Sbar - Tim4 Kelompok6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FUNGSI PENGGERAKAN/PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN : KOMUNIKASI SBAR



Disusun Oleh : Kelompok 6 Tim 4 Anggota Tim 4 : 1. Dinda Julia Ghalby - 201102073 2. Cecelia Emei Oktarin - 201102074



Dosen Pembimbing : Reni Asmara Ariga, S. Kp., MARS



Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2021



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI..............................................................................................................................2 BAB I.........................................................................................................................................3 Konsep Penggerakan/Pengarahan..............................................................................................3 A. Pengertian Penggerakan/Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan.........................3 B. Makna Penggerakan/Pengarahan....................................................................................3 C. Tujuan Penggerakan/Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan...............................4 D. Unsur - Unsur Penggerakan/Pengarahan........................................................................5 E. Kegiatan Penggerakan/Pengarahan.................................................................................6 BAB II........................................................................................................................................7 Konsep Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan..............................................................7 A. Defenisi Komunikasi Efektif...........................................................................................7 B. Komponen Komunikasi Efektif......................................................................................8 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif................................................9 D. Tujuan Komunikasi Efektif dalam Praktik Keperawatan.............................................10 BAB III.....................................................................................................................................11 Konsep SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation).................................11 A. Defenisi SBAR..............................................................................................................11 B. Prosedur Pelaksanaan Komunikasi dengan SBAR.......................................................12 C. Prosedur Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Layanan Kesehatan........................13 D. Penerapan Komunikasi SBAR......................................................................................14 BAB IV....................................................................................................................................16 Jurnal........................................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19



2



3



BAB I Konsep Penggerakan/Pengarahan



A. Pengertian Penggerakan/Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi penggerakan. Siagian (2007) menyebut penggerakan sebagai commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda (Muninjaya, 1999). B. Makna Penggerakan/Pengarahan Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu: 1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana 2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan 3. (When )Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang) 4. ( How )Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya dikerjakan 5. (Why ) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan 6. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.



4



C. Tujuan Penggerakan/Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu : 1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien 2. Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang. 3. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf 4. Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri 5. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan 6. Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan 7. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf 8. Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana 9. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis 10. Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat organisasi berkembang lebih dinamis



5



D. Unsur - Unsur Penggerakan/Pengarahan Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan maka ada beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh manajer keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah: 1. Kepemimpinan 2. Motivasi Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat meningkatkan mutu layanan. Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja, tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan didasari dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini didukung oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan



bahwa



motivasi



merupakan



kondisi



yang



menyebabkan



atau



menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif. 3. Komunikasi Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah (missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan keluar organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun non verbal.



6



Seorang manajer perawat diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dengan menggunakan berbagai media modern sebagai sarana mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi secara efektif, walaupun pada saat pimpinan tidak berada di tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan melalui kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, middle, post), diskusi, kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya. E. Kegiatan Penggerakan/Pengarahan 10 rambu-rambu kegiatan penggerakan menurut Douglas (1984), yaitu: 1. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis 2. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen 3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain 4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar dan adil 5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir 6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and punishment yang jelas dan tegas 7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf 8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi gawat lainnya 9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat 10. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara teratur dan rutin



7



BAB II Konsep Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan



A. Defenisi Komunikasi Efektif Komunikasi dalam Bahasa Latin adalah coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan (massage) dari individu (communicator) kepada oranglain (comunican) sehingga menghasilkan pengertian bersama (Afnuhazi, 2015). Komunikasi juga dapat diartikan suatu bentuk interaksi sosial yang melibatkan oranglain dengan tujuan memengaruhi sikap atau perilaku tertentu (Pieter, 2017). Komunikasi dalam keperawatan adalah suatu cara sistematis yang dapat mempengaruhi perilaku pasien pada saat memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi. Perawat diharuskan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan efektif. Melalui komunikasi perawat dapat mengetahui apa yang terjadi dengan pasien dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan keluarganya (Pieter, 2017). Komunikasi yang efektif sangat penting bagi perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya, dikatakan komunikasi efektif apabila komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi efektif juga dinilai dapat menimbulkan kesenangan, dan meningkatkan hubungan sosial dan menimbulkan suatu tindakan (Simamora, 2018). Komunikasi efektif memiliki peran penting dalam meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) tahun 2017 menegaskan kepada setiap rumah sakit harus menyelenggarakan enam sasaran keselamatan pasien yang salah satunya adalah meningkatkan komunikasi efektif yaitu komunikasi yang akurat, tepat waktu, lengkap, jelas dan yang dapat dipahami oleh penerima pesan sehingga mengurangi terjadinya kesalahan yang berpengaruh terhadap keselamatan pasien.



