RPP Gamelan Jawa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu A.



: : : : :



SMA Muhammadiyah Randublatung Bahasa Jawa XII/Ganjil Teks Eksposisi Gamelan Jawa 4 x 2 jam pelajaran



Kompetensi Inti (KI) KI 1 KI 2



KI 3



KI 4



Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.



B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No 3.1



4.1



Kompetensi Dasar Menelaah teks eksposisi tentang gamelan.



Menulis teks eksposisi tentang gamelan.



No 3.1.1



Indikator Pencapaian Kompetensi Memahami struktur teks eksposisi gamelan secara tulisan.



3.1.2



Mengidentifikasi struktur dan kaidah teks gamelan Jawa lisan maupun tulisan.



3.1.3



Menganalisis isi teks gamelan Jawa lisan maupun tulisan.



3.1.4



Mengevaluasi relevansi dengan masa kini isi teks gamelan Jawa lisan maupun tulisan. Menjelaskan isi teks gamelan Jawa lisan maupun tulisan.



4.1.1



4.1.2



Memroduksi teks eksposisi gamelan Jawa atau tema yang lain secara lisan maupun tulisan.



4.1.3



Menyunting kesalahan penulisan teks gamelan Jawa atau tema yang lain hasil karya teman.



4.1.4



Menyajikan teks wacana gamelan Jawa secara lisan.



C. Tujuan Pembelajaran KI 3 : Setelah mendiskusikan teks eksposisi gamelan Jawa, siswa dapat : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban



terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Setelah mendiskusikan teks eksposisi gamelan Jawa, siswa dapat : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. D. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Materi Pembelajaran Struktur dan kaidah Pilihan kata Pokok-pokok isi Nilai-nilai luhur Cara menulis teks eksposisi Cara menyunting teks



E. • • • •



Metode Pembelajaran Inquiry, discovery learning Diskusi Eksperimen Kerja kelompok dan Kaji Pustaka



F. 1. • 2. • •



Media dan Alat Pembelajaran Media : Internet Alat/bahan LCD, Tape recorder,laptop Buku, aplikasi e-gamelanku, dan eGamelan udinus.



G. Sumber Belajar • Gandung, dkk. 2014.Prigel Basa Jawa: SMA/SMK/MA kelas XII, Hal 39-48 Jakarta: Penerbit Erlangga. • Bausastra Jawa • http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/2012/09/mengenal-seperangkat-gamelan-jawa.html • http://marienthahera.blogspot.co.id/2013/12/gamelan.html H. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan I No Kegiatan Pembelajaran 1 Kegiatan Pendahuluan  Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya  Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.  Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan  Apersepsi dan Motivasi.  Contoh teks cerita gamelan Jawa digunakan sebagai stimulan dengan sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan ini (naskah diserahkan pada guru untuk memilih) 2 Kegiatan Inti Mengamati  Kelas dibagi menjadi 10 kelompok  Tiap-tiap kelompok membaca dan memahami teks eksposisi tentang gamelan dan mendokumentasikan temuannya sesuai dengan konsep yang ada.  Secara individu siswa berkontribusi dalam mengidentifikasi menemukan isi teks eksposisi tentang gamelan. Menanya  Antar siswa dalam kelompok saling bertanya dan berkonfirmasi



Waktu 10 menit



60 menit



3



tentang isi teks yang dibahas jika terdapat perbedaan atas temuan masing-masing.  Setiap siswa menceritakan kembali isi teks eksposisi tentang gamelan.  Dalam kelompok, subkelompok siswa membaca teks eksposisi tentang gamelan Jawa untuk dicocokkan dengan ciri-ciri yang ditemukan atas pengamatan dan tanya jawabnya. Mengumpulkan informasi  Siswa menemukan isi teks yang dikaji dan dibahasnya  Siswa bertukar temuan bersama anggota kelompok  Siswa perwakilan kelompok menguraikan isi teks gamelan Jawa dari teks yang dikajinya untuk bahan bahasan dengan kelompok lain Mengasosiasi  Siswa mengelompokkan isi teks gamelan Jawa berdasarkan naskah hasil tukar gagasan bersama kelompok lainnya.  Siswa menyimpulkan isi teks. Mengomunikasikan  Perwakilan tiap-tiap kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk oleh guru) menyampaikan simpulannya. - Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang teks gamelan Jawa. Kegiatan Akhir  Bersama siswa menyimpulkan isi teks gamelan Jawa  Memberikan tugas mencari contoh karya lain yang tergolong pada gamelan Jawa. Melaksanakan tes



20 menit



Pertemuan 2 No Kegiatan Pembelajaran 1 Kegiatan Pendahuluan  Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan teks eksposisi gamelan Jawa  Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (teks gamelan Jawa) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan (gamelan Jawa)  Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan  Apersepsi dan motivasi  contoh teks gamelan Jawa baru digunakan sebagai stimulan dengan pertanyaan untuk memasuki kegiatan Inti 2 Kegiatan Inti Mengamati  Kelas dibagi menjadi 10 kelompok (sesuai dengan jumlah teks gamelan Jawa)  Masing-masing kelompok membaca dan mencermati (mencari dan menemukan ciri-ciri naskah yg dibaca) dan mendokumentasikan hasil penemuan-nya sesuai dengan teks gamelan Jawa yang dibacanya.  Secara individu mengidentifikasi hasil temuannya tentang ciri-ciri gamelan Jawa berdasarkan naskah yang dicermatinya. Menanya  Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya berkaitan dengan teks eksposisi gamelan Jawa  Mempertanyakan konsep tentang karakter gamelan Jawa untuk dicocokkan dengan ciri-ciri hasil temuan atas pengamatan dan tanya jawabnya



Waktu 10 menit



60 menit



3



Mengumpulkan informasi  Siswa merumuskan karakter naskah gamelan Jawa yang dikajinya dan membahasnya, bertukar temuan bersama anggota kelompok.  Menguraikan karakter gamelan Jawa dari naskah yang dikajinya untuk bahan bahasan dengan kelompok lain Mengasosiasi  Siswa mengelompokkan karakter gamelan Jawa berdasarkan naskah hasil tukar gagasan bersama kelompok lainnya.  Siswa menyimpulkan isi teks eksposisi gamelan Jawa. Mengomunikasikan  Perwakilan masing-masing kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk guru) menyampaikan/menayangkan hasil kesimpulannya.  Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang deskripsi karakteristik gamelan Jawa. Kegiatan Akhir  Bersama siswa menyimpulkan karakteristik gamelan Jawa.  Memberikan tugas mencari contoh karya lain yang tergolong pada gamelan Jawa. Melaksanakan tes



20 menit



Pertemuan 3 No Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Pendahuluan 10 menit  Siswa merespon salam dan mengondisikan kelas.  Tanya jawab tentang teks gamelan Jawa.  Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (teks gamelan Jawa) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.  Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.  Apersepsi dan motivasi 2 Kegiatan Inti 60 menit Mengamati  Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok.  Masing-masing kelompok diberi data (konteks) yang berisi berbagai penggalan dari Struktur gamelan Jawa.  Secara individu di tiap kelompok mencermati data yang dibagikan guru.  Dengan kemampuan individu, masing-masing siswa mencari, menemukan, menuliskan ciri tiap penggalan yang dicermatinya. Menanya  Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya isi teks eksposisi gamelan Jawa  Mendefinisikan atas dasar temuannya.  Membandingkan konsep tentang struktur gamelan Jawa untuk dicocokkan dengan ciri-ciri hasil temuan atas data yang dikajinya. Mengumpulkan informasi  Siswa bereksperimen untuk merumuskan maksud struktur teks gamelan Jawa.  Menyiapkan alasan dan penjelasan atas ciri tiap struktur gamelan Jawa secara berkelompok. Mengasosiasi  Siswa mencoba menyampaikan tentang struktur gamelan Jawa menurut versi kelompok dengan mengacu pada konsep yang



