Sandflies [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Sandflies [PDF]

PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGENDALIAN VEKTOR “SANDFLIES”

Disusun Oleh : Kelompok 5 1. Raisa Salsabila

1711213010

2. Tiy

5 0 869 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGENDALIAN VEKTOR “SANDFLIES”



Disusun Oleh : Kelompok 5 1. Raisa Salsabila



1711213010



2. Tiya Irnawati



1711213004



3. Finy Marsyah



1711213003



4. Ulfah Winanda Putri



1711212035



5. Elin rasyita



1711211034



6. Tesya Mulia saver



1711211009



PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kelompok haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin makalah ini tidak dapat kelompok selesaikan. Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Vektor, yang telah membimbing kelompok dalam belajar dan juga pembuatan makalah ini. Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kelompok harapkan demi perbaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kita.



Padang,



Oktober 2019



Kelompok 5



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.....................................................................................1



1.3



Tujuan........................................................................................................2



1.3.1



Tujuan Umum....................................................................................2



1.3.2



Tujuan Khusus...................................................................................2



1.4



Manfaat......................................................................................................3



BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................1 2.1



Pengertian Sandflies..................................................................................1



2.2



Identifikasi.................................................................................................1



2.3



Keanekaragaman dan distribusi.................................................................1



2.4



Klasifikasi..................................................................................................2



2.5



Tanda-tanda umum....................................................................................3



2.6



Organisme Penyakit Menular....................................................................4



2.7



Siklus hidup...............................................................................................4



2.8



Epidemiologi.............................................................................................6



2.9



Porsi Lalat dalam Standar Kualitas Lingkungan (Kep. Men. LH. tentang



Baku Mutu Kualitas Lingkungan)........................................................................8 2.10



Kontrol.......................................................................................................9



2.11



Pemberantasan Lalat..................................................................................9



BAB 3 PENUTUP................................................................................................12 3.1



Kesimpulan..............................................................................................12 ii



3.2



Saran........................................................................................................12



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya yang



dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Gerakan masyarakat hidup sehat adalah gerakan bersama yang memiliki beberapa tujuan mulai dari menurunkan beban penyakit menular dan tidak menular, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat sakit, perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat. Lalat merupakan salah satu vector penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena dapat kita jumpai pada hampir semua jenis lingkungan. Lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasite pada serangga, penyebab penyakit seperti myasis, sebagai vector penyakit saluran pencernaan seperti kolera, typhus, disentri, dan diare. Penyakit-penyakit tersebut biasanya terjadi di wilayah dengan faktor resiko, kesehatan lingkungan yang buruk sebagai tempat perindukan lalat, dan perilaku hidup bersih dan sehat masih rendah. Oleh karena demikian besar dampak dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lalat. Sandflies (Phlebotominae) atau Lalat Pasir adalah hewan pengisap darah dan larva mereka mendiami tempat-tempat di mana ada bahan organik tinggi seperti pada sarang hewan dan lubang pohon. Sandflies dikenal sebagai vektor spesies trypanosome dalam genus Leishmania, yang menyebabkan penyakit leishmaniasis.Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam tentang Lalat Pasir ini, 1.2



Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yaitu: 1.



Jelaskan Pengertian Sandflies ?



1



2.



Jelaskan Identifikasi Sandflies ?



3.



Jelaskan Keanekaragaman dan distribusi Sandflies ?



4.



Jelaskan Klasifikasi Sandflies?



5.



Jelaskan Tanda-tanda umum Sandflies ?



6.



Jelaskan Organisme Penyakit Menular ?



7.



Jelaskan Siklus hidup Sandflies ?



8.



Jelaskan Epidemiologi Sandflies ?



9.



Jelaskan Porsi Lalat dalam Standar Kualitas Lingkungan (Kep. Men. LH. tentang Baku Mutu Kualitas Lingkungan) ?



10. Jelaskan Cara Kontrol Latat ? 11. Jelaskan Cara Pemberantasan Lalat ?



1.3



Tujuan



1.3.1



Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang



epidemiologi penyakit kronik di tempat kerja. 1.3.2



Tujuan Khusus



1.



Mengetahui Pengertian Sandflies



2.



Mengetahui Identifikasi Sandflies



3.



Mengetahui Keanekaragaman dan distribusi Sandflies



4.



Mengetahui Klasifikasi Sandflies



5.



Mengetahui Tanda-tanda umum Sandflies



6.



Mengetahui Organisme Penyakit Menular Sandflies



7.



Mengetahui Siklus hidup Sandflies



8.



Mengetahui Epidemiologi Sandflies



9.



