Santo Agustinus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Resume Mata Kuliah Pemikiran Politik Barat Pemikiran Santo Augustinus



Disusun oleh : Muhammad Faisal N



(11171130000077)



Salsabila Nadhifa



(11171130000078)



Fazlurrahman Sofyan



(11171130000079)



Dosen Pengajar : M. Adian Firnas, S.Ip, M.Si



PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017



Setelah abad V M doktrin – doktrin Kristiani bukan hanya sekedar teologis, dikemukakan dalam tulisan – tulisan terdahulu Agama Kristen menjadi Agama resmi imperium Romawi, Agama yang dulunya merupakan Agama Rakyat jelata – populis, kini bertransformasi menjadi Agama para kaisar – Agama kaum elite dengan segala implikasinya. Dalam proses politisasi Bapa Bapa Gereja bisa terbilang sangat berpengaruh karena bisa dibilang merekalah yang meletakkan dasar teologis bagi terbentuknya Agama Kristen yang berdimesnsi politis. Bapak gereja yang terkemuka adalah Santo Augustinus, Santo Ambrosius dan Thomas Aquinas. Konsep supremasi Paus dan kaisar Eropa adalah pemikiran para Bapa Gerja itu. Bahkan, seorang dari mereka yaitu Augustinus berjasa besar dalam meletakkan katolikisme dan protestantisme. Juga, imperium Romawi suci pasca Konstantin.1



Biografi Santo Augustinus Santo Augustinus lahir di Tagaste, numidia (Tunisia) Afrika Selatan tahun 354 M. Ayah nya bernama Patricius dan ibunya bernama Monica, kedua orang tua mereka berbeda panutan, ayahnya menganut Paganisme, sedangkan ibunya menganut Katholik. Dan Augustinus sendiri sejak dewasa menganut ajaran yang spiritualisme yang berbebeda dengan kedua orang tuanya, yaitu Manikeisme. Manikeisme ini menolak adanya dosa dalam agama kristen. Di Carthago, 370 M, hidup dengan seorang wanita selama 14 tahun dan belum menikah dan mempunyai anak bernama Adeodatus. Tahun 383 M ia pergi ke Roma dan Milan kemudian ia menjadi seorang yang skeptis meninggalkan ajaran manikeisme. Kemudian dari situlah ia mendapatkan kebenaran dari pemikiri Yunani, antara lain Aristoteles dan Plato. Plato sangat memiliki pengaruh khusus, falsafah snagat mempesonanya dan mebuat dia menjadi Neo Platonis. Dalam mencari makna hidup yang sesungguhnya ia bertemu dengan Santo Ambrosius. Santo Ambrosius adalah seorang bishop (teolog) di kota hippo, dia merupakan teolog yang normal dengan



persoalan politik zamannya. Dibawah pengaruh Ambrosius inilah



kemudia Augustinus sadar dan bertobat, April 387 M, dan dia memeluk agama Katholik. 1



Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat ,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm.69



Augustinus kemudian diangkat menjadi seorang bishop di Hippo. Augustinus banyak menulis karya - karya, anatara lain City Of God dan The Confessions.



Pemikiran Santo Augustinus: Negara Tuhan versus Negara Duniawi Karya The City Of God diselesaikan selama hampir 13 tahun. Terdiri dari 22 buku, 10 buku yang berisi sanggahan dan jawaban terhadap kehancuran Roma, dan 12 buku mengenai manusia dan masyarakat. Ada dua peristiwa yang sangat dramatis saat Augustinus menuliskan pemikirannya. Pertama, jatuhnya Roma ke tangan Bangsa Barbar Visigoth dan Alarik tahun 410 M, dan kedua, Diterimanya Kristen, melalui dekrit politik Kaisar Theodosius, menjadi agama resmi imperium Romawi, 393 M. Kemudian banyak muncul tuduhan – tuduhan bahwa



