Sarah's Surrender [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sarah's Surrender by



Lydia Chance



Sinopsis: *USA Today and New York Times best seller list* "John Garrett adalah seorang multi jutawan sinis yang jarang ditolak apa pun yang diinginkannya, sampai suatu hari ia bertemu Sarah McAlister. Sarah yang terluka di masa lalu dan segala sesuatu tentang rancher yang suka mengeluh menyebabkan pertahanan dirinya dalam kesiagaan tertinggi. Dia mencoba sebaik-baiknya untuk tidak berurusan dengan John, tapi pengejaran tanpa henti membuatnya mustahil untuk ditolak." Ini adalah kisah menarik tentang hasrat terdalam dari seorang wanita yang telah ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Sarah bermetamorfosis, ketika ia melakukan perubahan dari kepribadian puas diri yang manipulatif tapi tidak penuh, sampai menyadari gairah sepenuhnya dan potensi sebagai submisif. Penulis telah menggali jauh ke dalam pikiran dan motivasi dari karakter seorang submisif dan membawanya ke dunia nyata bagi pembacanya. Cerita ini untuk pembaca yang suka kisah cinta panas tentang seorang tokoh dominan. Sang pria suka mengontrol dan posesif, tapi dia juga melindungi dan berkomitmen untuk pasangannya. Tak ada fetish atau kinky, hanya alpha



male yang dominan. Kebutuhan primitif untuk mengklaim pasangannya adalah kekuatan pendorong dari cerita ini. Copyright© 2012 by Lydia Chance Bab 1 John Garrett memasukkan buku check ke dalam saku belakang jeans nya lalu berbalik dan berjalan meninggalkan petugas administrasi sekolah. Dia bersumpah, orang berikutnya yang meminta uang kepadanya akan merasakan kemarahan terbesarnya. Ketidaksabaran menyebabkan tambahan lonjakan emosinya yang sudah melonjak. Apakah orang baik di Duluth, Texas percaya bahwa dia telah membagikan kekayaannya? apakah mereka berpikir dia menyimpan jutaan kekayaan itu hanya untuk dirinya dan tak pernah mengamalkannya sedikitpun? Dia memberikan semua yang baik dan sangat murah hati. Tapi jelas, itu tak cukup dan penduduk kota selalu datang dengan cara-cara baru yang lebih baik untuk menghabiskan uangnya. Hanya untuk bulan ini saja, dia telah mengeluarkan uangnya untuk cafetaria baru bagi gereja pembatis lokal. Gereja



yang tak pernah dia datangi dan tak pernah berniat untuk dia datangi. Dia telah mendanai pembangunan sayap baru dari ruang pribadi gedung di sebuah klinik yang akan terus menaikkan tingkat perawatan di sebuah rumah sakit kecil. Dan baru saja pagi ini, Dia telah menulis sebuah check yang bernilai cukup besar untuk memberikan ipad versi terbaru kepada setiap murid di sebuah sekolah. Apa yang harus dia lakukan dan harus dilakukan dengan cepat adalah membangun sebuah yayasan untuk orang di wilayah ini dan mempekerjakan seseorang yang kompeten untuk menjalankannya, dengan demikian dia akan dibiarkan sendiri dan meminimumkan interaksinya dengan orang. Dia mengakui sepenuhnya bahwa dia adalah orang yang tidak bersosialisasi. Dia terus terang tidak menikmati bersosialisasi dengan orang. Tak perduli dengan kerumunan orang, tidak suka pembicaraan basa basi atau sejenisnya. Dia menyimpan hampir semua hal untuk dirinya sendiri. Pembantunya yang membelikan kebutuhan bahan makanannya, Dia melakukan



semua transaksi perbankan secara online. Dia seorang penyendiri dan dia suka seperti itu. Dia punya satu alasan kenapa harus mencari teman dan hanya satu alasan. Alasan itu adalah seks. jika dia tak memiliki sebuah dorongan seksual yang merajalela, dia mungkin bahkan tak akan pernah merasa perlu untuk meninggalkan peternakan miliknya. Tapi dia akan selalu memiliki libido yang sangat aktif, dan saat dia menunjukkan mukanya di kota, seseorang atau lainnya akan selalu mengejar uangnya. Masalahnya adalah dia menghabiskan hidupnya di sini dan cerita kesuksesannya telah berkembang dan menyebar secara luas. Orang mengenalnya baik karena melihatnya secara langsung atau lewat reputasinya. Dia melangkah dengan lebar melewati tempat parkir sekolah dan membuka pintu mobil truknya. Saat dia menarik diri dari sekolah dan menuju ke kota, pikirannya berada di cara yang paling cepat untuk mendirikan sebuah yayasan. Dia benarbenar tak keberatan untuk membagikan uangnya;



ini hanya masalah berhubungan dengan orang dan banyak sekali detail yang membuatnya gila. Dia tak ingin diganggu dengan hal itu lagi. tapi semakin dia memberikan kontribusi untuk beberapa penyebab atau lainnya, biasanya hanya untuk menyingkirkan seseorang, semakin menyebar bahwa dia adalah orang yang bisa menolong suatu urusan. Pikirannya fokus kepada masalahnya, Dia masuk ke dalam salah satu dari hanya dua pom bensin yang dimiliki oleh kota kecil Duluth dan diam sampai ke samping pompa diesel. Dia turun dari truk 4x4 miliknya, memasukkan debit card ke dalam slot dan mulai mengisi bensin ke dalam tangki pertama dari dua tangki yang dimiliki truknya. Sebuah mobil masuk ke sisi lain dari pompa bensin dan seorang wanita keluar. Dia seorang wanita dengan tinggi rata rata dan badan rata rata dan hanya itu yang dapat dia amati karena pompa bensin berdiri diantara mereka. Dia tidak mengenali model sedan model lama ini, dan



berpikir wanita ini hanya numpang lewat saja di kota dan bukan penduduk lokal. Pompa berbunyi klik, menandakan tangki pertama miliknya penuh lalu dia memindahkan mulut pompa ke tangki lainnya. Dia menarik tuas sehingga pompa akan mengisi secara otomatis lalu dia masuk ke dalam toko serba ada untuk membeli sebotol air. Dia membuka tutup botol, meminum setengahnya lalu berjalan kembali menuju truknya. Dia harus berjalan melewati wanita yang ada di pompa, dan sangat jelas terlihat wanita itu mengalami masalah. Diam-diam mengutuk orang yang tidak kompeten dan wanita pada khususnya, dia berhenti dan memaksa dirinya untuk bicara pada punggung ramping saat dia tiba di belakang wanita itu. "Butuh bantuan?" suaranya kaku dan terdengar pendek karena jarang bicara dan tidak membantu sama sekali bahkan untuk dirinya sendiri. ****** Sarah McAlister menekan terus menerus tuas



pompa dan berusaha untuk membuatnya memberikan suara klik yang menandakan pompa siap untuk mengisi tangkinya. Tidak Beruntung. Dia mengigit pipi bagian dalamnya, memasukkan credit card ke dalam kantong bagian belakang celananya, dan menyadari bahwa dia harus berjalan dengan malu ke dalam toko dan mengatakan dia tidak bisa membuat pompanya bekerja. Dia hampir mengerang dengan keras. Dia benci gagal mengisi bensin. Setiap pom bensin sepertinya berbeda; setiap pompa memiliki pikirannya sendiri. Kenapa dia bisa mengontrol kelas yang berisi remaja-remaja yang sulit dikendalikan saat mengajar persamaan kuadrat, akan tetapi dia tak bisa membuat pompa bensin sederhana bekerja? Dia baru saja akan menggantung mulut pompa kembali saat dia mendengar suara yang dalam, kata-kata yang hampir menjijikkan datang dari belakangnya. Mana yang akan lebih buruk? kembali ke dalam toko dan mendengarkan



instruksi yang bersungut-sungut dari petugas toko lalu kembali kemari dan mungkin gagal lagi? atau menerima pertolongan dari pria yang suara dalamnya itu menyampaikan bahwa dia tak lebih dari seorang wanita dungu. Dengan dua pilihan di dalam pikiran seperti itu, dia membalikkan badannya dengan anggun untuk berhadapan dengan pria itu, yang memang dia telah hakimi lebih dulu melalui nada suaranya. Begitu dia membalikkan badannya, Pria itu berdiri tepat di depannya, dan matanya mendarat di dadanya lalu perlahan lahan pandangannya berjalan menuju wajahnya. Dia hampir berhasil untuk mengontrol nafas yang mencoba untuk meninggalkan tenggorokannya. Pikiran pertamanya adalah sangat disayangkan seorang pria seperti ini tidak memiliki sopan santun. lalu, Bukankah mereka semua seperti itu? Bukankah semua pria yang berada pada level yang sama seperti ini tahu bahwa mereka adalah karunia Tuhan untuk para wanita? dan bukankah mereka semua begitu manjanya hingga



berpikir bahwa mereka bisa menjalani hidup dengan bersikap sekasar mereka mau dan tidak berusaha sekecil apapun untuk bersopan santun? atau bahkan dia berpikir dengan menawarkan bantuan dia melakukan tugasnya. Tugasnya, anggukannya untuk kebaikan terhadap manusia. Benar. Pria ini tidak terlihat seperti ia memiliki tulang yang baik di suatu tempat di dalam tubuhnya. Tubuh indahnya yang sulit dilukiskan. pria ini baik baik saja, tidak ada yang patut dipertanyakan. Dan juga tidak ada pertanyaan bahwa pria ini juga menyadari hal itu. Dia merasa pertahanannya mengingatkannya dan otot-ototnya menegang saat dia mencuri beberapa detik untuk mempelajari pria ini. Ia tinggi, dengan bahu yang lebar yang dia pakai di dalam postur kaku, yang membuat dia bahkan tampak lebih tidak bersahabat dari nada suaranya dari caranya berbicara. Tubuhnya ramping dan berotot, dengan kepadatan yang solid yang menjeritkan kekuatan dan



kemampuan. Pria ini memancarkan aura kepercayaan diri yang keluar darinya dalam gelombang arogan. Melihat kematanya, Nafas Sarah kembali tertangkap dalam goresan warna yang berasal dari gelap, bola berkilau. Matanya begitu coklat gelap, hampir hitam, dan dia begitu tak nyaman melihat pria ini secara langsung, sehingga pandangannya dengan cepat meninggalkan matanya dan beralih pada detail wajahnya yang lain. pria ini memiliki kulit zaitun, dan warna gelap pada wajahnya yang berasal dari matahari hanya menambahkan kehitam-hitamannya. Dia memiliki dagu tajam terpahat dan alur kembar yang mengurung mulutnya. Ada garis mengkerut di dahinya diantara mata dalam bentuk V, dan seperti terpahat secara permanen di atas kulitnya. Itu ketidaksempurnaan tunggal di wajahnya, jika tidak pria ini benar benar tampan sempurna, dan itu ditambahkan ke dalam maskulinitas yang melekat padanya. Rambut coklatnya dipotong pendek akan tetapi ciuman



matahari pada rambutnya menyorot dengan begitu banyak variasi yang hampir terlihat seperti rancangan salon. akan tetapi dia tahu salon tidak bisa melakukan itu. ia bukan tipe pria yang pernah masuk ke dalam salon sebelumnya. Dia yakin tukang potong rambut professional yang ia datangi hanya tukang cukur rambut biasa. Kulitnya ditarik dengan kencang oleh tulang pipinya dan struktur tulangnya diperbesar oleh matanya yang gelap. Benar benar wajah yang begitu tampan, tidak ada yang sensitif mengenai itu. Pria ini tak diragukan lagi merupakan sesuatu yang dipikirkan tuhan di dalam pikiranNya ketika dia menciptakan seorang “pria”. Walaupun wajahnya begitu sedap dipandang, bukan sedap dipandang dengan cara yang bisa digambarkan dengan cara feminin. Ia tidak ayu, dan ia tidak cantik. Dia memiliki wajah pria, dengan dahi yang luas dan hidung tumpul yang terlalu besar. Untuk beberapa saat dia berpikir seperti apa pria



ini saat dia masih kecil. Ia pasti telah menjadi anak yang suci, mungkin hampir polos karena dia belum memiliki “ketampanan” nya. Anak pria yang neneknya akan memberikan komentar. Bahwa seperti itulah seorang anak pria harusnya terlihat. Seorang anak pria. Tidak ayu seperti anak wanita. Dan lalu, seorang anak pria seperti ini lah yang akan tumbuh menjadi seorang pria. Semua pria. Murni maskulin tanpa satu ons pun yang akan melembutkan tepi kepriaannya. Semua hal ini berputar di pikirannya yang kabur saat ia melihat kearah pria itu. Pandangan di wajahnya memperlihatkan seolah-olah dia hama yang ingin ia lumatkan sehingga ia tak akan perlu terganggu lagi. Ia tidak tersenyum. Ia tidak menawarkan penghiburan dalam bentuk sopan santun yang sederhana atau bahkan kesabaran. ia begitu kaku sehingga ia tampak seperti granit, seperti ia sebuah batu. Beberapa kata yang ia ucapkan kasar, tidak fleksible, Kebandelan di matanya bagai batu, diisi dengan kilatan keras kepala yang mengirimkan perasaan dingin ke



tulang belakangnya. Sarafnya menjadi kaku dan ia mengetahui, tanpa ragu, ia tidak menginginkan bantuannya. Ia lebih memilih pergi tanpa membeli dan mungkin kehabisan bensin daripada menerima bantuan dari pria ini. Ia bahkan tak ingin berdiri dekat satu detik lebih lama lagi dengan pria ini dari yang seharusnya dia lakukan. Dia menelan ludah dan melangkah satu kali ke samping pria ini saat ia menjawab sesingkat saat pria itu bertanya “Tidak, terima kasih “. Tubuh pria ini menghadangnya begitu tiba-tiba dan dilakukan dengan mulus sehingga ia tak percaya dia melakukannya. Matanya memandang dengan sedikit kepanikan. “Nona, Kau membutuhkan pertolongan, Betul kan?” Kali ini ia bicara dengan nada yang sedikit lebih baik. Ia memiliki perasaan pria ini bisa melihat ke dalam dirinya dan mengetahui ia telah menempatkan sarafnya ke tepi rasa ketidaknyamanan dan berusaha untuk memperbaikinya.



Ia harus menjawab pria ini dengan cepat sehingga ia bisa pergi dengan cepat, tapi ia bukan orang yang kasar dan orang yang tak perduli dengan konfrontasi apapun. Ia hanya ingin melalui ini dan mendapatkan bensinnya dan kembali ke jalan “ Ya, tapi sepertinya Anda terburu-buru dan saya tidak ingin mengganggu.“ “Itu tidak masalah, Sayang”. Suaranya turun satu oktaf saat dia melemparkan botol air minumnya ke dalam jendela truknya dan berjalan ke depan, perubahan tajam pada sikapnya tidak membuat Sarah melupakannya begitu saja. Fakta bahwa ia memanggilnya “Sayang” dengan suara yang lebih lembut dan ketidaksabaran yang dia radiasikan awalnya yang sekarang tampaknya telah menghilang hanya mempunyai satu arti dari dua kemungkinan. Dia mungkin sekarang memiliki pemikiran lain dari sikap kasarnya tadi dan kemudian menyesalinya atau dia memiliki pandangan yang lebih baik padanya sekarang dan menyukai apa yang dia lihat. Ia berani bertaruh samapi dollar terakhirnya



bahwa yang terakhirlah yang benar. Oh tentu saja, pria yang berdiri di depannya ini bisa menjadi seorang manipulator ulung jika dia menginginkannya. Dan saat dia tak menginginkannya? Baik, lalu “persetan dengan hal lain di dunia ini” mungkin adalah moto hidupnya. Tapi saat ini, pria ini memandang padanya seperti bensin bukan satu satunya hal yang ia ingin pompa. Bajingan. Dia bisa tahu pria ini; itu sudah pasti. Ia bukannya tak paham seperti apa penampilan dirinya sendiri. Menurut pendapatnya, penampilannya oke, cantik setidaknya - sangat cantik tentunya tidak, walau dia tak pernah kekurangan kencan atau teman pria. Akan tetapi saat ini mereka berdiri di dalam pom bensin sepi di kota kecil di tengah hamparan luas wilayah dimana seorang wanita lajang tidak lazim ada di sana. Sehingga dia bukan saja menjadi aroma sedap hari ini akan tetapi mungkin menjadi satu satunya aroma yang tersedia untuk beberapa mil



persegi. Dan dia merupakan aroma baru. Tatapannya turun ke jari manis pria ini, tak ada cincin di jarinya bahkan tak ada garis putih yang menandakan disitu pernah ada cincin. Saat ia me-reset pompa bensin dan dengan sedikit usaha saja pompa mulai mengisi mobilnya, dia dengan enggan memberi sedikit nilai pada pertolongannya. Setidaknya ia tak tampak seperti tukang selingkuh atau orang yang sombong. John bersandar pada mobil wanita ini dan mengisi tangki mobilnya sepelan mungkin sementara tubuhnya memberikan peringatan seksual penuh. Darah mengalir dengan cepat ke pangkal pahanya dengan begitu sengit sehingga dia harus menjepit dirinya. Dia memandangnya lagi sekilas sementara perutnya tergulung dalam gulungan murni dari nafsu. Da tak pernah melihat wanita ini sebelumnya, Jika dia pernah, Dia akan ingat pukulan di dalam perutnya saat dia melihat matanya dan mengendus bau dari aromanya. Dia ingin menendang pantatnya sendiri karena telah



membiarkannya melihat ketidaksopanannya beberapa saat lalu. Dia telah kasar, dia tahu itu, dan sekarang Ia berdiri sejauh mungkin darinya dan ia bersikap begitu penuh kesopanan yang meneriakkan bahwa pertahanannya terhadap dia sudah disiagakan. Ini menempatkan dirinya di belakang bola 8. Akan tetapi dia tak akan membuang waktu membuat hal itu memperlambatnya. Dia hanya memiliki tiga pikiran di dalam otaknya. Siapa wanita ini, Dimana dia tinggal, dan seberapa cepat kemungkinannya dia bisa mendapatkan wanita ini telanjang dan horizontal di atas permukaan datar? Perasaan-perasaan ini mengalir dalam aliran darahnya yang elemental; tak lebih dari biologis, reaksi kimia padanya yang membengkakkan pangkal pahanya dan membuat darahnya terpompa lebih cepat. Dia dapat mengenali perasaan ini dengan cepat. Dia ingin bercinta dengannya. Tidak lebih tidak kurang. Dia mendorong pelan-pelan tekanan di tuas



pompa untuk lebih memperlambat pengisian bensin kemudian melihat kearahnya “Darimana kau berasal?” Lidahnya tiba-tiba keluar dengan cepat saat ia menjilat bibirnya, Dia merasa aliran panas lain mendesis di tulang belakangnya. “Top Hill.” Suaranya lembut saat ia menyebut nama kota kecil sekitar 30 mil sebelah barat laut. Dia telah mengetahui aksen texasnya, tapi dia merasa begitu lega bahwa ia masih berada dalam cakupan berkendara dengan mobil dan tidak mungkin 500 mil atau lebih. Dia akan tidur dengannya. Itu adalah kepastian. Ada satu alasan yang masuk akal dan satu satunya alasan kenapa dia tak akan bisa tenggelam di dalam dirinya. Dan hal itu adalah jika ia memiliki suami. Kemarahan melilit pikirannya. Kebingungan sementara menerpanya bahwa dia bereaksi sangat cepat dan keras, tapi kemudian dia mengenyahkan kebingungan itu dan kembali fokus padanya lagi. Mata wanita ini tak mau bertemu pandang



dengannya, dan dia memandang wanita ini dengan kefrustasian yang terbangun di dalam dirinya. Dia tak bisa menunjukan satu hal pun darinya yang menarik bagi dirinya; akan tetapi wanita ini benar-benar menarik dia. Wanita ini memiliki tinggi rata-rata, badan rata-rata, ukuran puting payudara yang rata-rata, dan mukanya juga sama, rata-rata. Tapi saat semua itu digabungkan menjadi satu, entah bagaimana, ia menjadi wanita paling sexy yang dia pernah lihat dalam waktu yang lama. Gigi depannya bersatu dalam cara yang paling memikat, bibirnya begitu penuh, yang bisa dia pikirkan hanya mulut dan gigi putih itu terbuka untuk menerima penisnya. “Kau menikah?” dia mendengar suara serak dalam nada bicaranya saat dia memotong untuk mendapatkan dan menuntut jawaban atas pertanyaan yang paling penting dalam pikirannya. Dia bisa melihat nadi di leher wanita ini bergetar saat dia mengambil nafas dan lalu melangkah



mundur beberapa langkah dalam kekagetan yang nyata sekali pada pertanyaan mencoloknya. Wanita ini menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memandang matanya sebentar lalu dengan cepat mengalihkan pandangan pada angka tampilan digital pada pompa. “ Kenapa begitu lama?” “Kau yang jelaskan padaku kenapa Sayang“ Dia mengatakan dengan nada menantang yang tak bisa dia sembunyikan dari suaranya. Dari pengamatannya yang tajam dia mengenali kekagetan yang menyebar pada air muka wanita ini, tapi wanita ini tetap diam dan berdiri canggung di belakang mobilnya. “Siapa namamu?” dia tekun untuk mendapatkan informasi darinya sebelum transaksinya selesai dan ia pergi meninggalkannya. Dia sudah mencatat nomor kendaraannya, dan dia tak ragu, kepolisian berhutang pertolongan cukup banyak padanya sehingga dia akan bisa mendapatkan informasi tentangnya. Akan tetapi dia ingin wanita ini memberikan sendiri informasi dirinya



atas keinginan pribadinya. “Sarah” dia menjawab dengan cepat dan tidak memperjelas. Perasaan terganggu menjalar kedalam tulang belakangnya bahwa wanita ini harus membuat dia mengorek informasi dari dirinya. “Nama belakang?” dia bertanya dengan ringkas. “kenapa?” ia bertanya dengan skeptis yang membuat john menggertakkan giginya. Sejak kapan dia harus memaksa hanya untuk mendapatkan nama seorang wanita. “Hanya berusaha ramah tamah Sarah” “Aku menghargai anda membantu memompa bensin, akan tetapi aku mohon maaf jika aku harus mengatakan bahwa Anda orang asing dan –“ Dia memotongnya “Kita tak harus menjadi orang asing, pernah mendengar orang yang berusaha untuk saling mengenal?” “Aku tak melihat itu perlu dilakukan” John meletakkan tuas pompa kembali dan memutar tutup tangki gas mobilnya. Dia



mengambil struk pembayaran yang dikeluarkan mesin dan memasukkannya ke dalam saku. Saat mengeluarkan tissue dari mesin dan membersihkan tangannya, dia tetap menempatkan dirinya diantara sarah dan mobilnya, dan hal itu mencegahnya untuk mencoba pergi. Dia melemparkan tissue ke dalam keranjang sampah dan segera berjalan menuju kearahnya. Dia tak pernah malu terhadap wanita. Dia selalu pergi mengejar apa yang dia inginkan dan dia menginginkan yang satu ini saat ini. Dia sampai dihadapannya dan mengangkat dagunya dengan satu jari. "Hal ini sangat perlu. Siapa nama belakangmu?" Dia mendesak. Sarah menyentakkan dagunya darinya, dan menolak permintaannya dengan permintaannya sendiri, "berikan struk pembayaranku". Ia menjulurkan tangannya, telapak tangan ke atas, dan menunggu kertas struk. "ini bukan struk pembayaranmu, siapa nama belakangmu?" Dia mengambil tangannya yang



terjulur dengan tangannya dan mempelajari telapak tangannya yang memerah dengan mengerutkan dahi. "Apa maksudmu? Aku menginginkan struk pembayaran itu" ia bermaksud untuk menarik tangannya kembali akan tetapi dia menahannya. "Ini struk pembayaranku, Debit cardku, Struk pembayaranku. Siapa nama belakangmu?" Dia kembali memandang wajahnya dan melihat keraguan sebelum dia mengalihkan pandangan ke dada feminin nya yang sesak dengan pergolakan. Sarah terkejut. Apakah dia telah begitu mengacaukan pikirannya sehingga ia tak sadar dia telah menggunakan kartunya sendiri? Dan kenapa pula dia mau membayar untuk pembeliannya? Ini gila. “Engkau tak boleh membayar bensinku!” John memandangnya dengan seksama. “Baru saja aku membayarnya, Say“ Dia mengklarifikasinya dengan jelas, ingin terus berlanjut. “Siapa Nama Belakangmu?” Dia tak



ingin menyerah. Dia tahu dia terdengar seperti anjing yang tak ingin melepaskan tulangnya, tapi dia menginginkan informasinya dan dia akan mendapatkannya. “Kau gila. Bensin itu seharga lebih dari 50 dollar” kejengkelan bersamaan dengan kekaguman mewarnai nada suaranya. “Ya benar” Dia menyetujuinya “Siapa nama belakangmu?” Permintaannya diikuti oleh kesunyian dan kegelisahan memanaskan darahnya. Dia begitu amat sangat menginginkannya dan sekarang penolakannya untuk memenuhi apa yang dia butuhkan darinya hanya membuat dia makin tertarik. Tubuhnya menegang oleh wajah tenang pemarah darinya dan realisasi bahwa dia tidak bisa melewati hambatan yang ia ciptakan. Ia akan memberikan informasi yang dia inginkan; mereka selalu memberikannya. Ia mungkin tampak ragu-ragu sekarang, tapi segera setelah ia menemukan betapa dalam kantongnya, ia akan



merubah suaranya. Dia tetap memegang tangannya sementara dia meletakkan jari-jari tangannya melewati sisi wajahnya dan dia merasakan kehalusan pipinya. Tubuhnya mengeras dan tanpa ragu ia akan menyentakkannya lagi darinya, akan tetapi sisa kekagetan dari perbuatannya yang bersedia membayar bensinnya memberikannya beberapa menit tambahan sebelum ia lari. Dia bisa saja mempererat kesepakatan dan mengatakan padanya siapa dia sebenarnya, karena semua orang di lima wilayah daerah sini mengetahui siapa dia. Yang dia inginkan darinya hanya satu, semakin cepat semakin baik. Jika ia tidur dengannya hanya karena dia lebih kaya dari dosa, kenapa dia begitu perduli? akan tetapi dia ragu untuk mengatakan padanya, tantangan yang ia hadirkan menyerang ke dalam darahnya, Itu panas tambahan yang membuatnya tergoda untuk terus bermain dengannya. Dia memutuskan untuk mencoba kembali tanpa mengungkapkan identitasnya. “Kau mungkin



benar untuk tidak mengatakannya padaku, aku mungkin saja seorang pemerkosa atau seorang pembunuh. Bagus untukmu Sayang. Jadi bagaimana kita harus mengakhiri hal ini?” Nafasnya tersentak dan ia menggelengkan kepalanya. Dia merasa terganggu dengan penolakannya akan tetapi melanjutkan untuk merayunya. “Orang bertemu di berbagai tempat Sarah“ Dia sengaja menggunakan namanya untuk membangun keintiman diantara mereka. “Engkau tidak menikah, aku juga tidak. Jadi kita bertemu di pom bensin. Bagaimana aku bisa bertemu denganmu lagi jika kau meninggalkanku sekarang tanpa petunjuk apapun.“ Sarah benar-benar tercengang. Tak pernah dalam jutaan tahun hal seperti ini menimpa dirinya. Sekolah baru saja selesai untuk libur musim panas, dia menyetir sebegitu jauh dari Dallas dan yang dia inginkan hanya sampai di farm dan bisa tidur dengan lelap sebelum dia harus menghadapi masalah yang alam sadarnya tidak ingin lepaskan.



Tapi pria ini menghalangi jalannya. Dia pernah bertemu tipe seperti ini sebelumnya. Dia bahkan pernah menikahinya saat dia masih lebih muda. Tapi dia tak akan pernah begitu bodoh lagi untuk berhubungan dengan pria seperti ini lagi. Tidak. Dia sudah memiliki hidupnya yang secara utuh telah terencana. Dia memiliki seorang pria yang baik di Dallas yang perduli padanya dan memperlakukannya seperti putri. Tidak ada alasan untuk mengguncangkan kapal itu. Pria seperti ini benar-benar diluar perhitungan. Bukannya John ingin terlibat dengannya. Sarah juga tidak sebodoh itu. Atau naif. Sarah tahu apa yang dia inginkan mulai dari cahaya redup dimatanya sampai caranya memenuhi ruang geraknya. Saat Sarah tetap berdiri di depannya, pikiran Sarah berpacu, dia samar-samar menyadari sebuah mobil memasuki pom bensin. Dari sudut matanya, dia bisa mengatakan bahwa itu sebuah mobil patroli polisi. Kedatangan orang baru ini



sama sekali tidak mengganggu pria yang sekarang berdiri di hadapannya. Sarah tahu ia mengenali mobil ini karena ia mengalihkan matanya dari dia untuk beberapa detik dan melihat ke arah mobil itu. Akan tetapi ia tidak kaku, tidak bergeming, tidak memperlihatkan dia sedang melakukan hal yang salah atau abnormal. Jadi mungkin Ia bukan seorang pemerkosa. Ia hanya seorang player (ahli merayu wanita). Dan ia sedang mencoba mempermainkannya. Polisi keluar dari mobilnya dan dengan santai melangkah "Apa kabar John". pria itu menyapa John yang tetap memegang tangannya tak melepaskan pandangan darinya saat ia menjawab "Baik Sam". Saling menyapa dengan simple, santai dan to the point. Tapi itu menyampaikan beberapa hal kepadanya. Walaupun pria yang sedang memegang perhatiannya ini berpakaian jeans yang sangat tidak bereputasi dan sepatu bot yang lecet, akan tetapi dia dipanggil dengan nama pertama oleh polisi lokal. Dan ia dipanggil



John. Hal itu memberikannya banyak perasaan aman yang dia butuhkan dan saat ini dia hanya ingin berlalu darinya secepat yang dia bisa. "Sarah McAlister". Dia menjawab pertanyaannya yang telah ia tanyakan sejak tadi padanya dengan tujuan agar ia damai sehingga dia bisa pergi. Pada jawabannya, senyum pelan pelan melintasi mulutnya dan bukannya membiarkannya pergi, sepertinya malah memberikan efek berlawanan saat tangan yang tadinya menggenggamnya kini terbuka dan jari jarinya terjalin dengannya memegangnya dengan genggaman yang lebih erat. "Tidak begitu sulit kan ?" Telapak tangannya yang kasar menyentuhnya dan getaran yang dalam dari kata-katanya yang diucapkan dengan pelan-pelan mengirimkan sedikit aliran panas ke perutnya. Dia dengan cepat mengenyahkannya dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia hanya seorang manusia, lagipula, dan ia tanpa diragukan lagi adalah pria paling menarik yang pernah berada



sedekat ini dengannya semasa hidupnya hingga kini. Akan tetapi itu tidak berarti dia menginginkan untuk melakukan sesuatu dengan itu atau memiliki alasan untuk melanjutkan hal ini lebih jauh lagi. Dia mencoba untuk menarik tangannya darinya. "Begini saja, saya akan mengambil tas saya dan memberikan uang tunai pada Anda untuk bensin tadi" "Tidak" "Ini tidak benar, aku tidak tahu siapa kamu-" "Kita bisa memperbaiki hal itu dengan cepat. Kita bisa menepi dan minum secangkir kopi." Saat ia mengatakan pelan-pelan kata-katanya dengan aksen selatan, aksen yang sangat mengingatkan pada Matthew McConaughey, yang mengirimkan aliran panas ke perutnya, dia mengindikasikan hampir tak terlihat, lewat memiringkan kepalanya, restoran, tepat di seberang jalan dari tempat mereka berdiri sekarang. Tentu saja tidak mungkin dia pergi minum kopi



dengan pria yang tidak dia kenal. "Tidak, aku tidak bisa, aku-" "Tentu kau bisa, apa yang begitu penting hingga kau tak bisa berhenti dan memberikan 10 menit waktumu?" Ia bertanya dengan suara serak benar-benar berlawanan dengan ibu jarinya yang membelai punggung tangannya. Sarah mengambil nafas panjang dan mengatakan sesuatu yang akan mengakhiri selingan kecil ini. "Aku sudah bertunangan." Bab 2 Selama lima hari John berusaha untuk melupakannya. Selama lima hari dia membuat pagar, mengisi ulang tempat makanan ternak, menggali parit irigasi, semua untuk melupakannya. Setiap pekerjaan itu menyakitkan punggung, merangsang keringat dan suatu kerja keras. Dan selama lima malam dia sulit tidur, hanya untuk menyerah dengan aliran kata-kata



makian sebelum tangannya meluncur menggapai kemaluannya yang menegang dan dia menemukan cara pelepasan yang bisa dia lakukan. Terbebaskan darinya, terbebaskan dari kesempatan lima menit pertemuan yang sepertinya telah mengacaukannya dengan semua alasan. Dia memiliki perkerjaan yang begitu banyak selama siang hari dan dia telah memasang iklan untuk lowongan manager yayasan itu. Tetapi selain dari itu, dia merasa hidupnya tiba tiba bagai berhenti, seperti stagnan dg suatu cara yang tidak pernah dia alami sebelumnya. Bahkan saat mantan istrinya yang berbohong, selingkuh, merengek meminum terlalu banyak obat pembunuh rasa sakit ditambah dengan terlalu banyak vodka dan membunuh dirinya dengan menabrakkan mobilnya pada tiang telepon pada jam 1:20 dini hari, dia tidak merasa begitu sakit pada tubuhnya seperti saat ini. Dia duduk di ruang kerja gelapnya saat matahari tenggelam dengan bir di sikunya, mengetahui



bahwa dia harus melupakan apapun yang Sarah McAlister telah lakukan padanya. Ini sudah berakhir. Tinggal kenangan. Dia bisa saja dengan mudah mengetahui dimana ia tinggal, tapi dia bukan seorang penguntit dan dia tak akan melakukannya. Tapi hal ini begitu mengganggunya. Hal ini menggerogotinya dari dalam karena dia tahu dengan baik bahwa dia bisa menemukannya. Apa yang dia butuhkan adalah wanita lain agar dia bisa melupakan rambutnya yang lembut dan mengagumkan, bibirnya yang membuat perutnya menegang dan miliknya membengkak. Dia tidak bisa mendapatkannya tetapi dia yakin bisa mendapatkan mulut wanita lain untuk membalut miliknya. Sialan, benar-benar sialan. Itu yang dia butuhkan. Malam ini. Dia akan mencari satu. Sayangnya, pemikiran ini tidak menenangkannya sama sekali. **** Sarah mengakhiri telepon dan menuliskan



beberapa catatan cepat di notebook hello kittynya. Philip Johnson Garret. Ini ketiga kalinya dia mendengar nama ini disebut. Jelas, dia adalah pria yang tidak hanya memiliki uang, akan tetapi juga seorang yang dermawan. Kenapa dirinya begitu perduli? Kenapa ia punya keinginan agar sekolah kecil di kota kecil Top Hill terbuka dan berkembang menjadi kepedulian yang besar buatnya? Terjawab, dia adalah seorang guru dan dia memiliki kebutuhan yang mendalam untuk memberikan semua anak sebuah pendidikan sebaik mungkin. Tetapi ini lebih dari itu. Dia mencintai kota ini dan tanah 200 Acre yang diwariskan dari kakek-neneknya padanya sepenuh hati. Dia tidak pernah hidup di sini sepenuhnya; dia tumbuh di Dallas dengan orang tuanya dan tinggal di sana bahkan setelah mereka bercerai dan ibunya pindah ke Australia dengan pria baru dan ayahnya menenggelamkan dirinya dalam alkohol yang memnyebabkan kematian dini padanya.



Tetapi dia menghabiskan setiap libur musim panasnya di sini. Dia menjelajahi setiap inci dari padang rumput dan mengendarai sepedanya turun naik teras lebih banyak dari yang bisa dia ingat. Dia memetik bunga liar dan mengocok mentega dengan neneknya, sementara dia mendengarkan cerita dari neneknya, Karena itulah ikatan yang tidak diketahui hadir pada sebidang kecil tanah ini dan berpikir tanah ini sebagai rumahnya. Dia tumbuh menjadi remaja yang pemalu. Tetapi keberanian dan keinginan kuat telah membuat dia mengendarai sendiri mobil tua nenekkakeknya ke kota untuk mencari teman. Dan dia mendapatkannya. Dia pergi ke kolam renang kota sendirian dan beberapa anak di sana penasaran padanya untuk memulai pembicaraan. Beberapa anak merasa terancam olehnya, hanya karena dia berasal dari kota besar, tetapi dia lalu bertemu dengan seorang gadis yang kemudian menjadi teman baiknya. Jaime satu tahun lebih tua dari Sarah,



dan hal itu tentunya telah memberikan gadis itu perasaan lebih superior yang menginginkannya untuk lebih terbuka kepada Sarah. Dua gadis ini telah menghabiskan libur musim panas mereka bersama, menjelajahi kota kecil ini, berkendara dan melalui hambatan dan main mata dengan cowok pada setiap kesempatan yang mereka dapatkan. Mereka tetap menjaga komunikasi saat tahun-tahun berlalu, dan baru-baru ini, beberapa menit telepon gratis dan media sosial membuat jarak diantara mereka secara virtual hilang. Sarah tidak memiliki saudara kandung atau sepupu baik dari ibu atau ayahnya, saat ini ayah dan kakek-neneknya sudah meninggal. Ibunya sangat mencintainya dan mereka mempunyai hubungan yang dekat, akan tetapi Sarah sudah cukup dewasa dan cukup berpengalaman untuk menyadari bahwa apa yang telah ditemukan oleh ibunya di Australia dengan suaminya tidak bisa dinilai dengan uang dan dia sama sekali tidak merasa keberatan ibunya pindah kesana.



Jadi sekarang Sarah memiliki tanah pertanian kecil yang dia anggap sebagai rumah dan jika ada kemungkinan dia bisa memperoleh uang agar bisa tinggal sepenuhnya di sini dia akan melakukannya. Tapi dia tidak bisa memikirkan satu cara pun, sehingga setiap tahun ajaran dia kembali ke Dallas dan pekerjaannya sebagai guru-lah yang membiayai kondominiumnya dan memberikan dia dana yang cukup untuk membayar pajak dan keperluan di tanah pertaniannya. Sederhananya tak ada kesempatan kerja yang cukup di wilayah ini yang bisa membuat dia tinggal di tanah pertanian ini selamanya. Itu adalah inti masalahnya. Tak ada kesempatan kerja. Tak ada keluarga, jumlah anak-anak tidak cukup agar sekolah tetap bisa di buka. Jika pekerjaan baru tidak diciptakan, beberapa keluarga akan tinggal di kota, keluarga yang tidak memiliki tanah pertanian akan pindah dan sekolah akan makin beresiko kekurangan murid.



Tanpa Sekolah, kota kecil ini akan kering dan mati. Dan Sarah bertekat untuk mencegahnya. Dia akan meneliti permasalahannya, karena hal ini terjadi di semua kota kecil di seluruh Texas. Dia tahu jawaban untuk masalah dengan populasi yang menua dan terutama dengan gelombang "baby boomer" yang datang. Menurut dia, jika desa ini bisa mendapatkan dana tidak hanya untuk panti jompo, tetapi juga untuk bantuan hidup dan kemungkinan penyediaan perumahan untuk mereka yang masih produktif, maka lapangan pekerjaan bisa diciptakan, begitu juga membuat orang yang lebih tua untuk menempati fasilitas yang disediakan. Hal ini akan menjadi win-win solution bagi kota, sekolah, dan warga manula. Ini bukan ide baru, dan wilayah ini pernah melakukan hal ini sekali, melakukan pemilu hanya untuk tujuan ini. Akan tetapi rencana itu gagal karena hal itu berarti naiknya pajak yang sulit dipenuhi oleh penduduk.



Sehingga sekarang Sarah berjuang bagaimana cara mewujudkannya. Dan itu adalah bagian dari permasalahannya. Saat dia menyampaikan ide ini kepada orang lain, mereka tertarik dan tahu ini ide yang bagus, tetapi sebagian besar dari mereka sibuk dengan hidup mereka sendiri dan hampir sulit hidup dalam ekonomi yang sulit seperti sekarang. Dia mulai menuliskan semua ide yang datang padanya dan menuangkannya lewat ujung penanya, berada jauh di dalam pikirannya saat teleponnya berbunyi. Dia melirik ke bawah dan kebahagiaan menghiasinya saat dia melihat nama Jaime. Tidak usah bertanya lagi, wanita ini sudah menjadi seperti saudara perempuannya yang tidak pernah dia miliki. Sarah mengaktifkan teleponnya “Hi“ “Akhirnya ! kau tiba di rumah!” Suara Jaime seolah-olah mereka sudah tidak bertemu selama 6 tahun bukan 6 bulan sejak pertemuan mereka Natal lalu. “Ya“ Sarah setuju, dirinya juga bahagia.



Mereka bicara secara singkat, tetapi mereka belum bertemu satu sama lain sejak Sarah tiba. Jaime bekerja di kantor komisaris Negara dan baru saja mendapatkan libur akhir pekan. “Kau siap berpesta malam ini?” Jamie bertanya padanya sekarang. “Pesta?” Sarah terdengar skeptis. Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan di wilayah sekitar sini. “Maksudmu, Kau dan aku dan sebotol wine dan sesuatu yang bagus di Netflix?” Jamie tertawa terbahak-bahak, “Tidak, Bukan itu maksudku. Maksudku Kau dan aku dan Cowboy di radius beberapa ratus mil di Cut-nShoot.“ “Cut-n-Shoot?” Sarah bertanya dengan keraguan pada suaranya. “Tempat ini dibuka 4 bulan lalu di jalan raya di tepi danau Egret. Tempatnya benar-benar ramai. Aku tidak bisa percaya akhirnya kita bisa memiliki tempat untuk menari. Kau akan menyukainya!” “Aku tak yakin Randall akan mengizinkan aku



untuk pergi” Sarah mengatakan dengan keraguan di ujung suaranya. “Oh, Omong kosong Sarah. Jangan beri aku sampah seperti itu.“ Jaime mengeluarkan suara dengan nada kemarahan yang siap berperang. “pria itu tak punya rasa cemburu. Aku juga tak yakin dia akan perduli jika kau pergi dan mencium pria lain penuh di bibir. Dia bahkan tidak akan menyadarinya.“ “Itu sangat tidak sopan Jaime” Sarah memperingatkan dengan lembut. “Serius, Bagaimana bisa kau mengatakan padanya bahwa kau akan menikahinya?” nada Suara Jaime penuh frustasi. Sarah terdiam “Kami menghabiskan waktu bersama, Dia baik dan Sopan.” “Benarkah? Baik dan Sopan? Bagaimana dengan, Dia memberikan krem pada twinkie-ku dan yang harus aku lakukan hanya memandangnya dan mulai mengeluarkan air liur? itu yang membuat perahu sebuah hubungan mengapung dan kurasa kau sudah



mengetahuinya saat ini.“ “Jaime-“ “Jangan coba-coba denganku. Aku tak ingin membahas hal ini. Kau pernah menikahi seorang pecundang-” Sarah memotong dengan tuduhan yang sama “Begitu juga denganmu-” “Ya, tapi aku sudah belajar sesuatu dari hal itu dan yang kau lakukan adalah sembunyi di belakang seorang pria yang sangat membosankan. Tuhan, Sarah, apakah dia bahkan seorang heterosexual?” “Tentu saja“. Sarah tidak bisa mengontrol nada jengkel dari suaranya. “Bagaimana dengan seks-nya?“ Jaime menyerang balik. Sarah diam saat dia mencerna pertanyaan itu. Jaime menambahkan penekanan pada suaranya "Jangan katakan padaku bahwa kau belum pernah berhubungan seks dengannya Sarah! Sialan, Apakah kau sudah berhubungan seks dengannya?"



"Belum" Sarah mengakuinya, "kenapa?" "Dia seorang Gentleman" "Dia seorang Homo." Jaime berargumen secara langsung dan ringkas. "Tidak, Dia bukan." "Apakah dia berencana untuk datang kemari dalam waktu dekat ini?" "Yang aku tahu tidak" Sarah menjawab. "Apakah kau sudah bicara dengannya sejak kau tiba?" "Ya, aku menelpon dia untuk memberitahu bahwa aku tiba dengan selamat." "Tuh kan , itu saja?" "Dia SMS aku tiap hari." "Ok. Terserah apa katamu saja. Aku akan menjemputmu jam 8. Siap-siap. Dan aku peringatkan kau sekarang, jika kau keluar dengan pakaian guru yang membosankan, aku akan membawamu kembali ke tempatku dan aku sendiri yang akan memakaikanmu baju. Jadi bersiap-siaplah."