Mengetahui Porsi Lalat dalam Standar Kualitas Lingkungan (Kep. Men. LH. tentang Baku Mutu Kualitas Lingkungan)



10. Mengetahui Cara Kontrol Lalat 11. Mengetahui Cara Pemberantasan Lalat



2



1.4



Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu prasyarat



dalam mata kuliah Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Vektor.



3



BAB 2 PEMBAHASAN 1.5



Pengertian Sandflies Sandflies (Phlebotominae) adalah hewan pengisap darah dan larva



mereka mendiami tempat-tempat di mana ada bahan organik tinggi seperti pada sarang hewan dan lubang pohon. Sandflies dikenal sebagai vektor spesies trypanosome



dalam



genus



Leishmania,



yang



menyebabkan



penyakit



leishmaniasis. 1.6



Identifikasi Sandflies termasuk famili Psychodidae, yang ditandai dengan sayap



berbulu padatdan penampilannya seperti ngengat. Phlebotomines dapat dibedakan dari anggota lain dengan melihat bentuk sayapnya dalam posisi V vertikal.



1.7



Keanekaragaman dan distribusi Ada sekitar 700 spesies sandflies phlebotomine dimana sekitar 70



dianggap menularkan penyakit kepada orang-orang. Sandflies juga kadangkadang menggigit lalat kecil lainnya, terutama lalat ceratopogonid dari genus Culicoides. Sandflies banyak ditemukan di daerah tropis dan beberapa spesies juga ditemukan di daerah beriklim sedang. Mereka muncul di berbagai habitat dan spesies yang memiliki habitat yang spesifik. Dahulu kala, leishmaniasis ditemukan di daerah kering dan semi-kering sedangkan sekarang, penyakit ini terjadi di hutan tropis dan savana.



1



1.8



Klasifikasi Morfologi Taxonomi: Kelas



: insekta.



Ordo



: Diptera.



Family : Psychodidae. Spesies : P. papatasi & P. Sergenti.



Gambar 1. Lalat Pasir.  Genus : Brumptomyia  Genus : Lutzomyia . Satu-satunya genus lalat phlebotomine yang menghisap darah dari orang-orang pada saat ini.  Genus : Warileya Sandflies zaman dulu



2



 Genus : Phlebotomus . Genus utama lalat phlebotomine yang menghisap darah dari orang-orang di zaman dulu dan satu-satunya genus lalat phlebotomine yang menularkan penyakit kepada orang-orang di wilayah ini.  Genus : Sergentomyia. Makanan utama pada reptil, kadang-kadang menularkan parasit protozoa Sauroleishmania. Jarang menggigit orang dan tidak menularkan penyakit kepada orang.



1.9



Tanda-tanda umum 1. Ukurannya kecil: 1,3-1,5 mm, seluruh tubuh berambut. 2. Mata warna hitam, relatif besar & tiga pasang kaki relatif panjang , yang betina menghisap darah. 3. Tubuh : kepala, thorax dan abdomen. 4. Kepala: disamping mata facet yang besar terdapat sepasang antene yang berbulu lebat, palpa dan proboscis yang terdiri atas labium yang berdaging. Mandilble dan maxila yang seperti pedang dengan gigi-gigi, hypopharynx dengan salura ludah, sedangkan labrum epifaring berambut, mulut tipe menusuk dan menghisap. 5. Thorax: bentuknya bongkok, memiliki sepasang halter, tiga pasang kaki yang panjang, terdapat sepasang sayap dalam posisi tegak,berambut vena ke 2 pada sayap bercabang dua kali. 6. Abdomen: ditumbuhi rambut, pada segmen terakhir lalat betina dan lalat jantan terdapat hypopigium, padanya ada proximal segmen dari clasper, distal segmen dari clasper, intermediate appendage dengan duri, intermitten organ, dan inferior clasper. 7. Jenis kelamin terpisah, betina mempunyai abdomen >, ujungnya membulat sedangkan yg jantan tdp clasper. 8. Banyak ditemukan di gurun pasir (savanah). 9. Badannya berwarna abu-abu pucat. 10.



Kaki berwarna coklat tua kemerah-merahan.