3



dibahasnya.  Menyiapkan deskripsi struktur gamelan Jawa berdasarkan estimasi kelompoknya. Mengomunikasikan  Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil deskripsi tentang teks gamelan Jawa.  Tukar gagasan melalui diskusi kelas untuk mencapai kesimpulan klasikal tentang struktur gamelan Jawa. Kegiatan Akhir  Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru tentang kesimpulan struktur gamelan Jawa.  Penilaian performen, lisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses kegiatan inti



20 menit



Pertemuan 4 No Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Pendahuluan 10 menit  Siswa merespon salam dan dilanjutkan dengan pengondisian kelas  Tanya jawab tentang teks gamelan Jawa.  Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (teks gamelan Jawa) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.  Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.  Tanya jawab tentang teks gamelan Jawa sebagai apersepsi dan bahan motivasi. 2 Kegiatan Inti 60 menit Mengamati  Mencermati teks eksposisi gamelan Jawa  Secara individu siswa menceritakan kembali isi teks tentang gamelan Jawa Menanya  Masing-masing siswa membuka dokumen kerja individu tentang teks gamelan Jawa yang disimpulkan pada pertemuan sebelumnya  Tiap siswa saling menanyakan tentang isi teks gamelan Jawa. Mengumpulkan informasi  Masing-masing siswa mulai menyusun teks eksposisi gamelan Jawa.  Tiap siswa mencoba menyiapkan komentar tentang filosofi gamelan Jawa yang dibuat oleh temannya. Mengasosiasi  Siswa secara berkelompok menginterpretasi amanat dan keindahan yang ditangkap pada gamelan Jawa yang digubah oleh temannya.  Menyiapkan amanat dan keindahan yang ditangkap pada gamelan Jawa yang digubah oleh temannya dalam deskripsi singkat untuk bahan presentasi kelas. Menyajikan  Mempresentasikan teks gamelan Jawa gubahannya secara lisan/tulisan dalam kelompoknya. - Mewakili kelompoknya mempresentasikan gamelan Jawa gubahannya secara lisan/tulisan dalam kelas. 3 Kegiatan Akhir 20 menit  Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru tentang kesimpulan isi teks eksposisi gamelan Jawa.  Mencari karakteristik pada karya teks gamelan Jawa gubahan siswa.



 



I.



Menyajikan salah satu gamelan Jawa gubahan siswa sebagai wujud interpretasi dan apresiasi. Penilaian performen, lisan, tulisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses kegiatan inti.



Penilaian Hasil Pembelajaran a. Penilaian Pengetahuan 1. Teknik : Tertulis 2. Bentuk : Uraian 3. Instrumen : Gatekna teks eksposisi ngenani gamelan Jawa ngisor iki! 1. Sawise maca teks eksposisi gamelan Jawa punika, apa bae jinis-jinise piranti gamelan? 2. Jlentrehna wujud lan kepiye cara nabuh saben piranti gamelan kasebut!



b. Penilaian Keterampilan 1. Teknik : Kinerja 2. Bentuk : Praktik dan tes tulis ketrampilan 3. Instrumen : Gaweya teks eksposisi ngenani materi gamelan kanthi milih salah siji piranti gamelan jumbuh karo struktur lan kaidah teks eksposisi!.



Mengetahui,



Blora,



Juni 2018



KepalaSekolah,



Guru Bahasa Jawa



Suntara, S.Si



Eko Adhi Marsudi U, S.Pd



NBM : 823 470



NBM :



LAMPIRAN I



MATERI AJAR Wacana Eksposisi Wacana eksposisi yaiku wacana kang njlentrehake utawa medharake sawijining bab kanggo pamaos. Supaya pamaos pikoleh informasi kang genep babagan sawijining objek, sabanjure pangerten pamaos bisa mundhak. Mula saka iku, karangan eksposisi asipat menehi ngerti, ngonceki, aweh pamrayoga (saran), utawa ngandharake sawijining bab. Panulisane iki bisa ditindakake lumantar sadhengah cara njlentrehake, ing antarane proses lan ilustrasi. Bab kang dijlentrehake ing wacana eksposisi bisa awujud: 1. Data faktual, yaiku sawijining kahanan kang nyata, kedadeyan ana, lan bisa asipat historis (bisa dicritakake kanthi cetha). 2. Sawijining analisis utawa panapsiran objektif marang saperangan pakta. 3. Pakta ngenani pawongan kang gondhelan kenceng marang sawijining keyakinan. Eksposisi kudu ngemot perangan-perangan kaya andharan iki: 1. Jlentrehake panemu, gagasan, lan keyakinan 2. Mrelokake pakta kang dikuwatake utawa dicethakake kanthi angka, peta statistik, grafik, organigram, gambar, lan sapiturute. 3. Mrelokake analisis lan sintesis nalika ngonceki bahan lan pakta. 4. Nggoleki sumber ide saka pangalaman, pengamatan, tumindak, lan keyakinan. Pathokan panulise eksposisi: 1. Eksposisi mung ngupaya kanggo nyethakake utawa njlentrehake sawijining pokok prastawa/persoalan. 2. Isi eksposisi ora duwe karep ngundang reaksi, ndayani tumindak lan panemune pamaos. 3. Gaya eksposisi kudu informatif lan ngyakinake. 4. Basa eksposisi minangka basa pawarta tanpa rasa subjektif lan emosional 5. Ing eksposisi, pakta-pakta mung digunakake dadi piranti konkritisasi, maksude gawe rumusan lan kaidah kang dijlentrehake supaya tambah cetha (ora dadi pambuktine). 6. Eksposisi ngupaya kanggo njembarake pamawas lan pangretene pawongan marang objek kang dirembug. 7. Panulis eksposisi kudu ngerti prastawa kang diandharake, 8. Panulis eksposisi kudu prigel nganalisis prastawa kanthi cetha lan konkret.



