RPP Cerpen Reviu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu



: SMPN 4 SUNGAI LIMAU : Bahasa Indonesia : IX/1 : Teks Cerpen : 12 x 40 menit ( 4 kali pertemuan)



A. Kompetensi Inti KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran yang dianutnya. KI-2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan



lingkungan



sosial



dan



alam



dalam



jangkauan



pergaulan



dan



keberadaannya. KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.



B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1 3.5 Mengidentifikasi 3.5.1 Menjelaskan pengertian cerpen unsur pembangun 3.5.2 Menentukan ciri-ciri cerpen karya sastra dalam 3.5.3 Menjelaskan fungsi sosial cerpen teks cerita pendek 3.5.4 3.5.4 Mengidentifikasikan unsur intrinsik teks yang dibaca atau didengar. 3.5.5 cerpen yang dibaca atau didengarkan 3.5.6 3.5.5 Mengidentifikasikan unsur ekstrinsik teks cerpen yang dibaca atau didengarkan 2



4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang



4.5.1 4.5.2



Langkah-langkah menyimpulkan teks cerpen Menyimpulkan unsur intrinsik teks cerpen dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang 44



dibaca atau didengar 4.5.3



dibaca dan didengar Menyimpulkan unsur ekstrinsik teks cerpen dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca dan didengar



C. Tujuan Pembelajaran Melalui model pembelajaran discovery learning, peserta didik membaca dan berdiskusi menggali informasi dari berbagai sumber, diharapkan peserta didik dapat mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar dan menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar dengan rasa ingin tahu, teliti, bertanggung jawab, percaya diri, dan disiplin. D. Materi Pembelajaran 1. Materi Pembelajaran Reguler Fakta Contoh teks cerpen



Konsep



Prosedur



1. Pengertian Cerpen a. Membaca teks 2. Fungsi sosial cerpen untuk cerpen menceritakan kisah atau b. Mengidentifikasi peristiwa, untuk hiburan unsur intrinsik khalayak. dan ekstrinsik 3. Ciri-ciri cerpen cerpen 4. Unsur-unsur intrinsik cerpen c. Menyimpulkan a.Tema cerpen merupakan ruh unsur-unsur atau nyawa dari karya pembangun cercerpen/ide atau gagasan dasar pen dengan bukti  yang melatarbelakangi yang keseluruhan cerita dalam mendukung dari cerpen. cerita pendek b. Tokoh: pelaku/orang yang  yang terlibat dalam cerita. dibaca atau didec. Penokohan: penentuan watak ngar atau karakter/ sifat tokoh dalam cerita. Tokoh: - protagonis - antagonis - tritagonis - figuran d. Alur/Plot: Urutan/rangkaian jalan cerita dalam cerpen d. Latar c. Sudut pandang



Metakognitif Peserta didik menyadari dengan membaca dan mempelajarai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, ada nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang patut dicontoh dan diteladani untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.



45



penceritaan g. Konflik h. Amanat/pesan 5. Unsur ekstrinsik cerpen a. Biografi pengarang b. Nilai-nilai moral c. Budaya masyarakat d. Nilai religius 6. Simpulan unsur-unsur pembangun kaya sastra



2. Materi Pembelajaran Remedial  Mengerjakan tugas mengidentifikasi usur intrinsik dan ekstrinsik pembangun karya sastra pada lembar kerja yang disediakan(cerpen yang berbeda) secara kelompok.  Menyimpulkan unsur pembangun teks cerpen pada lembar kerja yang disediakan. 3. Materi Pembelajaran Pengayaan  Membaca cerpan yang lain, dan mengidentifikasi unsur pembangun teks cerpen dari dengan menunjukkan bukti tekstual secara individu. E. Metode Pembelajaran Pendekatan :Saintifik Model : Discovery Learning Metode : Diskusi, tanya jawab, ceramah. Media Pembelajaran 1. Media : Rekaman pembacaan cerpen dan teks cerpen tertulis . 2. Alat : Infokus, LCD, speaker. F. Sumber Belajar Trianto, Agus, dkk. 2018. Buku Siswa: Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas IX. Jakarta: Kemdikbud. Trianto, Agus, dkk. 2018. Buku Guru: Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas IX. Jakarta: Kemdikbud. Kosasih, E, dkk, 2018.Jenis-Jenis Teks: Bandung.Yrama Widya.



46



E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1(3x40 menit) 1



KEGIATAN PENDAHULUAN



Kecakapan Abad 21, LITERASI, PPK & HOTS



PENDIDIK Orientasi



Alokasi Waktu



20 menit Masuk ke kelas dengan mengucapkan salam dan menyapa peserta didik. Mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar, dengan mengecek kehadiran peserta didik. Berdoa bersama dipimpin oleh ketua kelas, sebelum mulai belajar



Santun Disiplin Ungkapan rasa syukur



Apersepsi



Pendidik dan peserta didik bertanya jawab HOTS, tentang pembelajaran sebelumnya. Contoh pertanyaan: kreatif, a. Apa yang materi yang sudah dipelajari komunikatif pada pertemuan sebelumnya? b. Mengapa kita perlu belajar berpidato? c. Apa saja yang perlu dipersiapkan oleh seorang yang akan berpidato d. Siapa yang bisa menyimpulkan tentang stuktur dan ciri kebahasaan teks pidato persuasif?



