7 0 137 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA RESIKO PERILAKU KEKERASAN A. Konsep Perilaku Kekerasan 1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perikau kekerasan dapat terjadi dalamdua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku terdahulu (riwayat perilaku kekerasan) (Damaiyanti, 2012). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baikkepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, Damaiyanti, 2012). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan (Prabowo, 2013). 2. Rentang Respon Marah Menurut Yosep (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif). Gambar Rentang Respon Marah (Yosep, 2012) Respon Adaptif
Respon Maladaptif
1
2
Asertif Klien
mampu
Frustasi Klien
gagal
Pasif Klien
merasa
Agresif Klien
Kekerasan Perasaan
tujuan
tidak
dapat
mengekspresikan
marah
mengungkapkan
mencapai
marah
kepuasan/saat
mengungkapkan
secara fisik,tapi
bermusuhan
menyalahkan orang
marah dan tidak
perasaannya,
masih terkontrol,
yang kuat dan
lain
dapat menemukan
tidak
mendorong
hilang control,
alternatifnya.
dan menyerah.
tanpa dan
memberikan kelegaan.
berdaya
orang
lain
dengan ancaman.
dan
disertai amuk, merusak lingkungan.
a.
Respon adaptif Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif: a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan. b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan. c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari d.
pengalaman ahli. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
e.
kewajaran. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon tidak normal (maladaptif) meliputi: a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial. b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati. d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur. 3. Etiologi
3
1) Faktor predisposisi Menurut Yosep dalam Damaiyanti (2012), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan adalah: a. Teori Biologis a) Neurologic factor Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif . Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. b) Genetic factor Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terhadap dormant (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif. c) Cycardian Rhytm (Irama sirkandian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif. d) Biochemistry factor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak (epineprin, norepineprin, dopamin asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melaui impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melaui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan
4
GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif. e) Brain area disorder Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. b. Teori psikologis a) Teori psikoanalisa Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life spam history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup
bermusuhan
cenderung setelah
mengembangkan
dewasa
sebagai
sikap
agresif
komponsasi
dan
adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. b) Imitation, modeling, and information processing theory Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalamlingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif pula (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut denga reward positif pula
5
(makin baik belaiannya mendap hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialami. c) Learning theory Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. 2) Faktor Presipitasi Menurut Yosep dalam Damaiyanti (2012), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan: ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah. ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi. Kesulitan dalam mengkonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga. 4. Tanda dan Gejala Menurut Yosep dalam Dalam Damaiyanti (2012) perawat dalam mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan: a. Muka merah dan tegang; b. Mata melotot/pandangan tajam; c. Tangan mengepal; d. Rahang mengatup; e. Wajah memerah dan tegang; f. Postur tubuh kaku; g. Pandangan tajam;
6
h. Mengatupkan rahang dengan kuat; i. Mengepalkan tangan; j. Jalan mondar-mandir. 5. Faktor Risiko Menurut Nanda dalam Damaiyanti (2012) faktor risiko terbagi dua, yaitu: a. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain Definisi: Beresiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan bahwa dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional, dan/atau seksual. Ketersediaan senjata. Bahasa tubuh (misal, sikap tubuh kaku/rigid, mengepalkan jari dan rahang terkunci, hiperaktivitas, denyut jantung cepat, nafas terengah
engah, cara berdiri mengancam. Kerusakan kognitif (misal, gangguang defisit perhatian, penurunan
fungsi intelektuan). Kejam pada hewan. Menyalakan api. Riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak. Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (misal, merobek pakaian membanting objek yang tergantung di dinding, berkemih di lantai defekasi di lantai, mengetuk-ngetuk kaki, teper tantrum, berlarian di koridor,
berteriak,
melempar
objek,
memecahkan
jendela,
membanting pintu, agresif seksual). Riwayat penyalahgunaan zat. Riwayat ancaman kekerasan (misal, ancaman verbal terhadap seseorang ancaman sosial, membuat/surat ancaman, sikap tubuh
mengancam. b. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri Definisi: beresiko melakukan perilaku, yang individu menunjukkan bahwa dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik, emosional dan/atau seksual. Konflik hubungan interpersonal. Masalah interpersonal (mis., menganggur, kehilangan/kegagalan
pekerjaan yang sekarang). Riwayat upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali. Ide bunuh diri. Rencana bunuh diri.
7
Masalah kesehatan mental (mis., depresi berat, psikosis gangguan
kepribadian berat, alkoholisme, penyalahgunaan obat). Masalah kesehatan fisik (mis., hipokondriasis, penyakit terminal atau
kronis). 6. Penatalaksanaan a. Medis 1) Antianxiety
dan
sedative
hipnotics.