Materi Teks Eksposisi Gamelan Jawa Gamelan iku salah sijiné seni musik tetabuhan tradhisional aseli saka Indonésia utamané ingpulo Jawa, Madura, Bali lan Lombok. Tembung gamelan dhéwé iku asalé saka basa Jawayaiku "gamel" kang duwé makna "tabuh". Isi gamelan iku saprangkat piranti musik sing dienggo ngiringi tembang, utawa ditabuh tanpa tembang minangka klenèngan. Jinis musik iki kasebar nganti tekan pulo-pulo ing saindenging tlatah Nusantara lan saiki malah wis kasebar rata



nganti Amérika, Éropah lan tlatah liyané. Jinis musik tradhisional liya sing mèmper karo gamelan uga ana ing Filipina, Malaysia lan Suriname. Gamelan duwéni melodhi kang magis utawa nduwé daya supranatural, mula swarané gamelan diarani mélodi utawa wirama perkusi kang magis. Pagelaran gamelan uga ana kang ngarani orkestra gamelan Jawa. Ing buku kang irah-irahané Music of Java, Jaap Kunst nerangaké yèn gamelan iku kaya komparasi saka cahya rembulan lan milinébanyu, misterius kaya cahya rembulan lan obah utawa dinamis kaya milining banyu. Gamelan kalebu perangan ing kabudayan Jawa. Ing Jawa gamelan biyasané kanggo musik pangiring pagelaran wayang kulit utawa ringgit, tari, uyon-uyon. Jinisé laras ing gamelan ana loro yaiku laras pélog lan laras sléndra. Saben sèt gamelan nduwéni instrumén kanggo laras pélog lan sléndro. Ricikan/instrumèn gamelan sajroning karawitan sacara fungsional musikal digolongake dadi telung klompok, yaiku :  Klompok ricikan balungan, yaiku; ricikan-ricikan kang lagu dolanané kuwi cedhak banget karo rangka gendhing (balungan gendhing). Ricikan utawa instrumèn gamelan ing kelompok iki, yaiku; 1. Saron



Saron iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Saron iku diso'ake langsung ing wilah kayu ing loro sisi ngisore. Saron bentuké kaya lèmpèngan emas kang disusun ing kayu. Saben lèmpèngan nduwèni titilaras kang béda. Ana 3 jinis saron yaiku: · Saron panerus (ing laras slendro: Peking) · Saron barung biasa disebut saron · Saron demung biasa disebut demung Wujud wilah saron iki meh padha karo wilah gambang, bedane nek wilah saron digawe saka logam (umume sing apik perunggu), nek wilah gambang digawe saka kayu. Tabuh saron digawe saka kayu sing rada empuk, wujude kaya palu. Wilah saron ana 7, masing-masing dawane sekitar 20 cm. 2. Demung Saron demung utawa asring disebut demung iku salah sawijining piranti gamelan Jawa sing ditabuh lan mlebu kelompok piranti saron.



Iki jinis saron paling gedhé ukuranè, sing paling cilik pekingsing tengah-tengah saron barungtembè demung. Ana 2 jinis saron demung yaiku pelog demung lanslendro demung. 2 jinis piranti panerus iki ndhuwe laras beda-beda. Wilah saron demung iki paling gedhè ing kelompok saron ukurane kira-kira 35,5 Cm dawa lan ambanè 9 Cm. Saron demung ndhuwé swara paling rendah ing kelompok saron. 3. Saron Barung Saron barung iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh lan mlebu kelompok piranti saron. Iki jinis saron tengah-tengah yaiku antara peking lan demung. Ana 2 jinis saron panerus yaiku pelog barung lan slendro barung. 2 jinis piranti panerus iki nduwe laras beda-beda. Wilah saron barung iki luwih gedhe dibanding saron panerus ning luwih cilik dibanding saron demung. Wilah sing luwih dhuwur swarane, ukurane luwih cilik. Wilah saron panerus uga ana 7. Saron barung nduwe swara luwih dhuwur sakoktaf dibanding saron demung. 4. Saron Panerus Saron panerus iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Saron panerus iku diso'ake langsung ing wilah kayu ing loro sisi ngisore. Ing laras slendro, saron panerus diarani Peking.



Iki jinis saron sing paling cilik saka bentuk balungan liyané yaikusaron lan demung. Ana 2 jinis saron panerus yaiku pelog paneruslan slendro panerus. 2 jinis pirantipanerus iki nduwé laras béda-béda. Penabuhé luwih cilik tinimbang penabuh saron liyané, sing apik digawe saka sungu kebo. Wilah saron panerus iki luwih cilik tinimbang saron barung landemung nanging wilahé luwih kandel. Wilah sing luwih dhuwur swarané, ukurané luwih cilik. Wilah saron panerus uga ana 7, sing paling cilik dawané watara 18 cm lan amba 4 cm. Saron panerus nduwé swara luwih dhuwur sak oktaf dibandingaké karo saron barung. Cara nabuh saron panerus kuwi béda karo carané nabuh saron lan demung, yaiku tikel loro saka tabuhan saron lan demung. 5. Slenthem Slenthem iku salah siji piranti gamelan Jawa sing ditabuh. Slenthem iku disokaké ing panggon sing fungsiné kaya ayunan lan ing ngisoré ana tabung utawa silinder kanggo ngetokaké gema swarané.



Miturut konstruksiné, slenthem iku kalebu kaluwarga gendér; utawa dijenengi gendér panembung. Nanging slenthemduweni bilah padha karo bilahsaron; Slenthem oktafé paling ngisor yen ing klompok instrumensaron. Kaya demung lan saron barung, slenthem mainake lagu balungan karo wilah sing terbatas. Wujud slenthem iki meh padha karo gendér. Ananging gedhe wilahé luwih gedhe tinimbang gendér. Arupa lèmpèngan kuningan utawa wesikang nduwéni titilaras. Lémpéngan iki kabentuk kanthi resonansi pringkanggo mbanteraké swara.



6. Rebab



Rebab iku piranti kang nyuwara saka ginèsèké senar lan senar. Rebab iku salah sawijine racikan gamelan kang cara nabuhe utawa ngunekake kanthi digesek. Rebab iku piranti musik sakaArab/Timur Tengah. Nanging, saiki rebab wis ora asing ing tlatah Jawa. Saiki rebab wis asring digunakake kanggo ngiringi gendhing-gendhing Jawa, nalika pentas wayang, kethoprak, lan ing langgam-langgam. 7. Kendhang Kendhang iku salah sijining piranti gamelan Jawa sing ditabuh nganggo kombinasi antara tlapakan karo driji, dadi ora nganggo tabuh. Ing musik modhèrn, piranti iki digolongaké



piranti perkusi. Kendhang disèlèhaké ing wadhah panyangga saka kayu sing wujudé mèmper huruf Y. Kendhang ing musik gamelan fungsiné kanggo mimpin lan ngarahaké musik. Kendhang nduwèni jinis lan ukuran kang werna-werna. Ukurané kendhang antarané 20 cmnganti 45 cm. Kendhang bentuké kaya drum lan dimainaké kanthi cara ditabuh.