"Apa yang kau pakai?" Sarah tak pernah tahu apa yang bisa dia harapkan dari pilihan baju Jaime. “Celana pendek Miss Me dan stocking Merah. Atasan Camisol Putih. “Aku tidak memakai sepatu bot. Aku akan memakai celana pendek, tapi west texas atau bukan aku tak akan memakai sepatu bot.” Sarah dilahirkan dan dibesarkan di Texas dan dia mencintai 200 acre miliknya, tetapi seorang cowgirl, dia jelas bukan. “Apakah kau membawa sandal hak tinggi bersamamu?” Jaime bertanya “Ya” Sarah menjawab. “Dengan kakimu? Itu akan berhasil.“ *** John bersandar pada dinding di sudut gelap ruang dansa yang gaduh dan mempelajari tubuh-tubuh yang beputar di lantai dansa. Dia memandang dengan mata bagai panah, kegelian dan keirian kepada teman dan tetangganya, Raul Vega, berdansa dengan istrinya yang kecil dan



berambut gelap di sekitar lantai yang ditaburi oleh serbuk gergaji. Itu tidak berarti dia menginginkan Elaina atau iri kepada Raul untuk apa yang telah dia temukan pada istrinya. Tetapi John tidak bisa berhenti berpikir jika saja dia membuat pilihan yang lebih baik soal istri, mungkin keadaan akan berbeda sekarang, Mungkin dia tak akan begitu sinis tentang hidup dan wanita pada khususnya. Mungkin jika saja Monica tidak tidur dengan sahabatnya dan rekan bisnisnya, bermaksud untuk mendapatkan semua yang dia punya setelah John menuntut cerai, mungkin dia akan terus melihat sisi baik dari hidup. Dan fakta bahwa dia telah melakukan perselingkuhan itu dengan sahabatnya. John tahu pengalaman itu telah merubah dirinya tanpa bisa dirubah lagi; dia menjadi kritikus yang kasar dan menghakimi. Dia ibarat membangun pagar antara dirinya dan pagar sekeliling peternakannya. Dia suka isolasi penuh. Lebih mudah seperti itu. Dia ragu itu akan pernah berubah.



Dia melanjutkan dengan menonton pasangan yang lain. Raul tidak tampak seperti penari akan tetapi kau bisa tahu dari mata Elaina saat melihatnya saat dia tertawa saat dia melakukan gerakan dansa, melemparkannya menjauhinya kemudian menariknya dekat kembali. Lagu berakhir dan dia melihat pasangan yang baru saja menikah keluar dari lantai dansa. Elaina berjalan di depan, Raul berjalan di belakangnya dengan tangannya berada di bahu Elaina dengan sikap kekuasaan yang tidak satu pria di dalam gedung ini yang tidak memahami artinya. Ya, tidak perlu bertanya, tetangganya itu sudah memiliki wanita ini. Dinikahi, ditiduri, cincin dan 9 yards penuh. John menonton dengan tercengang ketika seorang cowboy mabuk membuat kesalahan dengan memandang Elaina dan tanpa ragu cowboy itu terpesona oleh wajah Elaina sehingga dia tak bisa melihat Pria di belakang Elaina. Pria mabuk itu berhenti di jalan yang akan dilalui Elaina dan membuat sebuah gerakan pelan,



gerakan mabuk dengan meletakkan tangan Elaina ke lengannya. John hampir tersedak oleh birnya saat melihat wajah Raul yang lucu. Mungkin itu tidak lucu bagi Raul, Tapi bagi John, melihat dari samping, kejadian ini memiliki kualitas berbeda. Seperti kilatan cahaya, tangan Raul menarik tangan pria mabuk itu dan memilintirkan ke belakang tubuhnya, John berada terlalu jauh untuk mendengar apa yang dikatakan, tetapi Raul sudah memasang mukanya ke hadapan pria itu untuk beberapa saat. John baru saja akan bergerak untuk mencegah tetangganya di lempar keluar bar, saat Elaina dengan lembut menggapai tangan suaminya dan menggelengkan kepalanya, dia berbalik dan berlalu, mungkin Raul tidak memiliki pilihan kecuali mengikutinya. Dan tentu saja Raul mengikutinya. Dan tidak pernah gagal, setiap 6 minggu sekali, Elaina akan meminta Raul untuk mengajaknya berdansa, dan setiap kalinya murni keberuntungan saja Raul tidak dilempar keluar



karena berkelahi. John melihat tetangganya itu meninggalkan lantai dansa dan bercampur ke dalam keramaian. Dia menghirup birnya saat melanjutkan pandangannya mengelilingi bar, saat dia memandang dari satu wanita ke wanita yang lain. Memandang lalu melupakan, satu persatu. Biasanya dia tidak terlalu pemilih, hanya menginginkan teman tidur yang cepat. Tapi malam ini, untuk satu alasan dia tidak perduli untuk menganalisa, tidak satu wanita pun yang tampak layak untuk ditiduri. Saat semua wanita dan beberapa pria pemberani berkumpul membuat barisan untuk berdansa, dia meletakkan birnya dan berusaha untuk menemukan seseorang yang akan membuat libido tersembunyinya memperhatikan. Tetapi itu tidak terjadi. Saat seorang wanita mulai bergerak dalam gerakan dansa kumpulan tubuh yang tampak seperti berlatih, matanya memperhatikan mereka. Ada wanita tinggi, pendek, payudara besar, payudara kecil, dan segala ukuran



diantaranya. Dia tak bisa membuat pikirannya fokus pada satu wanita, tapi dia melihat dengan kekaguman seperti yang selalu dia lakukan saat mereka bergerak dalam aksi yang singkron yang hampir seperti koreografi. Lantai dansa begitu penuh karena lagu yang diputar adalah lagu terkenal dan dia hanya melihat sedikit dan hanya beberapa wanita yang berbeda sebelum mereka semua terlihat sama dan mulai bergerak ke arah yang berlawanan. Dia tidak dapat melihat sama sekali wajahwajah yang berada di tengah kerumunan. Dia telah menyingkirkan setiap wanita yang berada di luar parameter lantai dansa dan berusaha sebaik mungkin untuk mengamati dengan teliti kumpulan wanita yang berada di tengah kemudian dia fokus pada satu wanita secara khusus. Dia hampir saja meringis karena wanita itu begitu menghayati apa yang sedang dia lakukan. Dia melihat gerakan canggung wanita itu diantara lautan wanita yang telah sering



melakukan hal ini dan dia terpana sejenak merasa simpati pada wanita itu. Dia bukan pria yang bisa bersimpati dan faktanya banyak emosi halus hilang dari dirinya sama sekali. Tetapi matanya tetap saja mendarat pada wanita itu lagi dan lagi dalam rasa sayang yang sakit. Dia akhirnya menyerah untuk terus menghindari memandangnya dan mengamatinya secara ekslusif. Saat dia terus mengawasinya, dia pelan-pelan menyadari hal lain selain cara menarinya yang tidak terkoordinasi. Apa yang dia lihat pada tubuhnya begitu luar biasa. Dia masih belum bisa melihat wajahnya, tetapi tiba-tiba, dia terlena oleh betapa indah kakinya. Wanita itu menggunakan celana pendek berwarna krem dengan renda di sekeliling tepian celananya yang menekankan pahanya dengan cara yang membuat perutnya mengencang. Jika dibandingkan dengan wanita lain, celana pendeknya paling sopan, menutupi pahanya



beberapa inchi lebih panjang dibandingkan dengan wanita lain di sekitarnya yang pada umumnya memakai rok mini atau celana super pendek. Tetapi kebanyakan dari para wanita menggunakan sepatu bot, ia tidak, sehingga efek secara keseluruhan bagian kakinya terlihat lebih banyak. Dan John mengakui kepada dirinya sendiri bahwa dia seorang pria pengagum kaki wanita. Kaki-kaki yang indah itu lebih terlihat jelas dengan sandal hak tinggi warna coklat terang. sandal seperti itu banyak dipakai para wanita dewasa ini, jenis sandal berhak tebal yang membuat mereka lebih tinggi satu atau dua inci, dan sandal itulah yang tanpa ragu menjadi alasan kenapa ia tidak bisa berdansa sebaik wanita yang menggunakan sepatu bot. sandal itu mungkin saja tidak baik untuk digunakan berdansa, tetapi apa yang dilakukannya pada kaki wanita itu benar-benar luar biasa. Betisnya begitu menonjol sehingga pola ototnya dan bentuknya tidak mungkin tidak



terlihat, lututnya benar-benar sexy dan pahanya mulus dan lembut. Saat dia fokus pada kaki indah itu, gairah menjalar melalui tubuhnya dan otaknya berada pada kesiagaan penuh saat gairah membakar menjalar ke tulang belakangnya. Ini dia yang dia cari. Ini wanitanya. Jika kecantikan wajah wanita itu hanya bernilai 8 dari yang dia bisa lihat, dia akan bisa mendapatkan kaki indah itu membelitnya dalam beberapa jam ke depan. Dia sudah tahu blowjob akan menyusul kemudian. Setelah itu. Yang dapat dia pikirkan dia mendorong penisnya diantara dua kakinya yang mengangkang dan menghentakkannya diantara pahanya yang lembut itu. Ya, dia akan membutuhkan itu beberapa kali sebelum dia bisa cukup bisa menghilangkan tekanan hingga dia bisa berbaring dan membiarkan wanita ini medapatkannya di dalam mulutnya. Tonjolan di dalam jeansnya bahkan terus



membengkak pada pikiran menggairahkan itu. Saat tarian berakhir, dia tidak membiarkan wanita itu lepas dari pandangannya, dan saat kerumunan orang mulai bubar, dia melihat wanita lain dengan tertawa berjalan menuju wanita itu dan memeluk pinggangnya lalu keluar dari lantai dansa. Mereka bersama berjalan menuju bar dan secara umum ke arah di mana kini dia berdiri, dan untuk pertama kalinya dia bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas. Perasaan terkejut tiba-tiba yang begitu tajam menimpa John yang kemudian diikuti oleh rasa marah, dia menggeretakkan giginya begitu keras dia merasakan sakit di rahangnya. Dia berbalik dan melemparkan birnya di counter di belakangnya. Frustasi dan marah menyentak ke dalam aliran darahnya. John tak bisa percaya wanita ini secara seksual menghalangi dia untuk kedua kalinya. Matanya tetap fokus pada wanita ini saat



gelombang kebencian dan emosi membakar tubuhnya. Saat ia dan teman wanitanya berjalan menuju bar untuk memesan minuman sekitar 20 kaki darinya, matanya bergerak dengan cepat kepada John dan dengan cepat ia lalu mengalihkan pandangannya dengan kekagetan, panik, dan penolakkan. John tak tahu emosi mana yang dia lihat pada mata wanita ini dan dia tidak terlalu perduli. Terganggu atas pengekangan dirinya membuat dia tak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan secara cepat membuatnya mendidih. Dia ingin mengeluarkan kemarahan dari wanita ini, sangat ingin. Saat ini, dari pandangan terhadap sekelilingnya, John melihat wanita berambut merah yang pernah dia tiduri sebelumnya dan selalu mengejar-ngejarnya, mendendap-endap ke sampingnya. John tidak membuang waktu dan dengan kesal, John meraihnya dan menariknya dengan lengannya dan membawanya kepelukannya. John tak tahu apa yang dia coba



buktikan. Dia tidak mencoba untuk menganalisanya. Saat dada mereka bertemu, wanita itu melihat kedalam matanya, akan tetapi John melewati matanya untuk melihat ke mata wanita yang telah mengacaukan otaknya selama lima hari terakhir ini dan yang saat ini terangterangan memandangnya dengan penghinaan. Dengan pengamatan terakhir di dalam kepalanya bahwa Sarah McAlister mengalihkan pandangan darinya dengan jijik, dia menundukkan kepalanya dan Mencium bibir wanita berambut merah, yang namanya tak dapat dia ingat untuk sementara ini. Wanita ini terasa pengap dan bau minyak wangi yang menyengat, saat John menciumnya dia merasa ereksinya menyusut dan mati. Mengetahui bahwa wanita berambut merah ini pernah tidur dengannya menimbulkan keluhan yang kuat pada sarah, dan John menorehkan alasan lain untuk marah padanya. Dia mendorong wanita berambut merah, mengatakan kepada bartender untuk



memasukkan tagihan wanita berambut merah pada tagihannya, dan dia berbalik lalu berlalu darinya tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya ingin segera pergi dari tempat ini. John berjalan menuju toilet pria, mondar-mandir di lantai beberapa kali, berhenti dan buang air kecil dan saat dia mencuci tangan ide yang mengganggu untuk pergi dan pulang sendiran digantikan oleh keinginan mendesak yang tibatiba untuk mengkonfrontasi Sarah. Kenapa ia pergi ke kota jika benar ia mempunyai tunangan? Apakah ia tak menyadari ia berada di tempat mencari pasangan terbesar di wilayah ini? Apakah ia berbohong padanya sehingga ia bisa pergi darinya dengan lebih cepat? Karena itu benar-benar berhasil. Setelah ia mengatakan bahwa ia sudah bertunangan, John berbalik, naik ke truknya dan mengendarainya tanpa mengucapkan apapun. Dia tidak akan meniduri wanita yang sudah jadi milik pria lain. Tapi sialan, pertunangan bukan pernikahan. Ini



bukan perzinahan. Bukan berarti dia seorang yang religius;karena dia bukan pria yang religius. Tetapi dia memiliki moral. Dan itu semua adalah hal yang tidak dapat diperdebatkan karena wanita ini mungkin saja bohong. Sejak kapan seorang wanita berbohong hanya untuk menjauh darinya? Sejak kapan seorang wanita ingin menjauh darinya? Kemarahan membara menjadi mendidih, dia keluar dari toilet pria, dan menemukan Steven, pemilik Honky Tonk, dan dengan kasar memanggil untuk meminta bantuan. Steven duduk di pojok gelap dengan seorang wanita dipelukannya. John tidak membuang waktu dengan kalimat basa-basi. "Aku ingin meminjam kantormu sebentar." Steven memandangnya dengan aneh dan beralih pada wanita yang sedang bersamanya "Beri kami waktu sebentar, sayang" Wanita itu terlihat tersinggung, tetapi dengan cepat dia beranjak dari tempatnya dan steven mengembalikan perhatiannya pada John. "Kau



berniat untuk melakukan sesuatu yang nakal di kantorku?" John menyempitkan matanya kepada nada suara pria ini "Butuh privasi untuk beberapa menit. Dengan jumlah uang yang kau pinjam dariku. Kupikir kau juga tak akan keberatan jika aku melakukan orgy di dalam sana." Ekspresi Steven menjadi kosong sampai akhirnya ia pelan-pelan tersenyum. "Aku paham maksudmu." Ia merogoh ke dalam sakunya dan melemparkan satu set kunci ke arah John. John meraihnya, menangkap kunci di udara dan mengantonginya. Dia berbalik dan meninggalkan steven dan mulai melihat sekeliling ke arah buruannya. Waktunya begitu tepat. Dia melihat sarah melangkah di atas hak sandalnya itu ketika dia meninggalkan temannya yang sedang mengobrol dengan pria di bar dan sarah menuju toilet wanita. Kantor steven berada di lorong gelap yang sama, jadi john menunggu Sarah sampai sarah pergi ke restroom dan dia



lalu mengikutinya, berhenti di depan kantor dan membuka kuncinya. *** Pikiran Sarah kacau saat dia mengambil waktu sebanyak yang dia butuhkan di toilet wanita. Dia tak bisa menyebut ini lounge karena ruangannya kecil sekitar 3 meja dan 3 westafel berkumpul menjadi satu ruangan segi empat. Tetapi ruangan ini bersih tanpa cela dan dia bersandar pada westafel dengan tangan yang gemetar. Apa yang aneh? Apa yang aneh bahwa dia melihat pria sama yang dia jumpai di pom bensin dan pria ini menyebabkan perasaan yang sama padanya seperti sebelumnya. Dia mengakui bahwa dia merasa kegairahan membara ke dalam tubuhnya. Gairah yang tidak diinginkan dibalut oleh getaran ketakutan. Percakapan beberapa waktu lalu datang ke dalam memori. Jenis pria yang akan memberikan krim pada twinkie-nya, dan hanya dengan satu



pandangan, air liurnya keluar. Saat dia mengakui pada dirinya bahwa ia adalah pria yang memiliki kemampuan untuk melakukan persis seperti itu, dia juga mengakui bahwa emosi lain berlari ke dalam aliran darahnya. Takut. Dia mengenali rasa takut yang dia rasakan. Rasa takut yang mengatakan bahwa dia akan menjadi tipe pria yang menang. Tipe pria yang tidak bisa dia tolak dan akan menyakitinya pada akhirnya. Sialan. Dia menggangkat kepalanya. Apa yang dia inginkan saat ini hanya menjauh darinya. Ya, tentu saja, dia coba meyakinkan dirinya. Dia seharusnya menjauh darinya. Dia sangat hatihati, sangat penuh dengan logika mengetahui bahwa dia harus menjauh darinya. Dia suka dengan apa yang dia miliki dengan Randall. Randall aman. Kenangan dari mantan suaminya yang selingkuh darinya saat dia mengandung anak mereka, dan dia benar-benar merasakan bahwa saat dia ditinggalkan dengan kejam



benar-benar memusnahkan dirinya, pikiran itu menjalar di otaknya. Dia tak bisa makan atau tidur dan apakah hal itu ada hubungannya atau tidak dengan kegugurannya, dia tidak tahu. Tetapi dia mencintai bayi itu, melebihi dari hidup itu sendiri. Sebenarnya, dia melupakan Greg jauh sebelum dia kehilangan bayinya. Mungkin dia belum bisa menerima ini. Dan sekarang dia disini, bersembunyi di restroom, mencoba untuk tetap menjauh dari pria yang membuat dia memiliki perasaan yang lebih kuat dari yang pernah diberikan oleh mantan suaminya dulu saat pertama kali dia bertemu dengan Greg. Pria ini, John, memancarkan sesuatu yang dia tak bisa jelaskan, tapi dia mengerti ini sesuatu yang elemental di jiwanya yang membuat dia meresponnya, cara mata John memandangnya seperti dia sudah menjadi miliknya. Tak diragukan lagi apa pun dalam pikirannya pria ini belum bisa melupakan pertemuan mereka di pom bensin waktu itu.



Kenangan John meraih dan mencium wanita lain di depan matanya, tindakan seksual seperti itu masih meninggalkan sedikit kemuakkan dalam dirinya. Kecemburuan. Oh tuhan. Dia cemburu. Emosi hitam dan hijau memukul perutnya dan akhirnya dia mengerti apa yang dia rasakan saat John mencium wanita lain. Tapi dia tidak bisa cemburu. Dia tak akan membiarkan dirinya merasa cemburu. Dia sudah bertunangan dengan Randall. John tak punya arti apa apa untuk dirinya. Bayangan John meraih wanita itu kedalam pelukannya berteriak kedalam dirinya. Tapi tidak dipungkiri ia melihat Sarah lewat matanya saat dia menarik wanita itu kedalam pelukannya. Melihat Sarah tepat di matanya dan memberikan dia pandangan intens yang diisi dengan sesuatu yang terlihat seperti pembalasan. John juga mendorong wanita itu lalu berbalik dan pergi, meninggalkan wanita malang itu sendiri. Bagi pria ini hal itu merupakan perbuatan yang



berbicara. Dia melakukan itu untuk menghukum sarah karena bertunangan dengan pria lain. John berpaling ke wanita lain dengan tujuan untuk menunjukkan kepadanya apa yang ia rasakan, untuk memperlihatkan di depan wajahnya bahwa Sarah memiliki semuanya tetapi mengecewakannya dan dia bisa mendapatkan wanita lain. Mudah. Tapi kemudian - dia tidak melanjutkan. John meninggalkan wanita lain itu berdiri sendiri lalu berpaling dan berlalu dari mereka berdua. Tapi tetap saja, sarah tahu John dan wanita itu memiliki masa lalu. John terikat masa lalu dengan jutaan wanita yang berbeda. Tetapi dia begitu bodoh jika dia akan menjadi salah satu dari mereka. Terima kasih Tuhan dia telah pergi. Sekarang apa yang harus dia lakukan adalah mencoba meyakinkan Jaime untuk melakukan hal yang sama sebelum rasa pusing dan picik di belakang batok kepalanya berkembang menjadi sesuatu yang lebih nyata. Dengan pemikiran seperti itu dalam pikirannya,



dia meninggalkan toilet dan mulai berjalan melewati koridor gelap menuju area utama dari dancehall. Dia belum mencapai sepuluh langkah saat pergelangan tangannya ditarik oleh cengkraman yang kuat dan kasar dan dia ditarik ke dalam ruangan yang bahkan dia tidak sadari ada, lalu pintu dibanting tertutup, dia terjebak di dalam. Ruangan ini remang-remang, hanya sedikit cahaya, cahaya lembut dari lampu meja yang meniadakan interior gelap dalam ruangan. punggungnya mendarat pada pintu yang tertutup, dan tangan maskulin yang keras membekap mulutnya dan menyumbat teriakannya yang mencoba untuk meninggalkan tenggorokannya. Rasa takut yang nyata melanda dirinya dan membuat denyut nadinya berdetak sangat cepat dan keras hingga ia tak dapat berkonsentrasi untuk bernafas melalui hidungnya. Pikirannya mengembara darinya seperti mimpi buruk sedang menimpanya dari segala arah. Kebutuhan untuk melawan dan saat matanya melebar dalam ketakutan, dia mulai bergumul



melawan pria yang sekarang menahannya. John mengontrolnya dengan mudah, mendominasi seutuhnya, dan dengan satu hentakan sarah merasakan nafas panas pria ini ditelinganya. “Sarah.” Dia mengenali suara ini dengan mudah dan tiba-tiba dia langsung terdiam kaget. Terlebih dia merasa takjub karena dia pikir pria ini sudah pergi meninggalkan tempat ini. Perasaan begitu lega menghampirinya bahwa pria ini tak akan menyakitinya secara brutal. Setidaknya, dia tidak berpikir bahwa dia akan disakiti. Kemudian dia merasa seribu kupu-kupu berada di perutnya saat dia menyadari bahwa otot pria inilah yang sekarang mengepungnya. Tangan pria ini tetap membekap mulutnya, tetapi kini John mengangkat kepalanya dari sisi rambutnya dimana dia telah menyebutkan namanya, sekarang pria ini memandang ke wajahnya. Mata pria ini lalu berklau padanya dan dia dapat melihat di matanya ada nyala api yang mematikan. Makna seksual dari momen ini



menimpa dirinya, tindakan agresif yang mendominasinya benar-benar telah menelanjanginya, konotasi primitif yang melumpuhkannya dan menyebabkan dia tidak berdaya. “Engkau aman. Aku hanya ingin bicara denganmu.” Suaranya tegas, rahangnya terjepit, dan dia menelan ludah dengan dalam dan mampu membuat sarah menggangguk kecil. Detak jantung Sarah berdetak kencang di dadanya, dia bernafas dengan berat lewat hidungnya, dan rangsangan yang tak bisa dia pungkiri terjalin dengan rasa takut dan panik bergerak dengan cepat di tulang belakangnya. John tetap meletakkan tangannya di mulutnya, mengambil waktu untuk melepaskannya saat dia menekan tubuhnya ke tubuh Sarah dan mempererat genggaman tangan satunya di pergelangan tangan sarah. Mata Sarah menyala dan dia tahu John pasti melihat ketakutan dan pertanyaan di matanya. “Aku akan melepaskan tanganku sekarang.



Jangan berteriak.“ Kata-katanya berat, beresonansi dalam di ruangan yang kecil ini. Sarah menelan ludah dan tetap diam. John pelan-pelan melepaskan tangannya dari mulut Sarah tetapi tetap memegang pergelangan tangannya dengan genggaman yang kuat. Telapak tangannya meninggalkan mulut Sarah dan berpindah ke pipinya, lalu ke kulit kepalanya saat jari-jarinya terbenam ke dalam helaian rambutnya dan tetap menjaga jebakannya. Pembicaraan yang ingin dia lakukan dengan Sarah pastinya bukan tujuan utama, karena saat ini matanya mendarat di bibirnya, Sarah merasa getaran erangan di dada John lalu john menurunkan mulutnya lebih rendah menuju mulutnya. Ciuman tidak dimulai dengan pelan. Tidak ada bujukan yang lembut atau eksplorasi pelan bibir John terhadap bibirnya, Mulut John menutupi mulutnya secara cepat dan lidahnya mendorong masuk kedalam dan untuk beberapa detik Sarah di timpa oleh hampir semua rasa panas dan



kelegaan yang mungkin dia rasakan seumur hidupnya. Rasa panas yang dia pahami sebagai seksual, kelegaan yang tidak dia mengerti sama sekali. Pikiran itu dengan cepat diikuti oleh bayangan wanita berambut merah yang berada di pelukan John kurang dari satu jam yang lalu. Sarah mulai bergumul melawannya saat bayangan itu berjalan menuju otaknya, dan dia menyarangkan satu tangan bebasnya ke antara mereka dan mendorong sekuat yang dia bisa. Sarah tidak bisa mendapatkan cukup jarak untuk bisa menjauhkannya, tapi kemudian Sarah memutar kepalanya dan terbebas dari mulutnya. John menarik wajah Sarah kembali kepadanya sampai pandangan mereka bertemu, keduanya mengambil nafas, jarinya menekan kedalam tubuhnya, rahangnya mengeras dan kepalanya merendah seperti dia akan kembali untuk mendapatkan lebih. “Jangan berani-berani untuk menciumku dengan rasa wanita itu yang masih ada di mulutmu!”



Sarah mengumpat dengan nafas terengahengah mencari oksigen. John melingkarkan tangannya di kedua pergelangan tangan sarah dan mengangkatnya ke atas kepalanya, memindahkan keduanya ke satu tangan kuatnya lalu dia menekankan tubuhnya ke tubuh Sarah. John mengangkat dagu Sarah beberapa derajat lagi lalu memandang kepadanya. “Coba lagi, Sayang.” Dia mengatakannya dengan menghina, Dia mengambil nafas dengan terengah-engah dan Sarah merasa John menegang menempel di perutnya saat dia melanjutkan dengan kasar. “Cobalah untuk bermain-main denganku karena kau telah memiliki pria lain, dia yang menjadi tunanganmu.“ Kemarahan menghiasi ekspresinya saat mulutnya menegang. Nafas Sarah menyentak dan dengan realisasi yang menggeram kepadanya, dia tahu John benar. Dia tak berpikir sedikitpun soal Randall, Semua yang dia pikirkan hanya wanita yang tadi



John cium. Sarah melihat dengan kemarahan dan rasa malu, dan terbakar, mata kehinaan, memandang kepadanya dan tetap diam. John memandangnya dengan seksama, mendorongnya, menahannya menuju pintu. “Apakah kau berbohong kepadaku?” John bertanya dengan marah, suara yang kasar. Sarah menghembuskan nafas dangkal saat daya tarik yang tak diinginkan praktis telah menelannya secara utuh. Pikirannya sesak oleh sentuhan John sehingga dia sulit untuk memahami pertanyaannya. Dia harus berkonsentrasi “Soal apa?” Tangan John meninggalkan dagunya dan dengan sentakkan sarah terhadap lengannya, John menarik tangan kiri sarah ke bawah dan meletakkan di depan wajahnya. “Kau tidak memakai cincin.” Suaranya lebih dari sekadar menggeram. Pukulan lain menghantam kegelisahan Sarah, dan benar-benar malu bahwa John bisa



menimbulkan kemarahan dan kelaparan seksual dalam dirinya, dia tidak menjawab John dengan cukup cepat. Tangan yang menggenggam pergelangan tangannya mengencang dan dagunya menjulur ke depan “Engkau berbohong padaku, Kau tidak memakai cincin, kau tidak bertunangan.” Sarah menjilat bibirnya dan memaksa pikirannya untuk mengingat pria yang berada 400 mil jauhnya atau bahkan lebih jauh dari pikirannya. Sarah mendorong kata-kata keluar dari tenggorokannya yang menyempit. “Aku tidak bohong, Kami baru saja bertunangan, Cincin sedang diukur” “Dimana dia?” John meminta jawaban seperti dia punya hak untuk tahu. “Dallas.” “Dia tinggal di sana?” John bertanya dengan kasar. “Ya” Sarah menolak untuk memberikan John informasi lebih dari sekedar informasi umum yang dia tanyakan.



Lubang hidungnya melebar dan matanya menajam kepadanya dan tidak melepaskan cengkramannya “Kau harus membatalkannya.” Terkaget dengan kelancangannya, mata Sarah melebar dan sarah mengeluarkan desahan penolakan dalam desisan nafasnya “Tidak.” “Ya” John memaksa dengan kemarahan yang mengurung mulutnya dan dia memamerkan giginya nyaris tidak bisa menahan diri. Sarah bisa merasakan suasana hati John turun ke tingkat yang terus bisa berubah-ubah. “Kau Gila,“ Sarah terengah-engah. “Bukan aku yang gila.” Dengan kekuatan yang seharusnya menakutkan buat Sarah tetapi justru memberikan efek yang berlawanan, John menangkap tangannya dan meletakkan di atas kepalanya, seperti tadi yang dia lakukan sebelumnya. Dengan satu tangan yang bebas, John awalnya menyentuh tenggorokkannya, menekan pipa kerongkongannya dengan ancaman seksual yang tidak terucapkan seperti gairahnya, matanya menahan mata Sarah. Lalu



John meluncurkan telapak tangannya ke bawah, perlahan-lahan, diantara kedua payudaranya, kebawah menuju perutnya, dan akhirnya diantara pahanya dimana dia menangkup bagian panas Sarah dengan keberanian dan kesombongan yang membuat Sarah mendesah dengan kencang. Sarah baru saja berhasil untuk tetap bernafas agar tidak jatuh pingsan. Kekagetan, intimasi dan godaan yang dia rasakan, membuat dia seutuhnya kehilangan kendali. Kepala John bergerak menuju telinga Sarah, Sarah merasakan John menarik nafas seperti dia bernafas dengan aromanya. Bibirnya menyentuh telinganya saat dia bicara dengan panasnya hasutan ancaman seksual. “Aku tidak gila. Kau sudah basah untukku, Sayang. Jika satu detik saja kau berpikir aku akan membiarkan pria di Dallas mendikteku, maka kau gila” Telapak tangannya menekan dengan keras di bagian yang tepat dan kedua mata Sarah menutup saat dia merasakan sensasi yang lebih kuat dari yang



pernah dia rasakan sebelumnya menyerbu ke dalam dirinya. Sarah berjuang untuk tetap berdiri dan tidak terkulai ke tubuh John saat John terus merabanya. Berkata dengan desisan yang bergetar, “Gairah yang aku rasakan ini adalah untukku. Kau ingin aku menidurimu sebesar inginku menidurimu. Jika tidak kau tak akan marah saat aku mencium siapa nama wanita tadi, dan celana dalammu tak akan begitu basah sampai aku bisa mencium aromanya.“ Sarah merasakan hentakkan dikepalanya, kuat, tajam, kebutuhan seksual mengambil alih tubuhnya dan mencoba untuk mengontrol pikirannya. Sarah bisa merasakan ereksinya menekan perutnya, tapi dampak dari kata-kata John yang mengundang birahi memiliki efek ganda pada dirinya. Sarah menerima pesan primitif darinya sebanyak kebutuhan pengingat untuk tetap menjauhi John. Dia mengambil nafas dan tenggorokannya menutup saat dia meluluhkan kekagetan saat dia



disebut ingin tidur dengannya. Dalam jarak yang cepat, dia membandingkan kata-kata John dengan sikap dari beberapa pria berbeda yang pernah dia kencani selama dia tinggal di Dallas. Dallas benar-benar sangat mutakhir, Kota budaya dan dia telah banyak keluar untuk makan malam, candlelight yang lembut dan pria yang bisa bersikap seperti gentleman, begitu kontras dengan pria ini yang sekarang menangkapnya dan mengatakan padanya dia telah membuat celananya basah. Oh, Tidak diragukan lagi dia seorang badboy yang terkenal, dan seperti seseorang yang pernah dia temui dulu dalam hidupnya, Mantan suaminya bukan ada apa-apanya jika dibanding dengan agresi berbahaya yang nyaris liar yang dimiliki John. Kepribadian John, sikapnya, walau pun di atas segalanya, memiliki paksaan yang meyakinkan yang merupakan perjuangan untuk bertahan. Tapi bertahan, itu yang Sarah akan lakukan. Sarah memutar pergelangan tangannya untuk



bebas dan mendorong lengannya lalu tersandung beberapa kaki saat otaknya, setidaknya beberapa saat, menang melawan tubuhnya lalu dia bergerak menjauhi John ke dalam ruangan saat dia berusaha untuk mengontrol tungkai kakinya yang sedikit gemetar. Pelan-pelan Sarah kembali menatapnya dan saat John melangkah maju untuk mengancamnya, Sarah mengangkat tangannya untuk menepisnya “Menjauh dariku.” John pelan-pelan berhenti, memandangnya beberapa detik lalu mundur ke arah pintu yang tertutup, bersandar dan melipat lengan di dadanya. Sarah mengambil nafas panjang ke dalam paruparunya dan untuk sementara merasa lega bahwa John telah memberikannya waktu jeda ini dan tidak lagi maju mendekatinya. Sarah bangkit berdiri dan memaksa tenggorokkannya untuk bekerja, “Aku ingin kau meninggalkanku sendirian.” “Tidak, kau tidak menginginkan itu.” John



menegaskan secara cepat. Sarah merasa matanya menyala saat sedikit perasaan panik melandanya, Tentu saja pria ini sudah menyerah, ia menyerah kan? Ia harus menyerah. “Aku sudah bertunangan dengan pria lain, Aku tak ingin berkencan denganmu - aku tidak ingin tidur denganmu.” Sarah menyatakan dengan kata-kata yang tegas. John membantah dengan segera “Kau ingin tidur denganku.” Sarah menggerakkan tangannya membelah udara “Aku tidak akan tidur denganmu!” Wajah John berubah dengan seringai kesombongan sehingga matanya berkerut dengan cara yang sangat menarik.”Itu Dia sayang-” Sarah memutusnya dengan kemarahan. “Jangan. Panggil. Aku. Sayang.” “ Aku memanggil semua orang sayang,” John mengatakan dengan nada santai yang bagi Sarah tidak santai sama sekali. “Aku bukan semua orang.” Sarah



mengatakannya lewat giginya yang gemetar. “Sekarang kita tiba di suatu tempat.” John menaikkan satu alis matanya yang gelap dan kejam lalu berhenti sebentar sebelum melanjutkan, “Kau ingin tidur denganku, hanya saja kau tidak mengizinkan dirimu untuk melakukannya. Dan kau ingin aku memanggilmu dengan panggilan spesial, panggilan yang hanya untuk dirimu.” “ Itu omong kosong,” Sarah membantah dengan datar. “Betulkah?” “Ya” “Terserah apa katamu, dream-girl” Gigi sarah gemetar saat John melakukan gerakan baru di atas kepalanya untuk menunjukkan kasih sayangnya. “Aku bukan dream-girlmu dan jangan coba-coba untuk menghina kecerdasanku dengan menyindirku lewat omong kosong seperti itu.” “Kau tidak berpikir bahwa aku benar-benar memimpikanmu?”



“Tidak. Aku tidak.” “Sekarang hal itu menyakiti perasaanku, kau tidak percaya kata-kataku.” John memandang Sarah dari atas ke bawah, sikapnya berubah dengan jelas. Dengan jarak diantara mereka, kemarahan John tampak berkurang dan walau masih tetap memaksa seperti sebelumnya, kepribadiannya berubah sekarang hampir seperti menggoda. Ini kombinasi yang berbahaya untuk pertahanan Sarah yang lemah, dan Sarah mendapati dirinya mempercayainya walau sedikit. Mata John menyapu kakinya dan dadanya sebelum kembali naik ke wajahnya. “Setuju, mereka semua sudah basah, tapi-.” Suara John tertahan saat dia menunggu reaksinya. Butuh beberapa saat agar kata-kata itu meresap, tapi saat itu terjadi, punggung Sarah mengeras “Menjauh dari pintu. Aku akan keluar.” “Kembali ke tunanganmu siapa namanya?” katakata John benar-benar mencemooh. “Nama tunanganku Randall” Sarah



mengatakannya dengan keyakinan yang pelanpelan mulai ragu. “Aku paham. Kau siap untuk diperebutkan.” Dosis kebencian lain bertambah dari mata John. “Kau akan berusaha untuk setia, karena kau pikir kau miliknya.” “Aku memang miliknya.” Sarah mencoba untuk berjalan pelan-pelan menuju pintu yang dihadang oleh John. Kemarahannya bertambah seperti juga kemarahan John. “Dan Jika pun aku bukan miliknya, Aku tidak akan pernah menjadi milikmu”. Tangan John meraih dan merenggut pergelangan tangannya dan menahannya dengan erat, renggutan yang mengontrol. “Jangan pernah menantang aku seperti itu dream-girl!” Ibu jarinya bergerak melingkar di atas kulit pergelangan tangan Sarah dan mulai menekan pada titik nadinya dan air muka John menjadi gelap saat matanya turun menyapu tubuhnya. “Aku bisa mengatakan satu hal padamu. Jika kau milikku, kau akan sangat paham untuk tidak



akan meninggalkan rumah dengan menggunakan pakaian seperti ini.” Mata John fokus pada kakinya. “Tidak?” dia melemparkan kata itu keluar dari mulutnya dengan nada menantang dan dia mengeraskan sikunya dan menggunakan semua kekuatan yang bisa dia kumpulkan untuk membuat jarak di antara tubuh mereka. “Tidak akan ada kesempatan untuk itu.” Suara John dalam dan dibalut dengan kesombongan bawaan lahirnya. Sarah mengangkat wajahnya untuk memandangnya dan mengatakan kepadanya. “Aku berpakaian sesukaku seperti yang aku mau dan bukan kau atau orang lain yang akan mengaturku.” Sarah menemui pandangannya dengan berani saat tangan John tetap melilit pergelangan tangannya dengan penguasaan yang erat. “Kau ingin aku membiarkanmu keluar dari ruangan ini atau tidak?” John bertanya dengan suara yang menggertak.



“Ya!”. Sarah berteriak. “Kalau begitu berhenti mendorong aku untuk melakukan sesuatu yang akan kita berdua sesali.” John membuka pintu dengan satu gerakan pergelangan tangannya. “Pergi, saat aku masih punya pikiran untuk membiarkanmu pergi.” Sarah memandangnya beberapa detik sebelum dia menyadari John telah melepaskan pergelangan tangannya. Tubuhnya masih lumpuh sementara otaknya mencoba untuk memperhitungkan bahwa John akan membiarkannya pergi sementara dia memandang John. Matanya begitu coklat. dalam dan coklat gelap. Detak jantung Sarah begitu kencang di dalam pembuluh darahnya saat dia bertanyatanya, melawan keinginannya, apakah dia akan melihat John lagi. Sarah merekam wajahnya dengan cepat, lalu dia berpaling dan berjalan keluar dari ruangan ini dengan semua penguasaan diri yang bisa dia kumpulkan.



*** John memukulkan dahinya ke pintu yang tertutup dan menahan erangan. Satu ciuman. Satu ciuman sialan saja adalah semua yang dia dapatkan sebelum dia pergi. Kejengkelan melanda tulang belakangnya. Jika sebelum malam ini dia begitu menginginkan Sarah, maka saat ini keinginan itu semakin besar. Memikirkan tentang kakinya. Kenangan pada caranya menari yang canggung akan tetapi benar-benar tarian yang menarik. Mulut yang manis dan basah itu, gairah lembut yang dia berikan dengan sangat mudah. Ini terlalu banyak. Dia memukulkan kepalanya sekali lagi dan mengeluarkan erangan yang dalam dan frustasi. Jika kemarin dia begitu tersiksa dengan tidak melacaknya sejak pertemuan pertama itu, saat ini hal itu menjadi hampir tidak mungkin lagi. John tahu dia tidak akan bisa untuk menghentikan dirinya kali ini. Dia harus bertemu dengannya lagi. Wanita ini tidak akan bisa terus



membantah adanya ketertarikan yang membara liar diantara mereka. John tidak bisa membantahnya. Dan Dia begitu bodoh jika dia membiarkan wanita ini berlalu begitu saja darinya. Bab 3 Tiga hari kemudian, Sarah masuk melewati pagar besi tempa yang dibatasi oleh tiang batu tinggi yang merupakan pintu gerbang peternakan Philip Johnson Garret. Semua di sekelilingnya saat ini meneriakkan uang dan dalam jumlah yang banyak. Tanah lapang yang segar dan hijau serta jalan pribadi berkelok-kelok mulai dari pintu gerbang merupakan jalan aspal, sangat berbeda dengan jalan tanah merah di 200 hektar miliknya. Situasi yang sangat berbeda dengannya ini cukup mencolok. Rute biasanya untuk sampai ke rumah adalah pagar tua yang sudah dimakan cuaca dan usia. Kakeknya yang membuatnya sendiri. Kakeknya menggunakan pohon Mesquite untuk



tiang pagar dan kawat berduri yang sudah berkarat dan longgar karena sudah begitu lama berada di sana. Pagar besi tempa hitam yang digunakan di sini merupakan perbedaan mencolok dari apa yang biasa dia lihat setiap harinya. Saat dia pelan-pelan masuk ke pekarangan depan rumah dengan jalur yang melingkar, Sarah menarik nafas panjang dan mematikan mesin mobilnya. Dia belum bicara langsung dengan pria ini, hanya kepada pembantu rumah tangganya saat dia menelphone dan hendak membuat janji. Sarah memandang kayu dan tugu batu yang merupakan rumah pria ini, dan diam-diam dia berdoa pria ini semurah hati seperti yang orang ceritakan padanya. Dia menarik nafas dalam, mengambil tasnya, dan siap-siap menempatkan hatinya ke jalur yang dia yakini benar. *** John mengencangkan busi mobil jeep tuanya



dan meraih lap untuk membersihkan minyak pelumas dari tangannya sebelum dia mengangkat teleponnya. “Apa?” John menjawab dengan nada suara kasar. “Wanita dari sekolah itu sudah datang.” Pembantu rumah tangganya, Beth Reynolds, menjawab. John tahu ia terbiasa mengabaikan nada kasar pada suaranya. “Wanita apa?” “Aku memberitahumu tentang dia kemarin. Dia memohon untuk membuat janji.” Ia mengingatkan John. “Sekolah Duluth?” kebingungan membuat alisnya berkerut. Dia baru saja mengunjungi sekolah itu minggu kemarin. Apa lagi yang mereka inginkan dalam waktu sesingkat ini? “Bukan. Top Hill.” Beth menjawabnya. Hanya dengan mendengar nama kota sialan itu saja rasa Frustasi menghantamnya. John tidak ingin pengingat apapun saat ini. Dia mengertakkan giginya. “Usir dia.”



“Tidak Pak, Aku tidak akan,” Beth Menjawab dengan tegas. “Kau saja yang usir dia.” “Aku akan memecatmu suatu hari nanti.” John berkata kepada wanita yang lebih tua darinya itu yang sudah bekerja 10 tahun padanya dan wanita yang telah memanjakannya dengan sangat buruk, John tahu dengan sangat baik dia sangat membutuhkannya. “Aku akan berhenti suatu hari nanti.” dia menanggapi tanpa ragu. “Angkat pantatmu itu ke dalam rumah dan berurusan sendirilah dengannya. Aku tidak paham kenapa kau setuju untuk menemuinya jika kau tidak menginginkannya. “ “Karena aku pria yang baik.” John menjawab dengan nada sarkastik. Beth membuat suara keraguan “Buktikan. Wanita itu tampak cukup gugup.” “Baiklah, itu satu nilai untuknya. Biasanya mereka semua begitu berani dan semangat yang berapi api saat mereka menginginkan uangku.” “Bersikap baiklah padanya. Kau akan berpikir dia



seperti akan menemui prince of wales dia terlihat begitu gugup.” “Aku akan menemuinya sebentar lagi.” John memutus telephone dan mencuci tangannya di westafel. Kejengkelan menguasai dirinya. Jika saja dia memiliki manager yayasan maka dia tidak akan harus menghadapi hal seperti ini. Dia tidak akan harus berhubungan dengan hal seperti ini sama sekali. Saat dia berjalan menyebrangi halaman tertutup menuju rumahnya, John merasa seakan-akan dia sedang berusaha untuk mengunyah dan menelan kuku, kefrustasiannya begitu tinggi. Mengetahui bahwa pembantu rumah tangganya benar dan dia tidak bisa mengusir wanita dari sekolah wilayah itu dengan alasannya. Untuk sementara dia menyerah dan mengeluarkan korek api dari kantong celananya lalu menyalakan rokoknya. Saat dia menghisap rokoknya kelegaan yang berasal dari tembakau hadir, dia ragu-ragu apakah dia akan pernah bisa untuk berhenti merokok.