Motivasi



Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari teks Cerpen dalam kehidupan sehari-hari. Apabila materi dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh serta dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :



Rasa tahu



ingin



pengertian cerpen,penentukan ciri-ciri cerpen, menjelaskan fungsi sosial cerpen, 3.5.1 mengidentifikasikan unsur intrinsik dan ekstrinsik teks cerpen yang dibaca atau didengarkan Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang akan berlangsung Pemberian Acuan



Menginformasikan materi pelajaran yang akan Kreatif, dibahas pada pertemuan tersebut. Misalnya komunikatif dengan bertanya: Apakah Ananda pernah 47



membaca cerpen? Manfaat apa yang kita peroleh dengan suka membaca cerpen? Menginformasikan KD, indikator, tujuan pembelajaran, KKM, pada pertemuan yang akan berlangsung serta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menjelaskan secara garis besar materi pembelajaran yang akan dipelajari. Menjelaskan secara garis besar teknik penilaian 2 PESERTA DIDIK



Rasa tahu



ingin



Rasa tahu Rasa tahu



ingin ingin 90 menit



KEGIATAN INTI KEGIATAN LITERASI



SINTAKS PEMBELAJARAN



Stimulation (stimullasi/ pemberian rangsangan)



Mengamati/Memirsa



Menayangkan video yang relevan “ cerpen.” Peserta didik diminta mengamati video yang ditayangkan oleh guru.



Literasi



Bertanya jawab tentang informasi yang terdapat dalam tayangan yang ditonton.



Kreatif, komunikatif



Mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam Kreatif, video cerpen yang ditonton. komunikatif Pemberian contoh-contoh materi dalam kehidupan sehari-hari Membaca. Kegiatan literasi dilakukan dengan membaca materi dalam buku paket bahasa Indonesia kelas IX



Literasi



Menulis Menulis jawaban pertanyaan dari hasil membaca Literasi terkait teks cerpen yang di baca di buku latihan. Mendengar/ Menyimak Penjelasan materi teks teks cerpen oleh guru.



48



Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi pelajaran mengenai materi: Mengidentifikasi informasi teks teks cerpen



disiplin



untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian, mencari informasi. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)



Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan teks yang dibaca dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya : Mengajukan pertanyaan tentang materi: Informasi teks cerpen yang dibaca yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.



49



Data collection (pengumpulan data)



KEGIATAN LITERASI Peserta didik mengumpulkan iformasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan: Mengamati obyek/kejadian Mengamati dengan seksama materi yang ditayangkan melalui power point tentang teks cerpen yang disajikan Membaca sumber lain selain buku teks Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi cerpen Aktivitas Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan memirsa dan membaca yang akan diajukan kepada pendidik berkaitan dengan materi mengidentifikasi informasi. Wawancara/tanya jawab dengan narasumber Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi teks cerpen yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada pendidik. COLLABORATION (KERJASAMA) Peseta didik dibentuk dalam beberapa kelompok 3-4 orang Mendiskusikan



50



Peserta didik bersama teman kelompoknya membahas contoh dalam buku paket teks cerpen “Pohon Keramat” Mengumpulkan informasi Mencatat semua informasi tentang materi teks cerpen yang telah diperoleh pada lembar kerja, dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mempresentasikan Peserta didik secara bergiliran mempresentasikan materi teks cerpen “Pohon Keramat” dengan rasa percaya diri. Saling tukar informasi tentang materi : teks cerpen “Pohon Keramat” COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompoknya berdiskusi mengolah informasi tentang materi pembangun cerpen: Berdiskusi tentang data dari Materi : teks cerpen yang dibaca. Mengolah informasi dari materi teks cerpen yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaanpertanyaan pada lembar kerja. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi teks cerpen. Mengolah informasi dari materi teks cerpen yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan51



pertanyaan pada lembar kerja. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi teks teks cerpen yang dibagikan pendidik. Verification (menalar)



CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja sama, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi : materi teks cerpen. antara lain dengan : Peserta didik dan pendidk secara bersama-sama membahas jawaban soalsoal yang telah dikerjakan.



Generalization (mengkomun ikasikan)



COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan Menyampaikan hasil diskusi tentang materi informasi teks cerpen berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerja sama kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang materi :



52



materi teks cerpen “Pohon Keramat” Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentang Cerpen dan ditanggapi oleh kelompok lain. Bertanya atas presentasi tentang materi teks cerpen “Pohon Keramat” yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya. CREATIVITY (KREATIVITAS) Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi : materi teks cerpen Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik berkaitan dengan materi teks cerpen yang akan selesai dipelajari. Catatan : Selama pembelajaran materi teks cerpen berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan. 3 Peserta Didik



Pendidik



KEGIATAN PENUTUP



10 menit



 Mengagendakan pekerjaan rumah / resume untuk materi pelajaran materi teks cerpen berikutnya.  Mengagendakan materi atau tugas unjuk kerja yang harus dipelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau di rumah.  Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas unjuk kerja dengan benar diberi paraf diberi nilai untuk penilaian tugas  Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran materi teks cerpen kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.



H. Penilaian 53



a. Penilaian Sikap a) Penilaian sikap dilakukan dengan jurnal. b)Teknik: Observasi c) Instrumen Penilaian JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah : SMPN 4 Sungai Limau Kelas/Semester : IX/1 Tahun pelajaran : 2019/2020 No. Hari/tgl Nama Peserta Catatan Butir Keterangan Tanda Didik Perilaku Sikap Tangan 1. 2.



Tindak Lanjut



b. Penilaian Pengetahuan Instrumen Uraian



1) Teknik Penilaian : tes tulis 2) Bentuk Instrumen : uraian 3) Kisi-kisi Kisi-Kisi Penilaian Tes Tertulis (uraian) Nama Sekolah : SMPN 4 Sungai Limau Kelas/Semester : IX/1 Tahun Pelajaran : 2019/2020 NO



1



KOMPETENSI DASAR



MATERI



3.5 1. pengertian Mengidentifika cerpen si unsur - 2. ciri-ciri pembangun cerpen karya sastra  3.fungsi sosial dalam cerpen teks cerita pen- 4. unsur intrinsik dek teks Cerpen yang dibaca  yang dibaca atau didengar.