Wujudé mèh silindher,simetris, ing salah siji sisih rada gedhé tinimbang sisih lawané. Bagéyan sing luwih gedhé umumé disèlèhaké ing tengening panabuh. Kendhang iki ukurané luwih cilik tinimbang bedhug. Ana 4 jinis kendhang sing umum dienggo ing gamelan yaiku: (urutan saka sing paling gedhé ukurané) · Kendhang gendhing utawa kendhang ageng, nduwé nadha swara paling cendhèk · Kendhang wayangan · Kendhang batangan utawa ciblon · Kendhang ketipung, nduwé nadha swara paling dhuwur Piranti gamelan iki fungsiné kanggo ngatur irama utamané yèn arep ngowahi irama uga kanggo ngatur tempo musik supaya ajeg. Kendhang uga sok kanggo tengeran babak-babak ing reroncèn musik gamelan lan ing pérangan akir utawa panutup swara suwukan. Akèh jinis swara sing isa diasilaké saka piranti kendhang iki yaiku antarané: · Dlong : swara iki metu saka tengah bagéyan kendhang sing gedhé (kejaba kendhang ketipung), ditabuh nganggo kabèh driji lan sabagéyan tlapakan sing langsung diculaké. Swara iki nduwé nadha paling cendhèk. · Dhah : swara iki metu saka sisi utawa pinggir bagéyan kendhang sing gedhé (kejaba kendhang ketipung), ditabuh nganggo kabeh driji lan sabagéyan tlapakan tangan sing langsung diculaké. · Thung : swara iki metu saka tengah bagéyan kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo driji sing langsung diculaké. Yèn ing kendhang ketipung, swara iki metu saka bagéyan kendhang sing gedhé ning ditabuh nganggo jempol utawa driji panuding sing langsung diculaké. · Ket : swara iki metu saka pérangan tengah kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo pucuk driji utamané pucuk driji panuding, driji panunggul karo driji manis lan ora langsung diculaké (tetep nempèl) utawa nutup. · Tong : swara iki metu saka sisi utawa pinggir bagéyan kendhang sing cilik, ditabuh nganggo pucuk driji panunggul lan driji manis lan langsung diculaké. · Tak : swara iki metu saka bagéyan kendhang sing cilik, ditabuh nganggo kabeh driji lan sabagéyan tlapakan tangan lan ora diculaké utawa tetep nempèl, déné tlapakan tangan tengen nempèl ing bagéyan kendhang sing gedhé. Swara iki nduwé nadha paling dhuwur. · Deng : swara iki metu saka bagéyan kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo kabèh driji ono ing sisih pinggir kendhang. Sumber : Hari Kendhang Kabupaten Madiun. Notasi swara kendhang sing umum dienggo yaiku: · Swara dlong diwakili simbol D · Swara dhah diwakili simbol b · Swara thung diwakili simbol p · Swara ket diwakili simbol k · Swara tong diwakili simbol o · Swara tak diwakili simbol t · Swara deng diwakili simbol B 8. Gendèr



Gendèr iku salah siji pirantigamelan Jawa. Gendèr ing gamelan sléndro nduwèni 11-12 wilah sing tipis lan digawé saka logam, menawa ana ing gamelan pélognduwèni 12-13 wilah, nanging ana uga gendèr sing mung nduwèni 7 wilah. Wilah-wilah iku ditata ana ing tali kang dipasang ing kayu kang ana ing kiwa tengené. Ana ing sangisoré wilah-wilah mau dipasang bumbung, kang gunané kanggo kothak swara. Bumbungbumbung iku dikethok kanthi ukuran manéka rupa. Kanggo nadha sing paling ngisor, bumbungé utawa pringé dikethok sing paling ngisor rosé. Kanggo nadha sing luwih dhuwur dikethokaké pring utawa bumbung sing luwih dhuwur. Piranti sing kanggo nabuh utawa tabuh gendèr biasané luwih cendhèk ketimbang gambang sing digawé saka kayu. Instrumèn gendèr ditabuh nganggo tabuh sing wujudé bundher (dilapisi nganggo kain) kanthi cekelan sing cendhak. Carané nyekel gendèr yaiku antarané driji tuding karo driji tengah. Driji-driji saka tangan tengen utawa tangan kiwa dienggo mithet utawa ngemèk wilah kuwi, supaya swarané mandheg. Ana ing pakeliran wayang, gendèr digunakaké kanggo ngiringi crita, dialog utawa gunem antarané tokoh utawa paraga wayang. Gendèr yaiku salah siji ricikan gamelan sing fungsiné kanggo instrumén mélodi. Anané gendèr ing péntas gamelan kalebu wigati. Ing pagelaran wayang kulitricikan gamelan gendèr nduwèni fungsi kanggo nguripaké swasana, nuntun dhalang. Ing pagelaran wayang, panabuh gendèr nduwèni peran kang utama, kudu nabuh instrumèn sing ora tau mandheg sawengi muput. Jenise gendèr kapérang dadi telu, yaiku : 1. Gendèr penembung yaiku gendèr sing paling gedhé. 2. Gendèr barung, nduwèni wilah logam utawa métal sing ukurané sedhengan lan titi nadhané saoktaf luwih cilik ketimbang gendèr penerus. 3. Gendèr penerus, nduwèni wilah sing paling cilik lan titi nadhané saoktaf luwih dhuwur ketimbang gendèr barung. Rumusé nabuh gendèr utawa kunciné ana 12 jenis tabuhan, yaiku : 1. Tabuhan gendèr gembyang mbukak 2. Tabuhan gendèr gembyang nutup 3. Tabuhan gendèr gembyang minggah 4. Tabuhan gendèr gembyang mandha 5. Tabuhan gendèr kempyung mbukak 6. Tabuhan gendèr kempyung nutup 7. Tabuhan gendèr kempyung minggah 8. Tabuhan gendèr kempyung mandhap 9. Tabuhan gendèr gantungan gembyang 10.Tabuhan gendèr gantungan kempyung 11.Tabuhan gendèr mipil 12.Tabuhan gendèr imbal (kanggo lancaran, srepeg, palaran) Saliyané iku ana rumus liya kang khusus digunakaké kanggo ngiringi suluk (pedhalangan) wayang, yaiku : 1. Tabuhan gendèr pathetan 2. Tabuhan gendèr ada-ada 3. Tabuhan gendèr grambyangan 9. Bonang Bonang iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bonang iku diso'ake langsung ing wilah kayu lan diayun ing loro sisi ngisore. Ana 2 jinis bonang yaiku: · Bonang barung



· Bonang panerus Wujud bonang iki meh padha kempyang ning tonjolan ing tengahe luwih dhuwur. Tabuh bonang digawe saka kayu sing rada empuk, wujude dawa, ing salah siji pucuke rada gedhe tinimbang pucuk liyane, lan ing pucuk kang gedhe iku diblebet tali. Ing grobogan utawa rancak, bonang iku ditata dadi rong baris masing-masing ana 7, dadi cacahe kabeh ana 14 ning kadang uga ana sing 12. Kethuk, kempyang, kenong lan bonang iki sejatine termasuk jinis gongning gong sing disokake kaya ing ayunan, ora digantung kaya gong ageng, gong suwukan lan kempul. 10. Bonang Barung



