Script Film Pendek Pengamalan Nilai Pancasila [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fawaz
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Script Film pendek pengamalan nilai pancasila sila ke 4 Judul : Keluarga Cemara (h) Pemeran: Fawaz (kakak) Diaz (pak RT) Wildan (bapak) Ilham (adik) Yayu (ibu) Epwan (kakek)



KELUARGA CEMARA (H)



Di sebuah desa bernama Bayombong , terdapat sebuah keluarga yang oleh orang-orang sekitar dijuluki sebagai Keluarga Cemarah, karena setiap hari baik itu bapak, ibu, anak, bahkan kakek dalam keluarga itu selalu marah-marah, salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya kesepakatan atau musyawarah terlebih dahulu dalam memutuskan suatu perkara. Keluarga itu terdiri dari Bapak, Ibu, Kakak laki-laki, Adik Laki - laki dan Kakek. Suatu ketika.. Bapak : Mamah, ini kenapa mamah nyiapin ayah baju warna pink, celana nya warna kuning, sepatunya warna merah, ayah kan mau upacara, kalau pakai pakaian ini bisa diketawain sama semua.



Ibu : Aduh, ayah sih ga bilang, dikirain hanya mau main saja, aduh gimana ya? adanya baju ini saja, yaudah dipakai saja. Ayah : (dengan muka cemberut) yaudah deh, nasib. lain kali jangan kaya gini lagi. Ibu : Ayah juga harusnya ngomong dulu, biar mamah siapin bajunya sesuai. Karena tidak adanya musyawarah terlebih dahulu, sesuatu hal bisa menjadi hal perdebatan dan membawa kepada pertengkaran, oleh karena itu sebelum memutuskan sesuatu kita harus terlebih dahulu bermusyawarah dalam menentukan apa yang akan dilakukan BABAK 2 Tidak berhenti dari situ, perdebatan pun terjadi karena sang kakak tibatiba memutuskan untuk bekerja di luar negeri tanpa memberi tahu kepada keluarga. Kakak : Yah, aku besok akan berangkat ke Malaysia untuk bekerja disana. Ayah : Apa? Ke Malaysia? untuk apa? disini kan masih banyak lowongan pekerjaan.



Kakak : Ini sudah diputuskan olehku, dan tidak bisa dirubah. Ibu : kakak, kalau kamu memutuskan sesuatu, cobalah untuk bermusyawarah terlebih dahulu kepada orang tua. Kakak : Tidak usah bu, aku sudah besar. Karena tidak mau menerima pendapat orangtuanya, keputusannya sudah tidak bisa dirubah, sang kakak pun akhirnya pergi bekerja ke Malaysia meninggalkan orangtuanya. Ibu nya sedih, setiap hari menangis karena memikirkan anaknya yang jauh disana, sampai tidak semangat dalam menjalani aktivitas seperti biasa. BABAK 3 Sang Adik yang kini sudah beranjak dewasa dan hendak berkuliah, menangis karena tidak diizinkan kuliah di luar pulau Jawa. Adik : (sedang menangis) Kakek : Kamu kenapa menangis?



Adik : Aku tidak dizinkan ayah dan ibu untuk kuliah di luar pulau jawa, aku sedih. Kakek : Oh begitu masalahnya, mungkin menurut orangtuamu, setelah kepergian kakakmu keluar negeri, mereka tidak mau berjauhan dengan anaknya lagi. Adik : Tapi kakak boleh? Kakek : mereka khawatir, karena kamu perempuan, dan apabila jauh dari orangtua, ibu mu pasti lebih sedih lagi. Adik : (masih terus menangis) BABAK 4 Mendengar selalu ada keributan di rumah Keluarga Cemarah, Kepala Desa Cikiih akhirnya mendatangi rumah mereka bermaksud untuk memberikan nasihat. Kades : Assalamu’alaikum Keluarga Cemarah : Wa’alaikumsalam



Kades : Saya mendengar setiap hari selalu ada saja keributan di rumah ini? Ayah : Iya pak Kades kami sering berbeda pendapat antara satu dengan yang lainnya. Ibu : Kami juga sering tidak bermusyawarah terlebih dahulu dalam memutuskan sesuatu. Adik : Ayah dan ibu tidak mau menerima pendapatku Kakek : mereka semua ini perlu nasihat dan arahan agar bisa selalu sepakat dengan terlebih dahulu bermusyawarah antar anggota keluarga. Kades : Oh begitu masalahnya, mulai dari sekarang, cobalah untuk bermusyawarah, perbedaan pendapat itu biasa, tetapi kita juga harus bisa bersikap demokratis. tiba-tiba sang kakak pulang dari Malaysia. Kakak : Ayah, ibu, maafkan aku karena bersikap tidak menghargai pendapat kalian.



Kades : Nah sekarang kakak sudah datang, mulai dari sekarang marilah kalian bermusyawarah agar bisa mendapatkan keputusan yang sebaikbaiknya. Itulah kisah keluarga cemarah yang pada akhirnya warga setempat memanggilnya keluarga cemara, menghilangkan hurup H di akhir karena saat ini mereka hidup bahagia, tidak bertengkar karena selalu bermusyawarah terlebih dahulu dalam memutuskan suatu perkara. [SEKIAN]