Sandflies Saat ini



3



1.10 Organisme Penyakit Menular  Leishmania. Protozoa parasit yang menyebabkan leishmaniasis



visceral ( kala - azar ) dan berbagai jenis leishmaniasis kulit ( misalnya oriental sakit , espundia ) pada manusia.  Bartonella bacilliformis. Sebuah bakteri menyebabkan penyakit bartonellosis ( Oroya demam, penyakit Carrion ) di barat laut Amerika Selatan ( Peru , Kolombia dan Ekuador ) .  Virus Demam sandfly. Ditularkan oleh sandflies di Afrika Utara dan Timur Tengah .  Virus Toscana. Terjadi di Mediterania utara dan barat .  Chagres dan Punta Toro virus . Terjadi pada saat ini. 1.11 Siklus hidup Sulit mempelajari siklus hidup sandflies karena larva yang kecil dan tidak tinggal di tempat-tempat yang ditetapkan, seperti larva nyamuk. Seluruh siklus hidup membutuhkan 20-40 hari kecuali pada spesies diapausing (yaitu orangorang yang berhenti berkembang ketika kondisi menjadi terlalu dingin). Lalat pasir dewasa dapat terlihat dari April - September. Mereka hidup di tepi sungai berpasir dengan habitat terbuka yang bebas dari bayangan pohon. Lalat betina lebih menyukai meletakkan telur mereka di tanah basah atau dalam air. Larva dapat memakan waktu hingga 2 tahun untuk berkembang dan hidup di pasir lepas. Pada tahap pupa, larva menjadi lingkarang atau "u" berlangsung selama 1 atau 2 minggu. Lalat berkembangbiak dengan metamorfhosis sempurna yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur. Telur ; Ukuran kecil, ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C), bentuk oval, warna coklat hitam, tidak tahan kering, diletakkan terpisah pada batuan /lubang pada tanah yang lembab.Larva; berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C,



4



Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya, pemakan segala: bangkai, zat organik, sampah, kotoran hewan & berada ditempat yg lembab, mempunyai 4 stadium, bentuk silindris, memanjang, memiliki kepala warna hitam, abdomen bersegmen & mempunyai kaki palsu pada tiap segmen abdomen, bagian post abdomen terdapat dua pasang rambut panjang disebut caudal bristle / caudal setae.Pupa; ujung abdomen terdapat dua pasang caudal bristle & sisa kulit yg tidak dilepas seluruhya. Dewasa; Jantan & betina menghisap cairan tumbuhan, kecuali yang betina kadang-kadang menghisap darah hewan vertebrata pada malam hari di luar rumah (exophagic) atau di dalam rumah (endophagic). Jarak terbang pendek sehingga penyebaran tidak luas, suka bersembunyi ditempat terlindung. pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer. Telur. Betina meletakkan telur 30-70 oleh hamburan mereka di sekitar situs perkembangbiakan potensial. Mereka menetas dalam waktu 1-2 minggu. Larva. Pakan larva bahan organik mati dan ditemukan di tempat-tempat basah yang mengandung bahan organik seperti retakan di dinding atau rock, hewan liang dan tempat penampungan, gua, atau serasah daun. Di daerah dengan musim dingin yang sejuk, diapause larva di keempat (akhir) instar. Pupa . Pengembangan kepompong memakan waktu 5-10 hari . Dewasa . Muncul dari kepompong dalam kegelapan , sering hanya sebelum fajar . Hanya betina mengisap darah , makanan yang digunakan untuk produksi telur . Kedua jantan dan betina memakan sekresi gula dari tanaman atau dari melon yang dihasilkan oleh homopteran bug . Perkawinan terjadi pada atau dekat host : laki-laki berkumpul di Leks di atau dekat host dan menghasilkan feromon seks. Wanita rumah pada host menggunakan kedua host bau dan bau yang



5



dihasilkan oleh laki-laki . Getaran dari sayap oleh laki-laki dapat menjadi penting dalam mendorong perempuan untuk kawin . Dewasa terutama aktif di pagi hari , sore dan malam hari meskipun mereka bisa menggigit siang hari jika terganggu. Ketika innactive , sandflies dewasa memiliki situs istirahat habitat khusus yang merupakan ciri khas dari spesies tertentu . Salah satu cara utama di mana ahli entomologi mempelajari sandflies adalah dengan menemukan dan mempelajari hal tersebut pada situs mereka beristirahat . Situs Istirahat seringkali sama atau dekat dengan tempat perkembangbiakan larva dan biasanya tempat-tempat yang dingin , lembab dan gelap . Sandflies dapat bertahan hidup di lingkungan kering dengan menarik diri untuk mendinginkan , situs istirahat lembab selama hari dan kemudian menjadi aktif di malam hari ketika suhu ambien drop dan kelembaban meningkat. Aktivitas musiman orang dewasa dipengaruhi terutama oleh suhu dan curah hujan . 1.12 Epidemiologi Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Penyebarannya di daerah China, India, Amerika, daerah tropis dan subtropis. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes. Bartonella bacilliformis adalah bakteri gram negatif aerobik, pleomorfik, memiliki banyak flagela, dapat bergerak, panjangnya 2-3 m dan lebarnya 0,20,5m. Bartonella bacilliformis dapat menyebabkan penyakit bartonellosis. Penyakit ini mempunyai 2 fase yang berbeda, yaitu:



6



Demam Oroya : suatu anemia infeksiosa yang berat. Demam Oroya ditandai dengan demam yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri otot, arthralgia, muka pucat, timbulnya anemia berat secara cepat akibat kerusakan darah, pembesaran limpa dan hati, serta pendarahan dalam kelenjar-kelenjar getah bening. Massa bartonella mengisi sitoplasma dari sel yang melapisi pembuluh darah, dan pembengkakan endotel dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan trombosis. Angka kematian demam Oroya yang tidak diobati adalah sekitar 40- 85%. Verruga peruana : erupsi kulit yang tidak berbahaya. Verruga peruana memiliki masa pra erupsi yang ditandai dengan nyeri otot, tulang dan sendi; rasa nyeri tersebut kadang amat berat, berlangsung beberapa menit hingga beberapa hari pada satu tempat tertentu. Erupsi kulit juga ditandai dengan munculnya benjolan kecil seperti hemangioma. Benjolan yang muncul dekat sendi dapat berkembang seperti tumor dengan permukaan merah. Verruga peruana terdiri dari lesi kulit vaskuler granulomatosa yang muncul bergantian, berlangsung sekitar 1 tahun dan menimbulkan sedikir reaksi sistemik dan tidak menyebabkan kematian. Fase ini biasanya dimulai 2-8 minggu setelah fase demam Oroya. Verruga sering terjadi pada orang yang telah sembuh dari demam Oroya. Bartonella dapat dilihat dalam granuloma, biakan darah sering positif, tetapi tidak terdapat anemia. Verruga peruana dapat berlangsung lama tapi jarang menyebabkan kematian. Bartonella bacilliformis menghasilkan protein yang menimbulkan deformitas (indentasi) selaput sel darah merah, dan flagel memungkinkan organisme ini memasuki sel darah merah dengan daya mekanismenya. Bartonella bacilliformis juga memasuki sel endotel dan sel manusia jenis lain secara in vitro. Penyebaran penyakit ini terbatas pada daerah pegunungan Andes Amerika di daerah tropis Peru, Ekuador, dan Kolombia dengan ketinggian antara 2000 hingga 9200 kaki (600 – 2800 m) dari permukaan laut. Penularan terjadi melalui gigitan “sand fly” dari genus Lutzomyia (Lutzomyia verrucarum). Penisilin, streptomisin, kloramfenikol, dan tetrasiklin efektif dalam mengurangi demam dan bakteriemia. Pemberantasan vektor agas juga diperlukan dalam pengendalian penyakit. Manusia berperan sebagai reservoir dengan agen penyebab yang ditemukan dalam



7



darah. Di daerah endemis, carrier tanpa gejala dapat mencapai 5%. Tidak diketahui adanya hewan sebagai inang. Manusia menjadi sumber infeksi bagi “sand fly” untuk masa yang lama, agen penyebab dapat muncul dalam darah beberapa minggu hingga hitungan tahun setelah muncul gejala klinis. Lama dari masa infeksi “sand fly” tidak diketahui. Penularan terjadi melalui gigitan “sand fly” dari genus Lutzomyia. Spesies ini tidak ditemukan di semua wilayah; Lutzomyia verrucarum terdapat di Peru. Serangga ini hanya menggigit dari petang hingga pagi. Transfusi darah, terutama pada stadium demam Oroya, dapat menularkan infeksi. Biasanya 16 – 22 hari, tapi kadang kala sampai 3– 4 bulan. Manusia berperan sebagai reservoir dengan agen penyebab yang ditemukan dalam darah. Di daerah endemis, carrier tanpa gejala dapat mencapai 5%. Tidak diketahui adanya hewan sebagai inang. 1.13 Porsi Lalat dalam Standar Kualitas Lingkungan (Kep. Men. LH. tentang Baku Mutu Kualitas Lingkungan) Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit oleh serangga bernama lalat diperlukan sebuah pengukuran sederhana. Dalam Tabel Standar Skala Kualitas Lingkungan Kep. Men. LH. terdapat pembagian lima kelas kualitas yang harus menjadi perhatian dalam hal kunjungan lalat ini. Pengukurannya menggunakan satuan landing rate per hour per square meters atau jumlah individu lalat yang berkunjung/mendarat dalam waktu satu jam dalam rentang luasan satu meter persegi. Satuan ini berlaku untuk semua tempat, mulai tempat sampah hingga tempat tidur keluarga. Untuk menjauhkan lalat, atau mengurangi angka kunjungan individu lalat, diperlukan usaha yang meskipun sederhana ternyata tidak semua orang mau (bukan tidak bisa, tapi sedikit segan dan malas) melakukannya. Di antaranya ialah tidak menjadikan lingkungan sebagai tempat yang disukai lalat (terutama untuk tempat bertelur). Lingkungan harus dibersihkan secara teratur. Menjaga kebersihan tubuh, bagi manusia. Menjaga kebersihan kandang ternak dan lingkungannya bagi area peternakan. Pakaian ternyata juga menjadi salah satu pilihan untuk tempat lalat bertelur. Pakaian harus dicuci bersih, setelah kering