Roma hancur karena Dewa – Dewa marah, mereka merasa



dikhianati karena kristen telah menajadi agama resmi negara. Kemudian, untuk menjawab dan menyanggah semua tuduhan itu Augustinus menulis De Civitate Dei (City Of God) . Augustinus menganalogikan negara seperti seorang manusia, yaitu mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, kematangan, dan ketuaan, kematian atau kehancuran, dengan kata lain manusia mengalami fase ‘pasang – naik’ dan ‘pasang – surut’ dalam kehidupannya. Itulah sebab menurut Agustinus kelak peradaban romawi akan mengalami masa kemerosotan dan bahkan kehancuran. Menurut Augustinus ini adalah hukum segala sesuatu di alam semesta. Jadi, menurut Augustinus kejayaan imperium Romawi selama berabad – abad bukan karena dewa – dewa paganis itu, melaikan karena Allah. Allah lah yang mengatur roda sejarah imperium Romawi, dia yang mengangkat imperium Romawi ke puncak kejayaannya, dan dia jugalah yang menentukan saat – saat runtuhnya, atas dasar alasan ini Augustinus menolak ajaran Varro yang beranggapan bahwa imperium Romawi bisa kekal dan terlepas dari masa kehancurannya apabila kembali menyembah Dewa - Dewa paganis itu. Menurut para sejarawan pandangan Augustinus tidak sesuai dengan kenyataan historis, Edward Gibbon, berpendapat bahwa kehancuran Roma dan imperium Romawi disebabkan karena multifaktor yang sealing berkaitan, daiataranya serangan kaum gereja terhadap Romawi, kemunculan perkembangan sekte – sekte agama kristen. Jadi, menurut sejaraawan Edward Gibbon agama kristen tetap memiliki andil dalam kehancuran imperium Romawi.



Augustinus menganalogikan kedua bentuk negara itu ibarat tubuh (body) dan jiwa (soul). Tubuh pada hakikatnya bersifat temporal, fana. Ia tidak mungkin abadi, karena proses alamiah akan menentukan kehancurannya kelak. Di sisi lain jiwa memiliki karakteristik yang berbeda dengan tubuh, perbedaan paling signifikan adalah jiwa manusia bersifat abadi, kekal. Gagasan Augustinus sepenuhnya merupakan gagasan teologis dan ini wajar karena dirinya adalah seorang teolog. Negara tuhan didasarkan pada cinta kasih tuhan. Cinta kasih tuhan yang bersifat immortal. Di dalam negara tuhan tidak dikenal konsep kekuasaan politik dalam pengertian suatu bentuk kekuasaan pemaksa dan alat kekerasan yang dilembagakan. Maka, dalam negara tuhan tidak dikenal adanya paksaan dan penggunaan kekerasan fisik maupun psikis terhadap warga negaranya. Jadi, warga negara dan ketentuan hukum – hukum yang ada sepenuhnya didasarkan pada kesadaran kolektif. Gagasan Augustinus ini memperlihatkan secara transparan pengaruh plato yang melihat tujuan dibentuknya negara adalah demi mencapai kebaikan bersama. Augustinus menulis bahwa Negara Tuhan itu telah diciptakan sebelum manusia ada. Sedangkan Negara Duniawi mulai terbentuk ketika para malaikat melakukan penyelewengan dan durhaka terhadap perintah Tuhan. Di awal sejarah politik manusia, Kain dan Habil dikenal sebagai reinkarnasi atau manifestasi konkret entitas Negara duniawi dan Negara Tuhan. Augustinus menyakini bahwa pada akhirnya yang menang dan abadi adalah Negara Tuhan, sedangkan Negara duniawi akan hancur. Menurut Augustinus apa pun sifat dan karakter buruk yang melekat padanya, suatu Negara duniawi dengan berbagai instrument kekuasaanya tetap dibutuhkan. Negara bisa bersifat temporary (sementara) dalam arti ia mungkin saja lenyap dengan sendirinya manakala manusia telah mampu mengendalikan nafsu-nafsu rendahnya yang membuatnya berdosa. Keadilan adalah nilai fundamental dalam negara tuhan, dengan adanya keadilan menurut Augustinus akan tercipta kedamaian sosial. Keadilan adalah faktor esensial yang membedakan antara suatu kekuasaan seorang kaisar dengan perompak dilautan. Artinya, seorang kaisar menegakkan keadilan sementara perompak tidak. Gagasan keadilan dalam negara tuhan merefleksikan kuatnya pengaruh Yunani dan Romawi, khususnya Plato. Pemikir Yunani ini berpendapat bahwa keadilan adalah dasar sebuah negara ideal. Augustinus mengikuti gagasan Plato dan mentransformasi konsep keadilan Plato sesuai dengan doktrin – doktrin kristiani. Selain itu unsur penting yang ada dalam neagara tuhan yaitu perdamaian. Negara berkewajiban menegakkan perdamaian ini, mirip dengan Plato dan Cicero, Augustinus mengatakan bahwa perdamaian yang diciptakan negara itu mempunyai



