8 0 303 KB
SATUAN ACARA PENYULUHAN ASFIKSIA
Pokok Bahasan
: Asfiksia
Sasaran
: Ibu Bayi dan Keluarga
Penyuluh
:
Hari/ Tanggal
:
Waktu
: - Selesai WIB
Tempat
: Ruang Mawar dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit tentang Asfikdia yang benar diharapkan ibu atau keluarga dapat mengetahui apa itu asfiksia. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit ibu diharapkan dapat menjelaskan tentang : 1. Menjelaskan pengertian Asfiksia 2. Menjelaskan Penyebab Asfiksia Metode Ceramah dan diskusi Media Leaflet Proses pelaksaaan No
Kegiatan
1
Pendahuluan
Respon peserta
- Memberi salam
-
- Menyampaikan pokok bahasan
salam
- Menyampaikan tujuan
- Menyimak
- Melakukan apersepsi
- Menyimak
waktu
Menjawab 5 menit
- Menyimak 2
Isi Penyampaian materi
- Memperhatikan
20 menit
1. Menjelaskan pengertian Asfiksia 2. Menjelaskan Penyebab Asfiksia
3
Penutup - Diskusi
-Menyampaikan
- Kesimpulan
jawaban
- Evaluasi
-Mendengarkan
- Memberikan salam penutup
-Menjawab salam
5 menit
Evaluasi 1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses penyuluhan. 2. Hasil penyuluhan : memberi pertanyaan pada ibu ........ : 1. Menjelaskan pengertian Asfiksia 2. Menjelaskan Penyebab Asfiksia
MATERI PENYULUHAN ASFIKSIA 1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera atau beberapa saat setelah lahir. Secara klinik ditandai dengan sianosis, bradikardi, hipotonia, dan tidak ada respon terhadap rangsangan, yang secara objektif dapat dinilai dengan skor APGAR. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfixia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma. Sementara itu, asfiksia dalam persalinan disebabkan oleh partus yang lama, ruptura uteri, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta, prolapsus, pemberian obat bius yang terlalu banyak dan pada saat yang tidak tepat. 1. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Asfiksia Asfiksia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asfiksia pallida dan asfiksia livida dengan masing-masing manifestasi klinis sebagai berikut Tabel 1. Karakteristik Asfiksia Pallida dan Asfiksia Livida Perbedaan
Asfiksia Pallida
Asfiksia Livida
Warna Kulit
Pucat
Kebiru-biruan
Tonus Otot
Sudah kurang
Masih baik
Reaksi Rangsangan
Negatif
Positif
Bunyi Jantung
Tidak teratur
Masih teratur
Prognosis
Jelek
Lebih baik
Klasifikasi asfiksia dapat ditentukan berdasarkan nilai APGAR Tabel 2. APGAR score Nilai Tanda 0
1
2
A : Appearance (color/warna kulit)
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, ekstremitas biru
P : Pulse (heart rate/denyut nadi) G : Grimance (reflek) A : Activity (tonus
Tidak ada
< 100x per menit
Tubuh dan ekstremitas kemerahan >1100x per menit
Tidak ada
Gerakan sedikit
Menangis
Lumpuh
Fleksi lemah
Aktif
otot) R : Respiration (usaha bernapas)
Tidak ada
Lemah, merintih
Tangisan kuat
Bayi akan dikatakan mengalami asfiksia berat jika APGAR score berada pada rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau dengan sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada rentang 7-10 (Nurarif, 2013). 2. Etiologi Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor a. Faktor ibu Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan dapat menyebabkan gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia. Berikut merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir : 1) Preeklamsia dan eklamsia 2) Demam selama persalinan 3) Kehamilan postmatur 4) Hipoksia ibu 5) Gangguan aliran darah fetus, meliputi : 6) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini
b. Faktor plasenta Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia : 1) Abruptio plasenta 2) Solutio plasenta 3) Plasenta previa c. Faktor fetus Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului tanda gawat janin:
1) Air ketuban bercampur dengan mekonium2) Lilitan tali pusat 3) Tali pusat pendek atau layu 4) Prolapsus tali pusat d. Faktor persalinan Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu: 1) Persalinan kala II lama 2) Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan sehingga menyebabkan depresi pernapasan pada bayi e. Faktor neonatus Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia: 1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm 2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep) 3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernapasan, hipoplasi paru, dll. 4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial 3. Patofisiologi Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat. a.
Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
b.
Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika
paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun dibawah
100
kali/menit.
Frekuensi
jantung
mungkin
sedikit
meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama. d.
Selama apnea primer,
tekanan darah
meningkat bersama
dengan
pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. e.
Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan.
4. Penatalaksanaan Asfiksia merupakan kejadian kegawatan pada janin sehingga memerlukan tindakan yang cepat. Adapun prosedur pertolongan bayi dengan asfiksia adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005): PENILAIAN : Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap LANGKAH AWAL (dilakukan dalam 30 detik) : 1). Jaga bayi tetap hangat, 2). Atur posisi bayi : leher agak ekstensi, 3). Isap lendir, 4). Keringkan dan rangsang taktil, 5). Reposisi --------------------------------------------------------------------------------------------------Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
Ya
Tidak VENTILASI : Pasang sungkup, perhatikan lekatan Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik -----------------------------------------------------------------------------------------4. Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur 1. 2. 3.
Ya
Tidak Lanjutkan ventilasi, hentikan tiap 30 detik -------------------------------------------------------------------------Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
Ya ASUHAN PASCA RESUSITASI : 1. Jaga bayi agar tetap hangat 2. Lakukan pemantauan 3. Konseling 4. Pencatatan
Tidak Setelah ventilasi selama 2 menit tidak berhasil, siapkan rujukan Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas, hentikan ventilasi setelah 20 menit Konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal
Bagan 2. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pada pertolongan persalinan, setiap petugas perlu mengetahui apakah bayi mempunyai resiko mengalami asfiksia. Pada keadaan tersebut, bicarakan dengan ibu dan keluarganya kemungkinan diperlukannya tindakan resusitasi. Akan tetapi, pada keadaan tanpa faktor resiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia. Oleh karena itu, petugas harus siap melakukan resusitasi bayi setiap melakukan pertolongan persalinan Tahap persiapan meliputi: a. Persiapan keluarga Bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi sebelum menolong persalinan. b. Persiapan tempat Tempat untuk resusitasi harus hangat, terang, rata, keras, bersih, kering, sebaiknya dekat pemancar panas, dan tidak berangin. c. Persiapan alat resusitasi Alat yang digunakan meliputi : 1) Kain ke 1 : untuk mengeringkan bayi 2) Kain ke 2 : untuk membungkus bayi 3) Kain ke 3 : untuk mengganjal bahu bayi 4) Alat pengisap lendir DeLee 5) Tabung dan sungkup 6) Kotak alat resusitasi 7) Handscun 8) Stopwatch atau jam tangan d. Persiapan diri Penolong harus mencuci tangan dan menggunakan APD sebelum menolong persalinan. Keputusan melakukan resusitasi dinilai dari kondisi bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap. Selain itu, resusitasi juga dilakukan jika air ketuban bercampur dengan mekonium. Dalam manajemen asfiksia, proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan hanya satu kali. Pada setiap tahapan manajemen asfiksia senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan, tindakan apa yang tepat untuk dilakukan Setelah dilakukan resusitasi, maka bayi baru lahir dengan asfiksia diberikan asuhan pasca resusitasi. Asuhan pasca resusitasi merupakan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi. 5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu: a. Analisa Gas Darah (AGD) b. Penialaian APGAR score, meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot, dan reflek c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi d. Pengkajian spesifik 6. Komplikasi Komplikasi dapat mengenai beberapa organ pada bayi, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus, perdarahan paru, edema paru c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos d. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1 ml/kg/jam) untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L e. Hematologi : DIC f. Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino transferase > 100 U/L sejak minggu pertama kelahiran Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati Neonatal atau Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma klinis berupa gangguan fungsi neurologis pada hari-hari awal kehidupan bayi aterm.