Obat-obatan
ini
dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. 2) Buspirone obat antixiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. 3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impuls dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. 4) Lithium efektif untuk agresif karena manik. 5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan. b. Keperawatan 1) Strategi preventif a) Kesadaran diri Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah klien. b) Pendidikan klien Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat. c) Latihan asertif Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimilikimeliputi: Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang. Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan. Sanggup melakukan komplain. Mengekspresikan penghargaan dengan tepat. 2) Strategi antisipasi a) Komunikasi Strategi komunikasi dengan perilaku agresif: Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara menghakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan rasa
hormat,
hindari
intensitas
kontak
demonstrasikan cara mengontrol situasi. b) Perubahan lingkungan
mata
langsung,
8
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, group program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya. c) Tindakan perilaku Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bilakontrak dilanggar. 3) Strategi pengurungan a) Manajemen krisis b) Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan menempatkan klien dalamsuatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan pasien lain. c) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan manset, sprei pengekang.
B Konsep Askep 1. Pengkajian a. Aspek biologis
9
Respon fisiologis muncul karenan kegiaatan system sarap otonom beriaksi terhadap sekresi efineprinsehingga tekanan darah , meningkat, tachikardi, muka merah pupil melebar, ketegangan otot seperti rahang mengkatup, tangan di kepalkan, tubuh kaku, dan reflek cepat. b. Aspek emosonal Individu yang marah merasa tidak berdaya, jengkel prustasi, ingin memukul orang lain, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut c. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu di dapat melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradap tasi dengan lingkungan. Perawat perlu mengkaji cara klien marah mengidentifikasi penyebabkemarahan, bagaimana informasi diproses, di klarifikasi dan diintegrasikan d. Aspek social Meliputi interaksi
social,
budaya,
konsep
rasa
percaya,
dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain, klien sering menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang laim merasa sakit merasa sakit hati dengan ucapan kata kata kasar, proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain dan menlak mengikuti aturan. e. Aspek spiritual Kepercayan nilai da moral mempengaruhi hubungan individu dan lingkungasn hal yang bertentangan dengan norma, yang di miliki dapat
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
Penatalakssan aan Regimen terapeutik tidak efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
Defisit Perawatan diri Isolasi Sosial
10
Gangguan Harga diri : Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi :
Faktor Prsipitasi :
- Neurologi Factor - Genetic Faktor - Cycardian Rhytm - Biochemistry Factor
-. Ekspresi diri (ingin menunjukkan eksistensi diri) -. Riwayat prilaku anti social -. Penyalahgunaan obat dan alcohol -. Kehilangan orang terdekat
(Sutejo,2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka baru.Yogyakarta)
2. Diagnosa Keperawatan a.
Resiko Perilaku kekerasan
b.
Gangguan harga diri : harga diri rendah
c. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan d. Defisit perawatan diri e. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif (PRTTE)
11
3. Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan Tgl
No Dx 1
Diagnosa
Perencanaan Tujuan Kriteria Evaluasi Keperawatan Intervensi Perilaku 1.Klien dapat 1.1 Klien mau 1.1.1 Beri salam
Rasional Hubungan
kekerasan
saling
membina hubungan saling percaya
membalas salam 1.2 Klien
atau panggil nama klien mau 1.1.2 Sebutkan
menjabat tangan 1.3 Klien
nama perawat sambil jabat mau
menyebutkan nama 1.4 Klien
maksud mau
tersenyum 1.5 Klien mau kontak mata 1.6 Klien mengetahui nama perawat 1.7 Menyediakan waktu
tangan 1.1.3 Jelaskan
untuk
kontrak
percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
hubungan interaksi 1.1.4 Jelskan tentang kontrak yang akan di buat 1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati 1.1.6 Lakukan kontak singkat
2.Klien
2.1 Klien dapat
tapi sering 2.1.1 Beri
Beri
mampu
mengungkap-
kesempatan
kesempatan
mengiden-
kan
untuk
untuk
mengungkap-
mengungkap-
kan
kan
perasaannya
perasaannya
tifikasi penyebab perilaku kekerasan
perasaannya 2.2 Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,dari lingkungan/ orang lain)
2.1.2 Bantu klien
dapat
untuk
membantu
mengungkap-
mengurangi
kan penyebab
stres dan
jengkel/kesal
perasaan jengkel/kesal dapat di
12
ketahui.