Itu merupakan satu hal dalam hidupnya yang akan gagal dia lakukan. Secara berulang akan gagal, Itu satu hal dan tentunya hal lain adalah pernikahan. Pernikahannya telah menjadi suatu kesalahan dan satu hal yang tidak bermaksud untuk dia ulangi. John menjepit rahangnya dan mencoba untuk mengontrol ketidaksabaran yang merasuki pembuluh darahnya. Dia sudah marah dengan wanita yang tidak dia kenal ini. Hanya fakta bahwa dia berasal dari Top Hill, menginginkan uangnya sudah merupakan dua pukulan bagi dirinya. **** Sarah berdiri di kantor Phillip Garret dan mencoba untuk menenangkan kegelisahannya yang membuat tubuhnya gemetar. Dia tidak bisa duduk dan menunggu dengan santai, sehingga dia melihat ke sekeliling kantor ini, dan sekarang dia berdiri di depan rak buku, mempelajari barang-barangnya. Tidak ada foto pribadi di sekelilingnya, tapi



hanya ada satu bingkai dengan gambar tambang minyak. Gambar itu memperlihatkan proses penambangan minyak dari awal sampai akhir. Jadi begini cara pria ini menghasilkan jutaan kekayaannya. Dia melarikan pandangannya ke banyak hal di rak buku pria ini. Pria ini memiliki banyak sekali koleksi benda-benda tua yang dipajang. Benda-benda ini tidak mengkilap dan gemerlap. Sebagian besar dari mereka patina tua yang sudah berkarat dan kayu tua. Banyak benda yang tidak Sarah ketahui, tapi dia bisa mengenali tulisan yang tertempel pada mereka menunjukkan mereka setidaknya berumur 60 tahun. Mata Sarah meluncur meninggalkan mereka dan mendarat pada kotak kayu segiempat dengan panjang sekitar 16 inchi. Kotak ini berdebu, mungkin debu yang berasal saat kotak ini jatuh ke tanah beberapa tahun lalu dan dibiarkan saja disitu. Kayu itu terlihat telah digunakan selama tahunan dan Sarah mengenali peralatan untuk apa ini. Sebuah Waterpas ( alat



yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiringan). Peralatan tukang kayu yang sederhana. Pengecualian yang ini bukan lagi sesuatu yang sederhana. Karena mungkin sekarang benda ini sudah pasti berusia hampir seabad. Atau mungkin lebih tua. Sarah mengambil waterpas ini dan mempelajarinya, walau rasa bersalah karena telah memegang benda-benda milik pria ini menghinggapinya. Sarah selalu mencintai benda-benda tua. Dia suka buku-buku tua, Furniture tua dan rajutan tua. Sarah tidak terlalu perduli apakah mereka sebenarnya antik atau tidak, hanya menyentuh mereka dan berpikir tentang orang-orang yang telah menggunakan mereka setiap hari selama hidupnya mengasyikkan buat dirinya. Setiap benda seperti mempunyai hal untuk diceritakan. Saat dia mempelajari waterpas ini, Dia menyadari dengan kekaguman bahwa walau satu gelembung pecah, gelembung satunya lagi tetap utuh dan faktanya hal ini masih bisa menahan



cairan pengukur di dalamnya. Dia melangkah menjauhi rak buku dan membalikkan waterpas tua itu dengan kekaguman di tangannya. “letakkan benda itu.” Punggung Sarah hampir menghadap pintu dan suara keras itu mengirimkan aliran tanda bahaya kepadanya. Lututnya mulai bergoyang dan dengan gelombang ketidakpercayaan yang ganas. Dia berbalik dengan gerakkan kaget untuk berhadapan dengan pria yang berdiri di pintu masuk. Tangannya mulai gemetar dan waterpas jatuh tergelincir dari jari-jarinya dan menghantam ubin lantai dengan kencang, suara yang sangat keras. Sarah melihat mata pria ini melihat ke tabung yang pecah di kakinya. “Sialan”, Pria ini menggeram. Mata pria ini lalu meninggalkan lantai dan berjalan menuju tubuhnya dan berhenti di wajahnya dan dengan cepat mengenalinya. “Sialan,” dia mengumpat lagi.



Mereka saling memandang satu sama lain dari arah yang saling bersebrangan sementara denyut jantung Sarah berdetak keras hendak berlari tetapi dia tidak bisa karena kakinya menempel di lantai. Sarah memandang dengan kekagetan saat rasa paham tergambar jelas di wajahnya. Pria ini menangkap kesadarannya sebelum Sarah, dan berbalik dan menutup dan mengunci pintu kantornya. Saat dia mengeksekusi manufer ancamannya, dia meletakkan rokoknya diantara bibirnya dan menahannya disitu. Sarah memandangnya saat otaknya mulai pelan-pelan berfungsi lagi. “ Kau merokok? ” Sarah bertanya dengan nada tidak setuju dan jijik yang tidak bisa dia tahan dengan cukup cepat. Sarah tidak paham kenapa dia begitu kaget kalau ia merokok. Karena dia sangat membenci rokok dan mungkin itu merupakan satu aturan dalam hidupnya yang tidak akan pernah dia langgar? Dia tidak pernah berkencan dengan pria yang merokok. Tidak pernah. Kenapa dia tidak lebih terkejut bahwa Philip



Johnson Garret adalah John ? John nya. John nya? Darimana pemikiran seperti ini berasal? “Kau memecahkan waterpas ku,” John menggeram. Sarah mengedipkan matanya dari John dan memandang ke kekacauan di kakinya. Tampaknya dia sudah sangat ceroboh. Tatapan kesedihan untuk barang tua itu menembus dirinya saat dia menarik nafas dan melihat kembali kepada John “Kau merokok?” Sarah mengulangi tanpa sadar. “Kenapa begitu sulit untuk mempercayai itu?” John bergerak ke dalam ruangan dan mengambil kayu tua dan pecahan tabung waterpas. Dia menempatkan keduanya ke rak buku dan bergerak untuk bersandar pada mejanya. Sarah berbalik untuk memandangnya “Aku tidak tahu, kenapa kau merokok?” “Apakah kau bercanda, Nona? Kau pikir kau punya hak untuk bertanya hal pribadi padaku?” Sarah masih terlalu kehilanganan keseimbangan untuk mengikuti percakapan dengan logika.



Terlalu banyak hal menyerang otaknya dalam satu waktu. John merokok; dan dia benci itu dan hal itu mengirimkan kekecewaan ke dalam perutnya. Dan Sarah telah memecahkan sesuatu yang John sukai. Dan namanya Philip Garret dan dia tidak akan mungkin memberikannya uang. Sarah akhirnya menyadari itu dengan rasa kecewa yang sakit. Rumah jompo itu tidak akan dibangun. Sekolah akan tutup. Dan John merokok. Saat Sarah melihat John menghisap rokok dengan dalam lalu menghembuskan asapnya keluar, Sarah bertemu dengan tatapan John dan Sarah berusaha untuk mengumpulkan kekacauannya. Sarah menjilat bibirnya untuk membasahi mulutnya yang kering “ Aku Minta Maaf.” “Untuk mencampuri urusan orang lain atau untuk bersikap ceroboh?.” Sarah menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangannya. Dia tiba-tiba ingin menangis. Bukan tangisan tersedu-sedu, tapi hanya



tangisan yang air matanya bisa membuat penglihatannya kabur dan membuat nya merasa sedih. Tapi Sarah tahu dia tidak bisa, Sarah memiliki harga diri yang terlalu tinggi. Dia melancarkan tenggorokannya “ Aku minta maaf aku memecahkan waterpas mu. Itu sangat indah dan sekarang Itu—tidak sama lagi.” John mengangguk sekali untuk menandai permintaan maaf Sarah dan memegang rokoknya secara vertikal ke depan wajahnya seperti dia memiliki pertanyaan. “Apa?” Sarah bertanya dengan pelan. John melihat air mata mengalir di matanya dan tidak perduli sama sekali. Air mata itu membuat John tampak seperti seseorang yang harus disalahkan, seperti dia telah melakukan sesuatu yang salah. Salahkah dia? Air mata itu akan mengalir atau tidak mengalir. Bencana. Awalnya pom bensin, lalu dancehall, dan sekarang ini. Sarah menginginkan uangnya. Bukankah itu yang dia inginkan? Agar Sarah menginginkan uangnya? Kemarin John tidak



terlalu perduli hal itu, tapi sekarang, John harus mengakui, itu mengganggunya. John merasa seperti anak kecil dan itu membuatnya marah. John ingin Sarah menyukainya. Sialan. Tetap, realisasi tidak menghentikannya untuk mengatakan apa yang dia rasakan saat ini. “ Kau ingin aku mematikan rokok ini?” Ekspresi wajah John tidak terduga olah Sarah dan dia pelan-pelan menggelengkan kepalanya, “ Tidak, kau benar. Ini benar-benar bukan urusanku. Ini rumahmu dan kesehatanmu.” Seperti Sarah tidak pernah bicara, John menghisap lagi rokoknya dan menghembuskan asapnya dan mengambil asbak di atas meja dan mematikan rokoknya. Saat John berbalik kembali untuk memandang Sarah dengan ekspresi seram, Sarah melihat bahunya menegang menarik bahan kaosnya. Bahan Kaosnya seperti pernah putih, tapi sekarang hampir semua bagian terdapat noda



dan noda bergaris panjang di sisi kirinya tampak seperti minyak pelumas. Lengan bajunya benarbenar dipotong, dan tonjolan bicep nya mempertontonkan kekuatan maskulin yang membuat hati Sarah menabrak kearah tulang dadanya. Apapun yang sedang dilakukan oleh John saat dia tiba disini pasti bukan hal psikis, yang mana dia tidak pernah membayangkan seorang multimilliuner akan menghabiskan waktunya untuk melakukan itu. Sarah membiarkan pandangannya jatuh dari tubuhnya dan memandang jeans nya dan sepatu bot kerjanya. Mereka juga, begitu tidak bereputasi, dan mengingatkan Sarah apa yang dipakai John saat pertama kali bertemu dengannya. Maka, Pria ini adalah pria yang berpakaian hanya untuk kenyamanan pribadinya, dan dia tidak harus merasa perduli dengan seperti apa penampilannya. Baiklah, tidak satu pun dari hal itu yang menjadi masalah lagi sekarang, karena Sarah sudah



menolaknya dan menghinanya sejak pertama kali mereka bertemu. Tidak mungkin John akan menolongnya, waktu atau uang yang dia butuhkan dari John. Sarah memutuskan dia bahkan tidak akan membuang nafasnya untuk bertanya. Dan hampir dengan segera dia mempertanyakan keputusan itu. Setiap orang yang dia ajak bicara telah mengatakan kepadanya bahwa John lebih dari bersedia untuk memberi. Mungkin John memiliki sifat dermawan yang kuat yang tidak akan terpengaruh dengan konflik yang ada di antara mereka. Sejujurnya, Sarah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tiba-tiba, pikiran untuk meminta uang kepada pria ini tampak berbahaya. Secara acak berbahaya. Tapi Sarah harus mengatakan sesuatu. Dan mencari topic yang tidak mempunyai tujuan. “Jadi kau Phillip Johnson Garret.” Sarah berusaha untuk mempertahankan nada datar pada suaranya pada percakapan yang merupakan pertanyaan ringan.



John mengangguk sekali. “John.” “John.” Sarah mencoba nama itu keluar di bibirnya. John dengan berani menyapukan matanya ke atas dan ke bawah sepanjang tubuh Sarah, seperti dia punya hak untuk melakukan itu. “Dan kau adalah Sarah McAlister.” “Ya. Dunia begitu kecil,” permainan kata-kata bodoh tergelincir dari mulut Sarah sebelum dia bisa mencegahnya. “Terutama di wilayah sini.” John setuju, memandangnya terus-menerus. John bersandar ke mejanya dan menunggu Sarah untuk mengatakan sesuatu. Menunggu dia untuk meminta uangnya. Untuk apa, John tidak tahu. Tidak jelas apa yang dibutuhkan oleh Sekolah di Top Hill. Atau seberapa besar Sarah ingin sekolah itu untuk memilikinya. John belum tahu. Tetapi untuk pertama kali dalam hidupnya, John merasa begitu sangat puas bahwa seseorang menginginkan uangnya. Bahwa Sarah



menginginkan uangnya. Apakah dia bisa mendapatkan Sarah tanpa uang yang berdiri diantara mereka? Tentu saja. Tapi Sarah lebih dari segan, dan tanpa sedikit pancingan, John tidak akan mendapatkan kesempatan dari Sarah. Jadi John harus sangat bersyukur dia memiliki sesuatu yang Sarah butuhkan. “Aku minta maaf aku telah menjatuhkan waterpass-mu.” Suara Sarah seperti menjilat perasaan John saat dia sekali lagi minta maaf. “Jangan khawatir soal itu.” John akan tidak bersikap seperti ini jika ada orang lain yang memegang barang-barangnya dengan cara yang sembarangan. Tampak jelas Sarah menelan ludah dan memandang ke sekeliling kantor John. John tahu Sarah gugup, dan Sarah tidak membuat satu tindakan pun untuk membuat percakapan ini menjurus pada alasan untuk apa dia datang ke sini. John memutuskan untuk membantunya sedikit. “Kau bekerja untuk sekolah di Top Hill?” “Tidak” dia tidak menjelaskan lebih panjang.



“Kau bekerja di administrasi sekolah?” John bertanya lebih lanjut. “Tidak. Aku seorang pengajar, tapi aku tinggal dan bekerja di Dallas.” John merasa bingung sebentar. Dia bersumpah pertama kali Sarah bertemu dengannya, dia mengatakan dia berasal dari Top Hill. Dan sebutan Dallas membuat dahinya mulai berdenyut. John memandang sekilas ke bawah ke tangan kiri Sarah dan John segera melihat kilauan Solitaire di jari manisnya. Gelombang kemarahan dan kebencian menerpa dirinya, “kau mengatakan kepadaku kau berasal dari Top Hill,” John mengatakannya lewat gigi yang menggertak. “Aku —aku Ya aku berasal dari Top Hill. Semacam itu. Kakek-nenekku meninggalkan farm kecil dan aku menghabiskan setiap liburan musim panasku di sini. Orang tuaku tinggal di Dallas dan aku dibesarkan di sana. Aku bekerja di Dallas. Aku seorang guru matematika murid kelas 10.”



“Kau di sini hanya untuk liburan musim panas?” “Ya.” “Apa hubunganmu dengan Sekolah Top Hill?” “Tidak ada sebenarnya.“ “itu tidak masuk akal, Nona.” “Aku berasal dari Dallas tapi hatiku ada di Top Hill. Sebagai seorang pengajar, perhatianku untuk anak-anak, Aku tidak ingin melihat sekolah itu tutup karena kurangnya pendaftar. Anak-anak harus naik bis hampir satu jam. Mungkin ke Duluth. Itu akan memakan waktu dua jam dalam sehari bagi mereka. Dua jam yang berarti bagi masa kecil mereka akan dibuang di bis. Aku telah melihat ini terjadi sebelumnya, dan tidak ada hal baik dari itu. “ “Dan kau telah memutuskan untuk membuat hal ini sebagai sebagai perjuangan pribadimu?” John mengangkat satu alisnya dan menunggu. “Aku tidak ingin melihat kota juga mati. Jika sekolah tutup, pekerjaan-pekerjaan itu akan pergi juga. Aku sudah bicara dengan banyak orang, dan mereka tentu saja sangat perduli,



tapi sebagian besar dari mereka terlalu sibuk bekerja dan berusaha untuk membangun keluarga untuk bisa menerima tantangan ini. Aku memiliki tiga bulan musim panas ini. Dan ya aku membuat hal ini sebagai perjuangan pribadiku.” “kau punya rencana? Berapa besar uang yang harus aku keluarkan?” Sarah untuk sebentar menjadi ragu. “Aku sudah melakukan banyak penelitian. Kota membutuhkan pekerjaan bentuk lain. Sesuatu yang akan menarik orang untuk bekerja, sehingga ada anak-anak untuk sekolah.” John memandang Sarah saat dia menggigit bibirnya dan menarik nafasnya sebelum melanjutkan. “Top Hill butuh untuk membangun rumah jompo.” John merasa pernyataan itu berakibat seperti pukulan di perutnya. Tanggapan segeranya adalah penolakkan, dan dia mengeluarkannya dengan satu hembusan nafas “Tidak.” Sarah meremas-remas tangannya. “Tolonglah – bisakah kita mendiskusikan ini?” John memandang tangan putih lembut itu



mengepal bersama-sama. Nyaris tidak ada hiasan pada tangannya, selain cincin yang sekarang menghias tangan kirinya. Kapan dia mendapatkan cincin itu? Apakah dia bertemu dengan laki-laki sialan itu? John fokus pada tangan kirinya. Itu bukan cincin yang mencolok, itu cincin yang kecil dan cantik. Tidak, cincin itu sendiri tidak mencolok; tapi arti dari cincin itu. Sarah, milik pria lain. John melakukan perhitungan cepat dalam kecemburuan halusnya. Apa yang sedang dibicarakan oleh Sarah berarti jutaan dollar, bukan beberapa ribu dollar seperti apa yang dia harapkan akan ia minta. Tapi dalam jarak beberapa detik, dia bisa melihat kebenaran dari apa yang dia sarankan. Sarah bicara soal rumah jompo, fasilitas pelayanan jangka panjang akan membawa pekerja ke kota. Ini rencana yang baik. Dan rencana yang pernah dicoba dulu tapi tidak ada dana untuk menjalankannya. Tapi kenapa pula dia harus membiayainya. Sejujurnya, dia tidak tertarik dengan sekolah di



Top Hill atau sekolah di wilayah lain untuk masalah ini. Pendidikan bukan sesuatu dipikirannya yang menyita banyak waktunya. Dia bukan seorang pahlawan dan permasalahan seperti ini sebaiknya diserahkan kepada mereka yang memiliki ambisi politik. Orang-orang yang memiliki ambisi politik atau do-gooders ( *seseorang yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan manusia dan reformasi sosial) yang ingin menyelamatkan dunia. Dia bukan seseorang yang berambisi pada politik dan dia yakin dia bukan seorang do-gooders. Ini adalah alasan pasti kenapa dia membutuhkan sebuah yayasan. Jutaan uang yang Sarah bicarakan dipertimbangkan, tapi tidak dipikirkan. John mampu. Jika dia mau, John hanya tidak mau. Tapi project besar seperti ini dapat membuat orang lain jauh darinya untuk sementara dan itu bisa menjadi sebuah bonus. Tapi alasan utama kenapa John menemukan dirinya mempertimbangkan hal ini adalah karena Sarah. John punya rencana untuk Sarah.



Rencana-rencana yang melibatkan berakhirnya pertunangannya dan kulit telanjangnya untuknya. Dan pada akhirnya, Sarah di bawah kekuasaannya. Kapan sebenarnya perhatian John pada Sarah berubah? Setiap kali dia melihatnya, keinginan untuk mendapatkannya semakin besar, semakin kuat. John ragu keinginan itu akan pergi setelah dia menidurinya. Hanya dengan melihatnya saja sekarang menyebabkan obsesi dalam dirinya untuk menyentuhnya, untuk tetap membuatnya dekat. John tidak menyukai ini, tapi sial jika dia harus melawan perasaan ini. Untuk saat ini John butuh waktu untuk memikirkan tindakannya. Maka dia butuh waktu beberapa jam. Tapi jelas sekali dia harus mengikat Sarah dulu untuk janji pertemuan berikutnya. “Aku akan menjemputmu malam ini dan kita akan pergi makan malam dan mendiskusikan hal ini.” Sarah merasa pusing. Kenapa berubah pikiran? Awalnya dia bilang “tidak” dan sekarang dia mau



untuk mendiskusikannya? Sarah tidak benarbenar bodoh. Reaksi awal John merupakan penolakan. Apakah ini jebakan? Ini pasti sebuah bentuk penyiksaan. “Bisakah kita mendiskusikannya sekarang?” “Aku tidak punya waktu, aku punya pekerjaan yang harus dilakukan. Malam ini.” “Tapi __” “Aku akan menjemput mu jam lima. Pakai pakaian yang nyaman. Kita akan ke San Antonio. Tidak ada tempat yang enak di sekitar sini.” Sarah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ya ampun, Tidak, tidak pantas mengingat dia meminta bantuan uang jutaan dollar. “ Aku tidak ingin ada masalah, aku bisa kembali kemari besok, atau saat kau punya waktu.” “Aku punya waktu malam ini.” “Ya, Tapi__” “Sarah, Kau mau uang sialan itu atau pun tidak. Aku sungguh tidak perduli. Dalam minggu ini akan ada orang lain yang datang dan menginginkannya untuk hal yang lain. Jadi jika



kau ingin aku mendengar soal permainanmu, itu malam ini. Makan malam. “ Sarah memandang John dengan curiga. Perasaannya tidak enak. John benar-benar sangat menarik. Tapi dia akan mampu untuk tetap menjaga jarak dengan john untuk satu malam. Dia akan punya cukup waktu untuk mengetahui apakah John benar-benar serius soal ini. Apakah John benar-benar akan memberikan uang kepada Top Hill? Atau John akan memperoleh Sarah di dalam mobil gelap, bermil-mil dari rumahnya, dan kemudian mengatakan kepadanya bahwa dia kurang beruntung? John akan melakukan itu, iya kan? Sarah tidak akan mengatakan sesuatu yang membuatnya marah. Tampaknya John saat ini berada pada sikap terbaiknya, Mematikan rokoknya, mengatakan kepadanya bahwa ia akan mempertimbangkan rencananya, tapi sarah akan terus mengamati gerak geriknya. Sarah menelan ludah saat kenangan tangannya dijepit ke dinding menekan perutnya dan membuat dia



merasa ada banyak kupu-kupu di perutnya. Kau ingin tidur denganku. Pria ini sekarang bersandar di meja dan secara nyata mengatakan itu semua kepadanya. Dan ia ingin sarah setuju untuk pergi dengan mobilnya, pergi dengan jarak ratusan mil hanya berdua dengannya dan lalu menemaninya untuk beberapa jam ke depan ? Bagaimana mungkin ini terjadi? Kurang dari satu jam yang lalu, Sarah pikir dia akan bertemu dengan pria yang lebih tua, pria yang berumur enam puluhan atau tujuh puluhan, seseorang yang lebih dermawan dari pada Sarah? Kenapa? Kenapa hal ini terjadi padanya? Sarah pasti terlalu lama menjawab pertanyaan dari John karena John mulai berjalan menuju pintu sambil bicara. Kenapa setiap gerakannya membuat Sarah merasa seperti dia sedang diuntit? “Aku punya pekerjaan yang harus dilakukan. Tinggalkan petunjuk rute rumahmu pada Beth. GPS tidak berfungsi disini.” Saat John melalui Sarah menuju pintu, Sarah kaget mendapati tangannya meraih lengan John



untuk menahannya. Kulit John seperti baja di bawah jari-jari Sarah; otot-otot John terjalin bagai tali dan Sarah merasakan suhu tubuh John yang panas. John berhenti dan menegang di sebelah Sarah. Mata John terkunci pada matanya, bertanyatanya. Sarah membuka mulutnya dan berkata, walau dengan pelan terdengar di telinganya. “Kau berjanji?” “Berjanji apa?” Lubang hidungnya melebar dan pertanyaan itu bergetar jauh di dalam dadanya. “Apakah kau berjanji akan benar-benar mendengarkan aku? Apakah kau berjanji akan benar-benar mempertimbangkan hal ini?” Sekarang Sarah mendapatkan perhatian dari John maka dia melepaskan lengan John. Tapi baru saja Sarah melepaskan lengan John, kemudian John telah memegang lengan Sarah dan Sarah berpikir John berusaha untuk memelihara koneksi diantara mereka. “Apakah aku sudah pernah berbohong padamu?” John berdiri dengan tegang dan jarak diantara



mereka seperti tidak ada. John melangkah maju kearah Sarah dan menjalinkan jemarinya pada jemari Sarah, ibu jari John mengusap belakang telapak tangan Sarah. Sarah bertanya-tanya apakah dia bahkan sadar apa yang dilakukan John padanya. Saat Sarah memandang bintik-bintik di mata John, Sarah berpikir dengan tajam, hal-hal yang tidak terucap dari John kepadanya. Tidak ada yang merupakan kebohongan. “Tidak. Kau belum. Tapi ini tidak bisa menjadi sebuah kencan.” Sarah mengangkat dagunya. Sarah tegas soal yang satu itu. “ Aku ingin kau tahu itu. Ini soal sekolah. Aku tidak akan pergi dengan mu untuk alasan lain.” “Kau tampak begitu yakin soal itu,” John mengatakan hal itu saat dia kembali melangkah beberapa inchi lagi mendekati Sarah. Saat John melangkah lebih dekat, Sarah harus mengangkat dagunya lebih tinggi untuk mempertahankan kontak mata. “Aku sudah bertunangan.”



“Untuk saat ini.” Kata-kata John terdengar seperti tantangan bagi Sarah. Atau ancaman. Sarah menarik nafas pada keyakinan John. “Tidak, Aku bertunangan sampai aku menikah.” John merasa kata-kata itu bagai pukulan untuknya. Reaksi mendadaknya adalah mencium Sarah, menelanjanginya, dan menidurinya dengan keras dan cepat sehingga Sarah tidak mampu untuk berpikir. Tapi John ingat bahwa hanya dengan membenamkan mulutnya saja pada Sarah sebelum dia bisa melakukan hal lainnya, hanya membuat Sarah lari. John tidak bisa mengambil resiko itu. John menginginkan lebih dari hanya pembaringan cepat. John menginginkan Sarah berada di bawahnya dari waktu ke waktu. John ingin mempunyai hak untuk memanggilnya sebagai miliknya, untuk memiliki tubuhnya dan hanya untuk dirinya seorang. Ya, Motif nya kini sudah benar-benar berubah. Semakin Sarah lari, semakin John sulit mengejarnya. John mengetahui satu hal dengan pasti. Saat Sarah menjadi miliknya, John tidak



akan membaginya. Pemikiran bahwa Sarah tidur dengan pria lain saat Sarah menjalin hubungan dan juga tidurnya sungguh tidak bisa diterima. Pemikiran bahwa Sarah tidur dengan tunangannya yang tidak diketahuinya itu, membawa guratan kemarahan padanya yang hampir terasa bagai kekerasan. Tentunya, bagus dia tidak mengetahui siapa pria itu atau dimana pastinya dia tinggal. Ini harus tetap seperti itu. Tapi jelas wanita ini berada dalam masalah. Perasaan posesif mengalir di dalam dirinya. Ini hanya masalah waktu. John ingin menjadi kekasihnya dan John harus tetap mengingat hal itu dan tetap fokus pada tujuannya. Tidak ada keraguan dalam pikirannya bahwa John dapat saja merayu Sarah untuk melakukan hubungan singkat. Tetapi itu bukan yang John inginkan. John menginginkan Sarah secara ekslusif, John ingin memiliki hak untuk mendapatkan sarah di atas tempat tidurnya dari satu malam ke malam selanjutnya dan melakukan apapun yang ingin



dia lakukan pada tubuhnya. Dan untuk itu, John harus membuat Sarah melepaskan pria sialan di Dallas. Itu langkah pertama. Dan John seorang yang pandai dengan rencana, Sesuatu yang tidak layak diperjuangkan tidak layak didapatkan. Jadi John harus berjuang untuk mendapatkan Sarah, dia bisa melakukan itu. Tapi John tidak bisa berhenti untuk menyentuh Sarah. John memastikan agar Sarah tidak bergerak saat dia meraih dan menyapukan tangannya ke rambut Sarah yang lembut. John bermaksud untuk melembutkan belaiannya, dan menangkupkan tangannya di pipi Sarah. Sarah menarik nafas dengan cepat, dan John sangat ingin untuk membaringkan pantatnya agar nafas Sarah bisa tenang. John tidak gila untuk tipu muslihat yang akan dia lakukan pada Sarah, Tapi terkadang kau harus melakukan apa yang harus kau lakukan. Dan dengan Sarah, John menemukan bahwa dia akan melakukan apapun. “kau menginginkan uangku, dan aku butuh kepastian lain. Aku ingin itu menjadi sebuah



kepastian yang berarti.” John memandang pada bibir Sarah yang gemetar sebelum dia kembali memandang matanya. “Kita berdua akan memandang malam ini sebagai urusan bisnis. Oke?” John merasa Sarah memindahkan berat tubuhnya dari satu kaki ke kaki yang lain, menggambarkan getaran pada tubuhnya. Antisipasi baru saja dilakukan oleh John. Sabar John dia berkata pada dirinya sendiri. John melihat kebulatan tekat dalam ayunan dagu Sarah dan mendengar suara Sarah sedikit gemetar saat ia menjawab. “Ini sebuah bisnis.” Sialan tentu saja bukan. Ini bukan sebuah bisnis. Ini tidak ada sedikitpun hubungannya dengan bisnis. “tentu saja, hanya bisnis, oke?” John berusaha untuk menjaga suaranya tetap datar; John butuh persetujuan Sarah soal ini. John membutuhkan kesempatan untuk merayunya agar bisa setuju dengan pikirannya. Satu persatu. “Oke.”



Satu kalimat persetujuan yang terucap mengirimkan antisipasi dan kemenangan pada aliran darah John tetapi John berhati-hati untuk menjaga agar ekspresinya tetap netral. “Bagus kalau begitu. Aku akan menjemputmu pukul lima.” *** Sepuluh menit kemudian, John berlama-lama di halaman dekat gudang gandum. John memandang Sarah yang menjalankan kendaraannya pelan-pelan menuju jalan. John mengeluarkan telephone nya dan menelphone Beth, “Wanita itu meninggalkan rute menuju rumahnya?” “Ya.” “Bagus. Aku tidak butuh makan malam hari ini.” John mengakhiri telephone dan menyalakan rokoknya. Dia mungkin harus menikmati tembakau selagi dia masih bisa. John mendapat firasat dia tidak akan bisa merasakan kenikmatan merokok lagi untuk beberapa waktu ke depan. Sarah jelas membenci itu, dan setidaknya John



memang sedang berusaha untuk berhenti. John berdiri di bawah pohon yang rindang dan memandang ke arah lahannya yang terawat sementara dia menghisap rokoknya beberapa kali lagi. Setelah beberapa saat, dia berbalik dan mematikan rokoknya. Dia berjalan kembali ke dalam rumah, berpikir keras. Dia harus mempersiapkan diri untuk malam ini. John butuh sedikit waktu untuk membuka internet dan mempelajari beberapa hal dasar terkait apa yang Sarah ajukan dan apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah jompo. Tidak seperti dia akan benar-benar membangunnya, tapi setidaknya John harus bisa untuk meyakinkan Sarah bahwa John tertarik. *** Sarah duduk di atas ayunan tua di beranda depan rumahnya dan menunggu John datang. Ketegangan yang dia rasakan menggumpal di perutnya. Kenapa dia begitu takut? Dan merasa begitu bersalah? Ketakutan, dia sadari berasal



dari rasa bersalahnya. Apakah itu masuk akal? Dia tidak takut pada John—Baiklah, tidak sepenuhnya. Perasaan keragu-raguan yang bersampur dengan rasa takut yang disebabkan oleh John ini merupakan permasalahan lain. Apa yang ditakuti Sarah saat ini adalah dia akan melakukan sesuatu yang salah secara moral. Sarah takut dia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bertunangan dengan pria lain. Setiap kali dia melihat John Garret, pria ini bertambah sexy, Setiap kali dia mendengar suara John yang dalam itu, aura sensual John membungkusnya, dan menjadi semakin kuat. Dan setiap kali dia berpikir tentang John, godaan untuk menyerah kepada John merayap dengan diam-diam kepada Sarah. Sarah seharusnya tidak merasakan hal seperti ini kepada John sementara dia bertunangan dengan Randall. Jika Sarah benar-benar mencintai Randall, Dia tidak akan merasakan hal seperti ini kepada John.



Dan pada saat itulah Sarah menyadari bahwa pertunangan ini merupakan sebuah kesalahan. Pertunangan ini terlihat seperti sebuah ide yang bagus saat itu. Randall seorang pengacara sukses; Randall perduli padanya dan benarbenar santai. Randall tidak seperti Greg, Randall tidak egois dan Randall tidak berusaha untuk mengontrol Sarah. Dan sarah benar-benar ragu jika Randall akan menjadi tukang selingkuh seperti apa yang dilakukan oleh mantan suaminya dulu. Itu adalah semua hal yang dia pikirkan saat dia menerima lamaran Randall kepadanya. Bahwa hati Sarah akan aman dari patah hati lagi dan Randall akan perduli kepadanya dan menjadi orang yang bisa dipercaya. Mereka belum berpacaran lama saat Sarah pergi untuk liburan musim panas ini, dan Randall tampak bertekat untuk mendapatkan persetujuan Sarah sebelum sarah pergi. Tetapi sekarang Sarah sadar ini sebuah kesalahan, Sarah memutar-mutar berlian di



jarinya dan mengangkatnya untuk menangkap bias matahari sore hari. John akan menjadi laki-laki yang akan menyakitinya. John adalah laki-laki yang sangat hebat bahkan lebih hebat dari Greg. Dan John hanya ingin tidur dengan Sarah. John akan membuatnya tanpa ikatan. Dan sejak ciuman di dancehall, Sarah punya sedikit firasat John akan menjadi kekasih seperti apa. Fantastis tapi kejam. John akan tidur dengannya sampai bosan, lalu mencari wanita baru. Itu adalah apa yang selalu dilakukan oleh pria seperti John. Mereka terus melanjutkan hidup. Sarah jelas tidak memiliki hal dalam dirinya yang bisa menahan John. Untuk membuat John setia, John lebih menarik secara fisik dari Sarah. Sarah tidak bisa bersaing, dan itu menempatkan Sarah pada posisi yang tidak menguntungkan. John menginginkan hubungan yang cepat dan hubungan percintaan sepintas lalu, dan itu tidak akan menjadi sebuah hubungan percintaan sama sekali buat Sarah.



Kenapa pria selalu percaya bahwa wanita harus terprogram seperti mereka? Kenapa mereka percaya bahwa kegiatan tidur bersama, hubungan seksual bisa sepintas lalu? Mungkin Sarah menghakimi bahwa semua pria sama, mengelompokkan mereka sama, tidak memberikan satu pun dari mereka keuntungan dari keraguan. Itu alasan sehingga dia mengatakan Ya kepada Randall. Randall sepertinya berbeda. Lebih lembut, lebih baik, entah bagaimana. Tapi Sarah tidak mencintainya dan tidak berpikir bahwa dia akan benar-benar akan mencintainya. Sarah menyukai dan menghargai Randal tentu saja. Pernikahan membutuhkan ketertarikan seksual yang mengakar kuat. Dan Sarah tidak memiliki itu dengan Randall. Sarah harus menelphone dan memutuskan pertunangan ini, sebelum ini menjadi terlalu jauh. Sarah harus berlaku sejujur mungkin kepada Randall. Entah apa yang terjadi atau apa yang tidak terjadi dengan John, Sarah tidak akan



berlaku tidak jujur kepada Randall. Sarah menarik nafas dalam-dalam dan merasa lebih baik, Setidaknya dia telah membuat keputusan di dalam kepalanya. Itu sebuah awal. *** John membawa Cadillac Escalade SUV-nya ke dalam halaman rumah Sarah tepat jam lima dan tidak mau sibuk-sibuk mengamati situasi pekarangan rumah Sarah. Mata John langsung menuju ke arah rumahnya, dan John langsung mendapati Sarah, duduk di ayunan di serambi. Sarah sedang berayun-ayun pelan tapi saat Sarah melihat mobil John datang, kaki nya langsung mendarat ke atas lantai dan berhenti berayun. John tetap berada di dalam mobilnya dan memandang Sarah saat Sarah pelan-pelan berdiri. Sarah mengambil tas kecil dari meja rotan di sebelahnya dan menyelempangkan tasnya di bahu melintasi dadanya seperti hal itu akan memberikannya perlindungan, Sarah mulai berjalan ke arah John, dan John duduk di



belakang kemudi dan membiarkan mobil tetap menyala saat Sarah mendekat. John membuka pintu penumpang dari dalam dan Sarah menarik pintunya untuk membukanya lebih lebar dan sekarang Sarah berdiri di depan pintu mobil yang sudah terbuka. Sarah memainkan tali tasnya, dan cincin berliannya menangkap sinar matahari, berkilau dengan terang. Kemarahan John berubah menjadi mendidih dan kesabarannya menghilang. John akan melepaskan cincin sialan itu dari jarinya malam ini. “masuk.” John tahu suaranya kasar, dan keraguan yang dia lihat dari Sarah makin meyakinkannya. Sarah berhenti dari sikap hendak naik ke atas mobil. Kakinya siap berlari sejauh yang dia bisa sebelum dia mengangkat matanya untuk memandang John dengan tatapan kehatianhatian yang ekstrim. John mencoba untuk mengontrol suaranya, Tapi dia tahu itu usaha yang sia-sia. “Masuk ke dalam mobil Sarah.”



John mengamati saat Sarah menjilat bibirnya dan mengambil nafas dalam-dalam. Sarah mengangkat dirinya untuk naik ke atas jok kulit mewah dan menarik pintu mobil dan menutupnya. John langsung mengaktifkan kunci pintu. Pandangan Sarah melayang kepada John dan John bersandar ke arah sarah, menarik sabuk pengaman sarah melalui bahunya. John bisa merasakan Sarah sedikit gemetar dan tahu bahwa Sarah mungkin merasa takut. John tidak bisa mendapatkan dirinya perduli kepada hal itu; Sarah sudah membuat John berada di tepian bahaya sejak pertama kali dia bertemu dengan Sarah. John benar-benar marah dengan cincin yang sekarang ada di jarinya dan merasa perlu untuk menghukum Sarah untuk itu. John memasangkan ujung sabuk pengaman dengan suara click kemudian mengangkat dagu Sarah dan menjepitnya diantara jarinya. “Kau tidak berpikir aku berniat untuk melepaskanmu saat ini kan?”



Desisan suara pintu yang mengunci, Klik pada sabuk pengaman dan konotasi dari tindakan John mengirimkan panah peringatan pada Sarah. Sarah merasakan panas yang berasal dari tubuh John saat John berada disekitarnya. Nafas Sarah menyentak saat jari-jari kapalan John menjalar di rambutnya dan mata Sarah tertangkap oleh tatapan John. Kata-kata John merupakan ancaman verbal yang dimaksudkan untuk mengintimidasinya. Sarah meluruskan punggungnya. Apa yang John coba mainkan? Sarah berharap omong kosong ini pergi dari John malam ini, Itu akan menjadi sebuah berkah, Tapi Sarah tidak mengharapkannya begitu cepat. Mereka bahkan belum meninggalkan rumah Sarah. Sarah menarik nafas dalam-dalam dan berdesis “ Apa maksud mu dengan perkataan seperti itu?” Ibu jari John menyentuh bibir bahwa Sarah dengan kuat dan halilintar menusuk ke dalam diri Sarah. “ Persis seperti apa yang baru saja aku katakan”



Kata-kata John tidak mengatakan apapun kepada Sarah. Sarah tidak memiliki pilihan lain selain membantah, “Kau sudah berjanji. Kau bilang kita akan bicara soal rencana untuk tetap membuat sekolah berjalan.” “Kita akan.” Suara John menjadi terdengar seperti bicara masalah bisnis, tapi John meneruskan pukulan pelan ibu jarinya di bibir bawah Sarah. “ Kau sudah datang dengan rencana yang baik. Apakah kau sendiri berpikir soal itu?” Pujiannya mengirimkan perasaan bahagia kepada Sarah, Tapi Sarah tidak bisa merasa terpuji dengan ide yang dia berikan. “ Tidak sama sekali. Ada beberapa wilayah di Negara ini yang telah melakukan hal yang sama. Dan itu tampaknya berhasil.” “Kita akan membicarakan hal ini saat makan malam.” Kata-katanya mengakhiri dan sebelum Sarah bisa menyetujui, John meluncurkan tangannya ke rambut Sarah dan merendahkan mulutnya ke arah mulutnya, menciumnya dengan



ciuman yang sangat efektif hingga Sarah hampir saja lupa siapa dia sebenarnya. Mulut John terbuka di atas Mulut Sarah sepenuhnya dan memaksa bibir Sarah untuk memisah. Lidah John menyerang masuk ke dalam mulut sarah seperti dia memilikinya dan Sarah benar-benar tenggelam dalam energi sensual John. John bergerak semakin dekat kepada Sarah seakan-akan dia tidak bisa merasa cukup; tangannya menyiku di kepala Sarah sehingga ciuman itu bisa menjadi lebih dalam. Proses di dalam otak Sarah benar-benar gagal dan Sarah tergantung dalam keseimbangan dimana kewaspadaan seksual menyerah kepada kebutuhan seksual yang dalam. Sarah mencoba untuk membalas ciuman john, tapi apa yang benar-benar bisa dia lakukan adalah duduk di atas jok kulit dan menikmati jenis ciuman seperti ini yang dia ketahui jarang ada. Benarbenar jarang. Detak jantung Sarah mulai berdetak dengan liar, lututnya mulai gemetar dan



saat Sarah mulai mengingat realisasi tajam bahwa di masa depan setiap pengalaman ciumannya akan dia bandingan dengan pengalaman ciuman kali ini, John mengangkat kepalanya. Mata John menyatu dengan mata Sarah dan sarah sadar nafas John sama terengahengahnya dengan nafasnya. Tangan John masih membuai kepalanya, dan dahinya menempel di dahi Sarah seperti John sedang mengambil udara dengan begitu banyaknya. Suara John serak saat dia bicara. “Aku butuh itu.” Katakata itu terdengar sangat jujur, hampir telanjang dan kata-kata itu mengirimkan proses penghancuran pikiran ke dalam kebingungan kepada Sarah. Sebelum Sarah dapat mencoba untuk memikirkan tindakannya, John mencium dahinya dan kembali bersandar ke kursi kemudinya dan membawa kendaraan ke arah yang berlawanan dengan saat dia datang. John mengendarai mobilnya ke jalan desa yang



tidak beraspal, dan mengendarai dengan pelan sampai dia mencapai jalan raya beraspal, dimana dia kemudian mempercepat laju mobilnya. Tidak sampai 10 atau 15 menit dari berkendaraan akhirnya otak sarah bisa mulai berfungsi lagi. Dan saat otaknya berfungsi, itu tidak baik. Sarah tidak merasakan apapun kecuali kumpulan saraf yang kacau tapi sarah tahu satu hal. Dia sekaang berada dalam kekacauan. Pelukan singkat di Dancehall waktu itu tidak membuatnya siap untuk menyadari bahwa ciuman John Garret dapat ditolak saat John menginginkannya. Sarah akan kalah dalam pertarungan seksual yang berkecamuk diantara mereka ini. Sarah tiba-tiba yakin soal itu. Jadi sekarang hanya ada dua pertanyaan yang tertinggal. Apakah John tahu dia akan kalah? Dan berapa lama Sarah dapat menahannya? Sarah hanyut dalam pikirannya sendiri dan saat kesunyian melanda, Sarah menyadari bahwa dia



tersesat di dalam diri John juga. Sarah mengalihkan pandangannya kepada John sebentar. Mata John memandang jalan dan rahangnya terjepit, wajahnya tajam. John tampak setegang Sarah. Apa yang John pikirkan? Saat mereka sekitar 50 mil dari kota, ditengah jalan diantah barantah, John masuk ke dalam area piknik terpencil. Sarah melihat sekeliling dengan ketakutan. Ini bukan rest area yang biasa dijadikan tempat pelancong berhenti untuk menggunakan fasilitas di dalamnya atau membeli sesuatu dari mesin penjualan makanan atau minuman. Ini hanya sebuah tempat pemberhentian darurat kecil, cukup luas untuk satu atau dua kendaraan saja dan ditempatini hanya ada meja piknik dan tempat sampah. Dan tempat ini kosong. Mobil mereka adalah satu-satunya mobil yang ada disekitar sini, dan walau hari belum gelap, matahari mulai terbenam pelan-pelan dan ancaman kegelapan mengelilinginya. Ancaman kepanikan ringan melandanya.



John membawa mobilnya masuk, memarkirnya dan tidak mematikan mesinnya. Meletakkan tangannya di atas kemudi, John memalingkan kepalanya memandang langsung ke arah Sarah. Sarah membalikkan badannya dengan hati-hati dan menyandarkan punggungnya di pintu mobil agar bisa berhadapan dengan John. Kulit muka John mengencang pada tulang pipinya dan lubang hidungnya melebar dalam sikap bertahannya. Untuk beberapa saat John memandang Sarah dengan diam lalu dia berkata dengan suara yang dalam, “Aku tahu kau menyukai ciuman tadi.” Sarah tidak mencoba untuk mengingkari hal itu, karena itu akan sia-sia. “ Itu tidak bisa terjadi lagi.” Walaupun Sarah berkata seperti itu, dia tahu bahwa itu dia katakan hanya untuk mencoba menunda sesuatu yang tidak bisa terelakan. John mengabaikan Sarah seolah-olah sarah tidak berkata apa-apa. “Kita punya dua masalah. Masalah pribadi, masalah seksual



diantara kita dan kita punya bisnis soal rumah jompo yang harus kita pikirkan. Menurutku begini cara untuk menghadapi kedua masalah ini. Kedua masalah ini harus tetap terpisah.” Sarah menyerang balik. “Kita tidak punya masalah pribadi, masalah seksual diantara kita, aku sudah bertunangan dengan orang lain.” John memandang Sarah dengan pandangan yang menghina, “Jangan mencoba untuk berkata omong kosong seperti itu padaku, Sarah. Aku bilang kita harus memisahkan kedua masalah ini. Aku pikir aku bisa melakukan hal itu. Aku bertanya padamu apakah kau bisa?” Sarah menyilangkan kedua tangannya kedepan dadanya dan menajamkan pandangannya. “Ya.” “Aku akan memegang perkataanmu itu.” “Baik.” Suara sarah tetap datar. John memandang sekilas ke arah tangan kiri Sarah. “Apa kau bertemu dengan dia lagi barubaru ini?” Sarah memandang john dengan hati-hati. “Tidak.”



