Sasaran Inovasi Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam dunia pendidikan inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. (Lamhot Basani Sihombing, 2010:140-141) Siswa dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsurunsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. (Lamhot Basani Sihombing, 2010:151) Guru adalah kunci setiap upaya pembaharuan di sekolah. Oleh sebab itu, upaya pembaharuan pendidikan di sekolah harus berangkat dari upaya membangun



perilaku



guru



kearah



pembaharuan.



Keengganan



dan



ketidakmampuan guru untuk melaksanakan inovasi mengakibatkan setiap pembaharuan pendidikan tidak pernah berjalan sebagaimana diharapkan. (Amrazi, 2010: 11) Dalam proses kependidikan, kurikulum bukanlah suatu hal yang statis. Konsep kurikulum dapat diubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta orientasi masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus dapat dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor filosofis, sosiologis dan psikologis serta teori dan pola organisasi kurikulum yang diterapkan. Dalam konteks Indonesia, pertimbangan landasan penyusunan kurikulum diharapkan sesuai dengan falsafah hidup masyarakat, kondisi sosial budaya, terutama pada kepercayaan, nilai, kebutuhan dan kondisi



1



psikologis subjek didik, terutama pada karakteristik psiko-fisik subyek didik sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengorganisasian bahan dan prinsip yang dianut dalam penyusunan kurikulum juga diharapkan sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat. (Razali, 2015: 217)



B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: a. Apa saja inovasi pendidikan terhadap siswa? b. Apa saja inovasi pendidikan terhadap guru? c. Apa saja inovasi pendidikan terhadap kurikulum? d. Apa saja inovasi pendidikan terhadap fasilitas? e. Apa saja inovasi pendidikan terhadap slingkup sosial masyarakat?



C. TUJUAN DAN MANFAAT Adapun tujuan dan manfaat dari pembahasan sasaran inovasi pendidikan tersebut ialah: a. Agar pembaca mengetahui inovasi pendidikan terhadap siswa. b. Agar pembaca mengetahui inovasi pendidikan terhadap guru. c. Agar pembaca mengetahui inovasi pendidikan terhadap kurikulum. d. Agar pembaca mengetahui inovasi pendidikan terhadap fasilitas. e. Agar pembaca mengetahui inovasi pendidikan terhadap lingkup sosial masyarakat



2



BAB II KAJIAN TEORI A. SISWA Siswa sebagai objek utama dalam pendidikan maka siswa memegang peran yang dominan, dalam hal mana siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensi, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam dirinya tanpa paksaan. Hal ini terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan perubahan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Siswa dalam inovasi pendidikan adalah sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pada sesama temannya, petunjuk menjadi guru bagi yang lainnya. (Rusyidi & Amiruddin, 2017:38) Maka dari itu disini siswalah yang berperan dalam memajukan inovasi pendidikan dengan dibantu oleh guru. Tanpa adanya kemauan siswa, maka inovasi pendidikan juga tidak akan berjalan dengan maksimal sesuai tujuan inovasi yang diinginkan. Siswa juga haruslah diberikan bimbingan untuk melakukan perencanaan serta pelaksanaan terhadap inovasi pendidikan.



B. GURU Guru merupakan kompetensi paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah. (Syafaruddin.,dkk, 2012: 155) 1. Standar kompetensi guru Pada hakikatnya nya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan



3



pendidikan pada umumnya, kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. (Syafaruddin, Asrul & Mesiono, 2012:155) Tanggung jawab guru Tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini (Syafaruddin, Asrul & Mesiono, 2012: 156-157): a. Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mampu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah; bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberi nasihat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru harus turut serta mensukseskan pembangunan, yang harus competent dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan; bahwa setiap guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.



2. Peran dan fungsi guru Lebih lanjut mulyasa (2007) menjelaskan peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut : (Syafaruddin, Asrul & Mesiono, 2012:156-158) a. Sebagai pendidik dan pengajar b. Sebagai anggota masyarakat c. Sebagai pemimpin d. Sebagai administrator e. Sebagai pengelola pembelajaran



4



Keluasan peran guru dipaparkan adams dan dickey sebagaimana dikutip hamalik dalam buku (Rusydi dan Amiruddi, 2017:36-37) yaitu peran guru sesungguhnya sangat luas yang meliputi 4 hal besar yaitu : a.



