endemic 80% diare pada anak di dunia



DIAGNOSIS Ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa laboratorium berdasarkan ditemukan virus dalam tinja atau pada suspensi dari rectal swabs yang dikumpulkan pada penyakit dini dan pada peningkatan titer antibodi. Virus dalam tinja diperlihatkan dengan mikroskopi elektron imunofluoresensi. Banyak tes serologik dapat digunakan untuk menentukan peningkatan titer antibodi, seperti ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay) dan ikatan komplemen. Untuk diagnosis secara cepat dapat digunakan dengan tes aglutinasi latex. Polyacrylamide gel electrophoresis dengan pewarnaan perak dapat juga digunakan untuk mendiagnosis tanpa positif palsu



dan dapat digunakan untuk membedakan non-group A dari group A rotavirus (Jaweta, Melnick, dan Adelberg, 1986). PENGOBATAN Dasar pengobatan pada diare karena virus pada umumnya sama dengan diare yang lain. Pengobatan dengan suportif yaitu memperbaiki kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis, syok dan kematian. Penatalaksanaan terdiri dari penggantian cairan dan memperbaiki keseimbangan elektrolit secara oral atau intravena, menurut keadaan masing-masing penderita. Selain pemberian cairan, pemberian makanan juga harus diperhatikan. Terapi dietetik disesuaikan dengan status gizi penderita yang didasarkan pada umur dan berat badan. ( 3, 4 ) Antibiotik tidak diperlukan pada diare karena virus. Karena diare ini bersifat self limited (dapat sembuh sendiri). ( 1 ) Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk keadaan. Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat. ( 1 ) Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu pemberian cairan secepatnya. ( 1 ) 2.



Penetapan kadar Hb : Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan berbagai cara. yang banyak dipakai dalam laboratorium klinik adalah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual. a. Cara fotoelektrik : cyanmet hemoglobin hemoglobin darah diubah menjadi cyanmet hemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium ferisianida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur



pada gelombang 540nm atau filter hijau. Larutan drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin, dan carboksihemoglobin menjadi cyanmet hemoglobin. Sulf hemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur. Cara pengukuran : -



kedalam tabung calorimeter dimasukkan 0,5 ml larutan drabkin



-



dengan pipet hemoglobin diambil 2 mikroliter darah (kapiler, EDTA, atau oksalat), sebelah luar ujung pipet dibersihkan lalu darah itu dimasukkan kedalam tabung kolorinmeter dengan membilasnya beberapa kali



-



capurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi cyanmet hemoglobin.



-



Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540nm, sebagai blangko digunakan larutan drabkin.



-



Kadar hemoglobin



ditentukan



dari perbandingan



absorbansinya



dengan



absorbansi standar cyanmet hemoglobin atau dibaca dari kurva tera. Catatan : larutan drabkin : natrium bikarbnat 1 gram, kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200mg, aquades ad 1000ml. b. Metode sahli pada cara ini hemoglobin dirubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara : -



masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 n kedalam tabung pengencer hemometer. Hisaplah darah (kapiler, EDTA, oksalat) dengan pipet hemoglobin sampai garis standar 20 mikroliter.



-



Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet



-



Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung pengencer yang berisi HCL itu. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.



-



Angkatlah pipet itu sedikit, lalu hisap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.



-



Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran dari cokelat tua.



-



Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. Bersamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCL dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.



-



Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100ml darah.



Penetapan nilai hematokrit Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. a. Makrometode menurun wintrobe -



isilah tabung wintrobe dengan darah oksalat, heparin, atau EDTA sampai garis tanda 100 diatas.



-



Masukkanlah tabung itu kedalam sentrifuge yang cukup besar, pusinglah slama 30 menit pada kecepatan 3000rpm.



-



Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan :







warna plasma diatas : warna kuning dapat dibandingkan dengan larutan kaliumbicromat dan intesitasnya disebut dengan satuan. Satau satuan sesuai dengan warna kaliumbikromat 1:10000.







Tebalnya laisan putih diatas sel-sel merk yang tersusun oleh leukosit dan trombosit (buffy coat)







Volume sel-sel darah merah.



b. Mikrometode -



isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan darah.



-



Tutuplah ujung 1 dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus.