“bagaimana kau mendapatkan cincin itu?” John bahkan tidak berusaha untuk mengontrol suaranya, john tahu dia terdengar lancang. “U.P.S” Dengan jawaban Sarah, John merasa sedikit lega sebelum dia kembali memandang Sarah lewat interior mobil yang gelap “ Kau tahu aku tidak akan pernah secara fisik menyakitimu?” Detak jantung Sarah berhenti sebentar sebelum kembali berdetak dengan irama yang terlalu cepat. Apa maksudnya bertanya seperti itu? Jika pertanyaan itu dimaksudkan agar Sarah tidak khawatir, John sudah benar-benar gagal. Perkataan John memberikan efek yang justru sebaliknya. Wajah Sarah pucat dan terus memandang John dari sisi dimana Sarah duduk. Seperti sambaran halilintar, John meraih pergelangan tangan kiri sarah dan menarik menjauhi tubuhnya, mengangkat dan menahannya di udara dengan genggaman yang bermaksud untuk menguasainya. “lepaskan cincinmu, Sarah.’’



Rasa kaget dan marah mengalir ke tulang punggung Sarah. “Tidak”. Dia akan memutuskan pertunangannya kapan dan dimana seperti keinginannya. Tidak saat John yang memerintahkannya. Genggaman John semakin erat, Lengan dan wajah John mendekat kepada Sarah. “lepaskan cincin sialan itu Sekarang.” “Tidak.” “Aku merasa terhina dengan cara kau menciumku seperti tadi tapi kau menggunakan cincin dari Pria lain!” John meledakkan katakata terakhirnya kepada Sarah. “Aku tidak menciummu. Kau yang menciumku!” “Kau membalas ciumanku.” “Tidak aku tidak.” John meraih dan menggenggam pergelangan tangan sarah yang lain dan mendorong lengannya ke atas menjauhi tubuhnya. Wajah John mendekat hanya beberapa millimeter dari wajah Sarah. “Kau pikir begitu? Kau butuh bukti lagi?” Suara john pelan tajam mematikan.



Sarah mulai terengah-engah. Ya Tuhan, Sarah tidak bisa menghindar. Dia didominasi secara fisik. Tubuh John mengancam Sarah secara seksual. Aroma tubuh John mengelilinginya. Meracuni sarah untuk melakukan sesuatu yang bodoh. Sarah tidak pernah bertemu dengan pria seperti ini sebelumnya. Sarah mengetahui dengan cepat bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan pria seperti John lagi. John memindahkan kedua pergelangan tangan Sarah pada satu tangannya yang kuat. Membuka sabuk pengaman Sarah dan menarik sarah sampai dia berada di tengah-tengah mobil. Nafas mereka tidak beraturan saat muka mereka saling bertemu. Pelan-pelan, beraturan, John meraih payudara Sarah. John meremasnya dengan kuat dan menyapukan ibu jarinya ke puting payudaranya sampai putingnya menonjol melawan kemauan Sarah dan Sarah melenguh mencari udara. Mulut John mendarat di mulut Sarah dan dia berusaha untuk menangkap nafasnya, lidah john



menerobos masuk ke dalam mulut Sarah dan berduel dengan lidahnya. Mulut John bergerak ke telinga Sarah. Tetap menahan tawanannya, “Pria itu tidak bisa membuat kau merasakan apa yang bisa aku buat padamu. Jika dia bisa, kau akan berada di Dallas Denganya.” John merenggut daun telinga Sarah diantara giginya dan Sarah merasakan gulungan rasa panas menjalar dari telinganya ke payudaranya dan berakhir di antara pahanya. Nafas Sarah bercampur aduk dengan nafas John dan mereka mendesah bersama lalu mulut John kembali ke mulut Sarah. Sarah tidak bisa menolak ciuman John lagi dan Sarah membuka bibirnya saat mereka membagi hubungan yang lebih intim dari hubungan manapun yang Sarah pernah alami. John melepaskan tangannya dari payudara Sarah dan Sarah merintih karena hilangnya belaian. John menarik tangan kiri Sarah kearah mereka. Saat John melepaskan mulutnya dari mulut Sarah, John mulai melepaskan cincin dari



jari sarah. Tangan Sarah gemetar dan Sarah mencoba untuk menggenggamkan tangannya agar cincin itu tidak terlepas. Tapi Sarah tidak mampu, Energinya hilang, tangannya sangat gemetar dan Sarah tidak bisa mengontrolnya. “Berikan cincin itu kepadaku, Sayang.” John membujuknya. “kau tidak tercipta untuk Pria itu.” John memandang kebawah ke antara mereka, dan membongkar genggaman jari-jari Sarah. Cincin itu tidak seerat seharusnya, cincin itu meluncur terbuka dari jarinya dengan mudah. John memegang cincin itu diantara jarinya di depan wajah Sarah seperti bertanya. Sarah menjilat bibirnya yang kering dan memandang John dengan hati-hati, tubuhnya gemetar. “Pertunangan sudah berakhir. Mengerti?” Jawaban yang John inginkan membuat Sarah merasa dia akan jatuh ke dalam jurang. Sarah membutuhkan pertunangan itu hanya sebagai penghalang yang berdiri diantara mereka. Tapi Sarah tahu itu tidak adil bagi Randall. Tapi



Sarah membutuhkan sesuatu yang bisa membuat John menjauh sedikit lebih lama lagi. Tapi jelas, Sarah tidak akan bisa mendapatkan hal itu. “Aku harus mengatakan kepadanya.” Mendengar kata-kata Sarah, John merasa beban berat terangkat dari dadanya. Dengan gerakan yang meyakinkan, John membuka kompartemen dan memasukkan cincin itu ke dalamnya. John memastikan ekspresi wajahnya tidak berubah, dan menoleh kearah Sarah kembali. “Ya, kau harus memberitahu dia. Kau akan melakukan itu besok, lalu kau tidak akan pernah bicara dengan dia lagi, mengerti ?” “John, Aku tidak__” John memegang lengan sarah dan mencengkramnya dengan erat. “Kau tidak akan bicara dengan dia lagi. Tidak juga SMS, tidak apapun. Kau tidak akan mencoba untuk menjadi temannya, kau akan mengakhirinya dengan cara baik-baik. Itu yang akan terjadi. “ “Kau tidak punya hak untuk mengatakan kepadaku bagaimana aku harus menjalankan



hidupku dan dengan siapa aku berteman.” “Aku tidak akan membagimu dengan orang lain. Aku sangat yakin aku tidak ingin membagimu dengan mantan tunanganmu” “Aku bukan milikmu untuk dibagi.” John langsung menyerang balik Sarah. Kepercayaan diri terselip di suaranya.” Kau akan menjadi milikku.” John memandang Sarah saat sarah menarik nafas dan mulai menggeliatkan tangannya yang masih dipegang John. Ini sudah cukup dengan mendapatkan persetujuan dari Sarah bahwa dia akan mengakhiri pertunangannya. Cukup untuk saat ini. John melepaskan tangan sarah dan kembali ke kursi kemudinya. Saat Sarah kembali ke posisinya, John mulai mengendarai mobilnya siap-siap untuk kembali ke jalan. John memandang sarah untuk terakhir kali, meraih dan mengangkat wajah sarah yang lembut ke arahnya. John menempelkan bibirnya ke bibir sarah sekali. “Pasang Sabuk



pengamanmu.” *** Mereka duduk saling berseberangan di sudut gelap sebuah restoran di jalan tepi sungai perkebunan San Antonio. Sarah pernah sekali ke tempat wisata ini dulu, beberapa tahun lalu, tapi pada saat itu dia tidak mengunjungi restoran dimana mereka berada sekarang. Mereka tiba sekitar satu jam yang lalu, dan sejak saat itu John duduk di seberangnya dengan wajah puas. Ada satu botol White wine di atas meja, Tapi mereka hanya meminumnya saat mereka makan, masing-masing dengan alasannya sendiri. Sarah yang putus asa untuk membuat pikirannya jernih sementara sarah berpikir John tidak mau minum terlalu banyak karena dia akan menyetir saat pulang nanti. Sejak mereka duduk, mereka tidak melakukan apapun selain mengobrol ringan, hanya obrolan yang tidak berbahaya sejak pelayan menanyakan pesanan mereka sampai mereka menyajikan makanan. Sarah menggesekkan



tangannya, memainkan jari-jarinya di atas gelas wine, dan Sarah fokus untuk membawa percakapan ke permasalahan inti sebenarnya yang menjadi sebab kenapa mereka berada di tempat ini sekarang. “Aku sudah menghitung berapa angkanya.” “Kau sudah?” suaranya datar. “Ya.” “Dan?” Sarah menarik nafas dan menahannya. “Akan memakan biaya beberapa juta dollar.” “Aku sadar itu, Sayang,” nada suara John ringan, tetapi sarah pikir itu tidak merepleksikan apa yang sebenarnya John rasakan dalam dirinya. “Ini rencana yang bagus, Aku tahu kau tinggal di kota yang lain, Tapi jika kau ingat beberapa tahun lalu ada pemilihan.” “Ya, aku ingat. Tapi tidak menang.” “Tidak. Jelas tidak. Tapi itu ide yang bagus. Top Hill adalah kota dengan pendapatan per kapita yang rendah. Itu alasan kenapa tidak menang.



Pemilih tidak dapat menanggung kenaikan pajak, idenya sebenarnya dapat berhasil. “ “Mungkin, Tapi ini sesuatu yang besar untuk dilakukan oleh perseorangan. Kau tahu apa yang kau coba untuk lakukan?Komisi regional, izin mendirikan bangunan ? “ “Ya. Harus lebih dari satu orang untuk menanganinya. Dan akan memakan waktu cukup lama yang tidak bisa selesai bahkan saat aku kembali ke Dallas.” Sarah melihat John menjadi muram. Wajahnya mengkerut, air mukanya menjadi gelap dan menggertak. Apakah itu hanya disebabkan oleh kata-katanya yang menyebutkan Dallas? Pria ini membingungkan, itu sudah pasti. “katakan padaku kenapa aku harus mendanai semua itu.” John mengatakannya dengan suara kemarahan sambil dia meneguk wine. “seperti yang kubilang, ini jaminan yang menguntungkan dan akan berguna bagi kota__” “Aku tinggal di kota yang berbeda,” John membantah.



“Ya, tapi ini akan menjadi hal yang berguna bagi anak-anak__” John memutus kata-kata Sarah lagi. “Faktanya, sebenarnya lebih baik bagi kota tempat tinggalku jika sekolah Top Hill tutup semua sehingga anak-anak bisa naik bis ke Duluth sehingga kami bisa memperoleh pajak.” “Ya, Tapi__” “Jadi katakan padaku bagaimana cara mendanai project ini tapi tidak akan menikam dari belakang teman-temanku sendiri dan tetangga-tetanggaku?” “Menikam mereka dari belakang?” “Ya. Bagaimana bisa menghabiskan uangku di sekolahmu, kotamu, berguna untukku?” “Aku belum memikirkan hal itu. Tapi Aku tidak berpikir bahwa membantu Top Hill dapat menyakiti Duluth. Duluth tidak mempunyai pajak saat ini dan mereka sebenarnya tidak membutuhkannya, “ “Masyarakat Duluth tidak akan melihat masalah ini dengan cara begitu. Apa yang mereka lihat



adalah aku, menghabiskan uangku di tempat lain sementara sebenarnya lebih baik jika uang itu aku habiskan di tempatku sendiri.” Sarah diam - diam mempelajari John dan mencoba untuk mengatakan sesuatu yang akan paling mengganggunya, ego nya. “Kau tidak tampak seperti laki-laki yang akan membiarkan orang lain mengajarimu bagaimana caranya untuk menghabiskan uangmu.” “Percobaan yang bagus untuk menyerangku Sayang, tapi bukankah kau sekarang sedang mencoba untuk memberi tahu aku bagaimana cara untuk menghabiskan uangku kan?” “Apa yang kau inginkan untuk aku katakan?” Sarah bertanya padanya dengan pelan. “Aku ingin alasan kenapa menghabiskan uangku untuk keuntungan Top Hill.” John menyingkirkan gelas wine nya dan mengambil air mineral sembari dia menunggu jawaban dari Sarah. Sarah berdalih dengan singkat,”karena itu hal yang baik untuk dilakukan.” “itu tidak menjawab pertanyaan Sarah.”



Dada sarah bergejolak “kau bilang kau akan mempertimbangkannya!” “Aku sedang mempertimbangkannya. Tapi kau tidak memberikan aku fakta.” “Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi padamu! Top Hill akan mati jika tidak ada yang dilakukan.” Sarah berhenti sejenak dan memandang wajah John, “Tolong, Aku tidak ingin itu terjadi. Aku tidak ingin Top Hill menyusut dan mati. Aku ingin __” “Bagaimana dengan yang aku mau?” John bertanya pada sarah blak-blakan. Sarah dan john saling memandang. Mata John meradiasi dengan buas, Aliran Api di dalam mata John menjalar panas menjilat Sarah. Tatapan John tajam, menilai sarah seperti John tahu suatu rahasia yang tidak diketahui sarah. Rahasia yang tidak akan disukai Sarah. Tubuh Sarah menegang dengan kentara dan dia lebih meluruskan duduknya. “Apa yang kau mau?” Sarah tetap tidak bergerak saat tangan John



melintasi meja untuk mengangkat tangan kirinya dan memasukkan jari-jari tangannya di jari-jari tangan Sarah, telapak tangan mereka bersentuhan. Cengkramannya menjadi erat tapi lalu mengendur, kemudian erat kembali dalam ritme yang mengirimkan radiasi sensual ke dalam diri Sarah dan mendarat seperti jutaan kupu-kupu di dalam perutnya. “Yang pertama, aku ingin kau sadar bahwa aku sudah mendonasikan lebih dari sekedar dana yang biasa aku donasikan untuk amal. Cukup untuk menentramkan hati nurani, dan bahkan lebih dari apa yang diharapkan dari ku oleh orang baik dari gereja. Dan Aku ingin kau mengerti bahwa satu-satu nya alasan, satusatunya alasan sialan kenapa aku mempertimbangkan hal ini adalah karena kau yang memintaku.” “Tapi__aku pikir kita akan tetap menjaga __masalah-masalah__secara terpisah.” “Kita akan,” John menjawab dengan tegas, “Tapi aku tidak mengerti__”



“Kita akan menjaga agar masalah-masalah itu terpisah sebanyak yang kita mampu.” John berhenti sebentar dan menyapukan ibu jarinya ke jari manis Sarah yang kini sudah tidak mengenakan cincin lagi, “tapi tidak bisa dipungkiri bahwa faktanya jika kau bukan siapa kau yang kukenal, aku akan menolaknya saat kau berada di kantor ku tadi.” Sarah menutup matanya, “Tidak, aku tidak ingin hal ini menjadi seperti ini. Jangan dilanjutkan lagi.” John mengabaikan permintaan Sarah dan tetap bicara. “Kita masih harus melanjutkan. Apakah kau sudah melakukan cukup penelitian berapa lama Top Hill dapat tetap berfungsi dengan keadaan seperti sekarang?” Sarah mencoba untuk fokus pada pertanyaan John dan memikirkannya. “ mungkin Tiga atau empat tahun.” “Oke,” John terus menyapukan ibu jarinya di kulit sarah dengan pola melingkar. “Ini apa yang akan kita lakukan. Kita akan menyimpan



permasalahan ini dulu untuk sementara. Kita perlu mengenal satu sama lain sedikit labih banyak __” “Tidak, tolong __” “Sarah.” Nada suara John seperti perintah agar Sarah memperhatikan dan mata Sarah melayang dari jari-jari tangan john di tangannya lalu kembali ke wajah John. “Jika aku memberikan uang itu padamu sekarang, kau akan memberikan semua kotoran air seni itu kepadaku dan mulai bertingkah seperti itu adalah bayaran untuk seks dan itu tidak akan terjadi.” John memandang wajah Sarah berubah menjadi pucat pasi dan pada saat yang sama sarah mencoba untuk membebaskan tangannya dari tangan John. John mengepalkan jari-jari tangan Sarah kepada jari-jarinya dan menahannya. Mata Sarah tetap memandang John yang ada diseberang meja. “Aku tidak sedang berhubungan seks denganmu.” “Oh ya. Kau sedang. Dan segera.” “Hanya karena aku melepaskan cincin itu tidak



berarti__” Jari-jari john meremas dengan kasar. “Ya, itu jelas berarti. Kau harus menegaskan hal itu di kepalamu sekarang. Aku muak dengan mu yang menolak sesuatu yang sebenarnya tidak dapat kau elakan. Aku tidak akan membiarkan kau melakukan permainan omong kosong seperti kau sulit untuk didapatkan. Mungkin jika kau tinggal di sini satu tahun aku akan membiarkan kau melakukannya. Tapi itu tidak akan terjadi sayang. Kau tidak akan berkeliaran disekitar ku untuk enam atau delapan minggu dan kemudian saat akhirnya kau mendapatkanku kecanduan dengan vaginamu yang manis__” “Oh Tuhanku!” “___saat akhirnya kau mendapatkanku kecanduan kepadamu, lalu kau berdiri dan pergi? Omong kosong. Itu tidak akan terjadi. Jangan berpikir kau akan bisa mengatur aku, Karena kau tidak akan.” “Siapa yang membesarkanmu?” Sarah mulai menarik tangannya dengan semua kekuatan



yang dia bisa tanpa memandang kepada tangannya. “Siapa yang membuat kau begitu arogan, sombong, kepala batu sehingga kau bisa mengancam wanita dengan cara yang kau lakukan ini?” Sarah akhirnya bisa membuat tangannya terlepas lalu John menyandarkan tubuhnya ke belakang ke kursinya, menyilangkan tangannya di dadanya dan tetap memandang Sarah untuk beberapa waktu. “Aku tidak memperlakukan wanita seperti ini.” Mata John menyapu wajah Sarah lalu jatuh ke dadanya. “Hanya kau.” “Hanya aku?” Sarah bernafas dengan kasar. “ Apakah aku harus merasa tersanjung?” John menarik bahunya, “ kau tidak harus merasa apapun. Aku hanya mengatakan kepadamu bagaimana ini akan berjalan, Beberapa waktu Sial__ beberapa waktu tidak akan cukup. Kita butuh waktu untuk mengerjakan semua ini bersama.” “Mengerjakan semua ini bersama?” Nada suaranya meragukan.



“Ya.” Sarah memalingkan kepalanya dari John dan bergumam pada dirinya sendiri, “Oh Tuhan, tuhanku, tolong aku.” Lalu Sarah kembali menatap John. “Kau pikir kau bisa melakukan semua ini karena kau kaya, betul kan? Begitu menjijikkan kaya dan sedap dipandang mata sehingga kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan.” John memandang Sarah cukup lama, emosi sebentar lalu dia tersenyum. “ Kau pikir aku sedap dipandang mata?” Sarah balik memandang John beberapa saat sebelum dia bisa mengucapkan sepatah katapun. “Hanya itu perkataan yang kau bisa serap dari semua kalimat?” “Aku pikir kau seseksi semua yang bisa terserap.” John balik menyerang. Mata Sarah melebar saat dia mendengar perkataan John. Dia tidak tahu apa yang harus dia pikirkan. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia pikirkan. Dia tidak dapat berkata apa-



apa. John benar-benar lebih dari sekedar arogan; John lebih dari sekedar egois. John Menyebalkan, menjengkelkan dan diluar batas , dan benar-benar sangat seksi melebihi kebaikan dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya Sarah lihat dari diri John? John sombong, suka mengatur, cabul dan tidak tulus. Dan jelas, Sarah adalah wanita hidup yang paling bodoh karena sarah berpikir mempertimbangkan secara serius untuk memulai sesuatu dengan john. Sarah begitu amat ingin tidur dengan John, begitu inginnya sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Kesombongan bawaan lahir itu. John seorang bad-boy. Dan Sarah tertarik padanya. Lebih dari hanya sekedar tertarik. Sarah mulai merasa rindu terhadapnya. Ini pasti karena kesombongannya; caranya berjalan dengan sepatu botnya. Sepatu bot yang lecet dan berdebu itu saat sarah tahu bahwa dia bisa mempunyai sepatu bot yang lebih baik. Pikiran Sarah terpotong-potong saat dia terus berpikir untuk mencoba mencarikan dirinya



alasan. Kenapa tidak dia tidur dengan John? Itu mungkin sedikit rendahan, Tapi tunggu, kau hanya hidup sekali. Dan hanya sekali, Sarah menginginkan apa yang dia inginkan. John tampak seperti semua kesombongan yang bisa dibenarkan. John mungkin tahu bagaimana caranya membuat seorang wanita klimaks, dan mungkin lebih dari satu cara. Benar, Sarah tidak pernah melakukan hubungan seks dengan seseorang seperti ini. Sarah selalu menunggu sampai dia berpikir hubungan mereka mengarah kepada satu tujuan. Dan sarah tidak mempunyai pasangan yang banyak. Hanya beberapa sebenarnya. Sarah terlambat dalam memulai hubungan percintaan dan saat dia terbakar oleh pernikahannya, dan menderita oleh patah hati dan keguguran, Lalu dia menjauhi laki-laki untuk waktu yang lama. Ya, Hanya sekali, pemikiran itu menghampirinya bahwa dia sepertinya akan kalah dalam pertempuran ini. Tetapi kenapa membiarkan John mengetahuinya



begitu cepat? Kenapa membiarkannya merasa menang? Kekuasaannya sombong dan vulgar dan dia pantas untuk dikecewakan. Sarah hendak akan mengatakan sesuatu yang tidak akan disukai oleh John. Sarah tidak percaya untuk bermain-main dalam sebuah hubungan, tetapi John tidak pernah punya maksud untuk memiliki sebuah hubungan , iya kan? Dan walaupun sekarang Sarah tahu dia harus menelphone untuk memutuskan pertunangannya, tetapi dia tidak berpikir bahwa John Garret akan membuat sebuah hubungan yang lama. Sarah mengambil nafas dan mempersiapkan satu pukulan kata-kata untuk John. “Kau, sejauh ini, adalah pria yang sikapnya paling sakit dan sombong yang pernah aku temui dalam hidupku. Terima kasih telah mengingatkanku betapa gentlemannya Randall. Saat kita kembali ke mobilmu, aku ingin cincinku kembali.” Secara tekhnik tidak ada dari kata-kata itu yang merupakan sebuah kebohongan; Randall seorang



gentleman dan Sarah bermaksud untuk memastikan bahwa Randall mendapatkan cincinnya kembali. John menajamkan pandangannya kepada sarah dari seberang meja. John tidak percaya pada ancaman Sarah satu detikpun, dan itu membuatnya marah bahwa Sarah bermaksud untuk memanipulasi dirinya, John berusaha untuk meredakan kemarahan yang mengalir dalam darahnya. “Kau wanita yang sangat berani, Iya kan, sayang?” Beberapa emosi yang John tidak dapat kenali memancar secara jelas di mata Sarah dan John memandang sarah dengan seksama sehingga John bisa melihat sarah menarik nafas dan menahannya. Ketegangan diantara mereka meningkat saat Sarah tidak menjawab pertanyaan John secara verbal. Sarah bernafas dengan dangkal, dan John berpikir sarah saat ini hanya berani untuk menahan tatapan John. John mengurungkan niatnya untuk melanjutkan hal lain yang ingin dikatakannya; Sarah sudah cukup



terlihat gemetar. Tidak ada alasan untuk meneruskan hal ini di restoran, John tidak bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan di hadapan begitu banyak orang saat ini. Sarah membuatnya marah dan Sarah akan harus mengetahui hal itu. John menangkap mata seorang pelayan, memberi kode bahwa dia menginginkan bonnya dan John meletakkan jumlah yang cukup besar di atas meja yang akan lebih dari cukup untuk membayar makanannya. John mendorong kursinya ke belakang tubuhnya, berjalan mengelilingi meja dan menempatkan tangannya di belakang leher Sarah dan meremasnya. “Ayo pergi.” John mencoba untuk mengendalikan nada serak pada suaranya dan tekanan pada leher Sarah, tapi itu tidak berhasil karena dia lalu mencengkram Sarah dengan erat. Bab 4 Sarah duduk di kursi dengan detak jantung yang semakin kencang. John bisa membaca usaha



Sarah untuk mengertak padanya dan sekarang tubuh besar John menjulang diatasnya dan tangan john di lehernya lebih dari sekedar sikap menantang yang halus; itu adalah ancaman agar Sarah tidak macam-macam. Ada sesuatu dari caranya memanggil Sarah “Sayang” lagi, saat John tahu Sarah benci mendengarnya. Ada sesuatu yang John tidak katakan juga. Sesuatu yang seharusnya telah selesai saat John bertanya pada Sarah, sesuatu yang John biarkan untuk tidak terkatakan. Ini ada disana kemungkinan sebuah ancaman, kemungkinan sebuah ultimatum. John mencengkram leher Sarah erat dan kecuali sarah ingin ada kejadian yang tak menyenangkan terjadi di depan umum, Sarah tidak memiliki pilihan selain berdiri dan membiarkan John membawanya keluar dari restoran. Sarah tahu jika orang lain mengamati mereka saat ini, tangan John pada lehernya sekarang tidak lebih dari hanya sekedar belaian. Tapi Sarah tahu bedanya.



Sarah tahu dia telah membuat John marah, dan John bermaksud membalas dengan membawa Sarah keluar dari restoran yang membuat Sarah berada pada posisi aman. Sarah sebenarnya tidak merasa takut, Tapi tidak dipungkiri Sarah bertanya-tanya apa yang akan dilakukan John selanjutnya dan Sarah menunggu itu dengan gelisah. Sudah cukup larut saat mereka keluar dari restoran. Perjalanan ke San Antonio memakan waktu lebih dari satu jam, mereka tadi berjalanjalan di tepian sungai sebelum makan malam dan sekarang saat malam datang dan keramaian hilang dan jalanan tidak seramai seperti yang Sarah harapkan. John mengambil keuntungan dari keadaan ini. Mereka belum sampai 50 yard berjalan saat john menarik sarah dari tepian air ke tempat gelap, koridor kecil diantara dua bangunan. John mengayunkan tubuh Sarah ke arah tembok dan berdiri menjulang di depannya dalam kegelapan. Kedua Lengan John mendarat di



kedua sisi kepala Sarah, dan tubuh John menutupi tubuh sarah dengan jarak terpisah hanya beberapa inchi. John tidak menyentuh sarah, tapi dengan segala niat dan tujuan, john menjadikan sarah tawanannya. “Jangan mencoba untuk berbohong padaku Sarah.” John bicara penuh kemarahan, membisikkan desisan di telinga Sarah. Jantung sarah berdetak kencang tapi sarah berusaha untuk mendapatkan sedikit pegangan pada emosinya yang sedang berlari. “Bagaimana aku bohong?” Sarah bertanya dengan tegas, garis rahangnya menunjukkan sifat agresif saat dia menempelkan punggungnya lebih jauh ke dinding untuk membuat jaraknya pada John sedikit lebih jauh. “Kau tahu apa yang kau katakan. Kau mengancam akan tetap bersama pria sialan itu, mengancam akan kembali menggunakan cincin sialan itu.“ John mengangkat wajahnya dengan memegang telinganya dan memandang tepat di mata Sarah. “Saat kita berdua tahu bahwa itu



semua tak akan terjadi.” John mengancam Sarah, pria yang berterus terang, dengan hinaan yang dingin pada suaranya. Kepala sarah berputar. Aroma tubuh John mengurungnya, memabukkannya, aroma yang membuat dia kecanduan yang mengubah dirinya menjadi bubur. Sarah benci sifat arogannya, tapi dia tak bisa menyangkal ketertarikan seksualnya. Sarah tak bisa menyangkalnya pada dirinya sendiri, tapi dia akan menyangkalnya pada John. “Itu tidak__” Kepala John menukik ke bawah dan kata-kata Sarah dipotong dengan bibir John yang menyapu bibirnya. Lidah John masuk jauh ke dalam mulut Sarah dan tangan John memegang lengan Sarah saat John menarik tubuh Sarah ke tubuhnya. Pikiran Sarah menyusut mati dalam kebutuhan, panas dan kuat, mencengkram tubuhnya dan melumpuhkan otaknya. Tangan John meninggalkan belaian pada kulit sarah dan satu lengan lagi merangkul pinggang Sarah dan mengangkatnya ke arah tubuhnya



sementara tangan yang lain jatuh kesamping mereka dan menangkap payudara sarah dan mulai meremasnya. John mencium sarah seperti pria yang kelaparan seperti dia sangat lapar dan hanya Sarah, dan hanya sarah seorang yang bisa menyelamatkannya. Bibir mereka menempel dan lidah mereka saling mengait saat hasrat lahir diantara mereka. Tangan John melepaskan payudara Sarah dan mengunci wajahnya. Sarah tak bisa bernafas, tak bisa mendapatkan cukup oksigen dan menarik mulutnya dari bawah mulut John dan memalingkan mukanya, mengambil banyak gumpalan udara. Mulut John jatuh ke telinganya saat john menyibakkan rambut Sarah ke belakang bahunya. “Aku menginginkanmu Sarah, Kau membuatku gila sejak pertama kali aku bertemu denganmu.” Suara John serak menggeram di telinga Sarah dan hal itu membuat hati Sarah tergetar. Sarah tak bisa bicara, tak bisa menciptakan satu katapun dan Sarah menemukan bahwa jawaban



tidaklah dibutuhkan saat John menarik mulut sarah kembali ke mulutnya dan mulai menciumnya kembali dengan dorongan kebutuhan. Sarah tak pernah dicium seperti ini, dengan hasrat yang tak bisa dikalahkan. John melahapnya, mengambil apa yang dibutuhkan darinya, minum dari nafasnya, hidupnya, intisarinya. Sarah tak tahu berapa lama mereka berciuman, itu terlalu lama; itu tidaklah cukup lama. Tawa kekanak-kanakan datang dari jalanan sampai ke pojok gelap dimana mereka berada, Suara seorang ibu yang memanggil salah satu anaknya. Mantra diantara mereka telah sirna dan Sarah mendorong John saat John mengangkat kepalanya. John melepaskan pinggang Sarah dan mengunci kepala sarah diantara tangannya. John memiringkan wajah sarah sehingga dia bisa melihat matanya dan mempelajarinya untuk beberapa lama dalam diam. Ekspresi John gelap dan tidak terduga di malam hari. Sarah tak tahu



apa yang John sedang coba untuk lihat. John bersandar ke bawah, dan dengan lembut mencium dahi Sarah. Sentuhan itu singkat tapi tidak sesingkat itu hingga Sarah tak bisa merasakan akibatnya. Itu adalah kelembutan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya dari John, dan kebingungan muncul di mata Sarah saat John meraih tangannya dan membawanya kembali ke jalan. Sarah mengikuti John ke mobil dalam diam, Hati sarah berdetak dengan kencang saat John tetap menggenggam jemarinya. John mengantarkan Sarah ke dalam mobil dan saat John duduk kembali di belakang kemudi dia tidak melihat kembali ke arah Sarah atau berkata sesuatu lagi. Tapi John mengangkat tangan kiri sarah dan memainkan jemari sarah dengan jemarinya dan membelai kedepan dan ke belakang jari manis sarah yang sudah tidak bercincin lagi dengan ibu jarinya. Tangannya tidak lama berada di tangan sarah untuk beberapa mil; john terus membelai



jari-jari sarah dengan jemarinya, menggosok telapak tangannya, dan meluncurkan bantalan jari-jarinya ke kuku sarah yang berwarna. SUV besar melaju melalui bermil-mil jalanan saat tangan John terus mempelajari kontur jemari Sarah. Beberapa kata terucap diantara mereka, John bertanya apakah Sarah baik-baik saja, John menunjuk ke arah bulan yang mulai muncul di langit. Sarah menjawab John dengan lembut, terlalu terkejut dengan sikap John yang begitu baik. Kemarahan John yang tidak senonoh tampaknya hilang seutuhnya dan pria ini ditempat ini sekarang menjadi pria yang tidak dia kenal. Pria yang tidak dia kenal, tapi pria yang amat sangat dia khawatirkan akan menjadi pria yang akan dia ketahui lebih baik lagi. *** “Apa?” Suara Jamie bernada kaget dan heran saat dia meminta sarah untuk mengulangi pertanyaannya. “Apakah kau tahu siapa John Garret?” Sarah



bertanya untuk kedua kalinya. “Sarah__” Suara jaime menyusut kecil dan dari reaksi Jaime ini Sarah sadar bahwa Jaime tahu dengan pasti siapa yang dia tanyakan. “Aku menganggap jawabannya adalah Ya.” Sarah berkata. “Ya, dan jawabannya adalah jangan pernah berpikir soal itu.” Suara Jaime memaksa. “Seburuk itu?” Sarah bertanya. Sahabat sarah diam sebentar. “Seburuk itu dan lebih banyak lagi. Dimana kau bertemu dengannya?” “Aku bertemu dengannya beberapa kali. Kami pergi ke San Antonio semalam untuk makan malam.” Sarah berusaha untuk meringankan suaranya. “Tidak. Kau tidak melakukannya.” Kaget, darah segar hadir dari suara Jaime. “ya. Kami pergi-” Jaime memotong sarah. “Bagaimana dengan Randall? Serius, aku pikir pria ini tidak cemburuan tapi aku tak yakin dia akan suka jika



kau berkencan dengan pria lain.” “itu bukan kencan, Aku putus dengan Randall pagi tadi.” Keheningan muncul dari ujung telepon. Sarah menunggu ledakan yang dia tahu akan datang. Sarah tidak salah. “Kau tidak bisa kencan dengan John Garret, Sarah. Aku senang kau putus dengan Randall. Aku tidak akan bilang aku tidak suka itu. Pria itu tak pantas untukmu dan aku tak pernah membayangkan kalian berdua akan menjadi pasangan yang cocok. Tapi kau tak bisa memulai hubungan dengan John garret. Aku melarangnya.” “kau melarangnya?” Sarah menemukan ada humor dalam pernyataan Jaime. “Sangat.” “Oke, katakan padaku apa yang kau tahu soal John.” Sarah berkata dengan nada suara seperti akan mengakhiri percakapan. “Aku tahu dia seorang player. Tapi dia lebih buruk dari itu. Dia seorang pemakai. Dia pelacur



pria Sarah. Dia kaya, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, dia mencoba semua wanita dalam radius 100 mil.” Sarah curiga, “Kau pernah tidur dengannya Jaime?” Sarah menahan nafasnya dan menanyakan pertanyaan yang paling mengganggu pikirannya. “Tidak! Aku bahkan belum pernah bicara dengannya. Dan kau juga seharusnya tidak. Apakah kau tahu siapa Susan Ralls?” Sarah seperti mengenal nama ini, tapi dia tidak dapat mengingatnya. “Tidak.” “Baiklah. Sekitar enam bulan yang lalu Susan mulai menjalin hubungan dengan John. Mereka pergi berkencan beberapa kali, Susan amat sangat jatuh cinta. Maksudku benar-benar amat sangat jatuh cinta. John menidurinya tiga kali dan John lalu mencampakkannya. Dan Sarah, serius, Susan itu cantik, Pintar__” “Aku paham.” “kau paham? John itu sebuah kabar buruk. Setelah istrinya meninggal __”



“istrinya meninggal?” Nafas sarah tercekat di tenggorokkannya. Sarah tak pernah punya pikiran bahwa John pernah menikah dulu. Sarah merasa terganggu oleh informasi yang tidak nyaman ini. Dan apakah John juga mempunyai anak? “Ya. Tiga atau empat tahun yang lalu. Istrinya mengalami kecelakaan dan meninggal. Sejak itu John menjadi seseorang yang berbeda. Mereka berdua pasti amat saling mencintai. John berubah menjadi seorang pertapa dan tidak meninggalkan rumah selama setahun. Semua orang mengatakan dia hancur dan gosip mengatakan bahwa John sangat setia pada istrinya. Tapi tiba-tiba, dalam satu kedipan mata, dan tanpa alasan yang jelas, John keluar dan menjadi seperti sekarang. Dan sejak itu sampai sekarang sama. John mengatakan pada Dolan Carver bahwa dia tak akan pernah menikah lagi dan Dolan mengatakan hal itu kepada Savannah Henderson.“ Sarah mencoba mencerna informasi itu dengan



gelisah. “Apakah Dia punya anak?” “Tidak, yang aku tahu tidak.” Sarah tidak menanggapi dan Jaime melanjutkan, “Serius Sarah, Kau tak bisa memulai hubungan dengannya. Greg sudah cukup menghancurkanmu. Sekarang kau baru saja putus dengan Randall. Tidak ada hal baik yang bisa datang dari ini. Jangan bodoh.” Keheningan muncul diantara mereka sebentar dan Saat Sarah tetap diam, Jaime bertanya, “Bagaimana Randall menyikapi keputusanmu?” “Dia membujukku agar tidak melakukannya.“ Sarah berkata. “Tak diragukan. Hanya Tuhan yang tahu berapa lama yang dia butuhkan untuk menemukan wanita yang tak bisa melihat muslihatnya.” “Muslihat apa?”, Sarah bertanya. “Pria gay itu menyembunyikan homeseksualitasnya.” “Dia bukan seorang gay.” Sarah berkata Jaime menghela nafas.“ Aku tak perdulu dia Gay atau bukan. Aku hanya mengatakan bahwa pria



Gay bukan suami yang baik.” Jaime berhenti sesaat lalu menekankan lagi pernyataannya. “Untuk wanita maksudnya.” “Aku tak akan berargumen denganmu soal itu. Itu hal yang tidak usah dibahas karena kami tidak akan menikah.” “Jadi Katakan padaku soal kencan yang bukan kencan itu.” Jaime kembali membawa percakapan ke persoalan John Garret dan Sarah mengalami sedikit masalah untuk mengikutinya. “Itu sebenarnya sebuah pertemuan bisnis. Aku mencoba untuk meminta bantuannya untuk mendanai rumah jompo.” Jaime mengetahui Sarah yang tak kenal lelah untuk menolong sekolah. “Ya Tuhan. Aku tak bisa percaya kau punya nyali untuk untuk meminta padanya. Hal itu akan memakan uang yang sangat banyak. Bagaimana reaksinya?” “Kurang lebih seperti itu. Dia ingin tahu kenapa aku berpikir dia akan menghabiskan uang sebanyak itu di Top Hill sementara dia tidak tinggal disitu. Dan Satu-satunya alasan yang



bisa aku berikan adalah karena itu suatu hal yang benar untuk dilakukan.” “jadi dia tidak berjanji akan memberikan uang itu?” “Belum.” “Dan itu saja? Semalaman hanya itu?” “Ya, itu dan dia meminta aku untuk memutuskan pertunanganku dan mencoba untuk__” “Dia alasan kenapa kau memutuskan pertunanganmu?” “Apakah kau baru saja menumpuk dua permasalahan menjadi satu?” Sarah bertanya. “Aku tidak bilang bahwa aku akan memulai sesuatu dengan John, tapi dia yang membuatku sadar bahwa hubunganku dengan Randall tak akan berhasil.” “Apakah kau tidur dengannya?” “Apa? Tidak!” “Apakah kau yakin? Pasti ada sesuatu yang terjadi denganmu sampai kau bisa menyadari Randall adalah suatu kesalahan.” Sarah tidak melihat alasan untuk tidak berkata



jujur. “ Pria ini benar-benar menarik. Dia sexy.” “Apakah dia menciummu?” Sarah berpikir tentang akibat yang sangat efektif dari kebersamaan mereka. Menggambarkan hubungan mereka tak lebih dari sekedar ciuman tidaklah benar. Tapi Sarah tak tahu bagaimana cara mengekspresikan emosi yang nyaris kasar yang John berikan padanya. Dan Sarah juga tak ingin mencobanya. “ Ya. Dia menciumku.” “Lalu?.” Jaime menuntut. “Lau Apa?” Sarah bertanya. “Apakah itu asyik?” “Aku memutuskan tunanganku. Iya kan?” “Paham. Sekali lagi, Jangan tidur dengannya. Aku peringatkan padamu, Aku tak mau menjadi orang yang memunguti puing-puing kehancuranmu.” Sarah menyerap pernyataan Jaime sebagai peringatan terakhir. “Aku Catat.” *** Sarah menghabiskan hari dengan menonton film tua dari kaset ketika di luar hujan. Kaset milik



neneknya, dan walau gambarnya tidak bisa lebih jelas, tapi sarah bisa dengan mudah melupakan kecemasannya saat melihat beberapa wanita klasik dari tahun delapan puluhan. Sudah jam Sembilan tepat dan matahari sudah benar-benar tenggelam saat bel rumahnya berbunyi. Sarah sedang bermalas-malasan di sofa dan tubuhnya melonjak saat suara nyaring bel itu menggema di ruangan. Sarah langsung duduk tegak dan memandang ke pintu. Rasa takut menghampirinya saat Sarah sadar bahwa dia sendirian di farm kecil ini. Rumahnya terpencil dan bisa dihitung dengan jari berapa kali dalam hidupnya dia mendengar bel rumahnya berbunyi. Jarang, jika pun pernah. Rumahnya setidaknya berada sekitar satu mil dari tetangga terdekatnya, jika seseorang ingin berkunjung, mereka biasanya menelpon dulu. Untuk lebih jelasnya, tumbuh di kota besar membuat Sarah waspada terhadap orang asing. Sarah tak pernah merasa nyaman berada di



tempat ini sendirian. Kalau siang hari lain halnya, tapi malam hari sepenuhnya berbeda. Sarah langsung menghentikan sementara kaset The texas Chain saw Massacre yang sedang dia tonton, dia berdiri dan menggosok telapak tangannya ke samping celana pendek yang dia kenakan dan berjalan pelan menuju pintu. Daun pintu model lama tidak mempunyai lubang untuk mengintip, tapi mempunyai tiga kaca yang ditempelkan di pintu tepat setinggi mata. Lampu serambi tidak menyala dan sarah sadar bahwa jika dia melihat ke luar lewat kaca di pintu dengan lampu di dalam ruang tamunya menyala maka siapapun yang ada di luar akan melihatnya lebih jelas dari pada dia dapat melihat mereka. Tapi jika dia menyalakan lampu serambi lebih dulu, siapapun di luar sana akan tahu dia ada di dalam. Langkah kakinya melambat saat Sarah berpikir apa yang harus dia lakukan. Jantungnya berdetak tak beraturan dan kakinya hampir tidak bisa menyangganya karena gemetar. Sarah mengangkat telponnya dan berdiri di



tengah ruangan dengan terpaku. Bel berbunyi kembali dan seseorang mengetuk pintunya. “Sarah Buka pintunya.” Saat Sarah mengenali suara teriakkan itu dia hampir jatuh ke lantai karena lega. Sarah berjalan menuju pintu saat dia berusaha untuk menormalkan nafasnya dan dia lalu menyalakan lampu serambi. Sarah melihat lewat jendela dan John berdiri dan John mulai basah oleh percikan air hujan yang menerpa atap. Sarah membuka kunci pintu tetapi membiarkan kunci rantai tetap terpasang lalu dia menarik daun pintu untuk membuka beberapa inchi. “kau membuatku takut setengah mati. Apa yang kau lakukan disini?” “Buka pintu,” Dia memerintah dengan membentak. Dengan pesan Jaime untuk jangan tidur dengan John berbunyi di kepalanya, sarah hanya ragu sebentar lalu dia mendorong pintu tertutup dan membuka kunci rantainya. Saat dia menarik pintu untuk membuka, John mendorong pintu dengan



telapak tangannya dan membuka pintu dengan lebar untuk bisa masuk ke dalam. Menutup pintu kembali melawan hujan dan angin, dia berbalik lalu menatap Sarah. Dengan rasa takut yang masih tersisa, perut Sarah mulai berputar dengan kedatangan John yang tiba-tiba di malam hari. Halilintar tiba-tiba menyambar di luar dan Sarah tersentak dan menyilangkan tangan di dadanya saat dia melangkah mundur ke belakang. Tubuh sarah merinding saaat John menangkap dan menahan tatapan Sarah. Pembicaraannya dengan Jaime bagai terdengar kembali dengan keras di dalam otak Sarah dan sarah ingat pada pesan sahabatnya itu. Sarah mencoba untuk mengingat bahwa John berbahaya bagi kesehatan jiwanya dan ancaman bagi keseimbangannya. John berdiri di depan pintu memandang Sarah, tidak melangkah ke depan mendekati sarah dan tidak mengatakan apapun juga. Sarah memandang John sembari berusaha untuk



mengontrol irama detak jantungnya yang terlalu cepat. Sarah mengenali bentuk lingkaran kekuatan pada diri John; John memancarkan maskulinitas saat John balik memandang Sarah. John memiliki kekuatan berbahaya yang menarik bagi Sarah, tubuhnya yang tinggi benar-benar menggoda saat dia berdiri di depan sarah, bajunya basah oleh hujan. Rambutnya lebih hitam dari biasanya, helaian basah rambutnya berkilau di bawah sinar lampu saat mereka menempel di dahinya, kontras yang mencolok pada kulitnya yang kegelap-gelapan. “Kau sudah menelpon?” John bertanya dengan suara yang dalam lalu melembut. Pikiran sarah terpecah saat dia berpikir soal telpon percakapannya dengan Jaime yang menanyakan soal John. Lalu Sarah sadar apa yang John tanyakan; John bertanya apakah dia sudah menelpon untuk mengakhiri pertunangannya. “Ya.” Sarah menghembuskan nafas. “kau memutuskannya?” John menegaskan.