Bonang Barung yaiku salah sawijiné bageyan perangkat Gamelan Jawa kang duwèni bentuk pencu banjur diarani bentuk Pencon. Bonang Barung ing Gamelan Jawa duwé laras Sléndro lan Pélog. Laras Sléndro wilahé ana 12 cacahé, banjur kang Laras Pélog wilahé ana 14 cacahé. Bonang Barung manggone ing Rancakan saka kayu kang bentuké kaya ambèn. Pencon kuwi mau ditata ing rancakan ditumpangaké ing tali kang diarani Pluntur. Bonang Barung ditabuh nganggo kayu kang cacahé 2, kayu kuwi mau sing bageyan dhuwur diblebet nganggoKain lan pluntur. Cara nabuh bonang kuwi ana akèh pola tabuhané, yaiku pola tabuhan Gembyang, Mipil, Imbal,Sekaran, Klénangan, lan liya-liyané. Bonang Barung kuwi gunané kanggo mbukani Gendhing. Sakliyané kuwi, Bonang Barung uga bisa kanggo nuntun alur Gendhing. Khusus ing pola Mipil, Bonang barung kuwi bisa kanggo nuntun Instrumenliyané. Bonang Barung ora bisa dadi lagu penuntun, nanging kolaborasi karo Bonang penerus gawé pola lagu lan ing aksèn-aksèn penting bonang gawé Sekaran kang biasané ana ing akhir kalimat lagu. Bonang kuwi ana sing kagawé saka wesi lan uga ana sing kagawé saka Tembaga (Perunggu). Kang kagawé saka wesi kuwi biasané regané luwih murah tinimbang sing kagawé saka Tembaga. Kuwi mau amarga yèn wesi kuwi ora nganggo campuran apa-apa. Nanging yèn Tembaga kuwi nganggo campuran, campurané yaiku 7/3. 7/3 kuwi maksuté, 7 kanggo ukuran Tembaga lan 3 kanggo ukuran wesi. Sakliyané kuwi uga cara gawéné kang luwih angèl tinimbang sing saka wesi murni. 11. Bonang Panerus



Bonang panerus utawa Bonang penerus yaiku salah sawijining perangkatGamelan Jawa kang duwèni bentuk pencu banjur diarani bentuk Pencon. Bonang panerus ing Gamelan Jawa duwé laras sléndra lan Pélog padha karo Bonang barung. Laras sléndra wilahé ana 12 cacahé, banjur kang laras pélog wilahé ana 14 cacahé. Bonang panerus uga manggon ing Rancakan saka kayu kang bentuké kaya ambèn. Kang mbédakaké antarané Bonang panerus lan Bonang barung yaiku ukuran gedhé lan ciliké pencon, yèn Bonang penerus kuwi penconé cilik banjur yèn barung kuwi luwih gedhé saka Bonang panerus. Piranti kang dinggo nabuh uga padha karo Bonang barung, yaiku kayu kang cacahé loro kang pucuké diblebet ngaggo kainlan Pluntur. Bonang panerus iki cara nabuhé padha karo Bonang barung, yaiku nganggo cara Mipil, Imbal, Sekaran, Klénangan, Gembyang, lan liya-



liyane. Bonang iki nabuhé ngetutaké Bonang barung, lan nerusaké alurGendhing kang digawé Bonang Barung. Lan uga nganggo sekaran kang témponé luwih cepet tinimbang Bonang Barung. Mung bédané yaiku Bonang Penerus ora bisa kanggo mbukani gendhing. Bonang kuwi ana sing kagawé saka wesi lan uga ana sing kagawé saka Tembaga (Perunggu). Kang kagawé saka wesi kuwi biasané regané luwih murah tinimbang sing kagawé saka Tembaga. Kuwi mau amarga yèn wesi kuwi ora nganggo campuran apa-apa. Nanging yèn Tembaga kuwi nganggo campuran, campurané yaiku 7/3. 7/3 kuwi maksuté, 7 kanggo ukuran Tembaga lan 3 kanggo ukuran wesi. Sakliyané kuwi uga cara gawéné kang luwih angèl tinimbang sing saka wesi murni. 12. Siter



Siter iku piranti gamelan sing dipetik kayagitar. Cacah senare ana 11 pasang utawa kadang12 pasang. Siter iki fungsine pada karoCelempung. 13. Suling



Suling iku salah siji piranti musiksing disebul. Fungsiné kanggo nambahswara-swara ing melodi. Ing musikgamelan Jawa, suling iku nduwé 2 laras yaiku:Slendro lan Pélog. Piranti musik suling iki uga lumrah dianggo inggamelan Sundha. Digawé saka pring, dawané kira-kira setengah meter. Swara suling dikasilaké amarga rongga angin digeteraké liwat sebulan angin. Frekuénsi gelombangé gumantung karo ukuran dawa rongga angin sing digeteraké.



14. Gambang



Gambang iku salah siji perangkat gamelan Jawa, lan gamelan Bali uga ing instrumèn musik liya kayadéné kulintang, sing digawé saka wilah-wilah kayu sing umumé cacah 17 nganti 21 wilah. Wilah-wilah kayu kasebut ditumpangaké ing sadhuwuring kothak pesagi dawa sing gunané kanggo résonansi (nggedhèkaké swara). Kanggo njaga supaya wilah-wilah mau ora nèmpèl siji lan sijiné, wilah-wilah dipasang ing sadhuwuring kothak nganggo paku sing dilebokaké ing bolongan sing cacahé loro saben wilah. Wujud gambang iki amèh padha saron ning luwih gede lan wilahedigawe saka kayu sing atos banget. jaman mbiyen ana gambang gangsa, sing wilahe digawe saka tosan utawa logam ning saiki wis ora ana maneh. Ukuran wilah gambang antara 29 Cm nganti 58 Cm, sing ukurane luwih gede iku nduwe nada swara luwih rendah, kabeh cacahe ana 19 utawa 20 wilah.



Tabuh gambang luwih dawa tinimbang piranti tabuh gamelan liyane yaiku kira-kira 35 Cm.  Kelompok ricikan utawa instrumèn struktural, yaiku; ricikan-ricikan kang agawé raketing dolanan kanthi mbentuk struktur adhedhasar (nentukaké) wujud gendhing. Ricikan utawa instrumèn kang kalebu ing klompok kasebut, yaiku:



1. Kethuk



Kethuk iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bedha karo gong sing digantung, kenong iku diso'ake ing enggon sing fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip karo kenong, bonang lankempyang. Kethuk iki wujude meh padha karo kempyang. 2. Kempyang Kempyang iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Kempyang iku disokake ing enggon sing fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip karo kenong, bonang lan kethuk. Kempyang iki wujude meh padha karo kethuk. 3. Kenong



Kenong iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bedha karo gong sing digantung, kenong iku diso'ake ing enggon sing fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip karo bonang, kempyang lan kethuk. Ing kelompok perangkat gamelan sing cara ngeso'akene diayun iki, kenong nduwe ukuran sing paling gedhe. Ing kelompok perangkat gamelan tabuhan iki, swara kenong iku paling dhuwur lan luwih cilik dadi rada kewalik karo wujude sing gedhe. Swarane luwih ketara merga nduwe timbre sing rada unik. 4. Kempul Kempul iku salah sijine perangkat gamelan Jawa sing ditabuh kanthi cara digantung kaya umume perangkat gong. Kempul iki cacahé gumantung saka larasé (pelog lan slendro, nanging kadhang kala ora komplit. Saben laras sléndro lan pelog nduwéni 6 utawa 10 kempul.



Bentuké kaya gong nanging ukuran luwih cilik, rainé rata lan bagian tengah ana pêncuné, ukuran diameter umum kira-kira 45 cm. Kempul ngetokake swara sing luwih dhuwur tinimbang gong, kempul sing ukurane luwih cilik swarane luwih dhuwur maneh.



5. Gong Gong iku salah siji piranti gamelan Jawa sing ditabuh, digawé sakatosan lan nduwé ukuran sing gedhé dhéwé. Piranti iki biasané papané ing mburi dhéwé, digantung ing palang sing umum digawé saka kayu ukuran gedhé. Ana loro jinis gong yaiku: gong ageng lan gong suwuk. Saben laras sléndro lan pelog nduwéni telung sèt gong. Gong Gedhé kang cacahé loro lan siji gong suwukan.