8



disetrika dengan suhu tinggi untuk mematikan telur-telur yang telah diletakkan oleh lalat. 1.14 Kontrol Penyemprotan insektisida residual pada permukaan di rumah. Ini telah menjadi cara utama yang digunakan untuk mengendalikan sandflies tetapi jelas tidak efektif bagi spesies yang menggigit jauh dari rumah seperti di hutan Amerika Selatan. Teknik kontrol ini juga digunakan untuk membunuh nyamuk Anopheles yang menularkan malaria dan beberapa daerah justru efektif dalam mengurangi malaria dan leishmaniasis. Membunuh spesies waduk. Beberapa spesies mamalia dapat bertindak sebagai reservoir penting Leishmania dan dengan membunuh spesies waduk yang tinggal di dekat tempat tinggal manusia, tingkat penyakit bisa berkurang. Misalnya, rodentisida telah digunakan terhadap Besar Gerbil Rhombomys opimus di Asia Tengah. Penyemprotan insektisida habitat larva. Hal ini biasanya tidak mungkin karena, biasanya, begitu sedikit yang diketahui tentang di mana larva terjadi.



1.15 Pemberantasan Lalat Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:



a.Usaha pemberantasan lalat melalui tindakan penyehatan lingkungan. · Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat; · Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat;



9



· Pengangkutan/pembuangan sampah yang dilakukan setiap hari dengan cara yang memenuhi syarat; · Tempat penampungan sampah diberi alas yang kedap air, misalnya semen; · Adanya jamban/kakus yang tidak mudah dihinggapi lalat (tertutup). b.



Membasmi larva lalat.



c.Pembasmian Lalat Dewasa Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara: · Dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents; · Diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan; · Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon 1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat; · Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot; · Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) : Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai:  Parathion: ini bisa tahan sampai 10 minggu.  Diazinon: ini bisa tahan sampai 7 minggu.



10



Karena parathion sangat rentan untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Jika kulit terkontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara dibilas dengan air dan sabun. Pembasmian dalam pengendalian vektor tidak mungkin dapat dilakukan sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi ke suatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia, tetapi seharusnya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting didasarkan prinsip dan konsep yang benar.



11



BAB 3 PENUTUP



1.16 Kesimpulan Sandflies (Phlebotominae) adalah hewan pengisap darah dan larva yang mendiami tempat-tempat di mana ada bahan organik tinggi seperti pada sarang hewan dan lubang pohon. Sandflies menyebabkan berbagai penyakit karna mengandung



organism-organisme



penyabab



penyakit.



Penyakit



tersebut



diantaranya : leishmaniasis visceral ( kala - azar ), leishmaniasis kulit (misalnya oriental sakit, espundia), bartonellosis (Oroya demam, penyakit Carrion), demam sandfly dan lain-lain. Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan cara : usaha pemberantasan lalat melalui tindakan penyehatan lingkungan dan untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan melalui penyemprotan udara.



1.17 Saran Setelah membaca dan memahami makalah ini penulis berharap pembaca dapat melakukan pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu.



12



DAFTAR PUSTAKA



Lane, R.P. 1993. Sandflies (Phlebotominae). Dalam: Serangga Medis dan Arakhnida (eds RP Lane dan RW Crosskey). Chapman dan Hall, London, hlm 78-119. Araz Meilin. 2016. Serangga dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian Dan Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. Vol. 1. No.1. Hal 18-28.



Budiman Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. EGC: Jakarta Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Djaenudin Natadisastra. 2005. Parasitologi Kedokteran:Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Irianto, K. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Yrama Widya : Bandung James Chin. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. Oksfriani Jufri Sumampouw. 2017. Pemberantasan Penyakit Menular. Penerbit CV Budi Utama : Yogyakarta. Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotik Pada Kucing & Anjing. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. Sutatnto, dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. FKUI : Jakarta



13