“Ya.” Sarah menjawab dengan pelan. John mendorong pintu dengan botnya dan berjalan ke arah Sarah. Mata John memandang sesuatu diantara mereka tapi sarah terlalu gugup untuk ikut memandangnya. John memancarkan satu pemikiran yang menunjukkan tidak ada tanda untuk menyerah saat dia maju ke depan ke arah sarah, berjalan dengan keangkuhan yang sudah tertanam dalam dirinya. Sarah melangkah mundur lagi dan mengangkat tangannya untuk memperingatkan. “Tapi__” John meraih tangannya dan memutus katakatanya. “Tidak ada tapi.” John menarik sarah kearahnya dan gerakan paksa pada tangannya itu membuat tubuh Sarah terdorong ke tubuh John. Dada Sarah menabrak dada John dan tangan John yang lain melingkar ke tubuh sarah. “Akhirnya Tuhan.” John bergumam saat mulutnya merendah ke mulut Sarah. Sarah merasa aroma tubuh John menyelimutinya dan kebutuhan, dengan cepat dan segera berpacu ke pembuluh darahnya. Sarah



melingkarkan tangannya ke leher John dan membalas ciumannya; tekanan tubuh John pada tubuh Sarah yang memabukkan memberikan keinginan untuk menyerah tanpa belas kasihan. Denyut nadinya menari dengan hasrat dan Sarah mengendarai ombak yang berdesis ke dalam aliran darahnya, mengabaikan peringatan. “Hentikan!” Otaknya berteriak dari dalam. John melepaskan pergelangan tangannya, berpindah ke bawah baju kaos Sarah dan melucuti kemejanya lewat kepalanya, gerakan itu membuat ciuman mereka terlepas dan mendorong lengan Sarah terlepas dari leher John. Sarah benar-benar terkejut dan itu menjadi katalisator yang dia butuhkan untuk kembali memperoleh pegangan pada emosinya yang berpacu. Sarah menelan ludah beberapa kali dan John memeluk pinggang sarah, Sarah menjepit tangannya diantara mereka dan mulai mendorong dada John. Sarah perlu memperlambat John.



John bergerak terlalu cepat padanya. Benarbenar terlalu cepat. Walaupun Sarah sangat yakin dia akan menyerah pada John, tapi ini terlalu cepat. Tapi Sarah sudah tidak yakin lagi. Percakapannya dengan Jaime telah menyadarkan sarah dan sarah merasa dia telah mendapatkan pencerahan soal John. Itu bukan sesuatu yang disukai olehnya juga. John merasakan penolakan sarah dan rasa frustasi melandanya. Kebahagiaan dia rasakan hanya dengan mendapatkan Sarah di tangannya dan menciumnya benar-benar lebih dari sekedar membahagiakan. Ini semua di luar pemahamannya dan pengalamannya bahwa Sarah tak menginginkan melakukan seperti ini. John memandang ke bawah ke arah bra katun putih sederhana Sarah dan ketidaksabaran meledak di dalam dirinya. Kulitnya putih, tonjolan di atas payudaranya membuat John merasa nyeri. John merasakan keinginan tajam yang mendesak untuk mendapatkan Sarah, untuk mendapatkannya lewat hubungan seksual dan



untuk meredakan ketegangan di pahanya. Fakta bahwa Sarah berusaha untuk memperlambatnya benar-benar tidak dapat diterima. John meraih sarah bersamaan dengan Sarah mengambil baju kaosnya dari tangan John dan mundur darinya. Sarah menutupi payudaranya dengan baju kaosnya dan melangkah jauh dari jangkauan John. Sarah mendengar geraman rendah dan dalam berasal dari dada John terdengar bagai hewan yang terluka. Ekspresi di wajah John membuat Sarah menjauh dan membuat jarak diantara mereka. Sarah melangkah ke belakang meja untuk membuat penghalang tambahan diantara mereka dan dengan cepat memakai kembali baju kaosnya. Baju Kaosnya terbalik tapi sungguh Sarah tidak akan mengambil waktu untuk memperbaikinya. Sarah mengamati John seperti dia anjing gila yang akan menyerang. John tetap berdiri pada tempatnya dan mengamati sarah dan mengangkat alisnya. “Kau pikir aku akan membiarkanmu lari begitu mudah?” Tatapan



John menyapu tubuh sarah, naik ke wajahnya dan menatap sarah dengan tatapan menipu yang malas. Nada suara John dan raut wajah John mengirimkan panah baru tuntutan ke tulang belakang Sarah. Sarah memandang mata John tanpa berkedip. “kau tak punya banyak pilihan.” John tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. “Kaulah yang tak punya banyak pilihan.” John mulai berjalan menuju ke arah Sarah dan Sarah merasakan sedikit goresan histeris pada dirinya. “Mundur!” Sarah menjerit. John berhenti sebentar tapi kata-kata john selanjutnya tidak membuat Sarah nyaman, walau suaranya menjadi lembut. “Kau harus berdamai dengan dirimu pada apa yang akan terjadi, Sayang.” Hati sarah tercengkram oleh kata-kata John dan getaran kepanikkan berubah menjadi bahaya nyata bahwa Sarah tidak bisa mengontrol situasi. Bagaimana dia harus menghentikan



seorang pria dari menidurinya saat tubuhnya sendiri memohon kepada pikirannya untuk membiarkannya? Sarah terkejut oleh rasa adanya gumpalan di belakang tenggorokannya yang memberikan sinyal bahwa air matanya sudah mendekat. Salah menelan ludah dan memutar tangannya. “Aku tidak siap!” Dia berteriak. “Apa kau benar-benar tega mengintimidasiku untuk berhubungan seks denganmu?” Kerutan gelap mewarnai raut wajahnya dan membuatnya terlihat lebih jantan. “Aku tidak bermaksud untuk mengintimidasimu.” Sarah ngeri saat merasakan air matanya hadir saat dia berusaha untuk bicara. Sarah bermaksud untuk berkedip agar air mata itu hilang tapi dia tak bisa membuat pita suaranya menuruti perintahnya. Sarah menundukkan matanya dari John. John merasa musnah saat melihat air mata di mata Sarah. John melangkah maju ke arah Sarah dengan ide samar-samar untuk



memberikan Sarah semacam kenyamanan tetapi sarah lalu mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya. Jengkel pada dirinya sendiri yang telah menyebabkan kekacauan ini, John lalu berusaha untuk meredakan air mata Sarah. “Tak bermaksud untuk mengintimidasimu Sayang. Hanya sebagai langkah lanjutan, hanya itu.” John berusaha untuk membuat suaranya rendah dan menenangkan, Tapi tak yakin apakah itu berhasil. “kita bertemu, kita sama-sama tertarik, kau kehilangan pacarmu.” John bahkan menolak untuk menggunakan kata tunangan lagi, itu hanya akan membuatnya marah saat dia berpikir betapa dekatnya pria lain untuk memiliki Sarah. “Sekarang kita tidur bersama.” John melihat Sarah menelan ludah dan matanya menajam padanya. “hanya seperti itu? Suaranya lembut tapi penuh tekad. “Tidak butuh kecerdasan tinggi untuk memahami hal seperti ini Sayang.” Kata-kata jawaban itu terucap sebelum John mampu untuk



menghentikan dirinya. John tahu begitu kata sindiran ini keluar dari mulutnya maka dia akan menghancurkan semuanya. John melihat Sarah mengambil nafas pada respon sarkastisnya dan john tahu dia akan segera mendengar kemarahan terbesar Sarah. “Keluar dari rumahku.” Suara teriakkan Sarah bagai pisau belati pada John. Sarah melemparkan bahunya dan John dapat melihat tulang belakang Sarah menegang seperti besi sudah di tancapkan disana. “Apa yang kau inginkan dariku Sarah?” “Aku ingin waktu untuk mengenalmu sebelum kita berbaring di tempat tidur.” Itu jawaban sederhana tapi John tak perduli sedikitpun dengan itu, “kenapa?” John bertanya pada Sarah dengan suara yang lebih dari sekedar gangguan pada diri seorang pria. “Kenapa?” “itu pertanyaannya. Kenapa kita harus menunggu?” Kenapa pula Sarah mau menunggu saat itu tidak akan menghasilkan apapun?



Menunggu akan membuat dia bertambah nafsu, bertambah terburu-buru, tambah tidak sabar dengannya. John bukan pria yang sabar. “Apakah kau serius?” Sarah terdengar benarbenar tercengang. “Ya.” “Kita harus menunggu karena kita butuh waktu untuk saling mengenal. Karena setelah aku tahu siapa kamu, aku akan tahu apakah aku ingin tidur denganmu.” Sarah mengatakan semua kata-kata itu sekaligus padanya seperti dia sedang mengatakan sesuatu kepada seseorang yang menolak untuk belajar. “Tidak ada satu orang pun yang ingin tidur bersama setelah mereka sudah saling mengenal satu sama lain.” John mulai bicara blak-blakan. John memandang tubuh sarah ke atas dan ke bawah dan menaikkan alisnya. “Kau harus memakannya selagi panas.” “Memakannya selagi panas?” Sarah tahu dia terus mengulangi apapun yang John katakan. Sarah seperti tak bisa mencegahnya. Kata-kata



yang keluar dari mulut John benar-benar tidak dapat dipercaya. Sarah mengamati John yang menyapukan jari tangannya ke rambutnya dengan gerakan kejengkelan pria lugu. John memalingkan mukanya lalu kembali lagi memandang Sarah dengan memperlihatkan kefrustasiannya. “Aku tak tahu apa yang kau tunggu. Aku ingin tidur denganmu. Hanya itu yang ku mau, Begitu sederhana.” “Hanya itu yang kau mau? Kau benar-benar kasar, Kau kasar dan tidak Sabaran dan __” John menyela Sarah dengan desisan, “Maafkan apa yang telah aku katakan! mungkin kau belum menyadari, tapi aku sudah tidak merokok selama 2 hari!” Mulut John membentuk garis ketegangan, matanya panas pada mata Sarah. Sarah terdiam dan memandangnya. “Apa? kenapa?” Mulutnya membentuk garis lurus. “Karena kau tidak menyukainya.” Sarah tak bisa berkata-kata. Untuk sesaat dia



kehilangan kata-kata. John berhenti merokok untuknya? Kebahagiaan kecil merekah dari dalam dirinya dan mulai menyebar, teradiasi ke luar dari dalam dirinya. Lalu John berbicara lagi. “Jadi apa yang kau inginkan sarah? Apa yang bisa membuat celana dalammu itu terlepas.” Sarah mengambil nafas dalam dan menghentikan dirinya untuk meminta John keluar dari rumahnya. Kemarahan dan keterkejutan dalam jumlah yang sama memompa ke dalam dirinya. Pria ini benar-benar berpikir dia bisa mengatakan apapun yang dia rasakan. Jadi kenapa tidak memberikannya jawaban? “Teman wanitaku bilang kau seorang player. Kau mempermainkan wanita dan mencampakkan mereka, Dia memperingatkan aku __” “Ini teman wanita yang sama yang bersamamu di Cut-n-Shoot?” John bertanya dengan suara datar. “Ya. Kenapa?” Sarah mengerutkan dahinya ke arah John.



“Tidak apa-apa. Hanya ingin tahu siapa yang bicara jelek soal aku.” John tahu dia sudah membuat banyak wanita di daerah ini marah padanya. Tapi John tidak mengenali teman Sarah malam itu. Setahu dia, dia tidak pernah bertemu dengan wanita itu dan entah itu benar atau salah, John tak tahu bagaimana sarah mendapatkan informasi yang dia dapatkan sekarang ini. “jadi kau membantah?” Sarah menyilangkan tangannya menunggu jawaban. John tidak keberatan untuk mengatakan yang sebenarnya. “Aku tidak mempermainkan wanita dan mencampakkan mereka. Kami bersama, lalu tidak berhasil. Selesai.” “Dan apakah wanita-wanita itu setuju? Atau kau yang memutuskan bahwa itu berakhir?” Sarah bertanya padanya dengan nada yang hampir sama dengan mengatakan pikirannya bahwa John lebih rendah dari ular. John mengamati Sarah sebentar dalam diam. Suasana hatinya sudah berganti dari air mata



menjadi kemarahan. Dia menjadi lengket dan membutuhkan dan John bahkan belum bisa sampai pada celananya. Dan kenapa tidak dia berlari ke arah yang berlawanan? “Aku sungguh tak butuh hinaanmu sarah.” “Tak masalah. Kau tak butuh hinaanku dan aku tak akan menjadi pelacur gampangan dan membentangkan kakiku untukmu. Jadi satu masalah terpisahkan dan tinggal satu masalah lagi.” Sarah tahu dia tak akan mendapatkan pertolongan apapun dari John, jadi dia tak harus perduli untuk tidak membuatnya marah. “ Kita bisa pindah ke permasalahan awal kenapa aku menemuimu. Apakah kau akan menolongku atau tidak?” Sarah sungguh tak terkejut saat John melintasi ruangan dan berdiri di hadapannya. Sarah tak terkejut tapi dia tak bisa menghindari rasa gemetar yang menjalar di tulang punggungnya. Sarah mengangkat dagunya dan berdiri dengan tegak sementara dia menunggu apa reaksi John selanjutnya.



Sarah tak perlu menunggu lama. John mengangkat wajah Sarah dengan telapak tangannya yang kapalan dan menarik dagunya hingga mata mereka saling bertemu. "Jangan membuat kesalahan dengan berpikir kau bisa mengontrolku, Sayang. Aku sudah pernah memperingatkanmu soal itu sebelumnya. Kita akan membicarakan masalah kedua setelah masalah pertama terselesaikan. Dan masalah pertama selesai saat kau telanjang di atas tempat tidurku. Kau ingin mengenal aku? Baik. Aku akan menjemputmu besok jam tujuh malam. Siap-siaplah." Mulut John mendarat di mulut Sarah dan John mencium sarah hanya sekali sebelum dia berbalik, berjalan ke pintu dan keluar. *** Sarah tak bisa berpikir hal lainnya kecuali "kencan" nya dan saat jam tujuh malam tiba besok malamnya, Sarah sangat gugup. Tak ada banyak tempat yang bisa didatangi di sekitar sini dan Sarah sangat ragu bahwa mereka akan



kembali pergi ke San Antonio. Sehingga Sarah memilih untuk berdandan santai dengan memakai celana capri dan kaos katun, sendal perak berhak pendek melengkapi penampilannya dan dia sudah sangat siap sekarang. Sarah beberapa menit lebih awal dan tidak melihat alasan untuk berpura-pura telat, sehingga dia duduk di ayunan tua di serambi dan menunggu John datang. Tidak lama kemudian John datang dan sarah menyadari bahwa John tidak membawa SUVnya melainkan membawa truk diesel pick up yang dia pakai saat bertemu pertama kali dengan Sarah. Kenangan hari itu menyelinap ke dalam dirinya dan menyadari dia akan naik ke dalam mobil itu sekarang memberikan getaran ketidakberdayaan pada dirinya. Sarah dengan cepat melawan kegelisahannya dan mengingatkan dirinya bahwa dia memiliki kontrol penuh terhadap tindakannya sendiri. Sarah berdiri dan mengunci pintu rumahnya, meraih tasnya dan berjalan menuju truk. John



mendorong pintu penumpang dari dalam dan sarah menariknya agar terbuka lalu dia siapsiap melangkah. Sarah mengangkat dirinya naik dan beberapa detik kemudian dia sudah duduk di sebelah John dan pintu sudah tertutup. Truk tetap menyala saat John menyandarkan tubuhnya ke arah sarah untuk memasangkan sabuk pengamannya seperti sarah anak berusia empat tahun yang tidak bisa melakukannya sendiri. Tapi apapun alasannya, hal itu tidak membuat Sarah terganggu seperti mungkin seharusnya, sebaliknya Sarah merasa aman sebentar kemudian merasa benar-benar aman. Saat John selesai dia kembali ke jok pengemudianya dan sekilas memandang ke arah Sarah, pandangan yang tidak bisa dibaca, lalu mulai mengemudikan truk ke arah berlawanan dengan arah kedatangannya. John menggerakkan badannya mencari kenyamanan mengemudi sambil menggerutu , "Wanita Kota." Pandangan mereka bertemu dan sarah merasakan efek dari mata John. Sarah menjilat



bibirnya, "kenapa kau berkata seperti itu?" "Kau mengunci pintu rumahmu. Kau berada di tempat terpencil, sayang. Menurutmu untuk siapa kau mengunci pintu?" "Aku tak tahu, kurasa hanya kebiasaan." “Ya. Wanita kota.” “Aku minta maaf kau tidak menyukainya,” Sarah menjawab dengan malas. “Bagaimana kau bisa berpikir aku tidak menyukainya?” John berhenti di persimpangan sebelum berbelok ke jalan beraspal dan memalingkan wajahnya memandang Sarah. Mata John menyapu Sarah, dari kepala, ke badannya, berhenti di payudaranya sebelum kembali memandang wajahnya lagi. “Aku menyukainya.” Kata-katanya seperti gerutuan, rendah dan dalam, dan memberikan gelombang rahasia pada perut Sarah. Sarah tak tahu bagaimana harus bereaksi. Dia khawatir Apapun yang akan dikatakannya akan keluar dengan suara yang gemetar, Jadi dia berusaha untuk menjaga ekspresinya tetap



netral. John pasti sudah memikirkan bahwa dia tak akan membuat dirinya menjengkelkan semudah yang John inginkan sehingga John mengalihkan pandangannya dari Sarah dan kembali konsentrasi mengemudi. Sarah tidak bertanya kemana tujuan mereka, tapi itu tidak mengagetkannya saat dua puluh lima menit kemudian John masuk ke wilayah rumahnya. John menghentikan mobil di depan rumahnya dan sebelum Sarah bisa mengembalikan otaknya yang kacau untuk berfungsi kembali, John turun dari mobil dan berjalan menuju pintu penumpang dan menawarkan tangannya kepada sarah untuk mengajaknya turun, “Kau akan duduk di jok mobil itu sepanjang malam?” Sarah menelan ludah dan menerima tangan John. John menarik Sarah turun dari Truk dan berjalan dengannya, John berjalan di depan mengaitkan tangannya pada sarah memimpin Sarah memasuki rumahnya. Sarah mencium aroma wangi saat memasuki



rumah John dan Dia tahu seseorang sudah memasak makan malam. Mungkin pembantu rumah tangga John. John mengakui hal itu saat dia berkata.” Aku harap kau lapar. Beth meninggalkan kita makan malam.” “Dia tidak di sini?” “Tidak, dia pulang.” “Aku pikir dia tinggal denganmu.” “Tidak.” “oh.” Mengetahui bahwa mereka sekarang hanya berdua di rumah yang terpencil dengan mudah membuat banyak pikiran mulai menghantui Sarah. Sarah memasukkan pikiran itu ke belakang otaknya. John mengarahkan Sarah melewati ruang tamu menuju dapur dan membuka kulkas. John mengeluarkan dua bir dan menawarkan satu kepada Sarah. “Mari kita minum dulu sebelum makan.” Sarah membenci bir. Sarah selalu membenci bir dan dia tahu dia selalu akan membenci bir. “Aku bukan penikmat bir.”



“Kau ingin sesuatu yang lain?” John bertanya dengan gerutuan kecil. “Apa yang kau punya?” Sarah tahu dia tak boleh meminum alkohol malam ini, tapi minum untuk menenangkan sarafnya lebih dari dibutuhkan bahkan keharusan. “Apapun yang kau inginkan,” John mengatakannya dengan lembut yang mengindikasikan kepada Sarah apa yang dimaksudkan oleh John lebih dari sekedar minuman. Sarah mengabaikan raut muka John. Sarah menginginkan minuman tapi dia juga harus tetap mengontrol diri. “Wine -cooler?”(botol yang berisi campuran wine, jus buah dan kadang soda) “Tidak.” Kata itu keluar dari mulutnya karena John tak pernah memikirkan untuk membiarkan enam botol wine-cooler mengisi kulkasnya. “Zinfandel?” Sarah bertanya. “Tidak.” “Wine jenis apapun?”



“Tidak.” Sarah mengedip pada John, Kenapa dia bilang Sarah bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan? Sarah diam saja saat John berjalan ke lemari dan membukanya. John membiarkan pintu lemari terbuka sedikit dan melihat ke dalamnya. “Tequila, Bourbon, Rum, Vodka, Gin.” Suaranya yang gelap mengecil saat dia berjinjit dan menyingkirkan beberapa benda di dalam lemari dan lalu dia kembali berdiri. “Tak ada Scotch.” “Vodka dan juice apa pun yang kau punya.” “Hanya orange Juice yang aku minum.” “Boleh.” “Oke kalau begitu.” John menurunkan satu gelas dari lemari di atas dan mengisinya dengan es. “tolong jangan terlalu keras.” “Tidak masalah.” Sarah berdiri di samping John saat John membuat campuran minumannya. John membuka kaleng birnya dan memberikan gelas minuman sarah kepadanya. John berdiri di depan Sarah,



John meletakkan kaleng birnya di depan sarah sebagai tanda ajakan untuk bersulang. "Mari bersulang untuk saling mengenal satu sama lain dengan waktu sesingkat mungkin." “itu tidak terlalu bagus.” Tapi Sarah tetap mendentingkan gelasnya ke kaleng bir John, mengangkatnya dan meminumnya. Rasa vodkanya tak terlalu keras tapi sama sekali tidak “ringan.” “Tidak bagus?” John bertanya. “Aku pikir kau ingin kita saling mengenal.” “Ya, aku ingin. Hanya__sudahlah lupakan. Ini bagus.” Sarah meminum lagi dan menikmati rasa jeruk sebelum menelannya dan menikmati sedikit aliran panas dari Vodka-nya. Walaupun Sarah menikmati minumannya tapi dia memperingati dirinya untuk berhati-hati. “Mari pergi dan duduk di luar. Kita bisa minum beberapa saat dan bersantai sebentar sebelum makan.” “Kita tak bisa minum terlalu banyak nanti kau tak bisa menyetir.”



John mengabaikan komentar itu dan mengantarkan sarah ke luar lewat pintu belakang. Sarah tidak mendapatkan firasat bahwa John tidak bermaksud untuk mengantarkannya pulang malam ini. Itu bisa datang nanti, saat John bisa memberikan vodka lebih banyak lagi pada sarah. John tidak berniat untuk membuat Sarah mabuk dan mengambil keuntungan dari itu, Tapi kenapa tidak Sarah menginap malam ini? John suka dengan pemikiran Sarah berada di rumahnya untuk beberapa hari; Pemikiran Sarah berkeliaran dengan bertelanjang kaki di pagi hari menghampiri John dan memberikannya kebahagiaan. Kenyataan bahwa John tidak pernah menginginkan perempuan lain di dalam rumahnya sejak istrinya meninggal merayap kedalam pikirannya dan memberikan peringatan yang tidak bersuara, namun John dengan segera memaksa pemikirannya itu untuk pergi ke belakang kepalanya. John memimpin sarah melewati jalan berbatu



sampai mencapai gazebo luas yang John bangun beberapa tahun lalu. John membuat tempat duduk yang langsung terpasang di bagian dalam gazebo, dan John mendorong sarah ke sebuah bangku yang berbantal. Sarah duduk dan john duduk menyudut dari tempat Sarah. Sehingga John bisa mengamati sarah. Dia bisa melihat segala hal yang Sarah pikirkan dan merasakannya tepat di mata Sarah, dan John berencana untuk mengambil semua nuansa dari Sarah dan mempelajari semua yang bisa dia pelajari. John harus mengetahui apa yang bisa membuat Sarah bahagia sehingga john dengan mudah menekan tombolnya untuk membahagiakannya. John meminum birnya dan membiarkan matanya mengembara kepada Sarah. “kau punya bibir yang paling indah.” John tak bermaksud untuk dengan segera merayu, kata-kata itu hanya menggelincir keluar saat dia berusaha untuk berpikir sesuatu yang pantas untuk dikatakan dalam “fase mengenal dirimu,” sesuatu yang



akan membuat Sarah sedikit santai dan tidak tegang. Mata Sarah jatuh pada minumannya lalu dia meminum dengan cepat. “Kau pikir begitu?” John mengamati Sarah, mencari cela pada wajahnya, “Ya, Mulutmu sempurna.” “Gigiku runcing.” John hampir saja mengerang dengan keras. “Ya gigimu runcing.” Sarah mendengar suara erangan yang John coba tahan dan jari-jarinya gemetar saat dia kembali meneguk minumannya. Cara John menyetujuinya membuat Sarah berpikir bahwa John menyukai giginya. Tidak ada nada suara negatif sama sekali. Sebaliknya, John mengamati bibirnya dan Sarah mendapatkan firasat John berusaha untuk tidak meraih dan menyentuhnya. Sarah selalu minum dengan standard ringan dan Vodka ini telah membuat tubuhnya hangat. “Berapa usiamu?” Sarah tak bisa percaya dia menanyakan hal itu dengan keras. Santai Sarah. Pertanyaannya itu muncul di kepalanya dan



kata-kata itu melayang keluar. “32. Kau?” Tangan John meraih dan menyelipkan rambut Sarah di telinganya. “27” “Setua itu ya?” John menggoda Sarah. “Kau sudah melalui banyak hal dalam hidup.” Sarah memliki masa lalu yang John tidak ketahui sama sekali. Mungkin ini tidak adil bahwa Sarah mengetahui tentang pernikahan John dan John sama sekali tidak mengetahui soal dirinya. Sebenarnya, Sarah tidak mengetahui soal pernikahannya, yang dia tahu hanya John pernah menikah dan berakhir dengan tragis. “Aku sudah hidup cukup lama. Atau rasanya sudah lama.” “Kenapa kau berkata seperti itu? Apakah kelas tempatmu mengajar penuh dengan remaja yang memusingkan?” John bertanya pada Sarah. Sarah tertawa pelan pada pertanyaan John. “Mereka tak terlalu memusingkan.” Sarah mengamati John sesaat sementara John meminum birnya. John mengamati Sarah yang sedang



memandangnya. Mulut John menyeringai kecil saat Sarah terus mengamatinya, “Kenapa?” John bertanya dengan suaranya yang dalam. “Apa kau benar-benar berhenti merokok karena kau tahu aku tidak menyukainya?” “Ya. Sebenarnya aku memang sedang berusaha untuk berhenti merokok.” “Kenapa?” “Apa yang kau coba pancing, sayang? Kau ingin aku mengatakan sesuatu yang romantis atau kau ingin kebenaran?” “Oh, kupikir aku sudah tahu yang sebenarnya, jadi sebaiknya yang romantis saja sekarang.” John ragu sebentar lalu dia menyentuh rambut Sarah lagi, menyibakkannya ke belakang telinganya dengan cara yang sama seperti beberapa detik yang lalu. Rasa panas melanda Sarah Saat Sarah sadar bahwa saat berbicara dengan lancar John benar-benar tak bisa membuat tangannya berhenti menyentuhnya. Ibu jari John dengan lembut membelai telinga Sarah lalu turun ke pipinya. John menarik nafas



dalam. "Romantis Ya?" Saat Sarah mengangguk, John melanjutkan, "Kau cantik." John memulainya dengan pelan lalu bagai berusaha membuat suatu alur. "Kau manis dan baik dan pantas untuk mendapatkan seseorang yang spesial. Aku hanya pria biasa. Tapi jika aku memiliki kemampuan untuk menjadi pria pada posisi kesepuluh dalam daftar yang pantas kau dapatkan, aku akan mencoba keberuntungan ku." Sarah tahu dia harus berkedip, tapi dia seperti lupa bagaimana caranya. Tatapan sarah menjerat tatapan John, dan apa yang diawali dengan lembut dan merayu telah berubah menjadi sesuatu yang sangat dalam. Mata John tidak melepaskan Sarah dan dengan rasa sakit di dadanya, Sarah bertanya-tanya apakah John benar-benar berpikir bahwa dia Tidak spesial. Apa yang John katakan benar-benar seperti sihir dan Sarah takut untuk menanggapi; Sarah benar-benar tak percaya bahwa John tak akan mengacaukan malam ini. Sarah ingin berkata



terima kasih, Sarah ingin mengatakan bahwa John spesial. Tapi Sarah khawatir John akan menanggapinya dengan sarkastis sehingga Sarah memilih untuk tetap diam. Setelah beberapa saat, John melepaskan tangannya dari rambut Sarah dan melancarkan tenggorokkannya. "Kau tinggal di Dallas bagian mana?" Sarah menarik nafas dalam, mencoba untuk fokus pada saat ini dan menyebutkan nama daerah dibagian utara kota. "Tinggal di apartemen?" "Aku memiliki kondominium." Sarah berpikir tentang kondominum kecil dengan satu kamar tidur miliknya dengan perasaan tenggelam. Sarah berharap dia bisa menjualnya dan tak perlu kembali lagi ke sana. "kau tinggal sendirian?" Suara John dalam dan pertanyaannya mengandung sesuatu yang tidak bisa Sarah kenali. Mungkin perduli bahwa dia tinggal sendiri? Atau mungkin bertanya-tanya apakah



Sarah pernah tinggal bersama dengan Randall? ".Ya" John meminum kembali birnya seperti dia puas dengan jawaban Sarah. "Kapan ulang tahunmu?" "28 Oktober. Kamu kapan?" "29 Februari." Tanggal itu terasa aneh bagi sarah sampai dia menyadarinya kenapa aneh. "Bohong." "Serius." "Sedih sekali" Sarah memikirkan bahwa John baru bisa merayakan ulang tahunnya setiap empat tahun sekali. "Tidak. Justru unik. Aku merasa sebagai anak yang spesial." "Manisnya. Apa orang tuamu masih hidup?" "Ya. Dan masih menikah. Mereka sudah pensiun dan tinggal di Florida. Bagaimana dengan orang tuamu?" "Orang tuaku bercerai saat aku masih kecil. Ayahku sudah meninggal sekarang dan ibuku menikah lagi dan tinggal di Australia." "Australia." John mengatakannya seperti



Australia berada pada belahan dunia lain yang jauh dan Sarah pikir itu benar. John terus memperhatikan Sarah. "Apakah itu tidak masalah bagimu?” "Aku pikir ya. Ibuku bahagia dan kami sering sekali berkomunikasi lewat Skype." "Apakah kau pernah berpikir untuk pindah ke sana?" "Tidak. Aku punya farm. Aku tak pernah meninggalkannya." Sarah bersikeras untuk menjaga farm-nya, tak ada yang lain. "Tanah itu benar-benar menjadi bagian dari dirimu, betul kan?" "Ya. seperti benar-benar siksaan fisik untuk jauh dari farm selama 9 bulan dalam setahun." Itu sesuatu yang tak bisa dimengerti oleh teman-teman Sarah di Dallas. Bagaimana bisa sebidang tanah bisa sangat berarti bagi Sarah sehingga Sarah akan mengunjunginya setiap liburan musim panas. "Jadi kau tidak merasakan hal yang sama terhadap kondominium-mu?" John bertanya.



"Tidak. Tidak sama sekali. Kondo-ku nyaman dan bagus, tapi itu hanya tempat buat tinggal." "Kenapa kau tidak pindah ke sini kalau begitu?" "Alasan yang Sama kenapa aku meminta bantuanmu untuk membangun rumah jompo itu. Kekurangan pekerjaan. Aku tak bisa mendapatkan pekerjaan jika pun aku mencobanya. Sekolah tidak membutuhkan guru dan tidak ada pekerjaan lain yang tersedia di sana." "Apa kau memiliki farm itu seutuhnya?" "Ya, tapi aku masih butuh uang untuk hidup. Untuk kebutuhan, makan, pajak, kau paham lah." "Bekerjalah untukku." "Apa?" Sarah bertanya dengan nada suara kaget. John sudah mengatakan sesuatu dengan sangat cepat sehingga Sarah tak yakin dia mengerti apa yang John katakan dengan jelas. "Ya." John mengatakannya seperti dia semakin yakin dengan idenya. "Bekerjalah untukku." "Tidak." Sarah dengan cepat menanggapi lalu berpikir baik-baik kembali dan bertanya.



"Bekerja apa?" "Aku sedang membuka iklan untuk posisi Manager yayasan. Aku belum menemukan kandidat sampai sekarang." "Yayasan apa?" John memandang Sarah dengan pandangan tajam seolah olah seharusnya Sarah sudah mengetahui yayasan apa itu. “Aku akan mendirikan dan mendanai Yayasan Amal dan aku membutuhkan seseorang untuk menjalankannya untukku. Aku tak punya waktu untuk berurusan dengan semua permintaan bantuan uang yang aku peroleh. Aku tak ingin berurusan dengan hal itu. Kau cocok sekali. Aku akan membayarmu dengan layak.” John menyebutkan angka yang jumlahnya tiga kali lebih besar dari apa yang Sarah peroleh dari mengajar selama setahun. “Apa ini sebuah tipuan?” “Tidak, Aku akan menunjukkanmu iklan yang ku pasang jika kau tak percaya.” “Dimana aku akan berkerja?”



“Kau bisa bekerja dari rumahmu. Kau akan menyukainya. Kau kan begitu suka dengan halhal yang berhubungan dengan kedermawanan. Kita akan membuat kartu nama, dan saat seseorang mendekatiku, aku akan memberikan kartu nama itu kepada mereka lalu mereka akan menghubungimu. Kau yang akan memutuskan siapa yang akan mendapatkan bantuan uang itu, berapa banyak jumlahnya, hal-hal seperti itu.” “Aku belum pernah melakukan hal-hal seperti itu sebelumnya. Bagaimana cara kau memutuskan siapa yang mendapatkan bantuan uangnya?” Sarah benar-benar mulai berpikir untuk memikirkan kemungkinan dia menerima tawaran ini. “Kau ikuti kata hatimu, sayang.” “Kapan aku harus mulai bekerja?” “Sekarang.” John mengatakannya dengan nada suara yang menggambarkan bahwa mereka telah sepakat. “Sekarang?” “Senin, kupikir. Kita akan mengatur sistem



Komputer, sistem penyimpanan, pergi ke Bank dan mendaftarkan tanda tanganmu di rekening, semua hal itu.” “Tapi aku harus mengajar di musim berikutnya.” Sarah bingung. “Apakah kau terikat kontrak tetap?” “Mereka memegang persetujuan tentatifku. Kontrak akan datang beberapa minggu sebelum tahun ajaran baru dimulai. Jadi secara teknis aku belum terikat secara tetap. Setidaknya begitu cara divisiku bekerja.” “Jadi kau bebas untuk mengatakan Ya.” Suara John terdengar senang. “Seharusnya. Tapi kuberpikir ini bukan ide yang bagus.“ “Kenapa begitu?” John bertanya. Sarah berpikir semua halangan yang menghadangnya. “Ada beberapa alasan. Yang pertama aku takut. Pekerjaan mengajar sulit untuk didapatkan dewasa ini dan mungkin saja hal ini tidak berhasil. Lalu ada konflik kepentingan – Aku sudah tahu kemana aku ingin



menghabiskan uangmu. Dan yang lebih penting lagi ada - masalah pertama.” Sarah memalingkan mukanya dari John saat dia mengatakan hal itu dan meneguk minumannya. Sarah benar-benar membutuhkan keberanian ekstra saat ini. John bersandar ke depan ke arah Sarah dan meletakkan tangannya di bawah dagu Sarah dan mengangkat wajahnya sampai sarah tak punya pilihan selain melihat ke mata John. “Masalah pertama tak akan pernah hilang. Itu tak akan berubah. Jadi dimengerti sekarang bahwa kau sepertinya akan mengalami pelecehan seksual setiap harinya.“ Nada suaranya hanya bercanda, “Itu sudah pasti, Sayang.” John berhenti sebentar untuk melihat apakah Sarah mengerti dia sepenuhnya lalu dia melanjutkan, “Uang untuk membangun rumah jompo itu berbeda. Itu tidak akan berasal dari uang yang aku sisihkan untuk Yayasan. Itu akan berasal dari pengeluaran tambahan.” John memperhatikan Sarah saat dia mengatakan apa



yang seharusnya dia katakan. John tidak benarbenar memikirkannya sebelum tawaran itu keluar dari mulutnya. Tapi semakin ide itu bertahan semakin dia menyukainya. Faktanya John memang membutuhkan seseorang dan Sepanjang yang dia ketahui sarah sangat cocok untuk pekerjaan ini. Tapi hal itu juga akan menjaga agar Sarah tetap berada dalam pengawasannya. Itu akan membuat mereka tetap bersama, dan jika John bisa meyakinkan Sarah untuk meninggalkan pekerjaannya di Dallas, maka pendapatan sarah akan tergantung kepada John. Ini benar-benar pemikiran yang erotis. John ingin sarah bergantung padanya dalam segala hal. Pendapatannya, keamanannya, orgasmenya. Sarah menyadari John mengatakan “Akan”. Seperti John masih berpikir untuk mempertimbangkan mendanai proyeknya tapi belum menyetujuinya. John melanjutkan untuk mencoba meyakinkan Sarah agar mengikuti cara berpikirnya. Membuat



Sarah setuju itu sebuah langkah awal. “Tentang ketakutanmu - kenapa tidak mencobanya dulu untuk beberapa bulan dan lihat apakah kau menyukainya? Kau memiliki waktu penuh selama liburan musim panas untuk memutuskan tentunya. Jika tak ada hal lainnya lagi yang perlu kita bahas, aku akan membayar gajimu untuk beberapa bulan dan kau dapat segera menambah uang tabunganmu.” John membuat hal ini terdengar sederhana dan sangat masuk akal. Sarah berpikir bahwa secara praktis dia tak mempunyai tabungan. John benar, Ini akan menjadi kesempatan yang sempurna untuk memperoleh uang untuk ditabung jika dia bisa. Apa ruginya buat sarah? Sarah tak punya hal mendesak lain yang harus dia lakukan selama liburan musim panas ini. Sarah dapat mencoba untuk beberapa bulan dan melihat apakah dia cocok dengan pekerjaan ini, apakah dia menyukai pekerjaan ini dan yang paling penting melihat apakah dia bisa bertahan bekerja pada John. Hal ini bisa berubah menjadi



situasi yang berbahaya, tapi jika dia tidak melepaskan pekerjaan mengajarnya di musim depan, apa yang merugikan buat Sarah? “Apakah kau yakin?” Sarah bertanya pada John. “Ya.” “Baiklah, kupikir aku akan mencoba selama liburan musim panas. Tapi kurasa ini akan menjadi percobaan bagiku, kau tahu kan? Untuk melihat apakah kita cocok dan semacamnya.” Oh, Ya, John hampir mendapatkannya. Dengan situasi baru ini, John memutuskan untuk membiarkan Sarah pulang malam ini. John tak akan mendesak Sarah untuk tinggal malam ini, John tak akan melakukan hal yang akan membuat Sarah takut. John sudah dekat. Sangat dekat untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dari Sarah. John akan memberi Sarah makan malam, bicara dengannya, membiarkan dia santai dengan pembicaraan yang akan membantunya untuk merasakan kenyamanan bersama dengan John. Dan setelah John membuat Sarah bekerja



untuknya dan lebih nyaman dengan hubungan mereka, John baru akan mulai bergerak. Ini semua tak akan memakan waktu lebih lama dari beberapa hari saja. John sudah tidak sabar lagi menunggu. Bab 5 Dua minggu kemudian john merasa pelan-pelan dia mulai menjadi gila. Bagaimana caranya Sarah dapat menghindarkan diri dari John, John tidak bisa mendapatkan jawabannya. Tapi Sarah tetap menjaga John berada dalam jarak yang aman. John membantu Sarah menyiapkan kantor di rumahnya dan sistem pengarsipannya. Mereka pergi ke Bank dan John membuka rekening dengan uang yang cukup di dalamnya untuk mendanai yayasan selama satu tahun penuh. John hampir saja membuat Sarah memiliki kewenangan untuk menandatangani check dan alasan kenapa John menahan diri untuk tidak memberikan wewenang itu bukan karena dia



tidak mempercayai Sarah. Alasannya karena itu akan menjadi alasan kenapa John harus menemui Sarah. Jika Sarah membutuhkan tanda tangannya di check, itu akan membuat Sarah berada dalam jangkauan John untuk menyentuhnya. Dan John ingin menyentuh Sarah. Tekanan untuk mendapatkan Sarah tidak berkurang dengan makin saling mengenalnya mereka berdua. Jika pun ada, keinginan itu semakin besar. Setiap kali John melihat Sarah, Kulitnya semakin mulus, rambutnya semakin lembut, dan bibirnya semakin seksi. Jika John tidak segera mendapatkan pelepasan, John khawatir dia akan meledak. Selain tekanan seksual yang dia rasakan sepanjang duapuluh empat jam - tujuh hari seminggu, hal lainnya berjalan dengan lancar. John sungguh benar, mempunyai seseorang yang menangani semua detail dan berhubungan dengan semua orang merupakan hal tepat yang dia butuhkan. John tidak bisa percaya betapa



sederhananya ini semua. Seseorang akan mendatanginya secara langsung; John akan memberikan Kartu nama Sarah. Jika seseorang mengirimi dia e-mail, John tinggal meneruskan e-mail itu kepada Sarah. Ini win-win solution. Suara hatinya damai karena dia mendonasikan jumlah uang yang besar, tapi dia tidak perlu berhubungan dengan hal-hal yang menyebalkan itu atau harus berhubungan dengan orang manapun. Atau setidaknya itu yang John pikirkan sebelum dia berjalan masuk ke dalam sebuah klinik dokter hewan untuk mengambil persediaan inokulasi untuk ternaknya. Resepsionis menyapa John dengan akrab, dia meminta John untuk menunggu lalu dia pergi ke kantor belakang. Tak lama kemudian, Dr. Hammond keluar dan bicara secara pribadi dengan John. John menyukai Daniel Hammond, mereka teman SMA dan lakilaki ini professional dan menjalankan bisnis dengan baik. Mereka saling berjabat tangan dan setelah



beberapa kalimat saling menyapa, dokter hewan ini mulai bicara bisnis. Pria ini mulai bicara soal saudara perempuannya dan bagaimana dia bekerja di sebuah tempat penampungan hewan di San Antonio. John dengan segera dapat menebak kemana pembicaraan ini akan berlanjut dan John tahu ini saatnya untuk mengeluarkan kartu nama Sarah dan menempatkannya di meja. Tapi John tidak bisa melakukan itu. John mengamati pria ini dan dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia sadari sebelumnya. Tentu John tahu informasi standard perihal dokter ini. Pria ini masih sendiri dan seumur dengannya. Tapi apa yang dia tidak pernah sadari atau bahkan yang mulai dia pikirkan, apakah pria ini sedap dipandang mata. Dokter ini terpelajar dan mempunyai hidup yang lebih dari layak. John melirik ke resepsionis wanita yang masih muda itu dan melihat bahwa dia mengalami kesulitan untuk fokus kepada siapa dia harus memberikan perhatiannya. Matanya terus bergerak antara



John dan dokter ini seperti dia sedang mencoba memutuskan rasa mana yang paling dia suka. John mengerutkan dahinya saat dia menyadari bahwa dia tak akan pernah memberikan pria ini kartu nama Sarah. John dengan cepat memutuskan untuk menangani yang satu ini sendiri. “Berapa besar yang dibutuhkan untuk membantu?” John memutus usaha perburuan dokter ini. Hammond menyebutkan angka yang menurut John dapat diterima. John menjabat tangan Hammond, mengambil persediaan inokulasi ternaknya dari meja dan berbalik untuk pergi. “Aku akan memberikan Check-nya dalam minggu ini.” **** John bertemu dengan Sarah pada hari yang sama setelah john pergi ke klinik dokter hewan itu, kini mereka berdiri berseberangan di meja dapur Sarah. “Aku tak mengerti,” Sarah berkata dengan nada suara yang penuh tanda tanya. “Tak ada yang harus dimengerti sayang. Buatkan



saja Check-nya.” John menjaga nada suaranya. “Kau hanya ingin check tiga ribu dollar dibuat untuk Loving hands Animal shelter?” “Ya.” John menjawab dengan ringkas. “Tidakkah kau ingin aku mengirimkan email?” Sarah bertanya. “Tidak.” John menjawab Sarah sesederhana yang dia bisa. “Kenapa tidak?” “karena aku tak mau kau melakukannya.” John tahu jawabannya tidak jelas tapi dia sama sekali tak perduli. “Apakah aku melakukan kesalahan?” Suara Sarah lembut dan penuh dengan kebingungan. John memandang Sarah Saat dia bergeser dari satu kaki ke kaki yang lainnya. Sarah tampak diam dan menarik diri, dan John tahu bahwa permintaannya telah membuat Sarah bergejolak. Sarah jelas tak dapat mengerti kenapa dia tidak dibiarkan untuk menangani urusan yang satu ini. Sarah sudah bekerja untuk John selama dua minggu, John membiarkan Sarah menangani



semua hal. telepon, E-mail, mengambil keputusan, dan yang lainnya. Jadi tidak aneh, sekarang Sarah menjadi bingung. Seberapa banyak John harus memberi tahu Sarah? Tepatnya seberapa jujur John harusnya? John begitu muak dan lelah menunggu Sarah, mungkin kebenaran akan terungkap diantara mereka. “Daniel Hammond, Dokter hewan lokal, meminta donasi dariku dan aku akan mengantarkan sendiri bantuan itu ke kantornya besok.” Sarah terlihat relax. “Oh. Kau tak perlu melakukannya. Aku akan melakukannya. Lagipula Itu tugasku.” “Tidak. Aku yang akan melakukannya.” John mulai merasa lelah dengan ini. “Tapi__” “Tidak ada ‘tapi’ sayang. Aku akan melakukan yang satu ini. Kau tidak akan membawa checknya, Kau tak akan pergi ke kantornya, kau tak akan menangani yang satu ini.” “Kenapa tidak?”