Wujudé bunder, gedhé, rada cekung, kanthi garis tengah 1 méter, lan permukaané rata ning ana tonjolan ing tengah-tengah. Gong nduwé swara sing gedhé dhéwé lan nadhané paling asor tinimbang nadha piranti gamelan liyané. Gong ditabuh kanggo awèh tekanan ing bagéyan tinentu (umumé akir) iringan musik gamelan, dadi arang banget ditabuh (ora terus-terusan) ning ditabuh ing selang wektu tinentu. Piranti musik tradhisional iki saiki nduwé fungsi liya yaiki kanggo tandha paresmian utawa pambuka acara.



6. Kecer



Kecèr iku salahsiji pirantigamelan Jawa sing digawe sakatosan. Akeh piranti musik sing nduwe kemiripan karo kecèr uga ing piranti musik modern. Ingmusik modern piranti iki biasa diarani cymbals. Ing kesenian Tionghoa, piranti iki dadi piranti utama kanggo nggawe suasana rame lan meriah. Carane ngeto'ake swara kecèr iki ana sing diadu uga ana sing ditabuh. Kecèr iku kudu sepasang, siji ing ndhuwur, sijine maneh ing ngisor. sing ing ngisor biasane wis disoake permanen, dadi sing diayun iku sing ing ndhuwur. Sepasang kecèr iku disokake ing grobogan utawa rancak sing wujude meh pada karo grobogan saron ning luwih cilik sithik. Katone iki piranti gamelan sing paling brisik ning yen ora ana swara kecèr malah dadi kurang rame utamane ing babak-babak lakon wayang tinamtu.



SEJARAH Musik gamelan duwé sajarah sing tuwa saumuran karo kasebaré budaya Hindu lan Buddha ing Nusantara. Utamané nalika kawanguné karajan-karajan gedhé kaya karajan Majapahit. Jaman Majapahit iki piranti gamelan wiwit kawangun. Mula-mula, gamelan Jawaiku kasil saka budaya Hindu kang banjur kagubah dening Sunan Bonang. Seni perkembangané musik Jawa iki kira-kira ana pas anané kentongan, rebab, [tepukan tutuk] saka anané gèsèkan ana tali utawa pring tipis nganti nuju prakembangané piranti musik saka bahan logam. Ngrembakané musik gamelan diperkirakaké nalika anané kenthongan, rebab, tepukan, banjur gèsèkan ing tali utawa pring tipis nganti tekan alat musik kang digawé saka logam. Gamelan Jawa kalebu musik kanthi nada pentatonis. Nalika dituthuk kanggo ngiringi gendhing. Gamelan Jawa duwéni rong puteran yaiku sléndra lan pélog. Sléndro nduwéni limang nada saben oktaf yaiku 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A]. Nadha slendro duwéni interval kang kacèké mung sithik. Déné pélog nduwèni 7 nadha saben oktaf yaiku 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] kanhti interval kang bedané utawa kacèké akéh. Komposisi musik gamelan digawé kanthi aturan-aturan kang gumahtok, yaiku gamelan ana rong puteran lan duwénipathet, ana watesé sak gongan lan melodhiné digawé ing unit kang kasusun saka 4 nadha. Zoetmulder ngandharaken bilih tembung gamel kaliyan alat musik perkusi yaiku alat musik ingkang ditabuh. Miturut basa BaliBali wonten istilah gambèlan ingkang dadosgamelan. Konon, ing mitologi Jawa, gamelan dipunriptakken dening Sang hyang GuruSang Hyang Guru ing warsa Saka, dewa ingkang mandegani sedaya Tanah Jawa, kaliyan istana ing Gunung Mahendra ing Medangkamulan (sapunika Gunung Lawu). Sang Hyang Guru punika nyiptakaken 2 Gong kangge ngundang arwah dewa-dewa, lajeng saged kasusun set gamelan. Gamelan ing jaman rumiyin dipundamel saking watu, wit-witan, tulang kewan. Nalika ing jaman modern sapunika, piranti gamelan dipunriptakaken kanthi nglampahi proses industri,



ingkang bahanipun werni-werni. Gamelan saged dipundamel saking timah putih (Sn) lantembaga (Cu), ugi saged dipundamel saking kuningan, singen, utawa Wesi. Gamelan biyasané kanggo ngiringi tarian, utawa seni pertunjukkan kayata wayang kulit lan kethoprak. Gamelan biyasané kanggo ngiringi swara penyanyi Jawa.Penyanyi kang lanang diarani wiraswara déné penyanyi kang wadon jenengé waranggana. Seni gamelan kang kerep dipentasaké jaman saiki arupa gamelan klasik lan kontemporèr. Salah sijiné gamelan kontemporèr yaiku jazz-gamelan kang nduwéni campuran musik kang nadhané pentatonis lan diatonis. Salah sijiné panggonan kanggo ndeleng seni gamelan yaiku ing Kraton Yogyakarta. Biyasané dianakaké ing Bangsal Sri Maganti. Déné kanggo ndeleng perangkat gamelan kang umuré wis tuwa yaiku ing panggonan bangsal liyané kang manggon rada memburi. Nalika jaman Majapahit, instrument gamelan ngalami perkembangan kang apik banget kanthi ngraih bentuk nganti saiki lan kasebar ing manéka dhaérah, kayata: 1. Bali. 2. Sunda utawa Jawa Barat. Bukti otentik kang sepisanan babagan kahanan gamelan ditemokaké ing Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah kang ngadeg awit abad kaping 8. Ing reliefé katon maneka piranti kayata:  suling bambu.  lonceng.  kendhang (ing maneka ukuran).  kecapi.  instrument kang ana dawai utawa senaré kang biasa digésék lan dipetik, kalebu sithik gambaran babagan èlemèn instrumen logam. Perkembangan sawisé kuwi, gamelan digunakaké kanggo ngiringi pagelaran wayang lan tarian. Kanthi akhiré ngadheg dhéwé minangka musik dhéwé lan dijangkepi karo swara para sindhen. Jinis gamelan werna-werna lan kapérang miturut laras lan tlatah panyebarané. Munculé gamelan didhisiki karo budhaya Hindu-Budha kang ndominasi Indonèsia kanthi awal mangsa pencatatan sejarah, kang uga makili seni asli Indonésia. Instrumené dikembangaké kanthi bentuké kaya mangkéné iki ing jaman Kerajaan Majapahit. Ing pambedané karo musik India, siji-sijiné dampak ke-India-an ing musik gamelan yaiku kepriyé cara nyanyikaké. Ingmitologi Jawa, gamelan diciptakaké déning Sang Hyang Guru ing mangsa Saka, dewa kang nguasai kabèh tanah Jawa, kanthi istana ing gunung Mahendra ing Medang kamulan (saiki Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertamané nyiptakaké gong kanggo ngundhang paradewa. Kanggo pesen kang luwih mligi banjur nyiptakaké rong gong, sawisé kuwi kabentuk set gamelan. Miturut Larasé 1. Gamelan Laras Sléndro Sléndra (ing Sundha disebut salendro) iku salah sijiné titilaras ing gamelan. Saliyane sléndra, ana uga titilaras pélog. Ana 5 swara (nada). Titilaras Sléndra béda karo titilaras pélog. Ing slendra ora ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu). Laras sléndra duwé 5 nada ing saben gembyang utawa oktaf, yaiku 1 2 3 5 6 utawa C- D E+ G A siji lan sijiné nduwé béda interval swara sing cilik. Durung ana ahli kang bisa mesthèkaké kapan slendra wiwit ana ing tanah Jawa. Ana kang ngira yèn ‘’sléndra’’ ana sesambungane karo Wangsa Syailendrakang naté kawentar ing Jawa kuna. Ana sawetara ahli sing golèk sesambungané sléndra karo andha swara tradhisional ing Indhia lan Cina. Notasi. Angka Pangucap