INDIKATOR



Jumlah Soal



Disajikan ilustrasi, peserta didik dapat:



Tes Tertulis Uraian



1. Jelaskanlan pengertian cerpen dengan tepat!



1



2. Tentukanlah 4 ciriciri cerpen!



1



3. Jelaskan 3fungsi sosial cerpen!



1



4. Disajikan cerpen, peserta didik dapat mengidentifikasi 5 unsur intrisik cerpen yang dibaca.



TEKNIK PENILAIAN



1



Instrumen/ butir soal. A. Bacalah ilustrasi pada lembar soal, kemudian jawablah soal nomor 1 s.d. nomor 54



3! 1. Jelaskanlan pengertian cerpen dengan tepat! 2. Tentukanlah 4 ciri-ciri cerpen! 4. Jelaskan 3fungsi sosial cerpen! B. Bacalah cerpen pada lembar soal kemudian jawablah soal nomar 4! 4. Identifikasilan 5 unsur intrinsik cerpen yang kamu baca



Rubrik Penilaian N o. 1.



2.



3.



4.



Aspek yang dinilai Pengertian cerpen



Ciri ciri cerpen



Fungsi sosial cerpen



Unsur intrinsik teks cerpen



Pedoman Penskoran Kriteria Penilaian



Skor



Peserta didik menulis pengertian cerpen dengan tepat



4



Peserta didik menulis pengertian cerpen agak tepat



3



Peserta didik menulis pengertian cerpen kurang tepat



2



Peserta didik menulis pengertian cerpen tidak tepat Peserta didik menulis 4 ciri cerpen dengan tepat



1 4



Peserta didik menulis 3 ciri cerpen dengan tepat



3



Peserta didik menulis 3 ciri cerpen dengan tepat



2



Peserta didik hanya menulis 1 ciri cerpendegan tepat



1



Peserta didik menulis 3 fungsi sosial cerpen dengan tepat



3



Peserta didik menulis 2 fungsi sosial cerpen dengan tepat



2



Peserta didik menulis 1 fungsi sosial cerpen dengan tepat



1



Peserta didik menulis lebih dari 5 unsur intrinsik dengan bukti yang tepat



4



Peserta didik menulis lebih dari 4-5 unsur intrinsik dengan bukti yang tepat



3



Peserta didik menulis lebih dari 2-3 unsur intrinsik dengan bukti yang tepat



2



Peserta didik menulis hanya 1 unsur intrinsik dengan bukti



1 55



yang tepat



NA= Jumlah skor perolehan Skor Maksimal (5)



X 100



Sungai Limau, …………. 2019 Mengetahui, Kepala SMPN 4 Sungai Limau



Edayati S.Pd.MM NIP.196006071984122002



Guru Mapel



Zulbaidah,S.Pd NIP. 196712312007012092



Lampiran 1 Format Identifikasi Unsur Pembangun Teks Cerpen/ Unsur Intrinsik



56



No Kelompok Nama Anggota



No 1 2 3 4 5 6 7



: :



Unsur Intrinsik



Bukti/ Data tekstual



Keterangan



Lampiran Pertemuan 2 Guru dan Pemuda Mabuk (Karya : Yadigastra) Detak jantungku berdegup kencang, lututku mulai terasa lemas dan sedikit gemetaran.Suasana yang sungguh kaku dan mencekam.Bagaimana tidak, sekarang telah duduk seorang pemuda berkulit hitam di sampingku.Wajahnya terlihat menakutkan dengan sedikit berewok yang tumbuh di sekitar wajahnya.Tubuhnya memang tidak berotot besar, tapi terlihat kekar dan kuat.Berkat kerja keras dari kecil, sehingga terbentuk otot kekar secara alami. Bukan sosoknya seperti itu yang membuatku takut dan gemetaran.Selain sedang mabuk berat akibat meminum alkohol, tapi benda yang terselip di balik bajunyalah yang membuatku cemas setengah mati. Aku hanya berdiam diri sejak pemuda itu mulai duduk di sampingku.Sesekali ku lirik pemuda itu, dia terlihat sangat ngantuk.Berkali-kali dia tertidur dalam posisi duduk, lalu terbangun lagi ketika tubuhnya hendak roboh. Aku tak tahu harus melakukan apa. Setiap kali pemuda itu melirikku, hanya bisa ku balas dengan senyum semanis-manisnya, agar aku tak di ganggunya, begitu pikirku. Pemuda itu kembali terbangun, saat tubuhnya hampir roboh.Lalu melirikku, aku tersenyum, tapi kali ini diikuti dengan kata-kata. “Tidur sudah!Su ngantuk berat itu.”Ucapku ramah. Dia hanya terdiam menatapku.Ku lirik benda yang terselip di balik bajunya, kembali cemas menghampiriku. Bisa saja, tiba-tiba dia marah dengan alasan yang tidak jelas, karena sedang mabuk.Lalu dicabutnya kapak yang terselip dan diayunkan ke arahku.Habislah aku.Meski ku tahan dengan tanganku, tangan ku pasti terluka parah.Parah lukaku tergangtung berapa kuat tenaga pemuda itu.Kalau aku pergi sekarang, dia malah makin tersinggung.Bisa saja, ketika aku pergi beberapa langkah, pemuda itu melempar kapaknya ke arahku. Cemas akan hal-hal seperti itu, membuatku berusaha menjaga jarak seaman mungkin. Tidak terlalu dekat, tidak juga terlalu jauh.Tidak membuatnya tersinggung dan tidak juga menimbulkan bahaya buatku. Pemuda itu terbangun lagi dengan cara yang sama. 57