-



Masukkanlah tabung kapiler kedalam sentrifuge khusus yang mencapai kecepatan besar, yaitu lebih dari 16000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit)



-



Pusingklah selama 3-5 menit.



-



Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.



3.



Pertusis (batuk rejan/whooping cough) Definisi : salah satu penyakit menular yang biasanya diakibatkan oleh bacterium Bordetella namun tidak jarang diakibatkan oleh B. parapertussis( kuman yang kecil,gram negative,ditemukan daerah nasofaring). Gejala klinis: Masa tunas 7-14 hari. Penyakit ini bias berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi menjadi 3 stadium : •



Stadium kataralis Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk ini bertambah berat pada waktu siang dan malam hari. Stadium ini menyerupai influenza.







Stadium spasmodik Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas.







Stadium konvalesensi Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada minggu keempat jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah juga berkurang, nafsu makan muncul lagi.



Diagnosis : Dapat dibuat dengan memperhatikan batujk yang khas bila penderita datang pada stadium spasmodik. Pada stadium kataralis sukar ditegak diagnosis karena menyerupai common cold. Pada stadium kataralis selain terdapat leukositosis dan limfositosis, diagnosis dapay diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan saat batuk. Pengobatan : 1. Antibiotika







Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan B.pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari







Ampisillin dengan dosis 100mg/kgbb/hari dibagi dalm 4 dosis.







Lain-lain : rovamisin, kotrimosazol, kloramfenikol dan tetrasilklin.



2. imunoglobulin 3. ekspektoransia dan mukolitik 4. kodein diberikan apabila terjadi batuk yang hebat sekali. 5. luminal sebagai sedativa. Komplikasi 1. Alat pernafasan Dapat terjadi otitis media ( sering pada bayi ), bronkitis, bronkopnemonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus, emfisema, brokiektasis. 2. Alat pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolapsus rektum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intraabdominal, ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok pada gigi atau tergigit pada serangan batuk. 3. Susunan saraf Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah. 4. Lain-lain Dapt pula terjadi perdarahan lain seperti : epistaksis, hemoptisis dan perdarah subkonjungtiva. Polio Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian. PENYEBAB



Penyebabnya adalah virus polio. Penularan virus terjadi melalui beberapa cara: - Secara langsung dari orang ke orang - Melalui percikan ludah penderita - Melalui tinja penderita. Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Resiko terjadinya polio:  Belum mendapatkan imunisasi polio  Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio  Kehamilan  Usia sangat lanjut atau sangat muda  Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi) 



Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat



melemahkan sistem kekebalan tubuh). Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio: - Infeksi subklinis - Non-paralitik - Paralitik. 95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis. 1. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)



- demam ringan - sakit kepala - tidak enak badan - nyeri tenggorokan - tenggorokan tampak merah - muntah. 2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu) - demam sedang - sakit kepala - kaku kuduk - muntah - diare - kelelahan yang luar biasa - rewel - nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut - kejang dan nyeri otot - nyeri leher - nyeri leher bagian depan - kaku kuduk - nyeri punggung - nyeri tungkai (otot betis) - ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri - kekakuan otot. 3. Poliomielitis paralitik - demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya - sakit kepala - kaku kuduk dan punggung - kelemahan otot asimetrik - onsetnya cepat - segera berkembang menjadi kelumpuhan - lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena



- perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum) - peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri) - sulit untuk memulai proses berkemih - sembelit - perut kembung - gangguan menelan - nyeri otot - kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung - ngiler - gangguan pernafasan - rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi - refleks Babinski positif.



KOMPLIKASI Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap contoh tinja untuk



mencari poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi. Pembiakan virus diambil dari lendir tenggorokan, tinja atau cairan serebrospinal. Pemeriksan rutin terhadap cairan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta sel darah putihnya agak meningkat. PENGOBATAN Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. The goal of treatment is to control symptoms while the infection runs its course. Lifesaving measures, particularly assistance with breathing, may be necessary in severe cases. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.



PROGNOSIS Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan). PENCEGAHAN



Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Terdapat 2 jenis vaksin polio:  Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif  Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup. Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja. Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya menjalani vaksinasi terlebih dahulu.