tujuan yang pasti, yaitu agar manusia sepenuhnya mengabdikan diri kepada tuhan. Adanya perdamaian membuat manusia tenang dalam menjalankan peribadatan kepada tuhan. Negara Duniawi didasarkan pada cinta diri (self love). Cinta diri ini mendorong lahirnya ambisi untuk meraih segala nilai – nilai kebesaran hidup yang bersifat hedonistik dan matrealistik. Dari rasa cinta diri inilah muncul motivasi untuk berkuasa dan mendominasi orang lain. Kekerasan dan paksaan merupaka esensi utama negara dunaiwi yang digunakan para penguasa sebagai sarana untuk menciptakan kepatuhan terhadap hukum negara , mengontrol perilaku masyarakat dan demi pemuasan ambisi politik para penguasa. Negara Duniawi adalah manifestasi dari kebohongan, pengumbaran hawa nafsu, ketidakadilan, pengkhianatan, kebobrokan moral, kemaksiatan dan lain – lain. Augustinus menulis bahawa Negara Tuhan diciptakan sebelum manusia ada, yang diciptakan Tuhan tatkala ia menciptakan malaikat dalam terang. Cerita Adam dan Hawa lah yang meletakkan batu pertama dalam Negara Duniawi. Augustinus meyakini bahwa pada akhirnya yang menang dan abadi adalah Negara Tuhan, sedankan Negara Duniawi akan hancur. Gagasan ini menarik karena memiliki kemiripan dengan pandangan Marx. Augustinus mengatakan: “taatilah Negara sejauh ia tidak menghendaki yang bertentangan dengan kehendak Allah.” Menarik untuk memahami kata-kata Augustinus itu. Sebab di lain pihak, ia juga berpendapat bahwa rakyat tetap dituntut mematuhi Negara meskipun kekuasaannya bersifat tirani, karena pada dasarnya kekuasaan Negara yang baik maupun yang tirani berasal dari Tuhan. Pandangan Augustinus mengenai hubungan antara penguasa Negara dengan rakyat tidak jauh berbeda dari gagasannya tentang otoritas para tuan terhadap para budaknya. Di mata Augustinus para budak adalah manusia-manusia berdosa. Maka, budak tidak diperkenankan menentang perintah tuannya. Atas dasar asumsi ini, Augustinus menolak hukum Perjanjan Lama (Old Testament) yang mengatakan bahwa segala bentuk perbudakan manusia harus dihapuskan setiap tujuh tahun sekali. Kehancuran imperium romawi menurut Augustinus juga karena Negara itu bukanlah merupakan bentuk Negara yang diridhoi Tuhan, melainkan bentuk Negara yang dimurkainya.



Referensi: Nadzifah, Choirifqa Widya Wira. Kehidupan dan Pemikiran Politik St. Agustinus dari Hippo. 19 September 2018. https://berpijar.co/kehidupan-dan-pemikiran-politik-st-agustinusdari-hippo/ Rapar, J.H., 1995. Filsafat Politik Agustinus. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suhelmi, Ahmad. 2004. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.