“Su ngantuk berat itu, tidur sudah!”Kataku ramah.Dia menatapku.Aku cemas tapi berusaha ku sembunyikan. “Ko kerja dimana?”Tiba-tiba pemuda itu pun bertanya. Sejak turun dari truk yang ditumpanginnya tadi, pemuda itu hanya bersikap dingin padaku, walaupun sudah berkali-kali ku lempar senyum termanisku buatnya.Aku melakukannya agar dia tak berbuat buruk padaku, seperti yang dia lakukan pada sopir truk tadi.Memang dia belum sempat melukai supir truk itu, tapi ancamannya tidak main-main. “Kalau ko tara datang, sa kasih habis ko pu keluarga!”Ancam pemuda yang sedang mabuk tadi kepada supir truk, saat supir truk berjanji akan mengantarnya pulang setelah selesai kerja. “Ko lihat ini?”pemuda itu mempelihatkan kapak kepada sang supir. Jelas saja membuat keberanianku hilang.Apa lagi aku hanya pendatang disini, sedangkan pemuda itu adalah penduduk asli Papua. Atas dasar inilah kecemasanku datang.Apalagi sebelumnya, aku tak pernah berhadapan dengan orang yang sedang mabuk dan memegang senjata lagi.Setahuku, orang yang sedang mabuk bisa berbuat sesuatu yang mengerikan seperti membunuh orang. Beberapa hari yang lalu, terjadi pembunuhan di kota. setelah diusut, ternyata diketahuilah bahwa yang membunuh adalah salah satu suku Papua yang tinggal di Kota Sorong. mereka melakukannya saat sedang mabuk. Akibatnya pecahlah bentrok antar warga di kota, hingga menewaskan tiga orang. Aku berusaha menghindari bertemu dengan orang-orang yang sedang mabuk dan pada akhirnya aku harus duduk di samping pemabuk yang sangat ku hindari. Di Papua, mabuk-mabukan menjadi hal yang biasa. Setiap hari pasti ada saja yang mabuk-mabukan, tidak perlu menunggu perayaan-perayaan besar. Aku masih belum menjawab pertanyaan pemuda itu, takut jawabanku salah dan jadi boomerang buatku. “Sa ngajar di sana!”Tunjukku kearah sekolah tempat mengajar yang tidak terlalu jauh dari tempat kami duduk.Pemuda itu pun mengikuti arah telunjukku. “Di SMP itu kah?”Tanya pemuda itu lagi. “Iyo!” Pemuda yang sejak awal bertampang garang itu kini tampak mulai lembut. “Pak guru kah?” Pertanyaan pemuda membuatku senang setengah mati.Bagaimana tidak di sini, guru sangatlah dihormati. Bagai malaikat, mereka tidak akan berani sama guru dan tunduk hanya sama guru. Ku angkat kepalaku, dengan penuh percaya diri ku jawab pertanyaan pemuda itu. “Iyo…” “Pak guru!Sa minta maaf yeee! Sa tidak nakal pak guru, maaf pak guru!” “Iya, nggak apa-apa!”Ucapaku dengan bangga. “Maaf yee pak guru, sa tara nakal! Sa bawa kapak untuk jaga-jaga saja pak guru! Jangan hukum sa pak guru, sa tara nakal!”Ucap pemuda itu lagi.Aku tersenyum dengan tenang. “Tapi jangan dipakai buat bunuh orang ya!” “ah tidak pak guru, ini untuk jaga-jaga saja, kalau pak guru takut, pak guru bawa sudah!”Tawar pemuda itu, sambil memberikan kapak padaku.Jelas saja aku menolak. Bangga rasanya jadi seorang guru, walaupun hanya sebagai guru dari program pemerintah.Tapi pengalaman yang ku dapat luar biasa sekali, tugas di daerah pedalaman Papua yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.



58



Kunci Jawaban No



Unsur Ekstrinsik



1.



Nilai Pendidikan



2.



Nilai Sosial



3.



Nilai Agama



4.



Nilai Budaya



5.



Nilai Moral



6.



Nilai Ekonomi



Keterangan



Lampiran Pertemuan 3 Guru dan Pemuda Mabuk (Karya : Yadigastra)