8



F. Komponen Komunikasi Efektif Komponen komunikasi efektif menurut Sarfika, dkk (2018) adalah : 1. Pengirim pesan (Sender) Pengirim pesan (Sender) adalah sumber pesan atau orang yang mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Pengirim pesan dan penerima pesan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) keterampilan komunikasi, bila pengirim pesan memiliki keterampilan komunikasi yang baik maka pesan akan mudah tersampaikan kepada penerima pesan. Keterampilan berkomunikasi mencakup keterampilan berbicara, membaca, menulis, mendengarkan dan lain-lain. 2) sikap yaitu sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk menciptakan efek pesan. 3) pengetahuan, yang dimiliki oleh pengirim pesan akan membuat komunikasi tersebut lebih efektif. 4) sistem sosial, mencakup nilai, kepercayaan hukum, aturan, agama dapat mempengaruhi pengirim pesan dalam menyampaikan pesan. 5) budaya, perbedaan budaya akan menyebabkan perbedaan dalam menyampaikan pesan. 2. Pesan (message) Pesan merupakan hal yang substansif yang dikirim oleh pengirim pesan yang bisa berbentuk video, suara, teks. Faktor yang dapat mempengaruhi pesan adalah isi pesan, elemen pesan, perlakuan, struktur pesan, dan kode. 3. Media (Channel) Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya telepon, internet. Namun, jika merujuk pada komunikasi interpersonal maka media yang dimaksud merujuk kepada rasa melalui panca indra yang dimiliki manusia diantaranya yaitu mendengar, melihat, menyentuh, mencium dan merasakan. 4. Penerima (receiver) Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari pengirim pesan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerima pesan sama dengan pengirim pesan yaitu keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya.



9



G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif Ariani (2018) menyampaikan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi efektif yaitu: 1. Faktor personal Faktor personal diklisifikasikan dalam 3 faktor yaitu faktor emosional (misalnya mood, respon terhadap stress, bias pribadi), faktor sosial (pengalaman sebelumnya, perbedaan budaya perbedaan bahasa) dan faktor kognitif (misalnya kemampuan pemecahan masalah, tingkat pengetahuan dan bahasa). Selain ketiga faktor tersebut, yang dapat mempengaruhi komunikasi adalah persepsi. Persepsi membantu seseorang menentukan makna dari pesan yang diterima sebab setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap informasi yang diterima. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan terdiri dari faktor fisik (misalnya, kurangnya privasi, akomodasi yang tidak nyaman) dan faktor penentu sosial (misalnya, faktor sosial politik, ekonomi). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kefektifan komunikasi meliputi waktu, lokasi, kenyamanan, kebisingan, privasi dan suhu udara. Misalnya, pada saat berkomunikasi terjadi kebisingan maka akan mempengaruhi kualitas pesan yang disampaikan. 3. Faktor-Faktor yang Berhubungan Faktor hubungan mengacu pada status individu dalam kedudukan sosial, kekuatan, tipe hubungan, usia, dan lainnya. Dalam komunikasi sikap juga mempengaruhi interaksi dan menentukan bagaimana sesorang berespon kepada orang lain, pengalaman masa lalu dan tingkat keterbukaan dan penerimaan. Selain itu orang yang memiliki status ekonomi, etnis, sosial budaya, latarbelakang akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Komunikasi dapat juga dipengaruhi oleh jarak dan waktu.



10



H. Tujuan Komunikasi Efektif dalam Praktik Keperawatan Komunikasi yang efektif tidak hanya berguna bagi perawat namun juga berguna bagi pasien dan tim kesehatan lainnya. Tujuan umum komunikasi bagi praktik keperawatan menurut Pieter (2017) yaitu: 1. Mengenal dan memahami pasien (klien) Komunikasi dapat membantu perawat untuk mengenal lebih mendalam tentang kondisi pribadi dan karakteristik (to be known identity) pasien. Karena tanpa melakukan proses komunikasi mustahil perawat dapat mengungkapkan lebih mendalam atas diri pasien. Pemahaman ini juga bertujuan suapaya perawat mengetahui strategi komunikasi yang dibutuhkan pasien seperti mengidentifikasi masalah yang dialami pasien. 2. Mengubah opini dan cara berpikir (opinion change) pasien (klien) Komunikasi dapat membantu perawat mengenal, membentuk dan mengubah pola pikir, opini pandangan, gagasan atau ide ide yang berkenaan dengan informasi. Misal, perawat menjelaskan tentang cara mengurangi beban perasaan dan pikiran serta tindakan antisipasi bila pasien mengalami gangguan perasaan. 3. Mengubah sikap umum (attitude change) pasien (klien) Komunikasi bertujuan dalam hal ini untuk membantu perawat dalam mengenal, membentuk dan mengubah sikap (attitude change) yang berhubungan dengan informasi, tindakan keperawatan atau penyembuhan penyakit pasien. 4. Mengubah perilaku (behavior change) pasien (klien) Komunikasi membantu perawat dalam mengubah, membentuk, atau mempertahankan perilaku pasien. Misalnya, memberikan instruksi kerja keperawatan bagi pasien yang mengalami gangguan hubungan sosial, seperti membantu pasien untuk bersikap terbuka dan menerima oranglain. 5. Mengubah sikap sosial (social change) pasien (klien) Komunikasi membantu perawat untuk mengetahui seberapa besar perubahan sosial yang berhubungan dengan informasi atau tindakan medik keperawatan dan upaya penyembuhan penyakit pasien. Misalnya, membantu pasien menghilangkan pikiran-pikiran negatif terhadap lingkungannya.