Jeneng



1



ji (siji)



barang



2



ro (loro)



gulu



3



lu (telu)



dhadha



5



ma (lima)



lima



6 nem (enem) nenem Ing Bali, sléndra digunakaké kanggo kahanan sing sedhih, amarga asring dianggo bareng karo anglung kanggo acara ngobong mayit. Ing Jawa, ana telung pathet. Pathet iku kapérang dadi ‘’nem, sanga,’’ lan ‘’manyura’’. Urutan iki umumé kanggo pagelaran wayang.  Pathet Nem Umumé ditulis ‘’sléndro nem’’. Pathet iki dianggo ing swara kang cendhèk kanthi adhedasar 2 karo 3. Pérangan swara ing pathet iki asring disilih déning pathet liyané. Sléndro pathet nem sareng pelog lima dianggo kanggo pagelaran wayang watara jam 21.00-24.00, wiwit jejer tekan perang prampogan utawa perang gagal.



 Pathet Sanga Umume ditulis ‘’sléndro sanga’’. Ana kalané uga disebut ‘’barang miring’’. Pathet iki adhedhasar swara angka 5 karo 1. Pathet iki dienggo selang-seling karo pélog pathet nem ing pagelaran wayang nalika isih bukaning wengi nganti wengi. Ing pagelaran wayang purwa pathet sanga iki digunakaké watara jam 24.00-03.00 wiwid jejer pandhita utawa wetune Bambang tekan perang kembang.  Pathet Manyura Pathet iki nganggo swara angka 6, 2, lan 3 dadi dhasaré. Tinimbang sléndro liyané, pathet manyura luwih dhuwur swarané lan luwih sigrag. Beberangen karo pelog barang, pathet iki ing pagelaran wayang purwa dienggo ing wayah esuk, wiwitané wengi, pungkasané wengi watara jam 03.00-06.00 wiwit salebaré perang kembang tekan tancep kayon lan kanggo upacara-upacara khusus. Tembung Manyura tegesé 'merak' maksude ing wektu iku wis prak-esuk. 2. Gamelan Laras Pélog Gamelan laras pélog béda karo gamelan laras slendra. Laras pélog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu). Dadi titi laras ing laras pélog duwé 7 nada pepaka ya iku 1 2 3 4 5 6 7. Pélog iku salah sijiné titilaras ing gamelan. Saliyane Pelog, ana uga Slendra. Pelog béda karo Slendra , ing Pelog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu). Laras Pelog duwé 7 nada yaiku 1 2 3 4 5 6 7. Durung ana ahli kang bisa mesthèkaké kapan laras Pelog wiwit ana ing tanah Jawa. Para empu Karawitan uga ora ana sing ngerti babagan iki. Nanging sing jelas, laras Pelog kuwi kalebu ing larang anyar ing donya karawitan ing Jawa. Amarga, asliné laras Gamelan ing Jawa kuwi biyèn mung slendra. Notasi Angka Pangucap Jeneng 1



ji (siji)



panunggul



2



ro (loro)



Gulu



3



lu (telu)



Dhadha



4



pat (papat) Pélog



5



ma (lima)



6



nem (enem) Nem



Lima



7 pi (pitu) Barang Ing Bali, Pélog digunakake kanggo kahanan sing seneng, amarga asring dienggo kanggo acara nikahan lan kanggo iringan Tari. Ing Jawa, ana telung pathet. Pathet iku kapérang dadi Nem, Lima, lan Barang.  Pathet Nem Umume ditulis "Pelog Nem’’. Pathet iki dienggo ing swara kang cendhek kanthi adhedasar 2 karo 3. Perangan swara ing pathet iki asring disilih dening pathet liyané. Ing pelog pathet 5 dienggo kanggo pagelaran wayang sadurungé tengah wengi.  Pathet Lima Umume ditulis "Pelog Lima". Pathet iki adhedhasar swara angka 5 karo 1. Pathet iki dienggo selang-seling karo pelog pathet nem ing pagelaran wayang nalika isih bukaning wengi nganti tengah wengi.  Pathet Barang Pathet iki nganggo swara angka 6, 2, lan 3 dadi dhasaré. Tinimbang Pelog liyané, pathet Barang luwih dhuwur swarané lan luwih sigrag. Beberangen karo Sléndra Manyura, pathet iki dienggo ing wayah ésuk, wiwitané wengi, pungkasané wengi, lan kanggo upacara-upacara khusus. LAMPIRAN II LEMBAR KERJA SISWA (LKS) A. Wangsulana pitakonan-pitakonan ing ngisor iki! 1. Sebutake titikane wacan eksposisi! Wangsulan: ............................................................................................................................................ 2. Sebutake jinis-jinise wacan eksposisi! Wangsulan: ............................................................................................................................................ 3. Wacan gamelan ing dhuwur kalebu jinis wacan eksposisi apa? Jlentrehake! Wangsulan:



............................................................................................................................................ 4. Larase gamelan iku ana pira? Jlentrehake! Wangsulan: ............................................................................................................................................ 5. Sebutake jinis gamelan miturut tlatah sumebaré! Wangsulan: ............................................................................................................................... ............. B. Tugas Individu: Golek gambar-gambar lan sebutake aran-arane piranti musik ing sak set gamelan!



Kunci Jawaban: 1. Pathokan wacana eksposisi: a. Njlentrehake panemu, gagasan, lan keyakinan b. Mrelokake fakta kang dikuatake utawa dicethakake kanthi ongko, peta statistik, grafik, organigram, gambar, lsp c. Mrelokake analisis lan sintesis nalika ngonceki bahan lan fakta d. Nggoleki sumber ide saka pengalaman, pengamatan, sikap, lan keyakinan 2. Jenis Paragraf eksposisi: a. Eksposisi definisi (njlentrehake pangerten), biasane nganggo tembung “yaiku” ing wiwitaning wacan b. Eksposisi proses (nuduhake proses) c. Eksposisi klasifikasi (nuduhake panduman/jinis-jinis) d. Eksposisi ilustrasi (nggambarake sawijining bab kanthi nuduhake tuladha) e. Eksposisi Perbandingan/ pertentangan (mbanding-mbandingake sawijining bab karo bab liyane/ kewalikane) f. Eksposisi Laporan (nuduhake laporan) 3. Eksposisi klasifikasi



yaiku jenik wacan kang nuduhake panduman/jinis-jinis perangkat



gamelan. 4. Miturut larasé gamelan kaperang dadi gamelan laras sléndro lan gamelan laras pélog. Gamelan laras sléndro nduweni titi laras 1 2 3 5 6, dene gamelan laras pélog nduweni titi laras pepak yaiku 1 2 3 4 5 6 7. Dadi sing mbedakake yaiku ana ing titi laras 4 (papat) karo 7 (pitu), menawa pélog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu) dene sléndro ora ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu). 5. Miturut tlatah sumebaré, ana Gamelan Jawa, gamelan Bali, lan gamelan Sunda. Gamelan Jawa yaiku musik kang cinipta saka paduan swara gong, kenong, lan alat musik Jawa liyané. Irama musik kang alus nggambaraké kaselarasan urip wong Jawa kang nggawé tenang jiwa nalika dirungokaké. Gamelan Jawa ngrembaka ing Yogyakarta. Gamelan Jawa beda karo Gamelan Bali lan Gamelan Sunda. Gamelan Jawa duwéni nada kang luwih alus lan slow, beda karo gamelan Bali kang rancak lan gamelan Sunda kang didominasi swara suling.