John mengerutkan dahinya pada Sarah, kesabarannya hilang lalu John mengatakan apa yang dia pikirkan. “Karena dia masih sendiri, kau cantik dan aku tak ingin kau berada disekitar dia.” Saat kata-kata John terucap, wajah sarah diselimuti oleh ekspresi yang mengatakan kepada John bahwa Sarah berpikir John sudah kelewatan. Mungkin John memang sudah kelewatan. Tapi Sarah tidak akan sampai di sana dan melakukan percakapan dengan pria sialan yang pandai bicara itu selama John masih hidup. “itu konyol,” Sarah berkata sambil menghembuskan nafasnya. Ketidaksabaran John merenggut John di tenggorokkannya dan mulai memenangkan pertandingan yang berusaha dia Kontrol. John menarik nafas dalam, tapi terlambat. Kesabaran John menggenggam kebutuhan dan John merasa dia akan kalah. Sarah sudah membuat John menunggu terlalu lama dengan satu alasan apik dan alasan-alasan selanjutnya. “kau sungguh



ingin pergi ke sana? Kau sungguh ingin aku mengatakan kenapa ini tidak konyol? Kau ingin mendesakku untuk mengatakan sesuatu? Kau ingin mendesakku untuk berjalan mengelilingi meja ini dan menyentuhmu?” Mata Sarah jatuh ke mulut John dan mulut Sarah gemetar dan John merasakan tendangan nafsu yang menjilat tulang belakangnya dan mendarat dengan terburu-buru pada erangan John. Sarah berdiri terpaku dan John juga berusaha untuk tidak bergerak, Tapi John tak bisa menghentikan dirinya dari berjalan mengelilingi meja seperti apa yang baru saja dia ucapkan. Sarah mundur beberapa langkah saat John berusaha untuk meraihnya, Bunyi dering mengoyakkan udara saat ponsel sarah berbunyi. Sarah berbalik dengan tiba-tiba dari John dan mengangkat teleponnya. John tetap berdiri dekat dengan Sarah, menyerbu tempatnya dan tidak mencoba untuk berpura-pura tidak mendengarkan percakapan Sarah. “Hello?” Sarah terdiam sebentar dan John



melangkah mendekat. “Lagi?” Sarah terlihat tergoncang saat dia berbicara di telepon. Mata Sarah memandang pada John, lalu berpaling dengan cepat kemudian sarah menarik nafas panjang. “Ya, Oke. Baiklah. Aku tidak bisa bicara sekarang. Aku sedang ada tamu.” Sarah mendengarkan lalu menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu seperti sarah mengharapkan untuk segera mengakhiri pembicaraan . “John.” John mengamati Sarah saat dia membalikkan badannya. “Aku paham Jaime. Aku akan berjumpa denganmu Jumat malam.” Sarah mengakhiri telepon dan meletakkan telepon Sarah tetap membelakangi John dengan postur tubuh bertahan sembari mengeluarkan dua botol air minum dan meletakkan satu di meja yang jelas sekali diperuntukkan buat John, lalu memutar tutup botolnya agar terbuka. John meninggalkan botol itu di atas meja dan bersandar ke arah meja dengan gerakkan yang mencoba untuk mengatasi rasa marah yang bertambah. John tak perduli sama sekali saat



Sarah berusaha untuk mengabaikannya. John bahkan semakin tak perduli saat Sarah tak mengatakan sesuatu padanya. Menyembunyikan sesuatu darinya. John melipat tangannya ke depan dada dan mencoba untuk menurunkan nada suaranya sebelum dia kehilangan itu sepenuhnya. ”Kau akan bertemu dengan siapa Jumat malam?” Sarah mengambil kain pencuci piring dan menyeka kotoran yang terlihat di atas meja “Jaime.” John mengertakkan giginya dan menarik nafas. Tidak akan mungkin bagi Sarah untuk pergi berkeliaran dengan wanita itu lagi. Jika Sarah berpikir satu detik saja John akan membiarkannya pergi ke tempat mencari pasangan sialan itu Sarah pasti berkhayal. John benar-benar menjadi marah pada dirinya sendiri karena telah meminjamkan uangnya untuk membuka Bar sialan itu. Itu tampak sebagai ide yang bagus pada saat itu dan sekarang John hanya punya dirinya sendiri untuk disalahkan.



Muncul pemikiran dalam dirinya untuk sesat agar dia menarik pinjamannya; Steven tak akan punya uang untuk mempertahankan agar tempat itu tetap dibuka. Hal itu jelas akan memastikan agar Sarah berhenti pergi ke tempat itu dikemudian hari. Sialan. John tidak bisa melakukan hal itu. John menggigit pipi bagian dalamnya sampai John merasa berdarah. Sarah benar-benar membuat John gila. Apakah Sarah benar-benar berpikir John akan membiarkan dia pergi dengan wanita itu lagi? John membutuhkan klarifikasi bahwa Jaime adalah perempuan yang suka bergosip. “Dan Jaime akan menjadi cock-blocker*?” Sarah terpaku dan berbalik untuk menatap mata John. “Maaf. Apa?” “cock-blocker*.” Sarah memandang John dan menegangkan bahunya. John sama sekali tak bisa mengatakan apa yang Sarah pikir dikatakan oleh John. Pria ini benar-benar bajingan, benar-benar tak tertahankan. “Dan itu adalah...” suara Sarah



menjadi hilang saat Sarah bertanya maksud kata-kata John. “Perempuan yang berusaha untuk menghalangi penisku dari Vag_” “Diam!” Sarah berteriak melintasi ruangan, memutus kata-kata John. “Tidak! Kau baru saja tidak mengatakan hal itu.” Sarah berusaha untuk memperlambat detak jantungnya yang berkobar saat John berdiri memandangnya. Mereka saling memandang satu sama lain dengan jarak yang memisahkan mereka sampai John akhirnya berkata dengan suara yang rendah dan sikap yang sangat terkontrol. “Kemana kau pikir kau akan pergi dengannya Jumat malam?” John membuatnya terdengar seperti itu hanya mimpi kecil yang gila di kepala Sarah, seperti tak mungkin hal itu akan terjadi. Sarah dengan sengaja memasukkan ketenangan di nada suaranya saat dia menjawab John. “Ke Cut-N-Shoot.” “Tidak, kau tak akan pergi.” Suara John dilapisi



oleh perintah yang tak dapat ditolak, seperti dia seorang raja dan Sarah sebaiknya tidak mencoba untuk membantah hak kekuasaannya untuk mengatakan kepada Sarah apa yang boleh dia lakukan. Oh tentu Tidak. Sarah akan pergi ke Cut-nShoot Jumat malam, walau sebenarnya Sarah tidak terlalu menginginkannya. “Ya aku akan pergi.” “Tidak akan terjadi Sayang,” John menyangkal dengan gerutuan lancar dan gerutuan ala texasnya, jelas menggunakan intonasi bahasa gaul sebagai efeknya. Ketenangan dan kata-kata asing John hanya membuat Sarah makin merasa terganggu. “Siapa yang sudah mati dan membuatmu menjadi bossku?” “Aku boss-mu, sayang. Dan tidak ada peluang bagimu untuk memakai celana pendek ketat itu lagi dan memperlihatkan semua itu kepada semua bajingan yang terangsang. Itu tidak akan terjadi. Satu-satunya hal yang mungkin agar kau



pernah pergi ke sana lagi adalah jika aku yang membawamu ke sana. Dan percayalah padaku saat aku mengatakan bahwa tali untuk mengekangmu dariku akan pendek.” Sarah mendengar kata-kata John dan merasa bahwa otaknya akan meledak. Sifat arogannya benar-benar luar biasa. John berdiri di dapurnya, memakai sepatu bot yang kusam, dengan lengan yang tersilang dan bicepnya menegang pada kaos hitamnya. Raut wajahnya mengatakan itu semua, dan sialan kenapa dia terlihat begitu seksi? Kenapa sekarang Sarah berdiri di sini menjadi terangsang dan merasa loyo dengan itu? Apa yang salah dengan diri Sarah? Sarah tinggal di Texas seumur hidupnya dan tidak pernah bertemu dengan pria lain yang seperti John. Atas nama semua wanita di seluruh dunia, atas nama semua populasi wanita, Sarah harus berhenti dari pekerjaan sialan ini, melemparkan John keluar dari rumahnya, dan menolak bahkan hanya untuk bicara dengannya. Kenapa Sarah mendapatkan sedikit firasat



berbahaya bahwa hal ini tidak akan berakhir seperti itu. Sarah berusaha untuk menutupi kebingungannya dengan agresif. “Kau tak bisa mengatakan padaku apa yang aku bisa dan aku tidak bisa lakukan.” John memandang kepada Sarah dengan seksama dan menjawab dengan tajam “Jelas aku bisa.” Sarah memberikan John tatapan yang dingin dan kasar “kau tak punya Hak untuk itu.” Sarah mengeluarkan kalimat itu dengan nada menghina. John beranjak dari sandarannya pada meja dan berdiri tegak,matanya berubah gelap menjadi celah hitam. John menjawab Sarah dengan segera. “Aku punya semua Hak sialan itu.” Kata-kata itu terucap dengan kasar, kemarahan yang berapi-api. Mereka membeku, menggertak saat bibir mereka menggumpal dengan kemarahan. Sarah bisa melihat emosi John meningkat sekitar seribu derajat.



Tiba-tiba, udara di sekitar mereka berubah. Aliran listrik diantara mereka berupa tekanan seksual yang selalu hadir di antara mereka memantul menjadi bentuk yang baru. Bentuk yang berbahaya. Tantangan sudah dilemparkan ke hadapan Sarah dan Sarah tahu apapun yang akan terjadi selanjutnya dengan kata-kata yang baru saja John katakan, hidup Sarah akan berubah dengan satu cara atau cara lainnya. Tidak tahu apakah John ada di dalamnya atau tidak. Sarah tahu dengan yakin dan merasa kaget bahwa dia menginginkan John berada di dalamnya. Tapi, itu tidak menghentikan Sarah untuk melawan John, untuk mempertahankan kemandiriannya, untuk membangun beberapa aturan dasar. “Aku bukan milikmu. Aku bukan barang yang kau miliki.” John mendorong tubuhnya dari tempat dia berdiri. “Kita dapat menyelesaikan masalah sialan ini sekarang.”



Sarah mengangkat tangannya untuk menghalangi John. “Jangan bergerak lebih dekat.” “Omong kosong.” John tetap maju ke arah Sarah. “Aku muak dengan semuanya ini. Aku muak berada dalam situasi yang sulit ketika bersamamu. Kau tak akan menyerahkannya kecuali aku memaksamu melakukannya.” “Menyerahkannya?” Sarah menjerit saat dia meletakkan meja diantara mereka sebagai penghalang. “Memaksaku menyerahkannya?” “Ya. Menyerahkannya. Konsepnya sangat sederhana Sayang. Kau. Aku. Telanjang. Tempat tidur tidak harus ada. Dan percayalah padaku, kau begitu menginginkanku sehingga paksaan tidak dibutuhkan. Kau pikir aku tak tahu kau sudah basah untukku? Kau pikir aku tak tahu bahwa kau melawan dirimu lebih dari kau melawan aku?” Sarah menjadi lebih marah dalam hitungan detik. Tapi Sarah tahu sebagian rasa marah itu ditujukan kepada dirinya sendiri. Bagaimana bisa



hal ini terjadi pada dirinya? Bagaimana bisa dia jatuh ke tangan seorang bajingan sialan, kejam, keras kepala? Sial, Ya. Kenapa John begitu menarik? Sangat menarik. Apakah John membuat Sarah ingin merobek bajunya dan merasakan dia dari kaki sampai kepala dan semua tempat diantara keduanya? Tuhan, Ya. Tapi kenapa sekarang? Bagaimana bisa Sarah meninggalkan seorang tunangan yang mapan yang tak pernah memaksanya untuk melakukan seks dan bahkan tak pernah menyadari saat pria lain bicara dengan Sarah untuk mendapatkan pria seperti John sekarang? Tali pengekangnya akan pendek? Tuhan. Sarah berdiri bersebrangan dari John, dengan hanya meja yang memisahkan mereka, Sarah merasa rangsangan meningkat dari dalam dirinya dan melawan secara dominan dengan kemarahan yang dia rasakan. Lubang hidung Sarah melebar saat dia mulai terengah-engah. “Menjauh dariku.” John berhenti di jalurnya untuk beberapa detik lalu dengan cepat memutari meja



sampai kini dia berada di depan sarah. Tangan John meraih Sarah dan Sarah mundur, hanya sedikit saja menghindar untuk melarikan diri. Tapi itu tidak bertahan lama. Tangan John membelit sarah dan pelarian sarah terhenti oleh cengkraman John pada pergelangan tangannya. John menarik Sarah ke arahnya dengan gerakan yang cepat dan dada mereka bertubukan dengan sengit. Sarah mulai menggeliat, melilit dan menarik, mencoba untuk melepaskan diri dari John. John melakukan gerakan cepat dan segera, John memutar tangan Sarah ke belakang tubuhnya dengan cengkraman yang kasar menguasai Sarah dan mengakhiri perjuangan Sarah. Lilitan hasrat tiba-tiba melanda panggul Sarah. Sarah tidak takut, John tidak menyakiti Sarah selama Sarah tetap diam, tapi saat Sarah mencoba untuk melawan lagi, pegangan john semakin erat dan akhirnya Sarah menyerah. Mata Sarah melebar Saat dia sadar bahwa tubuhnya sudah ditundukkan seutuhnya. Sarah memandang wajah John dan membaca



hasrat liar di matanya. Pertarungan verbal mereka berdua tiba-tiba berubah menjadi kontes dominasi seksual. Dan dengan ekspresi kasar, asertif yang dikenakan John dan perlawanan agresif dari Sarah, belum lagi sungai gairah yang mengalir di dalam aliran darah Sarah, Sarah tahu tak butuh waktu yang lama untuk membuat mereka melewati batasan. Kenapa Sarah merasakan kebutuhan untuk terus melawan John, saat semua yang dia inginkan adalah tubuh John yang keras di atas tubuhnya, Sarahpun tak tahu. Kemungkinan sederhana saja bahwa John begitu arogan dan Sarah tahu apa yang akan terjadi, tapi sarah tak ingin ini menjadi mudah buat John. Sarah tak ingin hal ini menjadi mudah. John telah berhasil mengontrol tubuh Sarah, tapi sarah masih punya lidah untuk melawannya, dan Sarah menggunakannya untuk melawan John sekarang. “Apa yang akan kau lakukan sekarang, memperkosaku?” John tertawa dengan kasar. “memperkosa, sialan. Aku akan membuatmu memohon untuk



merasakan diriku di dalam dirimu dalam dua puluh detik.” Sarah tidak meragukan sedetikpun bahwa John benar. Oh, Sarah tahu kemana hal ini akan berlanjut. Sarah tahu kemana dengan putus asa dia ingin hal ini pergi.Saat Sarah melihat ke atas kepada John, wajah mereka hanya terpisah satu millimeter saja, Sarah mencatat satu set kelebihan John, mulutnya yang mengapit dan matanya menajam menjadi celah nafsu yang panas. Getaran panas yang lain menyentuh Sarah dan mulutnya makin mengencang, seperti dia merasakan vibrasi menjalar di tubuhnya. Lingkaran es membungkus sekitar mulutnya saat gertakan John hanya berupa pertanyaan “Apakah kau memakai kontrasepsi?” Sarah pikir John tidak bisa membuatnya lebih kaget lagi dari apa yang sudah dia lakukan, tapi Sarah salah. Pertanyaan John berdenyut diantara mereka, sarah merasa seperti dia sedang bergantung di tepi jurang.



“Itu bukan urusanmu.” Wajah John menunjukkan ketidaksetujuan, bahkan saat mulutnya meraih mulut Sarah. “Aku secara pribadi akan memperkenalkan padamu kenapa hal itu menjadi urusanku.” Ciuman yang diberikan oleh John Brutal, penuh dengan gertakan, ancaman, dan api yang sangat panas sehingga menghanguskan apapun yang dilaluinya. Lidah John menerobos masuk ke dalam mulut Sarah dan tangannya tetap memegang tangan sarah, menjepit di belakang tubuh Sarah saat John terus memberikan Sarah pelajaran perihal dominasi pria. John mulai maju ke depan saat dia mencium Sarah dan tekanan dari gerakan itu mendorong sarah ke belakang sampai punggungnya mencapai tembok, tangan Sarah masih tetap dikuasai oleh John dan sekarang dijepit diantara dinding yang keras. John menekankan satu kakinya yang kuat diantara kaki Sarah, dan mengangkatnya sampai kaki Sarah mengangkang diantara pahanya. Selangkangan



Sarah tertekan oleh John dan Sarah tidak bisa memiliki kontrol pada gerakannya. Saat John menciumnya secara kasar, Sarah hanya memiliki sedikit waktu untuk meragukan kewarasannya, Sarah kaget saat menyadari bahwa betapa terangsangnya dia oleh paksaan yang dilakukan oleh John. Tak satu pun dari kekasih terdahulunya yang pernah menggunakan kekuatan mereka untuk melawan Sarah. Mereka semua berlaku lembut kepadanya, bahkan hanya berbaring dan membiarkan Sarah memimpin saat mereka bercinta. Perbedaan pada metode John benar-benar menggairahkan. Dan Sarah secara sukarela bersedia menjadi peserta. Pegangan John pada Sarah tidak bisa dikompromi dan saat sarah melenturkan tangannya dan menguji kekuatan yang John gunakan, ombak panas paksaan menghantam tulang dadanya dan meluncur ke bawah untuk mendarat di kolam basah diantara pahanya. Sarah menggeliat melawan otot paha john saat sarah berusaha untuk menemukan sedikit



pelepasan. John memutar dagu Sarah sampai John bisa mendapatkan wajah Sarah berada pada posisi yang lebih baik untuk mendapatkan ciuman yang lebih intim. Pada saat yang sama, John mendorong kakinya ke atas dengan keras, menggerakkan pahanya yang berotot pada bagian lembut diantara paha sarah. Serangan ganda itu melebihi kemampuan Sarah untuk bertahan dan rintihan kecil keluar dari Mulut Sarah. John pasti telah mendengarnya dan erangan itu membuat John merasa nyaman, erangan kecil keluar dari diafraghma John saat John mulai menghisap, mengigit dan menjilat bibir Sarah dan mengambil semua yang bisa dia dapatkan dari ciuman Sarah. Hal itu cukup untuk mengirimkan rangsangan pada sarah di atas skala richter. Sarah mulai membalas ciuman John dengan liar seliar ciuman John kepadanya, memberikan kembali sebaik yang dia terima, dalam lautan api yang memberikan bahan bakar pada api yang ada



diantara mereka. Rangkulan John pada Sarah begitu menawan, panas, menggairahkan, Tapi sarah ingin menyentuh John. Sarah mulai mendesis dan mencoba untuk melepaskan tangannya yang dicengkeram John di belakang tubuhnya. Sarah meraih sisi kepala John dengan tangan bebasnya, memasukkan jari-jari tangannya ke dalam helaian rambut John dan Sarah mulai meremas rambut john. Sarah mendorong dan menarik dan akhirnya John membebaskan tangannya. Saat John melepaskan tangan Sarah, Gerakan mereka berdua menjadi luar biasa, Sarah memeluk pinggang John dan John memasukkan tangannya ke tengah sarah dan mencengkeram Sarah dengan jepitan yang tidak meninggalkan ruang kosong diantara mereka. Itu belum cukup bagi John, John memasukkan tangannya ke bawah kaos Sarah, sampai sarah merasakan sentuhan panas John pada kulit telanjangnya. John berpikir otaknya akan terbagi menjadi dua.



Sarah berada pada tempat yang tepat seperti yang diinginkan John, sepanas yang John inginkan Dan Sarah merespon John dengan liar yang membuat John terpikat. Tuhan, Ya. John telah lama menginginkan Sarah. Sungguh Sial lamanya dia harus menunggu Sarah. Dan tidak ada orang lain yang akan menunggu selama ini. John bahkan tidak pernah berpikir untuk mencari wanita lain sebagai pelampiasan nafsunya. Sejak pertama kali John mencium Sarah, wanita itu haruslah Sarah. Dan sekarang penantian itu berakhir. Kulit punggung sarah begitu mulus dan lembut, tapi dengan segera itu tak akan cukup bagi John, John lalu menyisipkan tangannya sampai menangkup payudara padat sarah yang ditutupi bra berendanya. Gairah di dalam erangan John menjadi lebih intensif saat John membengkak penuh dan John mengerang saat dia mendorong cup bra Sarah ke bawah dan membebaskan gundukkan manis payudara Sarah kedalam telapak tangannya. John tidak bisa mengontrol



dirinya untuk berhenti dan memperlambat dan merasakan berat payudara Sarah, John memegang payudara Sarah dengan erat dan menjepit puting payudaranya diantara ibu jari dan telunjuknya, memelintirnya sampai puting Sarah menonjol, menarik dan mencubit puting Sarah sampai Sarah mulai menggeliat diantara kaki John dengan irama yang membuat keringat menetes di wajah John. John merasakan basah gairah Sarah, dan John hampir saja ejakulasi dalam celananya. John dengan kasar menarik dirinya ke belakang dan berusaha untuk memperoleh kembali kontrolnya. John melepaskan tangannya dari Sarah sebentar, cukup lama untuk mengangkat Sarah dan mengayun tubuh sarah hingga kini John menggendong Sarah di atas lengannya. John mulai melangkah ke arah yang diyakini John sebagai kamar tidur Sarah lalu masuk ke lorong yang berisi beberapa ruangan. “Yang Mana?” Sarah sangat terengah-engah dan tidak menjawab John dan John sama sekali tak



perduli. John memilih satu kamar dan menerobos masuk dan berjalan ke arah tempat tidur. John menurunkan sarah di tepi kasur dan Sarah dengan bergegas bergerak ke tengah kasur sampai Sarah duduk tegak lurus terhadap John. John tidak memberikan kesempatan kepada Sarah untuk mulai berpikir lagi, John ingin menjaga agar Sarah tetap panas dan basah, Sehingga John langsung meraih Sarah dan dengan satu gerakan cepat menarik kaos sarah ke atas kepalanya. Bra Sarah melintir sehingga satu payudara putihnya menyembul dari salah satu cup branya, John berlutut di depan Sarah dan menurunkan kepalanya ke ujung payudara Sarah dan mulai menghisap seperti hidupnya bergantung pada puting payudara itu. Dan mungkin saja hidup John memang bergantung pada hal itu. *** Bab 6



Gairah yang membakar tubuh Sarah juga mengacaukan pikirannya. Sarah tak bisa berpikir dengan baik, Sarah tak bisa mulai menganalisa apa yang sedang terjadi, dia hanya bisa merasakan. Tubuhnya menjadi alat untuk mendapatkan kepuasan dan Sarah menjadi boneka di bawah kontrol John. Sarah bahkan sudah tak lagi bisa memikirkan perlawanan terhadap ketertarikannya lagi. Sarah melupakan itu semua. Mulut John panas di puting payudara Sarah, menghisap daging diantara bibirnya dan menggerakkan ujung putingnya pada langitlangit mulutnya seperti John sedang meminum darinya. Terasa bagai ada kawat hidup yang menghubungkan mulut John dengan payudara Sarah dan hisapan yang indah itu meradiasi ke bawah ke bagian V Sarah yang berada di antara Pahanya menjadi kolam gairah. Perpaduan yang dalam antara mulut John dan payudara Sarah cukup untuk membuat Sarah orgasme. Sarah menggeliat di atas tempat tidur



lalu dia merasakan tangan John berada di atas kancing celananya, John membuka kancing celananya dan menurunkan restleting-nya. Mulut John meninggalkan mulut Sarah dan mata mereka bertemu saat John melingkarkan tangannya di pinggang Sarah, mengangkat pinggangnya ke atas tempat tidur lalu John menarik celana pendek dan celana dalam Sarah dari tubuhnya dengan satu gerakan mulus. Sarah duduk di hadapan John, telanjang bulat kecuali bra-nya yang melintir, kakinya menggantung di samping tempat tidur. Mata John panas memandang Sarah dengan gairah saat satu tangan kuat John mencengkeram pinggang Sarah dan John tanpa ragu menggunakan tangan yang lain menyapu tubuh samping Sarah turun ke kaki lalu mendorong kedua pahanya terbuka. John menyelipkan jari-jarinya kelipatan bagian paling sensitif dari tubuh Sarah dan membuka bagian paling sensitif itu untuk John. Sarah bernafas dengan kekagetan saat jari tangan John mendarat di clit nya kemudian jari



tangan John menyelam ke dalamnya dengan gerakan mendorong tiba-tiba yang membuat Sarah mengerang seperti kilat yang menghanguskannya dengan gelombang gairah dan kebutuhan seksual. Sarah memejamkan matanya saat John menggerakkan jarinya yang berada di dalam Sarah, John mempererat pegangannya pada Sarah dan jari John menyelam ke dalam, John mencengkeram Sarah dengan jepitan posesif yang membuat Sarah bergairah di luar alasan yang normal. Jantung Sarah berdetak tidak terkontrol, Sarah berjuang untuk mendapatkan cukup oksigen dan Sarah merasa makin mendapatkan perhatian John yang tertanam kuat Saat Sarah mulai menuju jalur licin menuju orgasme. John memutarkan jari tangannya yang besar, tebal itu di dalam Sarah dan dengan mata yang masih tertutup Sarah merasakan John melepaskan cengkeraman tangannya yang lain dari pinggang Sarah. Sarah mendengar suara



pakaian yang dibuka dan samar-samar Sarah tahu bahwa John sedang membuka celana jeansnya dan mendorong celana jeans itu ke bawah panggulnya. John menggerakkan Jarinya lebih keras dan menyentuh tempat dalam pada Sarah yang menimbulkan rangsangan yang sangat intens yang membuat Sarah membuka kakinya lebih lebar, tangan Sarah meraih bahu John dan Sarah menempel pada tubuh John. “kau menggunakan kontrasepsi?” John kehabisan nafas sama seperti Sarah, Suara John serak menuntut jawaban. “Gunakan Kondom.” Pikiran Sarah cukup waras untuk memaksa walau dia terengah-engah. John menggeram pelan dan menarik pantat Sarah ke ujung tempat tidur. “Itu bukan jawaban. Aku ingin jawaban. Apakah kau menggunakan kontrasepsi atau tidak?” “Ya. Tapi kau harus menggunakan kondom.” Sarah memaksa sebaik yang dia bisa, tapi kurangnya oksigen di dalam paru-parunya



membuat suaranya sedikit lebih keras dari bisikan. “Kenapa?” Pertanyaan Satu suku kata itu menggertak tapi Sarah melawan saat membayangkan John mencium wanita berambut merah di bar itu datang ke depan otaknya. Sarah mulai mendorong John saat gelombang gairah dilarutkan oleh kejengkelan, gambaran yang teringat. “karena aku tidak bercinta dengan setiap wanita yang pernah kau tiduri!” Sarah berteriak. Wajah John berkerut dengan kemarahan tapi John tidak membuang waktu sedetik pun untuk berdebat. John menarik tangannya keluar dari tubuh Sarah dengan gerakan ringan, menarik kondom dari saku celananya, membuka bungkusnya dan mengenakannya. John tidak bersusah payah untuk benar-benar telanjang: dadanya masih dibalut kaos. John bangkit ke atas tubuh Sarah, mendorong tubuhnya masuk diantara tubuh Sarah,



mengaitkan kaki Sarah di pinggangnya dan mendorong masuk ke dalam Sarah dengan dorongan yang membuat Sarah tertusuk sepenuhnya. Tangan John berada di samping wajah Sarah, Tapi John menyelipkan tangannya ke bawah salah satu lutut Sarah dan mendorong kakinya ke atas hingga menggantung di lengannya. Gerakan yang membuat Sarah terbuka sepenuhnya untuk John dan tidak membiarkan Sarah memegang kendali. Sarah tahu John melakukan itu sebagai pembalasan atas paksaan Sarah pada John untuk menggunakan kondom saat Sarah sudah menggunakan kontrasepsi. Tapi hal itu tidak mengurangi gairah seksual yang Sarah rasakan. Sarah mencengkeram lengan John di atas bahan kaos yang masih dia kenakan dan mencoba untuk bernafas saat detak jantungnya berpacu dan Sarah mencoba untuk beradaptasi dengan ukuran dan intrusi milik John. Sarah merasa benar-benar membentang dan Sarah mencoba untuk menjaga keseimbangan saat John



mendorong masuk, menarik keluar dari dalam dirinya dan mendorong lagi dengan kekuatan yang cukup untuk membuat Sarah membuka matanya. Saat pandangan Sarah bisa fokus, John sedang memandang kearahnya, mengamati Sarah dengan seksama, dan John masih berada di dalam Sarah, mengisinya dan mendominasinya seutuhnya. Sarah tak bisa menggerakkan tubuhnya, tidak dapat bereaksi sama sekali dan jantung Sarah berdetak kencang hingga Sarah berpikir jantungnya akan keluar dari dadanya. John mengangkat satu tangannya dari sisi wajah Sarah dan menjepit jemarinya di rahang Sarah. “Game Over Sarah.” John berkata dengan suara penuh Kontrol. John menarik dan mendorong ke dalam tubuh Sarah lagi, hanya untuk berhenti lagi. “Aku menang, Mengerti?” Gairah pembakar itu menjalar ke dalam pembuluh darah Sarah dan Sarah mencoba untuk memutar pinggulnya melawan John, permintaan untuk mendapatkan lagi yang tidak



terucap.John menjawab dengan kontrol lainnya, tusukan yang dalam. Sarah mendesah saat gelombang basah baru mengalir dari tubuhnya. John gemetar dan matanya jatuh pada Sarah sebentar kemudian John meremas dagu Sarah lagi. “Aku tak ingin mendengar omong kosong lagi. Jangan pernah mengatakan padaku lagi bahwa aku tak punya hak. Aku sekarang mendapatkan hakku. Hakku atas dirimu. Dan kau tak akan pernah lolos dariku, bahkan jangan pernah berani mencoba.” Apa yang Sarah rasakan adalah kelegaan bahwa John memegang semua kendali. Kelegaan bahwa dia bisa memberikan kendali itu padanya sekarang, Sarah begitu menginginkan hal ini. Sarah ingin menyerah pada John. Mungkin Sarah mengambil jalan pintas tapi dia tidak perduli. Kepribadian John hebat, dia seorang pria yang bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan; Sarah masih merasa sedikit kaget bahwa dia tertarik oleh perhatian John. Sarah tidak menjawab John secara lisan, Tapi



Sarah mempererat cengkeramannya pada bahu John dan mendorong pinggulnya ke atas merespon John. John menjawab segera dengan dorongan yang sangat kuat hingga Sarah mengerang. “Betul Sayang.” Jemari John meninggalkan dagu Sarah, membuka bra-nya yang melilit dan melemparnya. John memasukkan tangannya ke rambut Sarah dan menahan tubuh Sarah saat bibirnya merendah menuju bibir Sarah. Ciuman mereka dalam, lidah mereka menari bersama saat John tetap memompa Sarah. Sarah berjuang untuk mendapatkan oksigen dan membuka mulutnya dari mulut John. Mulut John mendarat di telinga Sarah, giginya menyerempet ke daun telinga Sarah. Bisikan John panas di telinganya, hampir lembut saat John bernafas di sana. “Kau sempurna. Seperti sutera. Jangan marah padaku nanti.” Tangan John jatuh dan mendorong ke bawah pantat Sarah, mengangkat Sarah dan mendorong lebih dalam. Mulut John tetap panas pada telinga



Sarah. “Tuhan, Sarah. Aku tahu akan seperti ini bersamamu.” Sarah merasa bisikan John di telinganya dan kelopak matanya menutup saat emosi yang masih terlalu baru untuk dikenali mencoba untuk memakan dirinya seutuhnya. Sarah tahu ini akan seperti ini juga. Tapi kerentanan yang dia dengar dari suara John hanya menambahkan kesengsaraannya. Sarah sudah tersesat hanya dengan padangan John padanya, Hal yang John bisikkan padanya dan dengan cara John memompanya sekarang menuju pelepasan membuat Sarah gemetar dalam antisipasi. John mengangkat kepalanya dari bantal dan mulutnya bergerak melewati mulut Sarah lagi, meminta sesuatu yang amat sangat ingin diberikan oleh Sarah kepadanya. Lidahnya masuk ke dalam relung mulut Sarah dan saat Sarah merasa tubuh kuat John mulai bergetar dan mulut John mulai gemetar, Sarah pun juga mulai gemetar. Itu hal terakhir yang diingat oleh Sarah sebelum



pikirannya meledak dalam banyak warna dan dalam kenikmatan gairah yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Erangan dalam dan panjang John bersatu dengan desahan Sarah dan Sarah tahu mereka berdua mengalami orgasme bersama. *** John menekan kepalanya ke bantal dan mencoba untuk menenangkan detak jantungnya saat John menarik Sarah ke sisinya dan menahan jepitan Sarah kepadanya. Nafas John masih diluar kendali, menghisap dan menghembuskan udara dari paru-parunya seperti dia baru saja lari marathon. Kepuasan, jelas dan sederhana, mengalir dalam tulang belakangnya. Seks yang baru saja mereka lakukan menakjubkan, Dia mengalami klimaks. Tangan John pada Sarah semakin erat dengan gerakan posesif yang tidak dibuat-buat. Kenangan orgasmenya mengalir ke dalam tubuhnya dengan pukulan untuk melakukannya lagi tanpa belas kasihan. Dan John merencanakan hal itu. Segera. Oh, ya.



Ini sudah sebaik yang dia harapkan. Tapi kenapa John tidak ingin menggunakan kondom? John selalu menggunakan kondom, John tak pernah percaya pada wanita saat mereka bilang bahwa mereka menggunakan kontrasepsi, dan dia tidak pernah mempercayai wanita untuk kesehatannya. Tidak pernah. Jadi kenapa ini berbeda dengan Sarah? Tidak hanya John mempercayainya saat dia bilang dia aman dari kehamilan, tapi apapun alasannya, mungkin cahaya terang pada rambut cantik dan lembutnya secara naluri membuat John percaya bahwa Sarah juga bersih. Itu suatu keanehan yang tidak bisa dia jelaskan. Pikirannya berada pada terowongan gelap di masa lalu saat dia memikirkan semua wanita yang dia permainkan. Ada banyak wanita. Tapi John selalu berhati-hati. Berhati-hati untuk tidak menyebarkan benih keturunannya di mana pun, berhati-hati untuk tidak menangkap apapun yang tidak bisa dia lepaskan. John menjadi sangat hati-hati sejak memergoki



istrinya selingkuh. Istrinya sudah menjadi gadis emas di kota kecil mereka, semua orang berpikir dia malaikat dan cantik. Suatu kejutan saat mengetahui dia bukan perawan lagi, karena dia memaksa John untuk menunggu dan tidak hanya itu, kecenderungan seksnya mengarah pada hal yang tidak John sukai. Istrinya menjadi bosan dengan kehidupan seks mereka setelah beberapa bulan pernikahan dan mulai mengeluh untuk mendapatkan cara yang lebih baik dan baru untuk melampiaskannya. John ingat pada asumsi naïfnya bahwa istrinya mungkin menginginkan borgol pink yang berbulu atau pakaian dalam edible (*edible underwear: adalah produk permen yang dibuat ke dalam bentuk tertentu dan dapat berfungsi sebagai pakaian tetapi yang dapat dimakan). Betapa bodohnya John. Tidak, ide istrinya sebagai pelampiasan adalah dengan menambahkan pria lain di dalam kehidupan seks mereka dan bagi John hal itu sangat konyol yang membuat John tertawa di depan wajah Istrinya walau John tidak



berpikir itu lucu. John ingat rasanya disakiti, tapi hebatnya, dia tidak cemburu. Tapi saran menyimpang istrinya itu membuat John kehilangan gairah dan kehidupan seks mereka hampa untuk beberapa minggu. Dan itu semua yang membuat istrinya merangkak ke tempat tidur Sahabat John. Hal itu hampir membuat John hancur, bukan pengkhianatan istrinya yang hampir membunuh John, Melainkan temannya dan rekan bisnisnya yang menjadi selingkuhannya, menikam dari belakang dan tidur dengan istrinya yang pandai pada permainan itu. Itulah hari dimana John menjadi sinis, sikapnya yang kasar dan tendensi dasarnya telah di dorong sampai ke tepian dan langsung terjun bebas. John bukan seorang pemaaf dan dalam beberapa minggu John menuntut cerai dan berniat menjual bisnis yang telah dijalankannya selama sepuluh tahun. Rekan kerjanya telah berkerja sangat keras selama tahun-tahun bersamanya dan walau mereka membagi keuntungan yang mereka



dapatkan, pengembalian investasi awal mereka merupakan keharusan. Selama Dia tetap pintar, dia tidak harus bekerja lagi. Temannya ini telah menarik sahamnya dan meninggalkan kota, menolak untuk mengambil wanita yang akan segera menjadi mantan istri John bersamanya. Dan hal itu membuat istri John kehilangan kendali. Dia menjadi wanita peminum berat dan kecanduan obat terlarang, itu semua merupakan hal lain yang kemudian John temukan dalam pernikahan mereka yang sakit dan kesadaran bahwa dia akan kehilangan John dan kekayaan John yang disebabkan oleh perjanjian pra-nikah yang ketat telah mengirimkan istri John ke dalam gulungan kekecewaan yang tak pernah bisa terbebaskan. Apa yang kurang dari perceraian mereka hanyalah tanda tangan istri John pada hari dia meninggal. Setelah kematiannya, Apa yang John rasakan hanya perasaan bersalah dan kasihan pada ayah dari istrinya yang kehilangan anak



satu-satunya hari itu. Pikiran John berlari ke masa lalu sementara tangannya membelai menyapu sepanjang tangan lembut Sarah. Sudah pasti, ini merupakan hari pertama John ingin bercinta dengan seorang wanita tanpa kondom sejak dia mengetahui istrinya adalah seorang pelacur. Apa yang dia rasakan pada Sarah bukan sesuatu yang ingin untuk dia analisa, tapi dia tahu tanpa ragu bahwa perasaan ini tidak hanya untuk setidaknya seminggu seperti apa yang pernah dia rasakan pada wanita-wanita sebelumnya. Tidak gampang bagi John untuk mengetahui bahwa dia berpikir Sarah adalah miliknya, dia kekasih Sarah, dan John tidak pernah mendeskripsikan hal seperti ini pada wanita lain yang pernah dia tiduri. Mereka sebelumnya hanya sementara, John selalu tahu pemikiran itu akan selalu hadir di dirinya dan satu-satunya alasan John membutuhkan mereka adalah untuk pelampiasan baginya yang bisa wanita-wanita itu berikan. Sarah mendorong lengan John yang menjepit



dirinya kepada John dan John merasakan cengkeramannya pada Sarah menjadi semakin erat. Dia pikir kemana dia akan pergi? “John”. Kata lembut itu merupakan permintaan yang mendesak untuk melepaskan Sarah. “Apa?” “Aku harus membersihkan diri.” “Tidak. Kau tidak akan.” “Aku ingin buang air kecil,” Sarah menambahkan, memberikan John penjelasan yang lebih. John tidak tahu apakah dia mempercayai hal itu, Tapi akhirnya dia tetap melepaskan Sarah. Lagipula ini rumah Sarah dan jelas John yakin Sarah tidak akan pergi kemanapun. Sarah beranjak dari tempat tidur dan dengan cepat meraih baju kaosnya untuk menutupi tubuhnya. Sekarang Siang hari dan semua ini begitu baru. Sarah meringis dalam hati saat dia berjalan menuju kamar mandi secepat yang dia bisa. Dia tidak bisa memutuskan untuk menutup bagian mana dulu. Tubuhnya jauh dari sempurna



dan selulitnya terlihat dalam keindahan. John memandang Sarah saat dia memungut baju kaosnya dan menggunakannya untuk menutupi dadanya saat dia berjalan menyeberangi ruangan. Tubuh bagian belakangnya indah, telanjang. John meletakkan tangannya di belakang kepala dan menikmati pemandangan indah ini. Pantat Sarah sempurna. Tubuh bagian depannya sempurna. Puting payudaranya juga sempurna. Saat John merasa dirinya kembali terangsang lalu dia segera memalingkan pandangan ke sekitar kamar, mengambil tissue dari meja di sampingnya dan membuka kondomnya. John membersihkan dirinya dengan tissue lalu membuang tissue ke tempat sampah kecil di bawah tempat tidur. Saat Sarah kembali, John merentangkan tangannya untuk memeluk Sarah dan dengan sedikit keraguan, Sarah berjalan menuju John untuk menerima pelukannya. *** Dua hari kemudian, John sedang mengeringkan



tubuhnya setelah selesai mandi saat telepon nya berbunyi. John mengikatkan handuk di sekitar pinggulnya dan tidak terkejut lagi pada rasa bahagia yang dia rasakan saat Nama Sarah muncul di layar teleponnya. John sudah menginap di rumah Sarah selama dua hari berturut-turut dan telah dua pagi berturut-turut pula dia kembali ke rumahnya sendiri hanya untuk mengurus ternaknya. Seks diantara mereka hebat, tak bisa digambarkan, dan hari ini jumat malam, John mempunyai ide untuk mengajak Sarah ke kota untuk makan malam. John ingin semua orang melihat dia bersama Sarah. John mendorong perasaan ingin tahu ke belakang otaknya dan menyuntikkan godaan ke dalam suaranya saat dia mengangkat teleponnya. “Hey, Dream-girl.” Suasana menjadi hening sebentar dan John berpikir ada masalah dengan sinyal telepon, tapi kemudian Sarah akhirnya bicara. “John.” Mungkin John membuat Sarah kaget tadi. John tidak memanggil Sarah dengan sebutan bodoh



itu lagi sejak malam itu. “Ya?” John bertanya. John mendengar Sarah menarik nafas panjang dan dia mulai bicara dengan satu tarikan nafas tanpa jeda. “Aku tahu kau akan marah tapi kupikir seharusnya kau tidak marah dan aku hanya ingin memberitahumu dan aku tahu kau tak akan menyukainya tapi aku tak ingin kau berpikir aku membohongimu atau pergi tanpa kau ketahui atau yang lainnya jadi aku hanya ingin kau tahu bahwa aku akan pergi ke Cut-nShoot dengan Jaime.” John berusaha untuk memahami semua kalimat Sarah yang bertele-tele tapi lalu yang bisa dia dengar hanya ‘cut-n-Shoot’ dan ‘Jaime’. John langsung menjawab. “Tidak. Kau tidak akan pergi.” “Ya. Aku akan pergi. Mobil Jaime sudah berada di depan rumahku sekarang.” “Jangan naik ke mobilnya.” Gaung dari suara John menggema di kepalanya. “Aku harus naik ke mobilnya. Dia sahabatku.” “Sarah, Aku peringatkan kau__”



“Aku akan menutup teleponnya karena aku tak mau dia mendengar semua ini. Dia sahabatku, Aku sayang dia, dia sedang terluka dan membutuhkanku malam ini dan aku baru kenal denganmu beberapa minggu. Dan semua ini begitu gila. Tapi begini saja.” Sarah berhenti bicara dan menarik nafas. “Aku mungkin juga akan kecewa jika kau pergi ke sana tanpa aku jadi aku akan bisa mengerti sepenuhnya jika kau menyusulku dan bertemu denganku disana.”Sarah menelan ludah. “Aku bahkan akan bahagia jika bisa bertemu denganmu di sana.” John tak perlu berpikir soal itu. “Aku setengah jam di belakangmu.” John mendengar Sarah mendesah yang terdengar seperti lega. “Terima kasih John.” “sebaiknya kau jangan berdansa dengan siapapun.” John mengancam. “kekacauan dapat terjadi dalam 30 menit.” “tidak masalah.” Sarah segera setuju. “Aku akan menunggumu.” “Dan sebaiknya kau jangan memakai celana



pendek ketat itu saat aku tiba.” John mendengar Sarah menarik nafas “Terlambat.” telepon terputus. *** Bab 7 John meneguk bir di tangannya dan terus mengawasi wanita cantik dan canggung yang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar lantai dansa. John tak dapat menahan seringai saat tingkat kecanggungan wanita itu memiliki korelasi dengan tingkat gairah dalam selangkangannya. Kaki wanita itu benar-benar luar biasa fantastis dan membuat John keras dengan cepat, tapi wanita itu bukan penari. John tak perduli. John tak menginginkan wanita itu untuk menari. Jawaban dari apa yang John inginkan adalah wanita itu kemudian berhenti menari saat musik berhenti dan orang-orang mulai meninggalkan lantai dansa. Wanita itu



melihat padanya dan tersenyum tapi temannya meraih lengannya dan menuntunnya ke bar. Saat ini di sana ada beberapa pria yang berada dekat dengannya dan John mengambil kesempatan ini untuk mengurus sesuatu yang harus dia lakukan. John melangkah ke meja Steven dan mengangguk tanda salam ke pria lain yang sedang bersama Steven lalu memotong proses basa-basi. “Aku mau meminjam kantormu.” Pria lain itu menyeringai dan John tahu dia sudah berbuat tidak adil. Tapi John menginginkan kunci sialan itu dan dia menginginkannya sekarang, “Biarkan aku menggunakan kantormu malam ini dan aku akan membebaskan pembayaran hutangmu bulan depan.” Mata pria lain yang berada di dekat Steven menajam dengan pandangan bertanya. “menangguhkan?” “Tidak. Pembayaran bulan depan dianggap lunas.” Kata-kata itu hampir keluar dari mulut John



sebelum kunci melayang di udara. Insting John kuat pada target dan dia mengangkat tangannya dan menangkap kunci itu di udara. “Terima kasih.” *** Sarah membalikkan tubuhnya dari bar sambil menunggu Jaime untuk dilayani dan melihat ke sekeliling ruangan. Sarah segera melihat John. John mungkin berada 40 kaki darinya, menyandar pada bar dan John mengawasi Sarah dari celah matanya. John mengamatinya dengan seksama, pandangannya terpaku ke wajah Sarah. John tidak tersenyum tapi dia juga tidak terlihat marah. John hanya mengawasinya, Api yang menyala kecil ada di matanya. Dan John menunggu. Sarah tahu John mengamati dan menunggunya, ikatan kebutuhan yang dicairkan mengalir ke aliran darahnya. John berdiri sendirian dan Sarah melihat seorang wanita datang menghampiri John. Wanita lain itu tampak percaya diri dan cantik, tapi John mengusirnya tanpa sekalipun mengalihkan



pandangannya dari Sarah. Demam yang terasa panas menyelimuti Sarah seperti selimut lembut dan gairah seksual berdencing sepanjang ujung sarafnya. Tiba-tiba, wajah John dihiasi kemarahan dan dia mulai menggelengkan kepalanya kepada Sarah. Itu saat dimana Sarah menyadari bahwa seorang cowboy tinggi sedang berdiri di sampingnya, menanyakan sesuatu padanya. Sarah melihat ke arah pria cowboy ini sebentar dan tanpa memiliki banyak petunjuk mengenai apa yang dia inginkan darinya, Sarah mengatakan ‘tidak terima kasih’ lalu kembali memandang John. John tampak kembali rileks tapi dia tidak membuat gerakan apapun untuk mendekati Sarah. Sarah pelan-pelan menyadari suara musik yang keras di sekitar mereka lalu Jaime meraih tangannya dan menuntunnya ke arah yang berlawanan menuju meja yang tidak jauh dari lantai dansa. Pandangan Sarah pada John terlepas saat dia mengikuti sahabatnya untuk



duduk di meja itu. Jaime berpakaian sangat seksi malam ini dan Sarah sedikit geli melihat temannya sudah menarik perhatian orang-orang disekitar mereka. Jaime melalui hari-hari yang kurang menyenangkan di kantor dan Sarah sudah memberikannya peringatan sebelumnya tentang betapa brengsek bos nya. Sarah diam-diam berpikir Jaime tertarik pada Bosnya tapi tidak mau mengakuinya. Sarah mencoba untuk berkonsentrasi pada Jaime, mencoba mendengarkan keluhan Jaime tentang duka cita dan sakit hati. Sarah mengakui bahwa antara musik yang keras dan ketidaksanggupannya untuk berkonsentrasi pada hal lain selain John. Sarah hanya bisa menangkap sedikit dari apa yang Jaime katakan padanya. Sesuatu tentang bosnya yang kadang baik tapi kemudian dingin dan tidak pernah memberikannya petunjuk yang jelas tentang apa yang sebenarnya dia inginkan. Perhatian Sarah teralihkan saat seorang pelayan



muncul di sampingnya, dengan minuman yang tidak mereka pesan. Bir merk sama seperti yang Jaime sedang minum dan screwdriver untuknya. Sarah menoleh ke tempat terakhir kali dia melihat John tapi John sudah tak lagi ada di sana. Mata Sarah memandang sekeliling, Sarah akhirnya bisa mendapatkan John di kursi bar dimana dia duduk dengan birnya dan secara jelas memandang ke arahnya. Sarah memberikan senyum tipisnya dan mengangkat minumannya ke arah John. Jaime bahkan tidak menyadari kehadiran John atau minuman yang dia kirimkan kepada mereka dan Jaime melanjutkan ocehannya yang terus menerus. Sarah menjaga satu telinganya tetap terbuka untuk mendengarkan Jaime sementara perhatiannya yang asli tetap berada pada pria di bar yang memandangnya dan menunggu seperti Sarah seorang mangsa yang diam-diam dia untit. Gairah melanda jauh ke dalam perut Sarah atas permainan yang sedang mereka mainkan ini.