Guru sebagai pengajar ( teacher as instructor) Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas) yaitu



menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.



b.



Guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor) Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar



mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.



c.



Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist) Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Guru bukan



saja berkewajiban untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan dan terus-menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya.



d.



Guru sebagai pribadi (teacher as person) Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh



peserta didiknya, orang tua dan masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.



Dalam buku (Syafaruddin.,dkk, 2012: 156), menyatakan ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional, yaitu: 1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat. 3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.



5



4. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas. Keengganan guru melakukan inovasi pendidikan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Amrazi Zakso, 2010:11): 1. Latar belakang pengetahuan dan kemampuan bidang yang dikuasai guru. 2. Pelaksanaan pembaharuan dibidang pengajaran terlalu kompleks dan memakan waktu. 3. Ketidakjelasan akan dampak langsung pada diri siswa 4. Umumnya orang yang terlibat dalam pendidikan lebih menyukai status quo. 5. Pembaharuan biasanya menyangkut aspek yang sifatnya supervisial. Secara garis besar, ada tiga tingkatan kualifikasi (Sardiman, 2018: 133-136): 1. Capability Maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.



2. Guru sebagai inovator Yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi.



3. Guru sebagai developer Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Guru salah satu untuk memajukan inovasi pendidikan. Karena guru yang dapat membantu dan menyampaikan kepada peserta didik. Untuk mendapatkan figur siswa yang aktif dalam mencapai inovasi pendidikan adalah bagaimana cara untuk memdapatkan proses pembelajaran yang baik. Profesional guru dituntut karena hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi akdemik siswa itu sendiri.



6



Banyak cara yang bias guru tingkatkan untuk memajukan inovasi pendidikan itu sendiri. Seperti menjadi guru profesional, meningkatkan kekreatifitasan dalam mengajar C. KURIKULUM Kurikulum biasanya tidak jauh dari yang namanya pendidikan. Karena kurikulum dilakukan untuk memandu proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini inovasi pendidikan sangat memegang peran dalam proses pelaksanaan kurikulum agar tetap tercapainya tujuan inovasi secara maksimal. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan dipelajari dan dilalui pleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. (Mara Samin Lubis, 2016: 1) Inovasi kurikulum adalah gagasan atau praktik kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut degan tujuan memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. (Rusdiana, 2014: 54) Sagala (2012) memaparkan landasan-landasan yang harus diperhatikan dalam melakukan inovasi kurikulum sebagai berikut ( Rusyidi & Amiruddin, 2017:4142): 1. Landasan Filosofis Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat, sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan diselenggarakan melalui pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan. Dengan demikian pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat merupakan landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan. 2. Landasan Sosial Budaya Nilai sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya akal budi manusia,sehingga didalamnya ada menerima, menyebarluaskan, melestarikan



7



atau melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Nilai sosial budaya lebih bersifat sementara dibandingkan dengan nilai keagamaan. Oleh karena itu jelas dalam inovasi kurikulum haruslah berpijak ada nilai sosial budaya tersebut. 3. Landasan Pengetahuan, Teknologi dan Seni Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber dari perasaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa mengahadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, maka dalam melakukan inovasi kurikulum harus berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.



4. Landasan Kebutuhan Masyarakat Inovasi kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat, karena pada hakekatnya perkembangan kurikulum adalah kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan.



5. Landasan Perkembangan Masyarakat Ciri utama masyarakat adalah selalu berkembang. Perkembangan ini bisa lambat bisa juga cepat bahkan sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mendukung perkembangan masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan



membantu



menetapkan



perkembangan



yang



dilaksanakan.



Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, maka diperlukan perancangan berupa kurikulum yang landasannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.



8



Prinsip dasar yang dominan yang terdapat dalam setiap usaha pengelolaan dan pengembangan kurikulum, sebagai berikut (Razali.,dkk (jurnal), 2015: 221222): 1. Relevansi Relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang relevan bila hasrat yang diperoleh dan pendidikan tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan. 2. Berkesinambungan Kurikulum disusun dan dikelola secara berkesinambungan, artinya bagianbagian, asek-aspek materi dan bahan kajian disusun secara berurutan tidak terlepas melainkan satu sama lain yang memiliki hubungan fungsional yang bermakna sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dan satuan pendidikan serta tingkat perkembangan subjek didik. 3. Fleksibilitas Fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan didalam bertindak. Dalam kurikulum fleksibilitas mencakup fleksibilitas subjek didik dalam memilih program dan fleksibilitas guru dalam pengembangan program pengajaran. 4. Efektivitas Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan dapat terlaksanakan. Dalam bidang pendidikan, efektivitas ini dapat dilihat dari segi efektivitas guru mengajar dan subjek didik belajar. 5. Efisiensi Efisiensi



merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan



pengeluaran berupa waktu, tenaga dan biaya yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang.



9



Namun, selama ini kurikulum dianggap dianggap kurang menyentuh kebutuhan dan kondisi lingkungan siswa. Oleh karena itu, penerapan kurikulum muatan lokal merupakan suatu inovasi dalam bidang pendidikan untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui kurikulum muatan lokal, materi yang diberikan di sekolah akan menjadi relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan hidup siswa. Maka dari itu kurikulum harus mampu menjawab kebutuhan siswa pada masa yang akan datang (Rusdiana, 2014: 187-188). Perubahan kurikulum mestinya dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan disesuaikan dengan segala kebutuhan, seperti faktor pendanaan, pemberdayaan dan sosialisasi, serta peningkatan kualitas seluruh komponen didalam sistem pendidikan, agar tujuan perubahan kurikulum itu bisa tercapai dengan baik, tanpa adanya pemaksaan dan kepentingan pribadi para pengambil kebijakan. (M. Kristiawan, 2018: 84)



D. FASILITAS Fasilitas ini tidak jauh membahas dengan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam meningkatkan inovasi pendidikan itu sendiri haruslah didukung dengan adanya fasilitas yang lengkap. Tanpa adanya fasilitas, untuk meningkatkan inovasi pendidikan adalah salah satu hal yang sulit untuk dicapai. Fasilitas yang harus dilengkapi itu seperti fasilitas belajar mengajar yang merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya. (Lamhot Basani Sihombing, 2010: 152)



10



Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (Alex Aldha Yudi, 2012:3): 1. Habis tidaknya dipakai a. Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama. Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh, kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan siswa, dsb. Selain itu, ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Contoh: pita mesin ketik/komputer, bola lampu, dan kertas. b. Sarana pendidikan tahan lama Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Contoh, bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olah raga.



2. Bergerak tidaknya pada saat digunakan Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan tidak bergerak. a. Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya, contohnya: almari arsip sekolah, bangku sekolah, dsb. b. Sarana pendidikan yang tidak bergerak, adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).



11



3. Hubungannya dengan proses belajar mengajar. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, sarana pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, yaitu: a. Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. b. Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai, dengan yang konkret. c. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual. Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu (Alex Aldha Yudi, 2012:3-4): a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parker kendaraan.



E. LINGKUP SOSIAL MASYARAKAT Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif



12



maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.( Lamhot Basani Sihombing, 2010: 153) Maka dari itu masyarakat sekitar haruslah berusaha untuk tetap mendukung demi kemajuan inovasi pendidikan. Karena peran masyarakat juga penting serta turut andil dalam memajukan inovasi pendidikan tersebut. Apabila dalam masyarakat tersebut melakukan hal yang positif maka hal tersebut juga akan berpengaruh positif terhadap kemajuan inovasi pendidikan. Seperti kesadaran masyarakat dalam melaksanakan perubahan yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk contoh pelaksanaan inovasi pendidikan di masyarakat seperti diadakannya kuliah kerja nyata (KKN) dan pengabdian masyarakat (PEMA).



13



BAB III KESIMPULAN Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : 4.