LAMPIRAN III MEDIA AJAR Wacanen kanthi patitis! Jinising Gamelan Jinis gamelan werna-werna lan kapérang miturut laras lan tlatah panyebarané. Munculé gamelan didhisiki karo budhaya Hindu-Budha kang ndominasi Indonèsia kanthi awal mangsa pencatatan sejarah, kang uga makili seni asli Indonésia. Instrumené dikembangaké kanthi bentuké kaya mangkéné iki ing jaman Kerajaan Majapahit. Ing mitologi Jawa, gamelan diciptakaké déning Sang Hyang Guru, dewa kang nguasai kabèh tanah Jawa, kanthi istana ing gunung Mahendra ing Medangkamulan (saiki Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertamané nyiptakaké gong kanggo ngundhang para dewa. Kanggo pesen kang luwih mligi banjur nyiptakaké rong gong, sawisé kuwi kabentuk set gamelan. Miturut larasé gamelan kaperang dadi gamelan laras sléndro lan gamelan laras pélog. Gamelan laras sléndro nduweni titi laras 1 2 3 5 6, dene gamelan laras pélog nduweni titi laras pepak yaiku 1 2 3 4 5 6 7. Dadi sing mbedakake yaiku ana ing titi laras 4 (papat) karo 7 (pitu), menawa pélog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu) dene sléndro ora ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu).



Saben dhaérah ing nuswantara nduwé gamelan sing béda-béda. Bedane iku disebabake kahanan alam lan budaya ing tlatahe dhewe-dhewe. Miturut tlatah sumebaré, ana Gamelan Jawa, gamelan Bali, lan gamelan Sunda. Gamelan Jawa yaiku musik kang cinipta saka paduan swara gong, kenong, lan alat musik Jawa liyané. Irama musik kang alus nggambaraké kaselarasan urip wong Jawa kang nggawé tenang jiwa nalika dirungokaké. Gamelan Jawa ngrembaka ing Yogyakarta. Gamelan Jawa beda karo Gamelan Bali lan Gamelan Sunda. Gamelan Jawa duwéni nada kang luwih alus lan slow, beda karo gamelan Bali kang rancak lan gamelan Sunda kang didominasi swara suling. LAMPIRAN IV a. Instrumen Penilaian pengetahuan Kisi-Kisi Penilaian pengetahuan No. 1.



KD



Materi



Menelaah teks 1. Struktur dan kaidah eksposisi teks gamelan Jawa eksposisi 2. Nilai-nilai yang terkandung dalam teks eksposisi



Indikator Pencapaian Kompetensi



Teknik Penilaian



Mengidentifika Tulis si dan menganalisis teks eksposisi gamelan Jawa



Instrumen 1. Sawise maca teks eksposisi gamelan Jawa iku, coba sebutna isi teks kasebut! 2. Sebutna nilai-nilai apa bae sing bisa kajupuk saka crita kasebut!



gamelan Jawa



No. 1.



Unsur yang ditelaah



Hasil telaah



Unsur Pembangun teks eksposisi gamelan Jawa Nilai yang terkandung dalam teks eksposisi gamelan Jawa



2.



Rubrik Penilaian No.



Skor



Aspek yang Dinilai struktur



dan



1



1.



Mengidentifikasi eksposisi



kaidah



2.



Menganalisis nilai-nilai luhur yang terkandung dalam teks eksposisi gamelan Jawa



2



3



4



Jumlah skor



teks



Jumlah : Keterangan : 1. Bisa mengidentifikasi 6 struktur dan kaidah teks eksposisi



= Nilai 4



2. Bisa mengidentifikasi 4-5 struktur dan kaidah teks eksposisi



= Nilai 3



3. Bisa mengidentifikasi 2-3 struktur dan kaidah teks eksposisi



= Nilai 2



4. Bisa mengidentifikasi 1 struktur dan kaidah teks eksposisi



= Nilai 1



5. Tidak bisa menyebutkan struktur dan kaidah teks eksposisi



= Nilai 0



6. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi dengan benar



= Nilai 4



7. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi kurang tepat



= Nilai 3



8. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi tidak benar



= Nilai 2



b. Instrumen Penilaian Keterampilan Kisi-Kisi Penilaian Kinerja



No.



KD



Materi



Indikator Pencapaian Kompetensi



1.



Menulis dan menyajikan teks eksposisi yang dibacanya



Teks eksposisi gamelan Jawa



Menjelaskan secara runtut isi teks eksposisi gamelan Jawa



Teknik Penilaian



Instrumen



Kinerja



1. Critakna maneh isi teks eksposisi nganggo basamu dhewe!



Rubrik Penilaian Kinerja No.



Aspek yang Dinilai



Deskripsi



Skor yang Dicapai



Skor Maksimal



1.



Kelengkapan Unsur pembangun



2.



Penggunaan Bahasa



3.



Demonstrasi teks eksposisi - suara - keruntutan - kelancaran



Menjelaskan isi teks secara lengkap sesuai dengan struktur dan kaidah teks eksposisi. a. Menggunakan bahasa yang tepat sesuai unggah ungguh basa



5



5



isi Suara terdengar ke seluruh ruang kelas Keruntutan penyampaian Kelancaran penyampaian



5 5 5



Jumlah 25 Keterangan : 1. Siswa menceritakan isi cerita secara lengkap unsur-unsur pembangunnya 2. Siswa menceritakan isi cerita kurang lengkap unsur-unsur pembangunnya 3. Siswa menceritakan isi cerita dengan menggunakan bahasa krama 4. Siswa menceritakan isi cerita dengan menggunakan bahasa ngoko 5. Siswa menceritakan isi cerita terdengar di seluruh ruangan kelas 6. Siswa menceritakan isi cerita kurang terdengar di seluruh ruangan kelas 7. Siswa menceritakan isi cerita tidak terdengar di seluruh ruangan kelas 8. Siswa menceritakan isi cerita dengan runtut 9. Siswa menceritakan isi cerita dengan kurang runtut 10. Siswa menceritakan isi cerita dengan tidak runtut 11. Siswa menceritakan isi cerita dengan lancar 12. Siswa menceritakan isi cerita dengan kurang lancar 13. Siswa menceritakan isi cerita dengan tidak lancar Pedoman Peskoran:



=5 =3 =5 =3 =5 =4 =3 =5 =4 =3 =5 =4 =3