59



Detak jantungku berdegup kencang, lututku mulai terasa lemas dan sedikit gemetaran.Suasana yang sungguh kaku dan mencekam.Bagaimana tidak, sekarang telah duduk seorang pemuda berkulit hitam di sampingku.Wajahnya terlihat menakutkan dengan sedikit berewok yang tumbuh di sekitar wajahnya.Tubuhnya memang tidak berotot besar, tapi terlihat kekar dan kuat.Berkat kerja keras dari kecil, sehingga terbentuk otot kekar secara alami. Bukan sosoknya seperti itu yang membuatku takut dan gemetaran.Selain sedang mabuk berat akibat meminum alkohol, tapi benda yang terselip di balik bajunyalah yang membuatku cemas setengah mati. Aku hanya berdiam diri sejak pemuda itu mulai duduk di sampingku.Sesekali ku lirik pemuda itu, dia terlihat sangat ngantuk.Berkali-kali dia tertidur dalam posisi duduk, lalu terbangun lagi ketika tubuhnya hendak roboh. Aku tak tahu harus melakukan apa. Setiap kali pemuda itu melirikku, hanya bisa ku balas dengan senyum semanis-manisnya, agar aku tak di ganggunya, begitu pikirku. Pemuda itu kembali terbangun, saat tubuhnya hampir roboh.Lalu melirikku, aku tersenyum, tapi kali ini diikuti dengan kata-kata. “Tidur sudah!Su ngantuk berat itu.”Ucapku ramah. Dia hanya terdiam menatapku.Ku lirik benda yang terselip di balik bajunya, kembali cemas menghampiriku. Bisa saja, tiba-tiba dia marah dengan alasan yang tidak jelas, karena sedang mabuk.Lalu dicabutnya kapak yang terselip dan diayunkan ke arahku.Habislah aku.Meski ku tahan dengan tanganku, tangan ku pasti terluka parah.Parah lukaku tergangtung berapa kuat tenaga pemuda itu.Kalau aku pergi sekarang, dia malah makin tersinggung.Bisa saja, ketika aku pergi beberapa langkah, pemuda itu melempar kapaknya ke arahku. Cemas akan hal-hal seperti itu, membuatku berusaha menjaga jarak seaman mungkin. Tidak terlalu dekat, tidak juga terlalu jauh.Tidak membuatnya tersinggung dan tidak juga menimbulkan bahaya buatku. Pemuda itu terbangun lagi dengan cara yang sama. “Su ngantuk berat itu, tidur sudah!”Kataku ramah.Dia menatapku.Aku cemas tapi berusaha ku sembunyikan. “Ko kerja dimana?”Tiba-tiba pemuda itu pun bertanya. Sejak turun dari truk yang ditumpanginnya tadi, pemuda itu hanya bersikap dingin padaku, walaupun sudah berkali-kali ku lempar senyum termanisku buatnya.Aku melakukannya agar dia tak berbuat buruk padaku, seperti yang dia lakukan pada sopir truk tadi.Memang dia belum sempat melukai supir truk itu, tapi ancamannya tidak main-main. “Kalau ko tara datang, sa kasih habis ko pu keluarga!”Ancam pemuda yang sedang mabuk tadi kepada supir truk, saat supir truk berjanji akan mengantarnya pulang setelah selesai kerja. “Ko lihat ini?”pemuda itu mempelihatkan kapak kepada sang supir. Jelas saja membuat keberanianku hilang.Apa lagi aku hanya pendatang disini, sedangkan pemuda itu adalah penduduk asli Papua. Atas dasar inilah kecemasanku datang.Apalagi sebelumnya, aku tak pernah berhadapan dengan orang yang sedang mabuk dan memegang senjata lagi.Setahuku, orang yang sedang mabuk bisa berbuat sesuatu yang mengerikan seperti membunuh orang. Beberapa hari yang lalu, terjadi pembunuhan di kota. setelah diusut, ternyata diketahuilah bahwa yang membunuh adalah salah satu suku Papua yang tinggal di Kota Sorong. mereka melakukannya saat sedang mabuk. Akibatnya pecahlah bentrok antar warga di kota, hingga menewaskan tiga orang. Aku berusaha menghindari bertemu dengan orang-orang yang sedang mabuk dan pada akhirnya aku harus duduk di samping pemabuk yang sangat ku hindari. Di Papua, 60



mabuk-mabukan menjadi hal yang biasa. Setiap hari pasti ada saja yang mabuk-mabukan, tidak perlu menunggu perayaan-perayaan besar. Aku masih belum menjawab pertanyaan pemuda itu, takut jawabanku salah dan jadi boomerang buatku. “Sa ngajar di sana!”Tunjukku kearah sekolah tempat mengajar yang tidak terlalu jauh dari tempat kami duduk.Pemuda itu pun mengikuti arah telunjukku. “Di SMP itu kah?”Tanya pemuda itu lagi. “Iyo!” Pemuda yang sejak awal bertampang garang itu kini tampak mulai lembut. “Pak guru kah?” Pertanyaan pemuda membuatku senang setengah mati.Bagaimana tidak di sini, guru sangatlah dihormati. Bagai malaikat, mereka tidak akan berani sama guru dan tunduk hanya sama guru. Ku angkat kepalaku, dengan penuh percaya diri ku jawab pertanyaan pemuda itu. “Iyo…” “Pak guru!Sa minta maaf yeee! Sa tidak nakal pak guru, maaf pak guru!” “Iya, nggak apa-apa!”Ucapaku dengan bangga. “Maaf yee pak guru, sa tara nakal! Sa bawa kapak untuk jaga-jaga saja pak guru! Jangan hukum sa pak guru, sa tara nakal!”Ucap pemuda itu lagi.Aku tersenyum dengan tenang. “Tapi jangan dipakai buat bunuh orang ya!” “ah tidak pak guru, ini untuk jaga-jaga saja, kalau pak guru takut, pak guru bawa sudah!”Tawar pemuda itu, sambil memberikan kapak padaku.Jelas saja aku menolak. Bangga rasanya jadi seorang guru, walaupun hanya sebagai guru dari program pemerintah.Tapi pengalaman yang ku dapat luar biasa sekali, tugas di daerah pedalaman Papua yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.



Anak Kebanggaan Semua orang, tua-muda, besar-kecil, memanggilnya Ompi. Hatinya akan kecil bila di 61



panggil lain. Dan semua orang tak hendak mengecilkan hati orang tua itu.Di waktu



mudanya Ompi menjadi klerk di kantor Residen. Maka sempatlah ia mengumpulkan harta yang lumayang banyaknya. Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki.



Mula-mula si anak di namainya Edward. Tapi karena raja Inggris itu turun takhta



karena perempuan, ditukarnya nama Edward jadi Ismail. Sesuai dengan nama kerajaan Mesir yang pertama. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum karena



maling dan membunuh, Ompi naik pitam.  Nama anaknya seolah ikut tercemar. Dan ia merasa terhina. Dan pada suatu hari yang terpilih menurut kepercayaan orang tua-tua,



yakin ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi mengadakan kenduri.Maka jadilah Ismail menjadi Indra Budiman. Namun si anak ketagihan dengan nama yang dicarinya sendiri, Eddy.



Ompi jadi jengkel. Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal di



tambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu. Tak beralih lagi. Namun dalam hati Ompi masih mengangankan suatu tambahan nama lagi di muka nama anaknya yang sekarang. Calon dari nama tambahan itu banyak sekali. Dan salah satunya harus dicapai tanpa peduli kekayaan akan punah. Tapi itu tak dapat dicapai dengan kenduri saja.Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti akan datang. Dan ia



menunggu dnegan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. Ketika Ompi mulai mengangankan nama tambahan itu, diambilnya kertas dan potlot. Di tulisnya nama anaknya, dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali.Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu.