3. Klien
3.1 Klien dapat
3.1.1 Anjurkan klien
Untuk
dapat
mengungkap-
mengatakan
mengetahui
mengiden-
kan perasaan
apa yang
hal
tifikasi
saat
dialaminya
dialami saat
saat
marah/
tandatanda perilaku kekerasan
marah/jengkel 3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
kesal/marah 3.1.2 Observasi
yang
jengkel Untuk
tanda perilaku
mengetahui
kekerasan
tanda-tanda
3.1.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/marah yang dialami klien
klien mara/kesal Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien mengetahui secara garis besar tandatanda marah/kesal
4. Klien
4.1. Klien dapat
4.1.1 anjurkan klien
Mengeksp
dapat
mengungkap-
untuk
lorasi
mengiden
kan perilaku
mengungkapan
perasaan
-tifikasi
kekerasanyang
perilaku
klien
perilaku
biasa
kekerasan yang
terhadap
dilakukan 4.2. Klien dapat
biasa di lakukan
perilaku
klien
kekerasan
kekerasan yang biasa dilakukan
bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
4.2.1 bantu klien bermain peran sesuai dengan
yang biasa dilakukan Dapat menemuk
13
biasa dilakukan 4.3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan masalah atau tidak. 5.Klien
5.1 Klien dapat
perilaku
an
kekerasan yang
carameny
biasa di lakukan
elesaikan
4.3.2 bicarakan
massalah
dengan klien apakah cara yang di lakukan masalahnya selesai 5.1.1. Bicarakan
Memban-
dapat
menjelaskan
dari
tu klien
mengi-
akibat dari cara
akibat
untuk
dentifikasi
yang di gunakan
/kerugian
menilai
akibat
klien
dari cara
perilaku
perilaku
yang di
kekerasan
kekerasan
lakukan
yang di
klien 5.1.2. Bersama
lakukan Dengan
klien
mengeta-
menyimpul
hui akibat
kan akibat
perilaku
cara yang di
kekerasan
gunakn oleh
di
klien
harapkan merubah
6. Klien
6.1 Klien dapat
6.1.1 Bantu klien
perilaku Memban-
dapat
mendemonstrasi
memilih cara
tu klien
mende-
kan cara
yang tepat
dalam
monstrasi
mengontrol
untuk klien
membuat
kan cara
perilaku
mengon-
kekerasan -fisik: tarik
trol prilaku kekerasan
nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman
6.1.2 Bantu klien
keputusan
mengidentifik
terhadap
asi manfaat
cara yang
cara yang di
di pilihnya
pilih
dengan
6.1.3 Bantu
melihat
14
-verbal:
keluarga klien
manfaat-
mengatakannya
untuk
secara langsung
mensimulasi
nya Agar klien
dan tidak
cara tersebut
menyakiti -spiritual: sembahyang berdoa atau ibadah lainnya
6.1.4 Berikan
dapat melaksana
inforcement
kan cara
positif
yang di
6.1.5 Anjurkan klien
pilihnya
untuk
jika ia
menggunakan
sedang
cara yang di
kesal
pelajari saat jengkel / 7. klien
7.1 Klien dapat
marah 7.1.1 Jelaskan
dapat
menyebutkan
jenis-jenis
keluarga
mengguna
obat-obat yang
obat yang di
dapat
kan obat –
diminum dan
minum klien
mengetah
obat yang
kegunaannya 7.2 Klien dapat
pada klien dan
ui nama-
di minum
minum obat
dan kegunaan nya (jenis,wak tu,dosis dan efek)
keluarga 7.1.2 Diskusikan
sesuai program
,manfaat
pengobatan
minum obat dan kerugian
diminum klien klien dapat
minum obat
kegunaan
taanpa izin
obat yang
mnum obat dengan benar 4. SP Tindakan Klien SP1P
yang
mengetahui
jika klien
Diagnosa
nama obat
berhenti
dokter 7.1.3 beri pujian
No
Klien dan
Keluarga SP1K
di konsumsi
15
Resiko Prilaku Kekerasan
1. Mengidentifikasi
penyebab
prilaku kekerasan 2. Mengidentifikasi
di tanda dan
gejala prilaku kekerasan 3. Mengidentifikasi
rasakan
keluarga
prilaku
kekerasan
pengertian
prilaku kekerasan, tanda dan gejala,
prilaku
dan
merawat klien 2. Menjelaskan
kekerasan yang di lakukan 4. Mengidentifikasi
1. Mendiskusikan masalah yang
prilaku
kekerasan,
serta proses terjadinya prilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol prilaku kekerasan 6. Menyebutkan cara mengontrol prilaku
kekerasan
fisik
1:
latihan napas dalam 7. Menganjurkan
klien
memasukan ke dalam kegiatan harian. SP2P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih
1. Melatih
keluarga
memperhatikan cara merawat klien mengontrol
prilaku kekerasan dengan cara fisik 2 : pukul kasur dan bantal 3. Menganjurkan
klien
memasukan kegiatan harian SP3P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih
SP2K
klien dengn prilaku kekerasan 2. Melath
keluarga
melakukan
cara merawat
langsung kepada klien prilaku kekerasan SP3K 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di
klien mengontrol
prilaku kekerasan dengan cara
rumah termasuk minum obat (discharge Planning)
16
verbal
2. Menjelaskan follow up klien
3. Menganjurkan
klien
setelah pulang
memasukan kegiatan harian SP4P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
SP4K
harian 2. Melatih prilaku
klien mengontrol kekerasan
dengan
spiritual 3. Menganjurkan klien memasukan kegiatan harian SP5P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih prilaku
klien mengontrol kekerasan
dengan
minum obat 3. Menganjurkan klien memasukan kegiatan harian
SP5K
17
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC Prabowo, Eko. 2013. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yosep, Iyus., 2010, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama