Satuan Acara Penyuluhan Penyakit Ispa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT ISPA Topik



: ISPA



Hari/Tangal



: Kamis, 28 November 2019



Pukul



: 15.00 Wib s.d selesai



Sasaran



: Keluarga Ny. E dan Masyarakat di Kampung sukorejo



Tempat



: Kampung Sukorejo Lr. Dwikarso No. 122 Rt.10 Rw.08



A. Latar Belakang : Ny.E adalah Kepala Keluarga yang berhak mengambil suatu keputusan berperan sebagai pengatur dan pengelolah keluarga, bekerja sebagai ibu RT di kampung sukorejo lr. dwikarso sedangkan Anaknya Tn.R berperan sebagai Kepala keluarga, anak dari Ny.E dan sebagai suami dari Ny.D . Ny.D berperan sebagai Istri dari Tn.R, sebagai menantu dari Ny.E. Dan An.M berperan sebagai anak dari Tn.R dan cucu dari Ny.E. B. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan keluarga dapat meningkat dengan tolak ukur : 1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian penyakit ISPA. 2. Keluarga dapat menyebutkan penyebab penyakit ISPA. 3. Keluarga dapat menyebutkan dampak dari penyakit ISPA. 4. Keluarga dapat melakukan perawatan untuk mencegah dan mengobati timbulnya penyakit ISPA. C. Pelaksanaan Kegiatan 1.       Topik Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. E Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, ISPA Di Kampung Sukorejo Lr. Dwikarso No. 122 Rt.10 Rw.08 Palembang



2.       Sasaran dan Target Sasaran



: Keluarga Ny. E dan Masyarakat di Kampung sukorejo



Target



: Keluarga Ny. E



Metode  Tanya jawab  Diskusi 3.       Media dan alat  LCD  Laptop  Power Point  Leaflet  Microfon 4.       Waktu dan Tempat Hari/tanggal : Kamis, 28 November 2019 Waktu



: 15.00 Wib s.d selesai



Tempat



: Kampung Sukorejo Lr. Dwikarso No. 122 Rt.10 Rw.08



5.      Pengorganisasian 1.     Moderator: Siti Hardiana 2.     Presenter : Riawati 3.     Observer : Silvia Ramadhani Saputri 4.    Fasilitator : Tiara Intan Fandini, Mia Agustina 6.   Tugas Pengorganisasian 1.      Penanggung Jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan. 2.     Moderator 



Membuka acara







Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing/pengajar







Menjelaskan tujuan dan topik







Menjelaskan kontrak waktu, bahasa, tata tertib penyuluhan







Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri







Mengarahkan alur diskusi







Memimpin jalannya diskusi







Menutup acara



3.     Presenter       Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.       Membuat Materi penyuluhan 4.     Fasilitator  Memotivasi pasien untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.  Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari pasien.  Membuat absensi 5.    Observer  Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.  Menyampaikan laporan hasil penyuluhan baik secara verbal dan non verbal. D.    Kegiatan Penyuluhan Tahap dan Waktu Pendahuluan



Kegiatan Perawat  Mengucapkan salam



(10 Menit)



kepada keluarga.  Mengingatkan kontrak



Kegiatan Keluarga  Menjawab salam 



Memberikan respon







Menjawab tentang



yang telah disepakati sebelumnya.  Menanyakan kesiapan keluarga untuk



kesiapan



kontrak saat ini.  Menginformasikan







Memperhatikan







Memperhatikan







Memperhatikan



tujuan yang hendak Pelaksanaan



dicapai.  Menjelaskan tentang



(40 Menit)



pengertian penyakit ISPA. 



Menjelaskan tentang



penyebab penyakit ISPA. 







Memperhatikan







Membuat kesimpulan



Menjelaskan tentang dampak dari penyakit ISPA.







Menjelaskan cara perawatan untuk mencegah dan mengobati timbulnya



Penutup







(10 Menit)



penyakit ISPA Memberikan kesempatan kepada



bersama keluarga.



keluarga untuk bertanya. tentang materi hari ini 







Menjawab salam



Mengucapkan salam kepada keluarga.



E.     Kriteria Evaluasi a.      Evaluasi Struktur 



Diharapkan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan perencanaan (10 peserta)







Diharapkan waktu dan tempat sesuai perencanaan







Diharapkan tugas dan peran mahasiswa sesuai perencanaan







Diharapkan media dan alat penyuluhan sesuai rencana



b.      Evaluasi Proses 



Diharapkan moderator dapat membuka dan menutup acara dengan baik







Diharapkan presenter dapat menguasai materi dengan baik







Diharapkan fasilitator berperan aktif dalam berjalannya penyuluhan







Diharapkan peserta berperan aktif selama kegiatan







Diharapkan peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir







Diharapkan peserta tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan



c.     Evaluasi Hasil Diharapkan 80% Peserta mampu : 1.   Menyebutkan pengertian penyakit ISPA dengan bahasanya sendiri dengan benar. 2.  Menyebutkan penyebab dari penyakit ISPA dengan bahasanya sendiri dengan benar. 3.   Menyebutkan dampak dari penyakit ISPA dengan bahasanya sendiri dengan benar. 4.  Menjelaskan cara perawatan untuk mencegah dan mengobati timbulnya penyakit ISPA dengan bahasanya sendiri dengan benar. F.     Penutup a)   Kesimpulan Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pengkajian kepada Ny.E dilakukan berdasarkan teori freedman (2010) meliputi penjajakan tahap I dan penjajakan tahap II yaitu 5 tugas pokok keluarga. Dengan diagnosa keperawatan prioritas pada keluarga Ny.E yang pertama Resiko tinggi terjadinya penyakit ISPA berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga. (Skor : 3 1/3) dan Kurangnya pengetahuan keluarga Ny.E tentang penyakit ISPA berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga. (Skor : 2 2/3) Rencana tindakan dibuat berdasarkan 5 tugas pokok keluarga yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit ISPA, mengambil keputusan dengan penyakit ISPA, melakukan perawatan sederhana pada anggota keluarga dengan ISPA, memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Ny.E mulai dari mengenal masalah keluarga dengan ISPA, mengambil keputusan dalam mengatasi masalah, melakukan perawatan, memodifikasi lingkungan keluarga dengan ISPA.



Evaluasi dari asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan metode SOAP pada keluarga Ny.E selama 3 hari berdasarkan pelaksanaan yang telah dilakukan, tujuan dari masing-masing diagnosa yang ditemukan sudah tercapai. b) Saran 1. Bagi Puskesmas Kenten Palembang Diharapkan agar petugas kesehatan dapat meningkatkan penyuluhan tentang penyakit ISPA dan penerapan PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) di wilayah kerja Puskesmas Kenten. 2.



Bagi Institusi Pendidikan Agar penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan merupakan informasi lengkap yang bermanfaat untuk pengetahuan mahasiswa khususnya tentang Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien dengan ISPA.



Referensi: Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media. Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



Hartono, R dan Dwi Rahmawati H. 2012. ISPA Gangguan Pernafasan Pada Anak Panduan Bagi tenaga Kesehatan Dan Umum. Yogyakarta: Nuha Medika. https://www.google.com/search?q=patofisiologi+ispa&source Irianto, Koes. 2013. Epidemologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung: ALFABETA, cv. Jhonson R dan R, Leny. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Numed. Manurung, santa. DKK. 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: Trans Info Media. Nurbaity, 2014. Pengaruh Lingkungan dalam Rumah terhadap Frekuensi Kejadian ISPA pada Balita. Palembang: Yayasan STIKES Mitra Adiguna (Jurnal Kesehatan dan Pembangunan). R.Fallen dan Dwi, R.Budi. 2011. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Numed. Syafrudin. Dkk. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga, Lansia Dan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media. Hal: 285 – 290. Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media. Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: Trans Info Media.



MATERI



A. Pengertian ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional



ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di sebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini di awali dengan panas disertai slah satu atau lebih gejala, tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak (Kemenkes, 2014). ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah beserta adeneksanya (Depkes RI, 1993). Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita. Penangganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Kesimpulan dari ISPA dari pengertian diatas dapat disimpulkan adalah infeksi masuknya kuman mikroorganisme kedalam tubuh dan berkembangbiak sehingga menimbulkan penyakit.



B. Etiologi Penyebab ISPA biasanya terdapat dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpes-virus dan lain-lain.



Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin. a. Faktor Pencetus ISPA 1. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2. Status Imunisasi Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. b. Faktor Pendukung Terjadinya ISPA 1. Kondisi Ekonomi Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.



2. Kependudukan Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA. 3. Geografi



Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat. 5. Lingkungan dan Iklim Global Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.



C. Patofisiologi



D. Manifestasi Klinis Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x/menit. Penyakit ini biasanya dimanifestasi-kan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum. 1.



Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5°C – 40,5°C.



2.



Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.



3.



Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.



4.



Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.



5.



Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.



6.



Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.



7.



Sumbatan pada jalan nafas/Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.



8.



Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.



9.



Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.



E. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah: 1.



Biakan virus



2.



Serologis



3.



Diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan



pemeriksaan yaitu : 1.



Sputum



2.



Biakan darah



3.



Biakan cairan pleura



Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah : 1. Pola nafas Cepat (tachynea) atau normal. 2. Kedalaman nafas Nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. 3. Usaha nafas Kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. 4. Irama pernafasan Bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. 5. Observasi lainnya Terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum. F. Penatalaksanaan Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Pencegahan dapat dilakukan dengan : 1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik 2. Immunisasi 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA



Prinsip perawatan ISPA antara lain : 1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari 2. Meningkatkan makanan bergizi 3. Bila demam beri kompres dan banyak minum 4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih. 5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat. 6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek. Pengobatan antara lain : 1. Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll. 2. Antibiotik : 



Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.







Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus.







Menurut WHO :



 Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain.  Pnemonia



berat



yaitu



Benzil



penicillin,



gentamisin. 3. Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.



klorampenikol,



kloksasilin,