"Ah, aku lebih merasa berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkan kemalangan ini.Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti dapat tertolong," katanya bila ada orang meninggal setelah lama menderita sakit.



Dan kalau Ompi melihat ada orang membuat rumah, lalu ia berkata, "Ah sayang. Rumahrumah orang kita masih kuno arsitekturnya.Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih indah."



Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah yakin, bahwa setahun demi setahun segala cita-citanya tercapai pasti.Dan benarlah.Ternyata setiap semester



Indra Budiman mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya di SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik.



Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air



mata Ompi berlinang kegembiraan. "Ah, Anakku," katanya pada diri sendiri, "Aku bangga,



Anakku.Baik engkau jadi dokter.Karena orang lebih banyak memerlukanmu.Dengan begitu 62



kau disegani orang.Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu, lima ribu akan kukirim, Anakku. Mengapa tidak?"



Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari.Seperti



calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan. Tapi semua orang tahu, bahkan tidak menjadi rahasia lagi bahwa cita-cita Ompi hanyalah akan menjadi mimpi semata.



Namun orang harus bagaimana mengatakannya, kalau orang tua itu tak hendak percaya. Malah ia memaki dan menuduh semua manusia iri hati akan kemajuan yang di capai



anaknya. Dan segera ia mengirim uang lebih banyak, tanpa memikirkan segala akibatnya. Dan itu hanya semata untuk menantang omongan yang membusukkan nama baik anaknya.



"Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku.Tapi ayah



mengerti, kalau mereka memfitnahmu itu karena mereka iri pada hidupmu yang



mentereng. Cepat-cepatlah kau jadi dokter, biar kita sumpal mulut mereka yang jahat itu," tulisnya dalam sepucuk surat.



Dan akhirnya orang jadi kasihan pada Ompi.Tak seorang pun lagi membicarakan



Indra Budiman padanya.Malah sebaliknya kini, semua orang seolah sepakat saja untuk memuji-muji. "Ooo, anak Ompi itu. Bukan main dia. Kalau tidak ke sekolah, tentu menghafal di rumah," kata seseorang yang baru pulang dari Jakarta menjawab tanya Ompi.



"Ke sekolah?Kenapa ke sekolah dia?"Ompi merasa tersinggung."Kalau studen tidak menghafal, tahu?Tapi studi.Tidak ke sekolah.Tapi kuliah." "O, ya, ya, Ompi. Itulah yang kumaksud." "Aku sudah kira Indra Budiman, anakku anak baik.Ia pasti berhasil. Aku bangga sekali. Ah, kau datanglah ke rumahku makan siang. Aku potong ayam."



Dan oleh perantau pulang lainnya dikatakan kepada Ompi."Siapa yang tak kenal dia. Indra Budiman.Seluruh Jakarta kenal.Seluruh gadis mengharap cintanya." Lalu Ompi geleng-geleng kepala dengan senyumnya."Bukan main.Bukan main.Indra



Budiman anakku itu.Ia memang anak tampan. Perempuan mana yang tak tergila-gila kepadanya. Ha ha ha. Ah, datanglah kau ke rumahku nanti. Ada oleh-oleh buatmu."



Kemudian kalau Ompi ketemu gadis cantik yang di kenalnya, ditegurnya: "Hai, kaukenal anakku, studen dokter itu, bukan? Nanti kalau ia pulang, aku perkenalkan padamu. Biar kau dipinangnya.Ha ha ha."



Si gadis tentu saja merah mukanya, karena merasa tersinggung.Tapi menurut Ompi,



muka merah itu karena malu tersipu. Dan ia jadi tambah gembira.



Akan tetapi ketika Ompi tahu aku bakal kawin, dia dapat ilham baru.Dia pun merasa pula, bahwa Indra Budiman sudah patut di tunangkan. Dan pada sangkanya, tentu Indra



Budiman akan gembira dan bertambah rajin menuntut ilmu, sebagai imbangan budi baik ayahnya yang tak pernah melupakan segala kebutuhan anaknya. Dan diharapkannya pula



kedatangan orang-orang meminang Indra Budimannya.Karena di kampung kami pihak 63



perempuanlah yang datang meminang.Sudah tentu harapan Ompi tinggal harapan saja.Tapi Ompi tak mau mengerti.Sikap keangkuhannya mudah tersinggung.Dan bencinya bukan kepalang kepada orang-orang tua yang mempunyai anak gadis cantik. Bahkan bukan kepalang meradangnya Ompi, jika ia tahu orang-orang mengawinkan anak



gadisnya yang cantik tanpa mempedulikan Indra Budiman lebih dulu. Tak masuk akal, orang-orang tak menginginkan anaknya, si calon dokter itu.Lama-lama rasa dendamnya pada mereka bagai membara."Awaslah nanti. Kalau Indra Budimanku sudah menjadi dokter, akan kuludahi mukamu semua. Sombong." Kepada



Indra



Budiman



tak



dikatakannya



kemarahannya



itu.Malah



sebaliknya.Dikatakannya, banyak sudah orang yang punya gadis cantik datang meminang.Tapi semua telah ditolak.Karena menurut keyakinannya, Indra Budimannya lebih mementingkan studi daripada perempuan.Apalagi seorang studen dokter tentu takkan



mau dengan gadis kampungan yang kolot lagi. "Pilihlah saja gadis di Jakarta, Anakku. Gadis yang sederajat dengan titelmu kelak," penutup suratnya.



Celakanya Indra Budiman yang selama ini menyangka bahwa tak mungkin ia dimaui oleh orang kampungnya, lantas jadi membalik pikirannya. Ia jadi sungguh percaya, bahwa sudah banyak orang yang datang melamarnya. Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui oleh orang kampungnya. Lupa ia bahwa semua



mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang bejat. Sejak itu berubahlah letak panggung sandiwara.Jika dulu si anak yang berbohong, si ayah yang percaya, maka kini si ayah yang menipu, si anak yang percaya.Lalu si anak mengharapkan kepada ayahnya supaya dikirimu foto-foto gadis yang dicalonkan. Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan foto gadis yang



kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar dari gadis yang sudah kawin atau bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal. Ia kirim



terus dengan harapan semoga anaknya tidak berkenan. Dan alangkah gembiranya Ompi, andaikata tidak ada sebuah pun dari foto-foto itu yang berkenan di hati anaknya.



Disamping itu ia sadar juga, bahwa kepalsuan sandiwaranya sudah tentu akan berakhir juga pada suatu masa. Anaknya pasti lama-lama tahu dan dengan begitu akan timbul kesulitan lain yang tak mudah di selesaikan.



Tapi rupanya Tuhan mengasihi ayah yang sayang kepada anaknya. Persis ketika



Ompi kehabisan foto para gadis itu, dengan tiba-tiba saja surat Indra Budiman tak datang



lagi. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya. Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan daging. Pasai ia menunggu,



dikiriminya surat. Ditunggunya beberapa hari.Tapi tak datang balasan.Dikiriminya lagi.Ditunggunya.Juga tak terbalas.Dikirim.Ditunggu.Selalu tak berbalas.Bulan datang, bulan pergi, Ompi tinggal menunggu terus.



Pada suatu hari yang tak baik, di kala Ompi sudah mulai putus asa, datanglah Pak 64



Pos dengan di tangannya segenggam surat. Maka darah Ompi kencang berdebar. Gemetar karena ia bahagia. Tetapi alangkah remuknya hati orang tua itu, karena ternyata pengantar



surat itu Cuma mengantarkan semua surat-suratnya yang dikembalikan. Ia tak percaya



bahwa surat-suratnya itu kembali. Ia seperti merasa bermimpi dan tubuhnya serasa seringan kapas yang melayang di tiup angin. Dibalik-baliknya surat itu berulang kali. Lalu



di bukanya dan dibacanya satu persatu. Dan tahulah ia, bahwa semuanya memang surat untuk anaknya yang ia kirimkan dulu. Tapi ia tak meyakininya dengan sungguh-sungguh.



Malah ia coba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia sedang bermimpi. Dan berdoalah ia kepada Tuhan, agar apa yang terjadi adalah memang mimpi. Semenjak itu segalanya jadi tak baik.Ia jatuh sakit, bahkan sampai mengigau. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi



bertambah menderita jua.Lahir dan batin.Kini dalam hidupnya hanya satu hal yang



dinantikannya. Yaitu surat. Surat dari anaknya, Indra Budimannya.Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu. Dan ia telentang di ranjangnya, enggan bergerak. Tapi matanya selalu lebar terbuka memandang langit-langit kelambu.Mata itu



kian hari semakin jadi besar tampaknya oleh badannya yang kian mengurus.Tapi mata yang lebar itu tiada cemerlang.Redup. Akan tetapi setiap sore, diantara jam empat dan jam lima, Ompi kelihatan seperti orang sakit yang bakal sembuh. Dan ia sanggup berdiri dan melangkah ke pintu depan.



Dan cahaya matanya kembali bersinar-sinar. Karena pada jam itu biasanya Pak Pos biasanya mengantarkan surat-surat ke alamatnya masing-masing. Tapi saat-saat seperti itu, yang membiarkan masa bahagia dan harapan, adalah juga masa yang menambah dalam luka hatinya, hingga lebih meroyak. Sebab selamanya Pak Pos itu tak mampir lagi membawakan surat dari Indra Budiman. Dan kalau Pak Pos itu telah lewat tanpa singgah, reduplah lagi mata Ompi.



Namun kemalangan itu bertambah lagi.Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk.Lama orang baru tahu dan memapahnya ke ranjangnya di kamar.Ompi jadi lumpuh dan habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu setiap sore.Ia kini menanti dengan telentang di ranjangnya. Sebuah kaca disuruhnya supaya di pasang pada dinding yang dapat memberi pantulan ke ambang pintu depan, sehingga ia akan serta-merta dapat melihat Pak Pos



mengantarkan surat Indra Budiman. Dan semenjak itu, pada setiap jam empat hingga jam lima sore, matanya akan menatap ke kaca itu. Hanya di waktu itu saja. Sedangkan di waktu lain Ompi seolah tak peduli pada segalanya.



Kami tak pernah lagi memanggil dokter setelah tiga kali ia datang. Karena



kedatangan dokter hanya akan memperdalam luka hatinya saja. Kehadiran dokter itu



menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra Budiman yang bakal  jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat. Kedatangan seorang dokter di pandangnya sebagai



suatu sindiran, bahwa anaknya masih juga belum berhasil menjadikan cita-citanya tercapai.



65



Ketika terakhir aku menemui dokter yang sudah enggan datang, dokter hanya



menggelengkan kepala saja."Aku tak mampu mengobatinya lagi. Carilah dokter lain saja. Atau bawa ia ke rumah sakit. Kalau semua tak mungkin, jangan tinggalkan dia sendirian.Bila perlu, meski dengan resiko besar, bangunkanlah kembali mahligai anganangannya."



Semenjak itu, berganti-ganti orang, aku menyediakan diriku selalu dekat Ompi.Aku sadar,



bahwa tiada harapan lagi buatnya hidup lebih lama.Itulah sebabnya tak kusampaikan kepadanya bahwa hari perkawinanku sudah berlangsung. Karena aku takut berita itu akan



menambah dalam penderitaannya. Di samping itu secara samar-samar aku elus terus harapannya yang indah bila Indra Budiman kembali. Kukarang cerita masa lalu dan angan-angan masa depan yang menyenangkan. Kuceritakan dengan hati yang kecut.



Aku pun tahu, tidak ada gunanya semua.Hanya satu yang dikehendakinya.Surat dari Indra Budiman. Surat yang mengatakan bahwa ia sudah lulus dan telah mendapat titel dokterya. Kadang-kadang terniat olehku hendak menulis sendiri surat itu. Tapi aku selamanya



bimbang, malahan takut, kalau-kalau permainan itu akan berakibat yang lebih fatal. Maka tak pernah aku coba menulisnya. Pada suatu hari terjadilah apa yang kuduga bakal terjadi. Tapi tak kuharapkan berlangsungnya.Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi. Hari waktu itu jam sebelas siang. Aku tahu itu pastilah bukan surat yang dibawanya. Melainkan sepucuk



telegram.Dan pada telegram itu pastilah bertengger saat-saat kritis sekali.Tergesa-gesa aku menyongsong Pak Pos itu ke ambang pintu.Maksudku hendak membuka telegram itu untuk mengetahui isinya lebih dulu. Dan jika perlu akan kuubah isinya. Agar terelakkan saat-saat yang menyeramkan.



Akan tetapi semua kejadian datang dengan serba tiba-tiba.Hingga gagallah



recanaku. Tak sempat aku membuka surat itu. Karena di luar segala dugaanku, Ompi yang sudah lumpuh selama ini, telah berada saja di belakangku.Sesaat ketika aku menerima dan



menandatangani resi telegram itu.Gemetar kaki Ompi mendukung tubuhnya yang



kisut.Tangannya berpegang pada sandaran kursi.Dan aku kehilangan kepercayaan pada pandangan mataku sendiri.Kekuatan apakah yang menyebabkan Ompi bisa berdiri dan bahkan berjalan itu.Aku tak tahu.



"Bukalah.Bacakan segera isinya." Ompi berkata seperti ia memerintah orang-orang di waktu mudanya dulu.



Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan tangan yang menggigil.Sekilas saja



tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis sudah sampai di puncaknya.Indra Budiman dikabarkan sudah meninggal.



"Telegram dari anakku?Apa katanya? Pulanglah dia membawa titel dokternya?"Ompi bertanya dengan suara yang mendesis tapi terburu-buru berdesakan keluar.



Tak tahulah aku, apa yang harus kukatakan. Dan kuharapkan sebuah keajaiban yang 66



diberikan Tuhan untuk membebaskan aku dari siksa ini.Tapi keajaiban tidak juga datang.Aku mengangguk. Sedang dalam hatiku berteriak, terjadilah apa yang akan terjadi.



Ompi terduduk di kursi.Matanya cemerlang memandang.Tangannya diulurkannya



kepadaku meminta telegram itu.Aku merasa ngeri memberikannya. Tapi aku tak bisa berbuat lain. Telegram itu kusodorkan ke tangannya.Telegram itu digenggamnya erat.Lalu didekapkan ke dadanya."Datang juga apa yang kunantikan," katanya.



Sepi begitu menekan, sehingga aku dapat mendengar denyut jantungku sendiri. "Ah, tidak.Aku takkan membaca telegram ini. Aku takut kegembiraanku akan meledakkan



hatiku. Kaubacakan buatku.Bacakan pelan-pelan.Biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala saraf sarafku," kata Ompi dengan terputus-putus.



Dalam kegugupan kususun sebuah taruhan jiwa dan sesalam bagi selama hidupku.Akan



kukarang kisah yang menyenangkan hatinya.Tapi telegram itu tak diberikannya padaku.Masih terletak pada dekapan dadanya.Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya menyinarkan cahaya yang cemerlang.



"Tak usah dibacakan.Takkan sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas oleh kebahagiaan yang datang bergulung ini. Aku mau sehat.Mau kuat dulu.Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku.Panggilkan dokter.Panggilkan. Biar aku jadi segar bugar pada waktu anakku, Dokter Indra Budiman, datang. Pergilah.Panggilkan dokter," kata Ompi dengan gembira.



Dan telegram itu dibawa ke bibirnya.Diciumnya dengan mesra. Lama diciumnya seraya matanya memicing. Selama tangannya sampai terkulai dan matanya terbuka setelah kehilangan cahaya.Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya. Kunci Jawaban No



Unsur teks cerpen



1.



Tema



2.



Tokoh



3.



Penokohan



4.



Latar



5.



Alur



6.



Sudut Pandang



7.



Amanat



Ditemukan Guru dan Pemuda Mabuk



Anak Kebanggan



67



8.



Nilai Pendidikan



9.



Nilai Sosial



10. Nilai Agama 11. Nilai Budaya 12. Nilai Moral 13. Nilai Ekonomi



68



Lampiran Pertemuan Ke Empat N o



Kunci Jawaban Unsur Intrinsik



Teks Cerpen Tema



1.



Tokoh



Penokohan



Latar



Alur



Unsur Ekstrinsik Amanat



Sudut Pandang



Guru dan Pemuda Mabuk Bukti/Kutip an



2.



Anak Kebanggan Bukti/Kutip an Kesimpulan



44



No



Unsur teks cerpen



1.



Tema



2.



Tokoh



3.



Penokohan



4.



Latar



5.



Alur



6.



Sudut Pandang



7.



Amanat



8.



Nilai Pendidikan



9.



Nilai Sosial



10. Nilai Agama 11. Nilai Budaya 12. Nilai Moral 13. Nilai Ekonomi



,



Ditemukan Guru dan Pemuda Mabuk



Anak Kebanggan



Bukti /Data Tekstual