11



BAB III Konsep SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation)



A. Defenisi SBAR Komunikasi merupakan bagian penting dalam praktik sehari-hari dalam perawatan kesehatan. Komunikasi yang berkualitas akan mencegah terjadinya kesalahan, pemahaman yang jelas, patuh terhadap rencana perawatan dan juga hasil positif bagi pasien. Salah satu komunikasi standart yaitu SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) format disusun untuk mengoptimalkan komunikasi yang efektif di antara semua anggota tim perawatan kesehatan, untuk menyampaikan situasi apa pun, seperti cedera atau keluhan pasien, perubahan shift perubahan status klinis pasien, atau merujuk pasien ke unit perawatan yang berbeda. SBAR digunakan antara perawat dengan perawat, perawat dengan dokter, perawat dengan teknisi, dan sebagainya. Dengan menggunakan komunikasi SBAR perawat semakin siap menyampaikan situasi yang terjadi dan meningkatkan kerjasama yang baik dengan teman sejawat yang lain. Selain itu SBAR juga memperlancar pertukaran informasi dan meningkatkan keselamtan kerja ( Perry, dkk., 2020). SBAR menurut Standart Nasional Akreditasi RS Indonesia (SNARS) tahun 2017 adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan dirumah sakit untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera yang dapat meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan untuk meningkatkan serah terima atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. SBAR merupakan strategi dalam menyampaikan kondisi pasien yang telah terbukti dapat mengurangi kesalahan. SBAR adalah bentuk komunikasi terstruktur yang diadaptasi dari penerbangan dan industri andal lainnya untuk menggambarkan situasi atau kondisi pasien kepada tim yang lain. SBAR juga dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan mendorong penggunaan komunikasi yang jelas dan terfokus dalam kondisi kritis (Compton, 2016).



12



I. Prosedur Pelaksanaan Komunikasi dengan SBAR Langkah - langkah pelaksanaan komunikasi efektif dengan metode SBAR menurut Perry, dkk (2020) yaitu: 1. Mengidentifikasi



tujuan



menghubungi



kolega



(misalnya,



melaporkan



hasil



pemeriksaan laboratorium, status pengobatan intravena (IV), insiden jatuh, dan perubahan kondisi klinis pasien). 2. Menilai faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan orang lain (lingkungan, waktu, kepercayaan dan nilai budaya yang dianut, pengalaman sebelumnya). 3. Perhatikan bahasa nonverbal yang dapat mempengaruhi komunikasi dengan orang lain dan jangan menghakimi. 4. Persiapakan lingkungan fisik, pergi ketempat yang sunyi, tenang, mengurangi gangguan seperti suara dari luar. 5. Perhatikan perbedaan hierarki antara anggota tim perawatan kesehatan dengan pasien yang sebagai penghalang komunikasi dan kolaborasi yang efektif. 6. Perkenalkan diri dan tujuan dari tindakan. 7. Perhatikan bahasa tubuh dan intonasi suara, tidak menyilangkan kedua tangan pada dada, pertahankan kontak mata 8. Gunakan keterampilan berkomunikasi yaitu ajukan pertanyaan terbuka, jangan berasumsi, jangan menganggu, jangan menyalahkan satu sama lain, berikan umpan balik, aktif mendengarkan dan klarifikasi pesan yang dismapaikan bila perlu. 9. Menggunakan metode komunikasi yang tertulis di tempat kerja seperti komunikasi dengan metode SBAR untuk menyampaikan kondisi pasien kepada teman sejawat. 10. Kerangka SBAR dalam timbang terima atau handover yaitu: S (Situation): nama pasien, usia, jenis kelamin, keluhan utama, kondisi saat ini. B (Background): riwayat alergi, status kode darurat (tidak di resusitasi), riwayat penyakit dan operasi, berkebutuhan khusus (buta, tuli, dan amputasi), dan riwayat imunisasi. A (Assessment): nilai dan amati kondisi yang terjadi saat ini, perhatikan adanya perubahan kondisi, termasuk informasi yang disampaikan oleh pasien, keluarga, care giver dan tim penyedia layanan, pemeriksaan laboratorium, diagnosa medis, termasuk terapi atau pengobatan yang sudah diberikan dan hasil yang diharapkan (perubahan obat, menggunakan oksigen), berikan pendidikan kesehatan tentang rencana pengobatan kepada pasien atau keluarga, evaluasi respon pasien dan hasil yang ditemui.