Siswa adalah salah satu yang berperan dalam meningkatkan inovasi pendidikan. Jika adanya kemauan yang tinggi dari siswa, maka dengan mudahnya akan tercapai inovasi pendidikan yang baik pula. Begitupun sebaliknya, jika siswa enggan merasa penting dalam berpartisipasi memajukan inovasi pendidikan, maka tidak akan tercapai pula tujuan pendidikan yang baik. Karena disini dibutuhkan siswa yang ingin memajukan pendidikan bukan siswa yang hanya menerima pembelajaran tapi tidak diamalkan. Makan tujuan inovasi pendidikan jelas tidak akan tercapai dengan maksimal. Disini siswa haruslah dikenalkan untuk menuju perubahan yang positif agar tujuan inovasi pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. Siswa disini bagaikan objek yag harus dibantu oleh subjek untuk mendapatkan inovasi yang baik.



5.



Dalam hal ini guru yang menjadi subjek siswa untuk mencapai inovasi pendidikan yang baik. Tidak hanya itu, guru harus tau peran, tanggung jawab serta fungsinya. Kebanyakan guru hanya mengajar saja tetapi ia lupa akan kewajibannya. Dalam konteks ini, yang dilakukan guru sangat salah. Dapat dilihat dari kategori yang sederhana terlebih dahulu, guru harus mampu memiliki etika, sikap maupun perilaku yang baik untuk menjadi panutan oleh siswanya. Karena guru adalah motivator bagi siswa itu sendiri. Guru harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan apa yang dia ajarkan. Maka dari itu disini guru dituntut untuk profesional, aktif dan tau perannya sebagai guru.



6.



Dalam



menjalankan



kurikulum,



kembali



lagi



kepada



guru



yang



mengajarkannya. Apakah sudah mampu dan siap untuk menyampaikan kepada siswanya. Dalam konteks ini, kurikulum juga mampu mendukung



14



kemajuan inovasi pendidikan. Inovasi kurikulum yang ada yaitu gagasan atau praktik baru dengan mengambil bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Intinya jika adanya perubahan dari kurikulum haruslah disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sekolah dan zaman. Apabila sekolah tidak mampu maka akan terjadi pula percampuran dari penggunaan kurikulum tersebut.



7.



Dalam pengembangan inovasi kurikulum, haruslah didukung dengan fasilitas yang ada. Jika suatu kurikulum menginginkan fasilitas yang harus lengkap, sedangkan sekolah belum memadai maka tujuan inovasi kurikulum tersebut akan terhambat. Maka dari itu fasilitas ini sangat menunjang untuk kemajuan inovasi pendidikan. Jika sudah terpenuhinya keinginan siswa, keprofesional guru sudah terpenuhi tetapi fasilitas belum memadai, maka hal tersebut akan terhambat. Contohnya saja kurikulum menuntut adanya praktif di laboratorium, tetapi sekolah tidak memiliki laboratorium. Maka tujuan pembelajaran tersebut tidak akan tercapai.



8.



Lingkup sosial masyarakat juga sangat mendukung untuk kemajuan inovasi pendidikan. Adanya sikap positif dari masyarakat maka akan positiflah kemajuan inovasi pendidikan. Keinginan inivasi ini ialah agar apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal.



15



DAFTAR PUSTAKA Ananda, Rusydi dan Amiruddin. 2017. Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi Pendidikan. Medan: CV. Widya Puspita. Kristiawan, M., dkk. 2018. Inovasi Pendidikan. Ponorogo: Wade Print Lubis, Mara Samin. 2016. Telaah Kurikulum. Medan: Perdana Publishing. Rusdiana. 2014. Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Sardiman, A.M. 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Depok: Rajawali Pers. Sihombing, Lamhot Basani. 2010. Dampak Inovasi Pendidikan Sebagai Suatu Bidang Studi Pengantar Pendidikan di Perguruan Tinggi Indonesia. 3(1). 140-154 Syafaruddin., dkk. 2012. Inovasi Pendidikan: Suatu Analisis terhadap Kebijakan Baru Pendidikan. Medan: Perdana Publishing. Thaib, Razali M dan Irman Siswanto. 2015. Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan Pendidikan. Jurnal Edukasi. 1(2). 216-228. Yudi, Alex Aldha. 2012. Pengembangan Mutu Pendidikan Ditinjau Dari Segi Sarana Dan Prasarana (Sarana Dan Prasarana Pplp). Jurnal Cerdas Sifa. No.1. 1-8 Zakso, Amrazi. 2010. Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora. 1(1). 10-18.



16