Lalu dua cowboy muncul di meja mereka dan permainan tiba-tiba meningkat ke tingkat taruhan yang lebih tinggi saat John duduk tegak, bahunya menegang dan matanya berkedip dengan pandangan mematikan. John tidak bergerak tapi Sarah tahu jika dia tidak bisa menyingkirkan pendatang baru ini dalam waktu kira-kira lima detik maka semua taruhan hilang. Kedua pria ini masih muda mungkin 22 atau 23 tahun dan mereka berdua tinggi dan mereka berdua tampan. Jaime tidak membuang-buang waktu walau sedetikpun, Jaime tersenyum ke arah mereka dan mulai berkenalan. Kedua pria itu duduk. Sarah tahu dia harus berkata sesuatu. Saat pria itu duduk, Sarah berpikir dia bersama John di sini, entah terlihat begitu atau tidak dan Sarah harus mengatakan kepada mereka dengan cepat. “Aku kemari bersama seseorang.” Jaime memandang Sarah dan berkata. “Ya. Aku.”



“Tidak, aku bersama John,” Sarah menjelaskan dengan tegas. “Apa? Dia di sini?” “Ya.” “Kau tidak mengatakannya padaku.” Jaime memandangnya dengan tatapan yang tajam. “Dia mengikuti kau ke sini?” Sahabatnya bertanya. “Ya.” “Dia seorang penguntit, Sarah.” “Tidak. Dia bukan, aku memberitahunya kita akan ke sini. Aku mengajaknya.” Kedua pria itu mendengarkan obrolan cepat diantara dua sahabat ini dan salah satu diantara mereka lalu menengahi. “Baiklah, aku tidak melihat seorangpun. Seharusnya dia tidak meninggalkanmu sendiri. Menurutku Ini permainan yang adil.” “Aku bukan permainan dan kalian berdua harus pergi atau aku yang akan pergi.” Sarah mulai berdiri. “Sarah, tetaplah di sini” Jaime memandang pria



yang paling dekat dengannya dan mulai memberikannya isyarat. “Bagaimana Jika kita berdansa dan temanmu bisa jalan-jalan?” Dengan kalimat itu, pria yang disebut Jaime ‘temanmu’ mengayunkan lengannya ke Sarah dan berkata “Aku menemukan dan aku akan menyimpan. Aku bertahan di sini. Lagipula aku tidak melihat siapapun.” Sarah menjadi tegang saat dia memandang ke atas dan melihat John mengintai ke meja mereka. Sarah menegangkan bahunya. Raut wajah John sangat mematikan dan Sarah tidak menginginkan pertumpahan darah. Ini semua benar-benar sangat konyol. Belum Lama lalu dia berada di Dallas dan bertunangan dengan pria yang mempunyai sifat paling tenang dan lalu tidak lama kemudian, sekarang entah bagaimana, dia dimiliki oleh seorang pria yang kasar. Sarah melancarkan tenggorokkannya dan mencoba untuk mengenyahkan tangan pria ini. “Dude. Dia di sana. Lepaskan tanganmu dariku.” John berhasil berada di sebelah Sarah dalam



sekejap. Dia berdiri tepat di belakang Sarah. “Lepaskan. Sekarang.” Pria itu melepaskan tangannya dari bahu Sarah dan berdiri menantang. “Buat aku melepaskannya.” Sarah merasakan kemarahan John saat dia melangkah mengelilingi Sarah dan berdiri hanya beberapa inchi dari wajah pria itu. “Aku baru saja melakukannya. Pergi. Jangan sentuh dia lagi. Bahkan jangan berani untuk melihat ke arah sini lagi atau kau akan memakan makananmu lewat selang infus. Mengerti?” “Siapa yang akan membuatku melepaskannya? Kau?” John meraih dan mencengkeram anak muda itu pada lehernya dan menyentakkannya ke depan. Ketakutan Sarah meloncat satu ketukan lalu mulai memompa darah dengan cepat lewat pembuluh darahnya. Sarah melihat dua tukang pukul bar muncul entah dari mana. Satu diantaranya mencengkeram John dari belakang dan satu lainnya mencengkeram anak muda itu.



Mereka menarik keduanya saling menjauh. John mendesis lewat giginya dan mengarahkan kutukannya ke tukang pukul yang kini mencengkeramnya. “Diego, sebaiknya kau lepaskan aku dalam tiga detik atau aku akan menutup bar ini dan tidak satu pun dari kalian akan mempunyai pekerjaan.” Sarah melihat tukang pukul itu melepaskan john dan dengan segera dengan nada permohonan maaf. “Aku tak tahu itu kau, Man, Aku tidak melihat wajahmu.” John berbalik ke tukang pukul lainnya yang masih mencengkram anak muda itu. “Lepaskan dia. Aku akan mengurus ini.” Tukang pukul itu melepaskan cengkeramannya dan anak muda itu tersandung sebelum bisa kembali berdiri tegak. Sarah tidak melihat kesepakatan ini membuat John melupakan masalah ini dan sekarang John bahkan berpikir siapa yang ingin dia lawan. Salah satu tukang pukul bicara. “Kau sebaiknya pergi dari sini Nate. Tidak ada hal baik yang



bisa di dapat dari hal ini.” “Apa maksudmu? apa kau mengatakan padaku aku harus pergi? Bagaimana dengan laki-laki sialan ini ? Aku sedang mengurus urusanku __” “Tidak sialan. Kau yang mencampuri urusanku.” John bergerak ke belakang Sarah sekali lagi dan meletakkan tangannya di bahu Sarah. “Lihat baik-baik lalu jangan pernah melihat ke arahnya lagi. Dia milikku. Kau mengganggu apa yang menjadi milikku maka kau akan hidup untuk menyesalinya.” Setelah itu john menarik Sarah untuk pergi dan menuntun Sarah ke bagian belakang gedung. Sarah mengikuti dengan pandangan yang kabur. John memegang pergelangan tangannya membelenggu dengan satu tangan saat dia berhenti di depan pintu yang sama saat John menariknya ke dalam beberapa waktu lalu saat dia bertemu Sarah di tempat ini. Tanpa ragu, john menyelipkan kunci, membuka pintu dan menarik Sarah ke dalam bersamanya. Sarah terpaku melihat pintu kantor yang tertutup



dan terkunci dan tidak berpikir untuk bertanya bagaimana John bisa memiliki akses ke ruangan ini. Sarah hanya tahu John memilikinya. Jelas sama dengan cara john yang bisa mengontrol kedua tukang pukul dan mengancam pada pertikaian di bar tadi. Ini ada kaitannya dengan uangnya. Pemikiran itu hilang dari benaknya saat John menekan tubuhnya kepada Sarah dan meletakkan tangannya di antara kakinya dan menangkup panasnya. Mulutnya mendarat di telinga Sarah dan dia mengeluarkan nafas yang dalam dan panas. “Kau seharusnya tidak memakai celana pendek ini Sayang. Aku saja tidak bisa menjaga tanganku, bagaimana bisa kau berharap orang lain bisa?” Sarah menarik nafas tapi tidak bisa menjawab. John menekan Sarah dan bergerak ke mulutnya, menciumnya, tangannya bergerak untuk membuka kancing celana Sarah. “Aku tak bisa menunggu.” John mengerang dengan suara yang serak. Satu persatu, kancing itu terbuka lalu john bersandar, menggenggam kedua sisi bahan



celana Sarah dan membuka celana pendeknya bersama celana dalamnya. Saat kedua celana itu berada diantara lutut Sarah, John mengangkat kaki besar bersepatu bot-nya ke tengah kaki Sarah, menginjak celana Sarah yang menyangkut itu ke lantai. “Melangkah ke luar dari celanamu.” Sarah secara membabi buta melakukan apa yang diperintahkan oleh John dan segera setelah Sarah melakukannya, tangan John berada padanya, jari john menyelip ke dalam bagian tubuhnya yang panas, terbuka dengan basah. Saat John memanipulasi jemarinya di dalam Sarah, Sarah merasakan gairah melandanya dan dia pelan-pelan mulai mengerang. Mulut John terangkat dari bibir Sarah dan bergerak ke telinganya. “Menurutmu apa yang akan terjadi tadi jika aku tidak berada di sini?” Sarah mulai gemetar dan sulit untuk berdiri. “TTidak. Aku pasti bisa mengatasinya.” Tangan Sarah gemetar saat dia meraih wajah John, Sarah berusaha untuk mengarahkan wajah John



kepadanya, memohon untuk merasakan mulut John pada mulutnya lagi. John menuruti dan memberikan ciuman ringan saat dia bernafas melalui mulut Sarah, “Tapi tidak sebelum dia menyentuhmu lebih banyak lagi dan sayang, itu akan menjadi sangat buruk.” Lidah John menyelinap masuk dan Sarah merasakan gairah mengalir terburu-buru dari jari John yang tenggelam jauh di dalam dirinya dan dari ciuman yang mereka lakukan sementara mereka masih berusaha untuk bicara. Sarah melepas kan mulutnya. “kenapa? Apa yang akan kau lakukan?” “Membunuhnya.” Nafasnya menjadi berat. Sarah melenguh “Cobalah untuk serius.” Tangan John merenggut dagu Sarah dan membawa bibirnya kembali ke bibir john. Mulut John terkatung-katung di atas mulut Sarah sebelum bibirnya kembali jatuh pada bibir Sarah lagi lalu John berkata “Pria itu akan berharap untuk mati dengan cepat, aku jamin itu.” Sarah melepaskan mulutnya lagi dari bibir John.



“John __” jari John bergerak ke clit-nya dan secara efektif membuat Sarah diam. John memutar jarinya di clit Sarah, memutar melingkar saat John mencium pinggir mulut Sarah. “Jangan Khawatir Sayang. Kau wanita yang baik,” John berbisik dengan suara yang dalam dan serak. “Benarkah?” Sarah sudah hampir tidak lagi bisa berpikir. Tangan John panas padanya, bergerak maju mundur diantara gerbang gairah basah Sarah dan clit-nya. Maju mundur. Gerakan itu menghantarkan Sarah semakin dekat dan semakin dekat saja ke orgasme. “mmmm - hmmm.” “Bagaimana? Bagaimana bisa aku kau sebut baik?” “Kau menelponku. Memberitahuku kau akan datang kemari. Membuat seorang pria hampir percaya bahwa kau bisa dipercaya.” “Kau bisa percaya padaku,” Sarah berkata dengan lembut. John berlutut di depan Sarah dan mengangkat



satu kaki Sarah ke atas bahunya. Merentangkan Sarah dengan jemarinya. Mata John gelap memancarkan gairah kolam siksaan saat John memandang ke atas kepada Sarah. “Aku ingin percaya padamu. Begitu sangat ingin. Sangat ingin hingga membuatku sakit.” John kembali melihat ke bawah diantara paha Sarah yang mengangkang dan Sarah merasa gelegar erangan datang dari dada John. Lidah John berada pada clitnya saat john menenggelamkan satu jari panjangnya ke dalam Sarah. John menjilatnya, menggerakkan lidahnya ke atas dan ke bawah Sarah berulang-ulang. Jari John bergerak di dalam diri Sarah, memutar melingkar di dinding vagina Sarah, menyentuh Sarah dalam. Sarah mulai mendesah dengan keras, mengambil oksigen masuk. John mengangkat kepalanya dari lipatan panas Sarah dan Sarah membuka matanya untuk menemukan John yang sedang mengamatinya. ”Kau sangat cantik. Amat sangat cantik, Sarah.



Aku begitu menginginkanmu.” Kata-kata John menenggelamkan Sarah, dan tiba-tiba, Sarah menginginkan John di dalam dirinya. “berdirilah John, tolonglah.” Sarah memohon lembut. John bangkit berdiri pada kakinya dan mulai membuka jeansnya dengan gerakan terburuburu. Mendorong celananya ke bawah ke arah sepatu botnya, John mulai mengangkat Sarah, siap untuk menusuk Sarah. Sarah menghentikan John. “Gunakan kondom.” John mengertakan giginya. “Sarah__” “Tolong. Tolong John aku menginginkan kau di dalamku.” John begitu ingin untuk tenggelam di dalam diri Sarah tanpa ada penghalang di antara mereka. Begitu inginnya. John ingin merasakan daging lembut Sarah menutup di dalam di dirinya. Tapi itu tidak akan terjadi. Tidak sekarang. John menarik kondom dari saku celananya dan mengenakannya. Hanya butuh beberapa detik lalu dia mengangkat Sarah dan menyanggakan



punggung Sarah ke dinding saat John membawa Sarah turun di atas bagian kenjantanannya. Akibat dari penyatuan mereka bagai sengatan listrik. Sarah mendesah saat John menempelkan mulutnya ke mulut Sarah. John meletakkan tangannya di bawah pantat Sarah dan merenggangkan Sarah dengan lebar, John menenggelamkan dirinya jauh ke dalam diri Sarah. John mulai memompa ke dalam tubuh Sarah. Sarah begitu lembut dan basah dan licin. Sarah ketat dan panas dan sempurna. Tuhan, Sarah begitu sempurna untuk John. John merasa dirinya mulai meluncur ke bawah terowongan dimana emosi utamanya mengambil alih dan otaknya menghilang. John tidak bisa mengontrol apa yang dia katakan. “Aku ingin bercinta denganmu tanpa kondom.” Sarah menggeliat di lengan John dan John merasakan gairah basah lain yang terburu-buru menyelimuti John. “Kau harus membiarkan aku, Sayang. Segera. Aku akan bercinta denganmu



lagi dan lagi dan lagi. Tanpa kondom. Kau tak akan pernah bisa lolos dariku. Tidak pernah.” Sarah mulai kejang-kejang di lengan John dan John mengikuti Sarah dalam orgasme yang mengguncangkan dunia. *** Keesokkan paginya, Sarah memandang John yang pelan-pelan bangun dari tidurnya. Sarah sudah selesai mandi dan membuat kopi. Pelanpelan Sarah duduk di atas tempat tidur di sebelah John, mencoba untuk membiarkan John tidur sebanyak yang memungkinkan. Selimut menutupi dirinya rendah di tulang pinggulnya dan Sarah dengan mudah dapat melihat ereksi pagi hari John menyapanya walau John sendiri belum menyapanya pagi ini. Pemikiran sedikit nakal hadir dalam diri Sarah dan Sarah melirik ke arah kotak kondom yang setengah kosong di meja samping tempat tidur. Sarah membuka celana pendeknya dan juga celana dalamnya dan dengan hati-hati membuka paket segi empat kecil itu.



Perlahan, tidak ingin membangunkan John sepenuhnya, Sarah pelan-pelan menarik selimut dan menyisipkan kakinya ke atas John, berada pada posisi yang membuat Sarah kecanduan begitu juga kecanduan dengan hidup itu sendiri. Sarah menahan nafasnya dan memasangkan kondom ke dalam kemaluan John. Sarah merasa John tersentak dan Sarah berpikir John kini sudah bangun seutuhnya. Tapi John tetap tidak bergerak dan diam, dan Sarah merosot turun di atas tubuh John, menerima John seutuhnya, hanya dengan sedikit penyesuaian. Sarah mendesah dan menutup matanya dengan kenikmatan dari John, berdenyut panas dan jauh di dalam dirinya. Tangan Sarah mendarat di dada John dan Sarah memompa ke atas dan kebawah lagi. Tangan John lalu mendarat di pinggul Sarah dan mencengkeram dengan erat, tapi John tidak bergerak terlalu banyak seperti otot-ototnya yang lain. Sarah memompa lagi dan lagi.



Diam-diam John menggertakan giginya saat John mencoba untuk membiarkan Sarah mempertahankan kontrolnya terhadap john. Ini jelas pertunjukkan Sarah dan John ingin Sarah mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi hal ini sulit. Sarah lembut dan mulus, panas dan manis, dan hal pertama yang ingin dilakukan john di pagi hari adalah membalikkan tubuh Sarah sampai perutnya menekan kasur lalu John akan berada dibelakang Sarah dan mempompanya dengan keras dan cepat__ Pikiran John terbagi saat Sarah menyandarkan badannya turun ke arah John dan mulai berbisik di telinga John sementara dia tetap memompa john. “John, Kau sangat hebat“ Sarah menambahkan. “Kau sangat menggairahkan.” Sarah turun ke bawah lagi dan John tidak bisa mencegah getaran. “Aku tidak pernah memiliki orang lain seperti kau.” Sarah memompa lagi. “Mmmm.” Bibir Sarah bergerak ke bibir John lalu Sarah mengangkat dirinya ke atas lalu Sarah



menyanggakan tangannya ke dada John dan mulai menungganginya dengan liar. John membuka matanya dan mengamati Sarah. Mata Sarah tertutup dan Sarah memiliki ekspresi di wajahnya yang John tak pernah lihat pada wajah wanita lain. Sarah begitu cantik dan John tak dapat menghentikan dirinya dari meraih dan menekankan jarinya ke clit Sarah. John merasakah gelombang panas lain berasal dari Sarah dan Sarah mulai menunggangi John dengan liar, Suara yang keluar dari Sarah seperti musik termanis dan terhebat di telinga John. “mmmm.” Mulut Sarah tertutup dengan garis seperti menyerap konsentrasi dari diri Sarah dan Sarah mulai mendesah dengan keras, cukup keras untuk membuat John terbakar. John mencengkeram pinggul Sarah dan mulai memompa Sarah. Memompa Sarah naik dan turun sampai Sarah menjerit dan tubuhnya mengeras. Mata Sarah terbuka dan Sarah memandang kepada John, Sarah tekejut yang terlihat seperti keseganan di wajahnya.



John mencengkeram Sarah dengan erat dan pandangan John jatuh ke mata Sarah saat John bergabung dengan Sarah dan melampaui batasan ke dalam pelepasan manis... pelepasan yang begitu manis. *** Bab 8 John keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambutnya dengan handuk dan berhenti di samping tempat tidur. John meraih ke bawah dan memukul pantat Sarah, cukup kuat untuk mendapatkan perhatian Sarah, cukup kuat untuk terasa menyengat. Sarah meringis, kaget dan membalikkan badannya, denyut nadi Sarah berdetak cepat dan john dapat melihatnya lewat tenggorokkannya yang putih dan indah. Sarah berkedip dan memandang John dengan ekspresi hati-hati. “Bangun,” Suara John masih malas dari semalam. “Ok.” Sarah berkata pelan dengan nada bertanya.



“Berpakaian. Kita akan pergi ke San Antonio.” “Kenapa?” Sarah bertanya pada John dengan lembut. “Kita punya janji dengan seorang dokter di sebuah klinik pribadi di sana. Kita harus meningkatkan level hubungan kita,” “Maaf?” Sarah marah dan tidak terlihat meminta maaf pada John. “Untuk apa?” pertanyaan Sarah selanjutnya menjadi tajam. “Kita akan menjalani tes.” “Tes?” “Kau tampaknya tidak mempercayaiku sementara hal itu sangat penting sayang, ketidakpercayaan ini tidak bisa berlangsung selamanya.” “Selamanya?” Sarah bertanya. “Hanya kata kiasan sayang. Kita harus berhenti menggunakan kondom. Hari ini. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Berpakaianlah.” “Kau tidak bisa saja__” “Ya. Aku bisa saja. Aku baru saja. Tidak ingin mendengar omong kosong soal ini. Mari kita



tidak membuat hal ini jadi pertengkaran di antara kita atau sejenisnya. Berpakaianlah.” John mengamati Sarah dan menunggu bagaimana percakapan ini akan berlanjut. John harus melakukan ini dengan lancar. John ingin ini berlangsung dengan lancar. Akhirnya, Sarah beranjak dari tempat tidur dan kakinya menyentuh lantai. Sarah tetap memandang John sementara dia membuka lemari pakaiannya dan mengeluarkan beberapa potong pakaian. Memegang pakaian di depannya lalu menuju kamar mandi, Sarah tidak melepaskan pandangannya dari John saat melakukan itu semua. Akhirnya, Sarah masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu di belakangnya, dan John menarik nafas dalam-dalam yang tampak sebagai kelegaan. *** Mereka tidak banyak bicara selama perjalanan ke San Antonio. John tidak terlalu perduli, John hanya ingin menyelesaikan permasalahan ini.



Semua yang menjadi keperdulian John adalah kepuasan Sarah dengan bukti pemeriksaan kesehatan bahwa John bersih, lalu membawa Sarah pulang dan tenggelam ke dalam diri Sarah, secara total, secara fantastis, tanpa pengaman. Tangan John mengepal pada kemudi saat John menikmati pemikiran apa yang akan, John tahu, pemikiran ini sebuah tindakan kepemilikan. John menginginkan Sarah, Benar. Sangat ingin. *** John duduk di ruang tunggu dan dia merasa sangat lama. Darah John sudah diambil, John harus membayar ekstra untuk meminta agar hasil pemeriksaan langsung keluar,dan sekarang dia mempunyai hasil pemeriksaan yang dia butuhkan. John benar-benar tidak ragu. Sarah adalah wanita pertama yang pernah John pikirkan untuk mengambil resiko dengan bercinta tanpa kondom. Dan sekarang John tidak harus mengambil resiko itu. Setengah jam kemudian, pintu terbuka dan sarah



akhirnya keluar. John memandang sarah dan tahu ada sesuatu yang salah. Sarah pucat, gemetar dan John dapat melihat mata Sarah berkilauan dengan airmata yang ditahan. Apa yang terjadi di dalam sana? John tidak sedetik pun berpikir bahwa hasil pemeriksaan Sarah negatif; John tidak tahu kenapa, ini tidak masuk akal, tapi Sarah seperti meradiasikan sesuatu yang John tidak bisa jelaskan. Benar Sarah 27 tahun, jelas Sarah bukan seorang perawan, tapi kebaikan yang sarah perlihatkan tampak seperti kebajikan yang tidak mungkin disentuh oleh sesuatu yang buruk seperti penularan penyakit seksual. Tentu John tahu pemikiran seperti ini tidak masuk akal, tapi memang begitu. Saat Sarah melangkah menuju kepadanya, Pikiran John terus mencari alasan lain yang bisa membuat Sarah begitu sedih. Apakah dokter sialan itu menyakiti Sarah? Mengatakan sesuatu yang membuat Sarah sedih? John akan membunuh dokter sialan itu__John akan



membuat izin praktik nya dicabut jika dokter sialan itu menyakiti Sarah. Sarah berdiri di depan John dengan kaki yang gemetar. “Ada apa?” John mendesis saat meraih tangan Sarah. Sarah menggelengkan kepalanya dengan lembut. “Mari kita keluar dari sini.” “Sarah__” “Tolonglah John. Aku akan cerita di mobil.” Sarah berbalik berjalan menuju pintu dan mulai meninggalkan John. John sudah menyelesaikan pembayaran, jadi John bangkit dari kursi dan menahan pintu terbuka untuk Sarah. Saat Sarah berlalu dari hadapan John dengan berlinang air mata, Sarah tersenyum tipis kepada John yang tampaknya sarah lakukan untuk membuat John tenang. Sarah kecewa, tapi pemikiran pertamanya adalah membuat John tenang. Itu keterkejutan tambahan bagi John. Mereka berjalan ke luar ke arah mobil, berpegangan tangan.



John membukakan pintu mobil, menunggu sampai sarah masuk dan duduk lalu John menyalakan AC mobil dengan penuh. Mobil John diparkir dibawah pohon yang rindang, sehingga mobil dingin dengan sangat cepat. John tidak menggerakkan mobilnya untuk meninggalkan tempat parkir, tapi John meraih tangan Sarah dan menggenggamnya. “Ada apa?” Sarah menggelengkan kepalanya lagi dan air mata Sarah mulai mengalir dengan deras. Sarah mengangkat tangannya dan mencoba untuk menghapus air matanya saat John mengamati Sarah, benar-benar kaget. John tidak tahu bagaimana membuat Sarah tenang, dan John mulai merasakan bola besar kemarahan mulai terbentuk di dalam dirinya yang ditujukan kepada orang yang belum dia ketahui siapa yang mungkin telah menyakiti Sarah. John benar-benar mencoba untuk memberikan sarah waktu tapi itu membunuhnya. Akhirnya Sarah berpaling pada John. “Sebenarnya tidak ada yang salah. Lagipula Bukan hal yang baru .



Aku bersih.” Sarah memandang kepada John dengan pertanyaan di matanya yang John tahu bahwa Sarah tidak ingin mengatakannya. “Ya sayang, aku juga bersih.” John menjawab pertanyaan Sarah yang tidak dia ucapkan. “Bagus.” “Bukan hal yang baru? Apa maksudnya?” John bertanya untuk membawa Sarah kembali pada perbincangan awal tadi. “Aku melanjutkan pemeriksaan tadi, tidak hanya sekedar tes. Karena kita sudah disini aku pikir aku akan melakukan Check up total organ kewanitaanku dan itu sebenarnya pemeriksaan yang harus aku lakukan saat aku kembali ke Dallas nanti.” Sarah mengambil nafas sebagai tumpuan dan melanjutkan penjelasannya, “Setelah aku keguguran, Aku mengalami D dan C. Dan itu meninggalkan bekas di dalamku. Tapi dokterku di Dallas tidak tahu separah apa itu, atau dia tidak memberitahuku. Aku baru tahu tadi bahwa akan sulit bagiku untuk memiliki anak lagi.” Sarah mengigit bibirnya dan



mempermainkan jemarinya sembari memandang ke bawah dengan suara yang gemetar. “Mungkin aku tidak akan bisa mengandung.” Setelah John mendengar kata ‘keguguran’, gemuruh kencang mulai terdengar di telinganya dan John hampir tidak bisa berkonsentrasi pada kata-kata Sarah. Dengan berani John berusaha untuk mengumpulkan kekacauannya tapi hal ini merupakan hal tersulit yang pernah dia coba untuk lakukan. John ingin menenangkan sarah, John kecewa bahwa Sarah sedih tentang masalah kandungan itu, tapi apa yang John rasakan adalah rasa cemburu yang besar. Sarah pernah mengandung bayi laki-laki lain. John tidak bisa mempercayai apa yang dia rasakan. John tahu dia telah marah kemarin malam di Cut-n-Shoot, John tahu dia cemburu. Tapi memikirkan di luar sana ada laki-laki, laki-laki yang telah menempatkan seorang bayi di perut Sarah. Kecemburuan yang John rasakan hampir terasa menyakitkan; faktanya ini lebih terasa sebagai



rasa sakit dari pada rasa cemburu. John tahu perasaan ini tidak rasional, John tahu ini mendekati kegilaan, dan pada akhirnya ini sepenuhnya salah, tapi john tidak bisa menolaknya. Jadi Sarah memiliki masa lalu, dan begitu juga dengan John. Tak ada yang bisa dihindari. John dengan ganas membawa kepalanya kembali dari pemikiran bodoh itu dan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan dari tadi. John meraih sarah dan memeluk sarah dan membiarkannya menangis. Sarah menangis di bahu John sampai John bisa merasakan kelembapan air mata Sarah di bajunya. Sarah menangis sampai tersedu-sedu, Sarah menangis sampai John merasa khawatir Sarah membahayakan kesehatannya jika dia tidak berhenti menangis. Apakah seseorang bisa terkena dehidrasi jika menangis terlalu banyak seperti ini? “sayang, berhentilah menangis.” John mengelus punggung Sarah, menyapukan tangannya ke



tubuh sarah. Sarah mengambil nafas terengah-engah, mengangkat tangannya dan menggosok matanya. Sarah mengambil nafas lima kali, menghirup dan menghembuskan dan akhirnya menjadi tenang. John masih memeluk sarah, tapi sekarang Sarah hanya bersandar pada John. Sarah sedang bersedih, John bisa menunggu, tapi John harus mengetahui. “Kau harus memberitahuku.” John berusaha untuk menjaga suaranya lembut, tapi John akan mengetahuinya. “Bukan sekarang, tapi nanti. Itu akan membuatmu merasa lebih baik untuk menceritakannya dan aku — Aku harus mengetahuinya. Mata Sarah bertemu lagi dengan mata John dan sesuatu yang panas melanda mereka. Derita jelas tergambar di wajah Sarah, Tapi sekarang Sarah tampak bisa mengontrol diri dan John mendorong perasaan gelapnya ke belakang otaknya dan mencoba untuk fokus pada apa yang Sarah butuhkan. John menyerang dengan



perasaan putus asa; duka yang sarah rasakan kasar dan primitif dan John tidak tahu apakah dia memiliki sesuatu yang bisa menolong sarah. John merasakan kebutuhan mendalam untuk membuat sarah merasa lebih baik, untuk menghapus apa yang membuat Sarah berada dalam kesedihan yang akut. “Mari kita pulang.” John berusaha untuk menjaga suaranya tetap datar, untuk menunjukkan kekuatan sehingga Sarah bisa bersandar kepadanya, tapi John begitu khawatir usahanya akan gagal dan Sarah bisa mendengar siksaan dalam suara John. Sarah mengangguk dan menarik diri dari rangkulan john, bersandar di kursinya dan mulai memasangkan sabuk pengaman dengan tangannya yang gemetar. John meraih ke arah sarah dan menyelesaikan pemasangan sabuk pengaman untuk sarah dan mencium sarah dengan lembut di bibirnya. John mulai mengendarai mobil meninggalkan tempat parkir, membawa mereka menuju jalan raya lalu John mengambil tangan sarah dan



menggenggamnya. *** Sarah tidak ingin menghentikan pembicaraan yang semestinya mereka lakukan. Sarah tahu cepat atau lambat John akan memaksa untuk mengetahui dan sarah ingin menyelesaikan hal ini. Saat mereka sudah berada 10 mill keluar dari San Antonio, Sarah mulai bicara. “Aku menikah saat aku 23.” Tangan john menarik tangan sarah dan sarah merasakan ketegangan yang John rasakan tapi John tidak mengatakan apa pun. “Greg satu tahun lebih tua dariku dan dia membuat aku tergila-gila padanya. Versi cepat dari cerita ini adalah aku hamil dalam setahun pernikahan kami dan John mulai selingkuh setelah itu. Sial, mungkin bahkan sebelum itu, aku tidak tahu. Itu kehamilan yang berat lalu Greg meninggalkanku untuk perempuan yang dia tiduri. Stress dan lain-lain melandaku, lalu aku kehilangan bayiku. Kehamilan adalah satu-satunya hal baik yang hadir dari pernikahan itu dan aku mencintai bayi



itu. Tapi aku pikir bukan takdirku untuk memiliki bayi itu.” Sarah melirik ke arah John dan dapat melihat seloroh di pipinya sembari dia memandang jalan dan terus memegang tangan Sarah dengan erat, cengkeraman yang tidak lemah. “Aku ikut menyesal sayang. Aku ikut berduka kau kehilangan bayi itu.” Secara pribadi John mempertanyakan kejujuran dirinya sendiri. Apakah dia turut menyesal Sarah kehilangan bayinya ? Syukurnya jawabannya adalah Ya. Ya John sangat menyesal Sarah kehilangan bayinya. John tidak cemburu kepada bayinya dan kehilangan nyawa yang tidak bersalah itu tragis. Laki-laki yang sudah menghamili Sarah lah yang membuat John marah. “Bajingan itu pasti sudah gila karena selingkuh dari mu. Kenapa dia selingkuh?” John melirik kepada sarah kemudian matanya kembali menatap jalan. “kenapa seseorang bisa selingkuh saat dia bisa mendapatkan dirimu di tempat tidurnya setiap malam?”



Sarah berpikir John menanyakan pertanyaan retorika dan Sarah tidak berusaha untuk menjawabnya. Apa yang John katakan mengirimkan rasa bahagia pada sarah; john terdengar serius pada setiap kata yang dia ucapkan. “Aku menyesal kau harus melalui hal seperti itu sayang.” “Terima kasih.” Sarah menjawab dengan lembut. “Siapa nama belakang bajingan itu?” Sarah memandang John lagi dan tiba-tiba perasaan bahagia pada diri Sarah berubah menjadi perasaan panik atas perubahan subjek pembicaraan ini. Kenapa John bertanya hal itu? Kenapa dia begitu perduli? Dan kenapa pilihan itu yang telah sarah ambil beberapa tahun lalu, beberapa tahun lalu bahkan sebelum Sarah mengenal John, kenapa dia menjadi ketakutan sekarang? Oh tidak, Sarah tidak ingin memberikan John jawabannya. Mata John meninggalkan jalanan dan beberapa detik mengamati sarah sebelum bergerak



memajukan tubuhnya. Rahangnya mengapit, “Jangan bilang padaku nama bajingan itu McAlister, sayang. Jangan lakukan itu padaku.” Sarah menelan ludah dengan susah payah. “John__” “Sarah jangan katakan itu.” Sarah tetap diam dan memandang John saat John membelai rambutnya dan wajah John menjadi sekeras batu lalu mengapit kemudi seperti cengkeraman kematian. “Aku minta maaf. Aku belum mengenalmu waktu itu, tidak berpikir akan mengalami hal seperti ini bersamamu __” “Kenapa? untuk alasan sialan apa kau mempertahankan nama laki-laki itu?“ Kemarahan John dapat terdengar dengan jelas di nada suaranya. “ Ini akan terdengar sangat dangkal. Aku hampir benci untuk mengatakannya.” “katakan saja yang sebenarnya padaku. Aku ingin tahu kenapa.” “Aku melakukan ini untuk membuatnya marah



dan tidak ada alasan lain. Dia mengkhianatiku, selingkuh dariku, menelantarkan aku saat aku benar-benar membutuhkannya dan saat hal itu terjadi dia berpikir aku akan kembali ke nama gadisku. Kami bertengkar hebat dan aku akhirnya mengetahui bahwa wanita barunya ini tidak mau aku memakai namanya dan arena itu aku mempertahankannya untuk membuat kedengkian. Murni dengki. Untuk membuat mereka berdua marah. Jadi sekarang kau tahu alasannya; hal ini tidak baik buatku dan aku tidak bangga untuk apa yang aku lakukan.” “Kau bisa merubah namamu sekarang.” John memberikan saran dengan suara rendah tapi mengontrol. “Aku bisa, tapi kenapa? Semua orang di sekolah mengetahui aku dengan nama itu, hanya akan menambahkan kebingungan jika aku merubahnya untuk saat ini. Semua orang akan berpikir aku menikah lagi lalu aku harus menjelaskan kepada banyak orang. Aku tidak mau kepusingan seperti itu.



“Aku tidak menyukainya.” Sarah menutup matanya dan mencoba untuk menjelaskan kembali kepada John. John bersikap seperti anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. “ini bagian dari masa lalu, John. Kita berdua punya masa lalu. Kau juga punya masa lalu.” Sarah menarik nafas dalam dan mencoba untuk menenangkan sarafnya. “Aku tahu kau pernah menikah dulu. Dan aku sangat menyesal tentang istrimu. Aku tahu kau pasti mengalami masa sulit saat dia meninggal, tapi__” kata-kata sarah tiba-tiba menghilang. “Tapi apa?” Sarah tetap diam dan hanya menggelengkan kepalanya. “Tapi apa Sarah?” John bertanya lebih memaksa. “Tapi aku mencoba untuk tidak berpikir tentang betapa kau mencintainya. Bagaimana kau tetap setia padanya begitu lama setelah kematiannya. Itu membuatku __ itu membuatku merasa sakit di



dalam diriku mengetahui apa yang hilang dari dirimu, tapi itu juga membuatku __ itu membuatku merasa benar-benar cemburu. Jadi aku mencoba untuk tidak memikirkannya.” John tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan, Tapi John segera mengerem mobilnya dan menepi ke bahu jalan dan berbalik untuk memandang Sarah. “Dimana kau mendengar semua cerita itu?” Sarah tidak mau menyebutkan nama sahabatnya. Jaime sudah tercoreng di mata John, tapi Sarah tak punya pilihan lain. “Jaime.” “Jaime salah sayang. Dia mendengarkan terlalu banyak gosip.” “Apa maksudmu?” “Apakah itu gosipnya? bahwa aku sangat terpukul sehingga aku mengurung diri di peternakanku dan menghindari populasi wanita?” “ya.” Mulut John menegang. “Itu tidak benar sayang. Sarah, pernikahanku tidak seperti yang kau pikirkan. Pernikahanku tidak sempurna, jauh dari



sempurna. Kau pikir kau satu-satunya orang yang diselingkuhi? Pikir lagi. Monica selingkuh dengan sahabatku. Dia juga rekan bisnisku. Aku dikhianati oleh dua orang terdekatku”. John memandang Sarah lekat-lekat untuk melihat apakah sarah mengerti apa yang dia jelaskan. “Ada banyak hal yang tidak kau ketahui. Sial, tidak seorang pun tahu soal itu. Istriku seorang pecandu alkohol dan obat terlarang. Aku sudah mengajukan cerai saat dia mengalami kecelakaan itu. Aku tidak setia pada kenangan tentang dia Sarah. Aku menghindari seks karena aku menghormati ayahnya. Ayahnya terluka hebat saat dia meninggal, aku tidak bisa mengambil kesempatan untuk menyakiti ayahnya dengan berlari seperti tomcat. Aku tidak bisa melakukan itu.” Dialog John tiba-tiba berhenti dan John menunggu reaksi Sarah. Sarah memandang John lekat-lekat, mata Sarah memandang wajah John. “ lalu Apa yang menyebabkan kau berubah ?”