13



R (Recommendation): jelaskan prioritas masalah kepada perawat jaga selanjutnya, termasuk rujukan, instruksi keperawatan dan tindakan keperawatan utama. 11. Mengkaji perkembangan pasien dan melaporkannya setiap pergantian shift. J. Prosedur Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Layanan Kesehatan Prosedur pelaksanaan komunikasi SBAR dalam



layanan kesehatan menurut



Simamora (2018) yaitu: 1. Situation/ Situasi Situasi membahas tentang kondisi pasien saat ini seperti, bagaimana situasi pasien saat ini? Mengapa perawat menghubungi dokter? Apa yang sedang terjadi kepada pasien saat ini?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijelaskan dengan kalimat yang singkat sesuai dengan situasi yang sebenarnya terjadi sehingga dokter mendapatkan gambaran situasi pasien saat ini. 2. Background/ Latar belakang Background berisi tentang riwayat kesehatan yang dialami oleh pasien seperti riwayat alergi, obat-obatan dan cairan infuse yang diberikan, jelaskan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan yang mendukung kondisi pasien, informasi klinik yang mendukung, tanda vital pasien. Secara umum latar belakang membahas tentang apa yang melatarbelakangi kondisi pasien? Apa saja tanda-tanda vital dan riwayat penyakit pasien? Jelaskan bagaimana kondisi situasi yang akan datang? Keadaaan apa yang mengarah pada kondisi tersebut? 3. Assessment/ Penilaian Penilaian berbicara tentang kesimpulan dari analisa terhadap gambaran situasi pasien. Secara umum pada penilaian, menjelaskan tentang pertanyaan apa penilaian anda terhadap kondisi tersebut? apa masalah yang terjadi kepada pasien berdasarkan penilaian masalah tersebut? 4. Recommendation/ Rekomendasi Rekomendasi membahas tentang tindakan yang harus dilakukan selanjutnya terkait kondisi yang terjadi pada pasien seperti: mengusulkan dokter untuk mengunjungi pasien, menghubungi dokter tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Secara umum rekomendasi menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki masalah yang terjadi pada pasien? Tindakan apa yang harus dilakukan atau diusulkan?



14



Fase interaksi (perawat shift sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya bersama pasien dengan keluarga) pelaporan dengan metode SBAR menurut Hadi (2016): 1. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) Sebutkan nama pasien dan umur pasien, sebutkan tanggal masuk ruangan dan hari perawatan, sebutkan nama dokter yang menangani pasien, sebutkan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang belum atau yang sudah teratasi. 2. Background (info penting yang berhubugan dengan kondisi pasien terkini) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dari setiap diagnose keperawatan, sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasive dan obat-obatan termasuk alat infuse yang digunakan, jelaskan dan identifikasi pengetahuan pasien dan keluarga tentang diagnosa medis. 3. Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini (meliputi B6/ head to toe), jelaskan kondisi klinik yang mendukung ( Lab, Rongent dll). 4. Recommendation Rekomendasi intervensi keperawatan yang sudah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing plan) termasuk discharge planning serta edukasi pasien dan keluarga. K. Penerapan Komunikasi SBAR 1. Operan Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR. 2. Pelaporan Kondisi Pasien Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamaran pasien (Davey, 2015)



15



Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien meningkat. (Sukesih, 2015) 3. Transfer Pasien Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan external. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses pelayanan kesehatan. Salah satu proses pelayanan kesehatan adalah transfer pasien (Prakoso, 2016). Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien. Masalah komunikasi SBAR saat proses transfer berpotensi untuk mengalami masalah dan dapat berdampak pada pasien. Masalah yang dialami seperti tidak lengkapnya laporan transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi kondisi pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang gagal akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang kurang jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak pada keselamatan pasien maka perlu diperhatikan mekanisme transfer pasien (Landua, 2014).



16



BAB IV Jurnal 1. Menurut penelitian tentang “The Effectiveness Of Coaching Method Using SBAR Communication Tool On Nursing Shift Handovers” oleh Herawati, dkk (2018), yang bertujuan untuk menganalisis keefektifan metode coaching dengan menggunakan alat komunikasi SBAR pada serah terima shift keperawatan. Dari hasil yang didapat bahwa adanya peningkatan kemampuan pembinaan perawat kepala dalam penerapan SBAR dalam serah terima keperawatan setelah 2 minggu dan 4 minggu pembinaan. Ada juga peningkatan yang signifikan dari penggunaan SBAR pada shift keperawatan serah terima pada kelompok eksperimen (p