John mengerutkan dahinya. “Perubahan apa?” “Jaime bilang satu menit kau mengucilkan diri dan kemudian kau __kau__” kata-kata Sarah keluar kemudian berhenti saat sarah tidak bisa menemukan kata-kata atau menolak untuk mengatakannya. Tapi John tahu apa yang sarah sedang tanyakan. “Ayahnya meninggal.” “itu alasannya?” John meraih tangan Sarah dan mengaitkan jemarinya ke jemari Sarah. “Ya. Dia meninggal dan tidak bisa tersakiti lagi oleh tindakanku.” Sarah tenggelam lebih dalam di atas kursi kulit mobil john saat keresahan melandanya. Sarah merasakan begitu banyak emosi, sulit untuk mengambil itu semua bersama-sama. Suara peringatan memukul di dalam kepalanya, mengatakan kepadanya untuk berhati-hati. Jangan bertindak terlalu cepat. Jangan begitu mudah dan begitu cepat jatuh ke pangkuan John. Tapi tidak banyak hal yang bisa dia lakukan untuk melindungi dirinya dari melakukan



hal itu. Sarah lega John tidak terpana oleh istrinya yang sudah meninggal. Sarah samasama menyesal John sudah disakiti. Bahwa seseorang telah merenggut kepercayaan john dan menghancurkannya menjadi pecahan dan merubah john menjadi seseorang yang dingin dan perhitungan seperti dia saat ini. Sarah tahu bagaimana rasanya diselingkuhi. Bibirnya terbuka dan dia bicara tanpa berpikir, “Aku tidak akan pernah menyakitimu seperti itu.” Jemari John mengapit jemari Sarah. Perhatian John jatuh ke bibir Sarah dan dengan cepat kembali ke matanya. Tatapan John berbenturan dan terpaku dengan tatapan Sarah. “Aku mulai berpikir mungkin itu benar.” “tentu saja itu benar.” Sarah berbisik. John bersandar kepada Sarah, mencium bibirnya saat ibu jari John mengelus tangan belakang Sarah. “Mari kita membawamu pulang sayang. Kau sudah melalui pagi yang berat.” *** Sarah tidak mengingat dia tertidur selama sisa



perjalanan pulang. Tapi dia pasti tertidur karena dia terbangun saat mesin kendaraan dengan mulus berhenti. Sarah membuka matanya dan duduk, bersiap-siapa untuk turun dari mobil. Jemari Sarah membeku di atas pembuka sabuk pengaman saat dia melihat ke sekeliling dan mendapati kemana John sudah membawanya. Ke rumah John. Sarah memandang kepada John tapi John tidak memandang Sarah; John sudah membuka pintunya dan melangkah keluar mobil ke bawah sinar matahari yang terik. Sebelum Sarah bisa membawa otaknya benar-benar berfungsi, John berjalan menuju pintu penumpang dan membukanya untuk Sarah. John tidak melihat ke mata Sarah, John juga tidak mengatakan apa pun kepada Sarah, John hanya bersandar ke depan membuka sabuk pengaman sarah dan meraih tangan Sarah untuk menolongnya melangkah turun dari mobil. Kenapa sarah mendapat firasat ini berarti sesuatu? Kenapa sarah berpikir bahwa John



membawa Sarah ke rumahnya sekarang, setelah semua hal yang mereka lalui, berarti lebih dari sekedar jelas? Nadi sarah berakselerasi saat tangan sarah tergenggam di tangan John dan sarah mengikuti John masuk ke dalam rumahnya. “John__” “Jangan sekarang.” John menuntun Sarah ke dalam dan membuat sarah duduk di salah satu kursi di ruang tamu lalu John berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian, Beth berjalan ke dalam ruangan di belakang John dengan senyum lebar di wajahnya. “Ok siang ini aku libur.” Beth mengaitkan tasnya di bahu dan bicara langsung kepada sarah. “Ada daging panggang dan sayuran di dalam oven. Aku baru mengecilkan apinya. Apa yang harus kau lakukan hanya membuka oven pada jam enam dan semuanya akan selesai. Semoga Kalian berdua bersenangsenang; Aku akan pulang.” Sarah merasa seperti ikan yang keluar dari air



dan hampir tidak bisa mengangguk dan bilang ‘ok’. Pintu di belakang Beth tertutup dan Sarah melihat saat John melangkah ke jendela dan memandang dari horden saat Beth berkendara pergi. Tangan John kembali ke samping tubuhnya dan horden kembali ke posisi semula. Berjalan ke pintu depan, John mengunci pintu dan kembali kepada Sarah. John melangkah kepada Sarah dan mengulurkan tangannya kepada Sarah. Sarah mengangkat matanya untuk memandang John dan mencoba untuk membaca apa yang John rasakan. John tidak meraihnya, tidak membuat cengkeraman di tangannya seperti yang biasa dia lakukan, Sarah berpikir John menunggunya untuk memberikan sesuatu, untuk memberikan sesuatu atas kemauan sarah sendiri. Bunyi peringatan terdengar di kepala Sarah, Sarah pelan-pelan meraih tangan John dan meletakkan tangannya disana. ***



Kepuasan, murni dan sederhana seperti sungai yang dicairkan ke dalam tubuh John saat tangan sarah yang gemetar meraih tangannya. Sarah begitu lembut, manis dan John menginginkan Sarah seutuhnya untuk dirinya. John tahu itu egois, tapi dia tidak terlalu perduli. John menenangkan dirinya. Dan John menerima itu sebagai fakta. Sejak mereka tidur bersama, api yang ada di dalam dirinya meredup, dan secercah perasaan yang terasa seperti kedamaian mengalir ke dalam dirinya. Kehadiran Sarah di rumahnya telah memberikan John kepuasan yang tidak perlu dia pertanyakan. John hanya tahu saja bahwa perasaan itu ada di sana. John merasa perasaan hatinya membaik dan menjadi hampir ringan dan satu satunya hal yang bisa mengalahkan perasaan itu adalah dengan mendapatkan Sarah telanjang di bawah tubuhnya. Dengan pemikiran seperti itu di kepala John, dia menarik sarah dari kursi dan mulai menuntunnya



ke kamar tidur. Sarah belum pernah ke ruangan itu sebelumnya, tapi tiba-tiba John menginginkan Sarah berada di situ dengan kegarangan yang mengagetkan John. John tidak terganggu dengan keharusan menutup pintu; mereka sendirian di sini dan pintu depan terkunci. John menuntun sarah ke tempat tidur dan membalikkan tubuh sarah menghadapnya dan mulai membuka kancing baju yang berbaris di depan kemeja sarah. “John__” “Shh.” John melihat Sarah menggigit bibirnya dan John membuka kemeja sarah sampai sepenuhnya terbuka. John mendorong kemeja itu terbuka dari bahu sarah sebuah ritual dengan membuka bra Sarah dan membiarkan jatuh ke lantai. John memiliki perasaan tergesa untuk membuat sarah telanjang secepat yang dia bisa. Sarah seperti demam dalam darah john dan satu-satunya jalan untuk menurunkan demam itu adalah berada dekat dengan sarah. Sarah gemetar di



tangan John dan John duduk di ujung tempat tidur, kakinya merenggang lebar dan membawa sarah ke tengah kakinya. “Sarah.” Sarah meletakkan tangannya ke belakang kepala John dan mengaitkan jemarinya di rambut John, “Apa” Sarah bertanya dengan lembut. “sayang, aku menginginkanmu.” John mengangkat tangannya dan menangkup gundukan kecil padat ke dalam setiap telapak tangannya dan merasakan berat ringan dari keduanya. “Aku tahu kau menginginkanku.” Sarah berbisik. “Tidak, maksudku aku benar-benar menginginkanmu. Apa yang kita lakukan hari ini, tes yang kita lakukan, apakah kau tahu apa maksudnya?” Mata sarah mencari mata John seperti mencari sebuah jawaban. “tidak.” “Maksudnya kau milikku, Maksudnya kita sekarang bersama. Tidak ada seorang pun yang boleh memilikimu kecuali aku dan aku tidak menginginkan orang lain kecuali kamu.”



“kau memintaku untuk membuat komitmen?” “Tidak.Aku mengatakan kepadamu bahwa kita sekarang berkomitmen. Masa perdebatan dan keraguan sudah berakhir. Kita tidak bisa melakukan tes setiap minggu. Kau harus percaya padaku dan aku harus percaya padamu.” “Ok.” “Semudah itu?” “Aku tidak mengatakan ini mudah. Tapi aku percaya kepadamu.” John menyibakkan rambut Sarah ke belakang lewat bahunya dengan gerakan sayang. “kau sangat manis, Tidak pernah terpikir oleh ku betapa manisnya kau saat pertama kali kita bertemu. Hanya satu hal Yang dapat aku pikirkan dan aku malu mengatakannya bahwa manismu bukan itu.” Tangan John membelai kulit sarah yang mulus dan bagai satin.John menyapu tubuh belakang Sarah dan memeluknya. Sarah terpaku kepada John dan John merasa nafas lembut Sarah mengacak-acak rambutnya ketika sarah menyandarkan pipinya di atas



kepala John. John menutup matanya dan membiarkan perasaan terhadap sarah merangkum setiap ichi dari John. Sarah menarik nafas kasar dan berbisik, “Kau membuat aku merasakan hal-hal yang tidak berhak aku rasakan.” John menggenggam pantat sarah di tangannya. “Bagaimana bisa? Hal-hal apa?” “Hal-hal. Hal-hal yang disembunyikan oleh wanita dan membuat pria berlari kebukit.” Kebahagiaan mengalir ke dalam diri John dalam intimasi. “Itu bagus sayang. Aku bisa mengatasinya. Bersandarlah padaku, dan aku akan mengurus semuanya. aku akan mengurusmu. “ Sarah membiarkan rasa tangan John, sentuhan John, menggelincir ke dalam dirinya dan mendarat di kolam hangat yang melebihi kesadaran seksual. John menarik Sarah ke arahnya. Ciuman yang mereka lakukan membuat sesak nafas, mengikat. John melepaskan ciuman, berdiri dan membuka



bajunya lalu kembali memeluk Sarah. John mendorong celananya turun ke kakinya dan mereka terpaku bersama, berciuman, mengelus, mempelajari diri masing-masing dengan dalam, dengan cara baru. Saat John meyandarkan punggung sarah ke tempat tidur dan menusuk sarah dengan satu dorongan cepat, Sarah menutup matanya saat kehangatan yang amat sangat juga intimasi mengalir di antara mereka. Ini tidak seperti yang pernah Sarah rasakan sebelumnya, bahkan di pernikahannya yang bermasalah dan pengetahuan bahwa John bisa memberikan sentiment kuat seperti ini membuat Sarah merasa senang dan menaikkan sarah ke dalam gairah yang menyala. Sarah menolak untuk membiarkan rasa takutnya menghancurkan kebersamaan pikiran dan tubuh mereka dan mengenyahkannya dan berkonsentrasi pada daya tarik yang mereka bagi. Setiap dorongan John adalah gelombang kebahagian, antisipasi dan emosi demam yang



sarah tolak untuk disebutkan. John menangkupkan tangannya di muka sarah dan mengangkat dagunya.”Buka matamu.” Sarah membuka matanya dan menemukan persis apa yang Sarah pikir diradiasikan oleh mata John. Kelegaan yang tajam dan tidak bisa dipungkiri bergelombang ke dalam diri Sarah dan bersatu dengan kenikmatan yang mengalir ke pinggangnya. John mendorong lagi saat matanya terpaku. “ Aku tidak ingin kau pergi. Aku tidak ingin kau kembali ke Dallas.” John mengatakan dengan serak, Suara yang dilapisi oleh hasrat. Kaget dan gairah mengalir ke dalam tubuh sarah dengan deklarasi dari john itu. Sarah mencoba untuk mendapatkan jawaban melalui kabut gairah yang bermain-main di otaknya, tapi john tidak menunggu dan bibirnya menutup bibir Sarah lagi. John mendorong ke dalam sarah lagi dan saat tubuh mereka menegang bersama mencari pelepasan yang terakhir, Sarah masuk ke dalam



emosi kasar yang berasal dari tubuh John dan mengisi dirinya dengan perasaan euphoria yang menjamin untuk apa yang mungkin bisa terjadi besok. Bab 9 Hari-hari panas di liburan musim panas kali ini berlalu terlalu cepat bagi Sarah. Dengan perjanjian yang tak terucap, baik Sarah atau pun Jack tak ada yang mau membahas tentang berakhirnya liburan musim panas ini atau fakta bahwa Sarah masih berencana untuk pergi. Hanya sekali pada saat di tempat tidur siang itu, setelah itu John tak pernah menyebutkannya lagi dan Sarah juga terlalu takut untuk membahas hal itu. Sarah berusaha untuk menikmati setiap hari yang berlalu, menikmati berjam-jam di rumahnya sendiri pada siang hari sebelum John akan menjemputnya setiap malam. Sejak hari dimana mereka pergi ke San Antonio untuk menjalankan tes. Sarah selalu menghabiskan setiap malamnya di peternakan



John. John tak mau Sarah menyetir pada malam hari dan Sarah juga tak terlalu perduli dan membiarkan dirinya menikmati John yang menyetir untuknya. Bekerja di yayasan John hanya menghabiskan waktu tak lebih dari satu jam dalam sehari dan Sarah merasa dia mengambil keuntungan dari John. Sarah benarbenar ingin bertanya kepada John kapan mereka bisa membahas masalah pembangunan rumah jompo itu tapi Sarah tidak ingin merusak suasana. John sudah membayar gaji Sarah dengan angka yang luar biasa dan Sarah tidak menginginkan apa pun untuk bisa berada dalam hubungan yang perlahan tumbuh di antara mereka. Sarah sadar bahwa dia benar berusaha untuk mematuhi peraturan yang sudah dibuat oleh John dari awal; Sarah berusaha untuk tetap memisahkan dua permasalahan mereka secara terpisah. Sarah mulai memikirkan cara lain untuk mencapai tujuannya terhadap Top Hill, tapi seperti sebelumnya, Sarah kembali menemui



jalan buntu. John sudah beberapa kali mengajak Sarah makan malam di kota, dan pelan-pelan, John mulai mengenalkan Sarah kepada temantemannya. Awalnya Sarah berjumpa dengan Janie dan Brian Canton. Brian tinggi dan pendiam dan benar-benar berlawanan dengan istrinya yang gemerlap dan periang. Saat Jaine untuk pertama kalinya bertemu secara langsung dengan Sarah dan John, jaine memperlihatkan ekspresi yang sangat tertarik yang hampir membuat Sarah bahagia. Wanita itu memandangnya sebentar lalu tersenyum dan lalu secara cepat mengundang Sarah dan john untuk datang ke pesta mereka akhir minggu depan. Sarah mengucapkan terima kasih dan setelah pasangan itu pergi, John menggenggam tangan Sarah. “Janie selalu mengadakan pesta. Kita tak harus pergi.” “Aku tidak keberatan. Sepertinya terdengar menyenangkan.” ***



Dan memang terdengar menyenangkan sampai Sarah berada di pesta itu, memegang segelas wine dan dikelilingi oleh Jaine dan keponakan Jaine yang sudah dewasa, Elaina Vega. Kedua wanita ini secara harfiah ‘mengusir’ John dan sekarang mereka tidak terlalu halus menginterogasi Sarah. “Kau hanya berkunjung untuk liburan musim panas?” Elaina bertanya. “Ya. Aku mengajar matematika di Dallas.” Sarah memandang kedua wanita ini yang sedang mengamatinya tidak dengan pandangan benci sama sekali, tapi dengan tatapan spekulasi yang tak bisa mereka sembunyikan. “Ini untuk pertama kalinya. John tak pernah membawa wanita ke sebuah pesta temanku manapun,“ Jaine berkata dengan tersenyum. “Benarkah?” Sarah tahu wanita lain itu bisa mendengar keterkejutan Sarah pada suaranya. “Ya benar. Dimana kalian berdua bertemu?” Elaina bertanya. “Di sebuah toko serba ada di kota. Dia



menolongku mengisi bensin.” “Aku benci mengisi bensin,” Jaine berkata. “Aku tidak harus mengisi bensin sejak Raul dan aku menikah,” Elaina menambahkan yang bagi Sarah terlihat seperti seringai nakal. Sarah tidak bisa menanggapi kecuali membalas tersenyum. Sarah meneguk wine nya dan menikmati perbincangan diantara kedua wanita ini sebelum dia menawarkan informasi lain. “Aku menjalankan yayasannya sekarang.” “Yayasan apa?” Elaina bertanya. “Dia membangun yayasan amal dan aku managernya.” “Dia membuatmu mengatur uangnya?” Jaine bertanya saat dia berbalik dan memandang keponakannya dan saling melepaskan pandangan. “Apa?” Sarah ingin mengetahui apa yang mereka pikirkan. “Tidak. Tidak apa-apa, hanya saja John__dia itu, dia_” Karena Jaine terbata-bata pada perkataannya,



Elaine membantunya, “Wanita tidak bisa dekat dengan John. John tidak berkencan – tepatnya – dan Jaine dan aku mungkin merupakan orang paling dekat yang bisa disebut teman wanita yang dia punya. Dan itu pun karena dia menghargai suami kami. Kami sebenarnya kaget dia benar-benar membawamu kemari, bahwa kalian berdua berada dalam __” Kata-kata Elaine menjadi kabur saat dia juga tampaknya tidak dapat mengatakan apa yang dia pikirkan. “bahwa kami berada dalam suatu hubungan?” Sarah bertanya. “ya.” Kedua wanita ini menjawab bersamaan. Lalu Jaine bertanya untuk mengklarifikasi. “Kalian berada dalam suatu hubungan kan?” “Ya, kupikir begitu.” Elaina dan Jaine tersenyum pada respon Sarah. “Nona, kau berhasil melakukan sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh wanita lain, kupikir kau berada dalam suatu hubungan. Dia membawamu ke salah satu pestaku dan dia mempercayakan uangnya kepadamu. Dan jangan menoleh tapi



dia tak bisa mengalihkan pandangannya darimu.” Dengan kata-kata Jaine itu, ketiga wanita ini memandang ke arah John dimana dia sedang berdiri dan berbicara dengan suami Elaina dan Sarah bisa melihat bahwa Jaine benar. John memandang Sarah sementara dia berdiri mendengarkan Raul, gelasnya tergantung di udara seperti dia menggantung pada pikiran yang tak bisa John singkirkan. Sarah tersenyum kecil kepada John saat getaran antisipasi mengalir ke tulang punggungnya. *** Pandangan John beralih dari Sarah sebentar dan dia berpaling ke wajah seorang pria yang paling pantas untuk disebut sebagai sahabat yang dia punya. “Apa yang baru saja kau katakan?” “Aku bilang kau sebaiknya menikahi dia.” John tak bisa memahami apa yang dia katakan. John tahu apa yang dia rasakan pada Sarah begitu kuat. Dan John tahu Sarah juga merasakan hal yang sama. Tapi menikah? John sudah pernah gagal dalam pernikahan sekali dan



faktanya Sarah juga begitu. Bisakah mereka mencoba lagi? haruskah mereka mencoba lagi atau mereka sudah benar-benar gagal? Bahkan hanya dengan membayangkannya John merasa bahagia dan merasa damai. Dan sekarang Raul Vega dari sekian banyak orang, mengatakan kepadanya untuk menikahi Sarah. Siapa yang akan pernah memikirkannya? “Kenapa kau berkata seperti itu?” Raul mengamati John dan mencoba untuk menjelaskan. “Karena aku bisa mengenali tatapan di matamu. Aku mengenali obsesi yang ada di darahmu. Aku mengenalinya karena aku melihatnya setiap hari saat aku memandang diriku di depan cermin.” Raul memberikan pandangan kepada John yang mengatakan itu semua. “Kau menanggapinya dengan buruk, seperti aku. Segera kau akan menerimanya, segera kesengsaraan akan pergi.” “kesengsaraan akan pergi?” John memberitahu dirinya sendiri bahwa ini sebuah kesengsaraan. Pemikiran bahwa Sarah meninggalkannya murni



terasa sakit, berada ratusan mil jauhnya, kemungkinan Sarah berkencan dengan orang lain, tidur dengan orang lain. John mengertakan giginya. “ya, kesengsaraan akan pergi. Saat dia tinggal di bawah atap rumahmu untuk kebaikan dan kau memiliki surat kepemilikanmu kembali dan disyahkan oleh notaris Negara bagian texas.” Raul mengatakannya dengan nada yang sangat serius. John merasa mulutnya menjadi membentuk mimik setengah menyeringai untuk memperolok. “Surat kepemilikan? Aku bisa memerasmu dengan kata itu teman.” “Tidak mungkin. Elaina tahu dia milik siapa. Jangan ragukan itu.” “Betul. Aku dengan tulus yakin aku tahu siapa yang memiliki siapa,” john berkata. “Siapa.” “Siapapun.” Raul menyeringai dan meneguk bir nya. “Serius. Kau bilang kau selalu merasa hilang kendali saat



dia berbicara soal kembali ke Dallas. Kau secara praktik telah memindahkan dia ke rumahmu.” “Ya.” “Apakah mengganggumu saat berpikir kau tidur tanpa dia?” Raul bertanya. “Ya.” “Apakah kau menjadi marah saat kau berpikir dia bersama dengan laki-laki lain?” “Sialan Ya.” “Sebegitu marahnya hingga kau merasa darahmu akan mendidih jika kau tak menghajar laki-laki lain itu?” “Ya.” “Dan apakah kau memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjaga agar dia aman? Memastikan tak ada yang akan menyakiti dia?” “Ya.” “Dan apakah kau merasa bahwa dia milikmu dan kau akan melakukan apapun di dunia ini untuk menjaga agar dia tetap menjadi milikmu?” “Ya” “Baiklah, itu sesuatu yang harus kau lakukan?



Untuk menjaga agar dia tetap menjadi milikmu? Kau harus membelenggu dia.” Raul memandang John dengan akurasi mata besinya. “Kau harus menikahi dia.” John memandang temannya meneguk birnya lagi dan memandang ketiga wanita itu dengan berfokus pada elaina. Raul membuat ini terdengar sangat simple. Tapi John tidak terlalu yakin. “Kau pikir dia akan menikahi aku?” Introspeksi Raul tiba-tiba berakhir dan dia kembali ke kepribadian awalnya yang sangat John kenali. “Tidak tahu. Dengan wajahmu yang buruk itu? Diragukan.” “Sialan.” “Tapi berguna,” Raul menyetujui tanpa mengalihkan pandangannya dari istrinya. *** Satu minggu lagi berlalu dan Sarah mulai menghitung sisa waktu yang dia miliki tak lagi dalam hitungan minggu tapi tinggal hitungan hari. Bulan Juli hampir habis dan Agustus



dengan cepat akan datang. Semakin dekat, Sarah semakin merasa sakit di dalam dirinya. Ada sedikit keraguan di dalam pikirannya bahwa dia jatuh cinta kepada John. Jatuh cinta dengan cara yang belum pernah dia alami sebelumnya. Selain beberapa waktu lalu saat mereka sedang bercinta John mengatakan kepadanya bahwa john tak ingin dia pergi, tak ada lagi pembicaraan agar Sarah tinggal. Sarah terus mengulang-ulang di pikirannya saat Jaime mengatakan kepadanya bahwa dia mendengar John tak pernah ingin menikah lagi. Dan Sarah tidak bisa berhenti dari pekerjaannya di Dallas untuk apapun yang tak lebih dari cinta dan komitmen. Sarah membutuhkan keamanan finansial dan pekerjaannya di Dallas bisa memberikan itu. Oh dia memiliki pekerjaan yang John sediakan untuknya tapi itu tidak sama. Pekerjaan ini tak memberikan jaminan dan keuntungan lainnya, selain apa yang Sarah terima dari tidur di ranjang John. Sarah tidak bisa bergantung pada



hal itu untuk bertahan selamanya. Jika mereka bertengkar, atau putus, lalu Sarah mungkin harus berhenti. Sarah tak bisa melihat dirinya tetap bekerja pada John jika hal seperti itu terjadi. Perut Sarah melilit karena semakin dekat dengan akhir musim panas, semakin dia khawatir. Beberapa kali Sarah sudah sebegitu dekat untuk mengatakan betapa dia mencintai John. Tapi sesuatu selalu menghentikannya. Mungkin itu karena pepatah tua yang mengatakan wanita seharusnya tidak mengejar laki-laki. Mungkin itu bodoh, atau salah, tapi Sarah tidak bisa menolaknya dan dia selalu menjaga agar mulutnya tetap diam. Sarah tidak ingin mencintai John jika John tidak mencintainya, tapi bukankah memang harus begitu? salah satu harus ada yang memulai. Sarah tahu John perduli padanya. Sarah harus mengatakan lebih jauh lagi bahwa John benarbenar perduli kepadanya. John selalu memiliki pandangan itu di matanya, John menyentuhnya



dengan cara itu, John tampak bernafas lebih ringan saat Sarah bersamanya pada malam hari. Tapi apakah itu cinta? Nafsu jelas menjadi sesuatu yang lain. Setidaknya pada sudut pandangnya. Dan Sarah tak ingin kembali ke Dallas. Begitu enggannya sampai memikirkannya saja membuat lubang di hati Sarah. Pikiran Sarah kacau, Sarah memandang ke bawah ke teleponnya yang berbunyi di meja samping. Dia mengangkat teleponnya dan mengerutkan dahi. Untuk apa Randall menelponnya sekarang? *** John selesai menurunkan sapi muda yang dia bawa dari pelelangan di Del Rio. Dia sudah mengemudi cukup jauh dan dia sangat lelah. Kotor dan berkeringat juga. Perternakan yang dia mulai dari hobi setelah dia menjual bisnisnya berkembang dengan pesat. John harus memperhitungkan lagi, tidak memperluas ukuran operasi peternakannya. Masalahnya dia



kecanduan bekerja. Dia senang sibuk dan dia tak tahu bagaimana melakukan hal lainnya. Pikirannya beralih ke wanitanya. John ingin mandi dan Sarah, begitu urutannya. Bukan dengan urutan itu, Tapi dia akan mandi sebelum menarik Sarah ke bawah tubuhnya. John tak ingin menghabiskan malamnya di Del Rio atau dia akan mencoba lebih keras agar Sarah ikut dengannya. Tapi Sarah tampak ragu untuk pergi, hampir seperti sesuatu mengganggunya dan John tidak ingin memaksanya. Sehingga, John pergi sendiri dan harus menginap di sana semalam sebelum dia bisa menyelesaikan surat menyurat. John menghempaskan pintu dan berjalan masuk ke dapur dimana Beth sedang mengeluarkan kue dari dalam oven. “Dimana Sarah?” “Dan apa kabarmu John?” “Aku baik-baik saja.” John menarik nafas dalam dan mencoba untuk manjaga nada sabar dalam suaranya. “Senang bisa pulang Beth. Dimana



Sarah?” “Dia pergi.” “Sudah berapa lama?” “Sekitar tiga jam lalu.” “Aku akan mandi dengan cepat dan menjemputnya. Makan apa malam ini?” John terpaku saat Beth berbalik dan memandangnya. Ekspresi Beth mengirimkan putaran kepanikan ke tulang belakangnya. “Dia tidak pulang ke rumahnya, John. Dia pergi ke Dallas terburu-buru setelah dia menerima telepon. Kupikir kau mengetahuinya.” John merasa bulu di lehernya berdiri saat mulutnya membentuk garis sinis. Tepi kehampaan melanda dirinya. “Tidak. Telepon apa? Apakah kau tahu siapa yang menelponnya?” “Seseorang bernama Randall. Itu yang aku dengar. Tapi hanya itu yang aku tahu. Sarah bilang dia pergi ke Dallas dan itu saja.” John mengertakan giginya dengan rasa sakit, tajam dan primitif, terpancar dari daerah di



dadanya dan menyebar ke seluruh tubuhnya. “Kupikir itu saja.” “Apa maksudnya?” “Kupikir aku tersingkir dan Randall masuk.” “Omong kosong. Jangan katakan itu padaku. Wanita itu mencintaimu. Siapapun dapat melihatnya sejelas melihat hidung di wajah mereka.” “Dia tidak mencintaiku. Jika dia mencintaku, dia tak akan pergi begitu saja kepada laki-laki itu. Lagipula, dia tak pernah mengatakan dia mencintaiku.” John tak tahu kenapa dia mengatakan semua ini kepada pembantu rumah tangganya. Sarah benar-benar sudah mengacaukannya. Sarah sudah membuat John merindukan suatu emosi manusia yang tak pernah dia butuhkan sebelumnya. Dan sekarang John menjadi terbuka dengan pembantu rumah tangganya. Sial. Sarah benar-benar sialan. Beth memandang John seperti John telah kehilangan pikirannya. Beth meletakkan tangannya ke pinggangnya dan menuntut, “Dan



berapa kali kau sudah mengatakan kepadanya bahwa kau mencintainya?” “belum pernah,” John menjawab sesingkat mungkin, mencoba untuk mendapatkan kontrolnya kembali. Beth memutar bola bola matanya. “Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa mengetahuinya?” Beth melirik ke John dan saat John tidak mengatakan apa pun dia melanjutkan, “Tapi kau benar-benar mencintainya, kan?” Mata John menajam menjadi celah saat dia memandang ke arah pembantu rumah tangannya. “Itu bukan urusanmu, beth.” Dengan segera, Beth memukul kepala John dengan sendok kayu. John terlonjak karena kaget. “baiklah. Jangan jawab aku, Tapi jawab dirimu yang keras kepala itu. Apakah kau mencintainya John? Karena Jika kau mencintainya kau harus menelponnya. Sekarang. Cari tahu kenapa dia pergi. Kau tahu, jika saja kau mengeluarkan kepalamu dari pantatmu sedetik saja, mungkin kau akan bisa berpikir



bahwa Sarah mungkin membutuhkan pertolongan. Sesuatu yang buruk mungkin terjadi, tahu.” Kata-kata pembantu rumah tangganya membuat John tersadar. Baiklah, Sialan. Sekarang yang mana yang lebih buruk? Sarah meninggalkannya untuk laki–laki lain? atau sesuatu yang buruk telah terjadi yang mungkin telah membuat Sarah begitu kecewa sehingga dia kembali ke Dallas? sesuatu yang mungkin telah menempatkan diri Sarah dalam bahaya? John tidak membuang waktu dan mengeluarkan teleponnya dari saku celananya. Saat John menghempaskan pintu keluar dari rumah, John berkata kepada pembantu rumah tangganya, “Aku akan memecatmu suatu hari nanti.” “Hmmmph. Aku akan berhenti suatu hari nanti.” John mendengar kata-kata itu saat dia melangkah ke serambi. Setidaknya ada satu hal dalam hidupnya yang tidak berubah. John berjalan menuju pohon rindang dan menekan satu angka khusus untuk menelpon



Sarah. Telepon langsung menuju pesan suara dan ketegangan melanda John saat suara riang Sarah terdengar dengan mengatakan agar meninggalkan pesan. “Telepon aku Sialan.” Kata-kata itu keluar dengan tidak sabar dari tenggorokan John. John melangkah dengan cepat ke gudang lalu berpikir ulang. Dia tak tahu berapa lama Sarah akan menelpon balik, itu Jika Sarah menelepon balik. Dia tidak akan duduk saja di atas pantatnya sepanjang hari dan tidak melakukan apapun terhadap masalah sialan ini. Dia tidak akan menghabiskan waktu lagi untuk bertahan disini saat odometer di mobil Sarah mil demi mil terus bertambah. John membalikkan badannya dan kembali menuju rumah. John menekan tombol lain di teleponnya sembari dia terus berjalan. Saat anak yang bekerja paruh waktu padanya mengangkat telepon, john membuat percakapan cepat. “Aku membutuhkanmu sekarang. Datang dan urus ternakku untuk seminggu atau kurang dan aku



akan membayar semester pertama dari kuliahmu yang dengan susah payah kau telah tabung untuk bisa mendapatkannya.” Saat John menerima jawaban persetujuan, John memasukkan telponnya ke dalam sakunya dan berjalan menuju dapur dimana John bertemu dengan Beth. “Aku akan pergi dalam sepuluh menit. Bisakah kau membungkuskan aku beberapa potong sandwich dan beberapa botol air?” John memgamati saat senyuman menghiasi seluruh wajah Beth. “kau akan mendapatkannya.” “Terima kasih.” *** Bab 10 Sarah berhenti di sebuah pom bensin dan mengisi tangki bensinnya. Kekhawatiran melanda ke dalam otaknya tadi dan tidak memberikannya jeda. Terlepas dari situasi di kondominiumnya, saat ini dia akan harus berhadapan dengan



John. John yang marah. Nada suara dalam pesan yang John tinggalkan membuat Sarah khawatir. Sarah terbiasa menangani masalahnya sendiri selama ini, dia tidak berpikir untuk menunggu John. Lagipula, hubungan mereka tidak benar-benar seperti pasangan. Apa yang mereka lakukan hanya sebatas pelepasan musim panas, betul kan? Sebanyak apapun Sarah menginginkan hubungan ini lebih dari itu, konsep bahwa John akan berkomitmen dengannya tampak tidak mungkin dan dia butuh untuk mempunyai pegangan dan menyadari bahwa akhir liburan musim panas pada praktiknya adalah saat ini dan dia harus menerima fakta. Kehidupannya di Dallas dan dia harus pulang dan memenuhi tanggung jawabnya di sana. Tetapi dia harus lebih dulu menelpon kembali Jack sementara dia berhenti untuk mengisi bahan bakar dengan cepat. Telepon hanya berdering sekali sebelum John mengangkatnya dan suara John terdengar tidak nyaman bagi



Sarah. "Dimana kau sekarang?" "Dalam perjalanan ke Dallas." "Aku tahu itu, Sarah. Tepatnya, dimana kau saat ini?" "Aku di Austin. Di pom bensin di I-35." Sarah menjawab. "Kenapa kau pergi?" "Kondominium-ku dirampok." Kesunyian melanda sementara John mencerna apa yang dikatakan Sarah "Jangan bergerak dari tempat dimana kau berada sekarang. Aku mungkin 2 jam di belakangmu." "Apa? Tidak.Aku harus ke Dallas." "Sarah, jangan tinggalkan Austin," John memerintah. "John_" "Siapa yang menelponmu untuk mengabarkan perampokan itu?" Sarah menarik nafas panjang. Dia tidak suka kemana pembicaraan ini akan berlanjut. "Randall." "Jangan bergerak dari tempat kau berada



sekarang." "Aku tidak bisa diam disini selama dua jam!" "Lihat disekitarmu dan katakan padaku ada berapa banyak hotel yang kau lihat." Sarah tidak mengerti kemana John akan membawa pembicaraan ini. Dia melihat sekitarnya. "Ada Doubletree tepat di depanku." "Oke, itu bagus. Masuklah kesana dan check in. Aku akan tiba di sana secepat mungkin." "Aku tak akan check in! Ini konyol. Aku harus ke Dallas." "Kau tak akan melanjutkan perjalanan tanpaku. Jika kau tidak mau check in, tunggu aku di restoran hotel." Sarah mendorong oksigen keluar dari paruparunya "John_" "Berhenti berdebat denganku. Kau tak akan pergi sendirian ke dalam rumah yang telah di dibongkar perampok. Dan kau tak akan pergi untuk bertemu dengan laki-laki itu. Itu tidak akan terjadi, sayang. Dan lagipula kenapa dia menelponmu? Kau bilang kau tinggal sendiri.



Sialan, Apa ini Sarah?" Suara John menyerang dengan tajam lewat telepon. "Aku memang tinggal sendiri. Perusahaan keamanan memiliki namanya dalam daftar jika saja alarm berbunyi. Mereka tak bisa menghubungiku, jadi dia yang mereka hubungi berikutnya." "Kenapa kau tak mengeluarkan dia dari daftar itu?" "Itu tidak terpikirkan olehku, aku sepertinya sibuk musim panas ini denganmu, John." Sarah tak bisa menyembunyikan nada sarkastisnya. "Ya, baiklah, aku tidak menyukainya dan kau tetap disitu sampai aku tiba. Aku tak ingin kau duduk kepanasan di pom bensin, jadi bawa pantatmu ke hotel itu." "John." "Biarkan aku tegaskan seperti ini, sayang. Saat aku sampai di Doubletree dan jika kau tak ada disitu, kau akan hidup untuk menyesalinya." "Oh Tuhan, apakah itu ancaman?" "Apa itu menurutmu?"



"Ku pikir ini sebuah ancaman." "Kau ingin menguji hasil dari tidak melakukan apa yang kukatakan? Karena percayalah padaku, sayang, aku akan menemukanmu." Getaran gairah seksual menjelajahi tulang belakangnya. "Ok. Tapi aku tak akan duduk di restoran selama itu. Aku akan mencari kamar tapi kau harus membayarku kembali untuk ini." "Saat kau check in, sms aku no kamarnya." "Baiklah." "Dan jangan menggunakan celana dalammu saat aku tiba disana." Desahannya yang terakhir memberikan kegembiraan,lalu Sarah menutup telepon. *** Setelah dua jam terlama dalam hidupnya, John masuk ke dalam lift menuju ke atas. Penyihir kecil ini tidak menuliskan sms sesegera mungkin, oh, sialan, Sarah akan meninggalkan John menggeletak di tempat sialan ini sampai dia mencapai bagian luar Austin. Perhitungan waktu Sarah cukup akurat dan sekarang John



tak dapat menahan emosi primitif yang mengisi darahnya. John berjalan ke pintu dan mengetoknya. Saat Sarah membuka pintu, John hampir saja pingsan karena kelegaan, kelegaan penuh dengan melihat Sarah. Sampai John benarbenar melihatnya, John bahkan tidak yakin seratus persen Sarah benar-benar akan berada disitu. John melangkah masuk ke dalam, menggerendel pintu, berbalik dan meletakkan tangannya di pinggang Sarah. "Celana dalammu sudah dibuka? "Dia bertanya. John melangkah maju, dengan tujuan untuk mendorong Sarah mundur lebih jauh ke dalam ruangan. John tak dapat menahan perasaan yang menyerbu ke dalam aliran darahnya, dan John begitu yakin tak bisa menghentikan dirinya untuk memperlihatkannya. Dia ingin Sarah telanjang dan dia tak akan berhenti sampai dia mendapatkannya telanjang. John dapat merasakan tubuh Sarah gemetar di bawah



telapak tangannya dan John mengakui pada dirinya sendiri itu memberikan sensasi kepuasan bagi dirinya. John menarik kaos Sarah ke atas kepalanya." Aku bertanya padamu." "Tidak." "Tidak apa?" "Tidak__aku masih menggunakan celana dalamku." "Itu tidak mematuhiku dengan baik, betul begitu Sarah?" John membuka bra Sarah dan memberikannya pandangan dalam dan besar akan kelegaan saat payudara putih lembut Sarah terlihat. Sarah menggelengkan kepalanya dan membasahi bibirnya saat tangannya mendarat di lengan John. Oh, ya, John menginginkan bibir itu. John butuh itu sekarang, membungkus penisnya, menghisap dan menjilat dan __ sialan, Sarah benar banar membuat John gila. John akan menjadi gila. Sarah tak boleh kembali ke Dallas.



John tak akan membiarkannya. John membuka kancing celana pendek Sarah dan menurunkan restletingnya. John mendorong tangannya ke bawah ke dalam celana yang sudah kendor sampai dia memegang pantat Sarah yang padat dan lembut di setiap tangannya. John merasakan penisnya membengkak dan mendorong jeans-nya, mengharapkan untuk berada di dalam Sarah. "Kau tak akan pernah lari dariku lagi." "Aku tidak lari darimu. Aku hanya butuh pergi sebentar, hanya itu." "Itu sangat tidak diizinkan. Kau dilarang pergi kemanapun tanpa memberitahukan aku dulu kecuali untuk pergi ke toko bahan makanan, paham?" "J_John__" John mengabaikan Sarah dan mendorong celana pendek Sarah dan celana dalamnya turun ke kakinya. "Melangkah ke luar dari celanamu." Sarah melakukan apa yang diminta John dan John tak bisa menunggu lagi. Dia membenamkan



satu tangan ke dalam rambut Sarah dan satu tangannya lagi tenggelam dalam kehangatan yang berada di antara kaki Sarah. Dia mendorong satu jari masuk ke dalam Sarah. Sarah menggeliat di lengan John dan bagian hangatnya yang basah mengalir ke jari John sampai menyentuh telapak tangan John seperti gula cair. Tuhan. John akan orgasme di dalam celananya. "J_John, berhenti - berhenti." "Tidak akan." apa maksudnya berhenti? John tak akan berhenti. Dia tak akan pernah berhenti. Sarah mulai mendesah keras dan John bisa merasakan itu merangsangnya. Sarah benarbenar basah dan juicy, seperti madu yang panas dan basah padanya, dan John terus memanipulasi jarinya di dalam Sarah, ingin supaya Sarah orgasme. John butuh agar Sarah orgasme. Tapi Sarah masih berusaha untuk melawannya secara lisan "Aku harus kembali ke Dallas. Aku punya pekerjaan di sana."



"Tidak." sangat tidak dapat diterima. John tak akan membiarkan Sarah kembali. Tidak akan terjadi. "John, aku butuh pekerjaan." Argumennya mulai membuat emosi John naik. John tak ingin berdebat tentang ini lagi. "Tidak. Kau tidak butuh." "Aku punya rumah di sana." Sarah melanjutkan. "Kau tidak membutuhkannya. Aku ingin kau menjualnya." "Tapi pekerjaanku__" "Kau tak butuh pekerjaan sialan itu. Kau tak butuh uang. Aku akan menanggungmu. Semuanya." "Tidak. Itu tidak benar." "Kenapa itu salah?" Sialan. John akan gila jika dia terus membantahnya seperti ini. John butuh berada di dalam tubuh kecil lembutnya, dan apa yang dilakukan Sarah hanya mengancam untuk kembali ke Dallas. Persetan dengan itu. John melepaskan Sarah cukup lama untuk membuka jeansnya dan pakaian dalamnya kemudian John



mendorong Sarah ke dinding terdekat. John menekan punggung Sarah ke dinding dan kata kata keluar gemetar dari bibir Sarah saat John mengangkat satu kaki lembut, mulus Sarah ke pinggangnya. "Itu salah karena_karena_" John mulai menusuk masuk ke dalam dirinya. Ya Tuhan, ini begitu nikmat. Sarah merasa begitu nikmat. "John aku tidak bisa berpikir dengan baik-" "Jangan berpikir sayang, rasakan." John melakukan satu tusukan lagi dan menutup matanya dalam kenikmatan, intens dan panas, cepat menjalar ke dalam dirinya. "Ini tidak menyelesaikan permasalahan. Aku harus kembali - aku tidak bisa tinggal bersamamu." John membuka matanya dan mengangkat dagu Sarah dan mencoba untuk fokus. "Kenapa tidak? tidakkah kau ingin bersamaku?" John menahan nafas dan bertanya, "bukankah kau mencintaiku?" John melakukan tusukan lagi dan dia merasa



Sarah menarik nafas. Apakah itu karena dorongannya atau karena apa yang dikatakannya? John melakukan tusukan lagi dan menunggu, matanya memandang Sarah. "Aku sungguh mencintaimu." Sarah berbisik. Lega, puas dan kebutuhan membuat John melakukan tusukan lagi pada waktu yang sama saat dia mencium bibir Sarah. John mengangkat kepalanya dan memandang Sarah saat kelopak matanya pelan-pelan terbuka. "Aku mencintaimu juga, kau tahu itu?" John bertanya padanya. "Tidak." "Ya," tusukan lain dan John nyaris berada di ujung. John memindahkan tangannya ke lipatan kecil diantara mereka sampai John menekan clit Sarah. "John-" suara Sarah seperti tangisan meratap saat John merasa Sarah mengencangkan genggaman berdenyutnya di sekitar kejantanan John. "Ayo sayang. Keluarlah untukku dan katakan



padaku kau akan menikahiku, tolonglah." John kehilangan kendali dan menusuk dengan keras kedalam Sarah. Orgasme melanda Sarah dan teriakan Sarah mengoyakkan udara disekitar mereka "yaaaaaaaaa." Dengan jawaban Sarah yang berbunyi bagai nirwana manis ditelinganya, John mendorong ke dalam diri Sarah begitu keras dan mengikuti Sarah ke dalam o Epilog Tiga tahun kemudian... “Hasilnya positif,” Sarah berkata dengan suara yang penuh dengan kebahagiaan dan ketakjuban saat dia masuk ke dalam gudang. John meletakkan kunci inggris dan mengambil lap dan mulai membersihkan tanggannya. Sebuah senyuman terlukis di wajah John saat dia berjalan ke arah Sarah. “Aku terkejut kau meragukan aku, Sayang.” Sarah memberikan berkas yang ada di tangannya dengan satu tangan kepada John dan meninju bahu John. “Aku tidak meragukanmu,



Sayang.” Seorang bayi dalam gendongan sarah bertepuk tangan riang dan bayi itu mengoceh dengan suara keras. John membelai rambut lembut putrinya itu dan memberikan tangannya untuk meraih dan menggendongnya saat bayi itu mendorong tubuhnya ke arah John. “Jadi sekarang kita tahu kita bisa mempunyai anak sebanyak yang kita mau.” John berkata dengan intonasi bangga. “Aku pikir kita tidak boleh terlalu berpuas diri. Tapi ya. Aku harap kita bisa mempunyai anak sebanyak yang kita mau.” “Kita mau punya anak berapa banyak?” John bertanya sambil tetap menggendong bayinya dan juga memeluk sarah di sampingnya dengan tangannya yang lain. “Aku tak tahu. Tiga, atau mungkin empat.” “Dan pertanyaan utamanya __ kita akan menyekolahkan mereka di sekolah mana?” Sarah menyapukan tangannya ke pipi suaminya. Suaminya telah mendanai pembangunan rumah



Jompo di Top Hil sebagai hadiah pernikahan darinya untuk Sarah. Dengan begitu, sekolah akan buka untuk jangka waktu lama, lama sekali. Kota kecil itu bahkan berkembang sekarang, Tiga tahun setelah pembangunan rumah jompo, dengan penambahan kantin dan toko makanan. Lingkungan menjadi berkembang, populasi bertambah. Sarah tidak meragukan pada sensus penduduk berikutnya penambahan populasi cukup pesat. Tapi mereka kini tinggal di peternakan John dan Duluth kota yang paling dekat. “Ku pikir Duluth. Sopir bis ada tepat di dekat mailbox.” “Aku pikir itu yang terbaik jika kau tak keberatan.” “Aku tak keberatan sama sekali. Kedua sekolah di Duluth ataupun Top Hill adalah sekolah yang bagus.” Putri mereka memasukkan ibu jarinya ke dalam mulut sarah dan menyandarkan pipinya di bahu John. Dia melihat bergantian kepada ibu dan ayahnya.



John mencium dahi putrinya lalu mencium dahi Sarah. John menyelipkan tangannya ke pinggang Sarah sampai telapak tangannya menyentuh perut lembut Sarah. “Aku mencintaimu.” “Aku juga mencintaimu.” Sarah tersenyum. Putri mereka mengomel dengan bahasa bayi. John tersenyum pada putrinya. “Kami juga mencintaimu, Sayang.” Putri mereka pun lalu menarik ibu jarinya dari mulut sarah dan memindahkannya ke John. Cinta dan kepuasan mengalir ke dalam tubuh John. Ya, Hidupnya kini telah sempurna. THE END