Sejarah Borobudur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. SEJARAH BOROBUDUR Sejarah candi Borobudur lengkap – Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di kota Magelang, provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Karena kemegahan dan keagungannya, candi yang dibangun pada abad ke-8 ini sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia (world heritage). Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti Syailendra. berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Sejarah berdirinya Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8. Asal usul candi Borobudur pun masih diliputi misteri, mengenai siapa pendiri candi Borobudur dan apa tujuan awalnya membangun candi ini. Banyak cerita dan kisah candi Borobudur beredar yang kini dikenal sebagai dongeng rakyat setempat. Letak Candi Borobudur Candi Borobudur terletak di kota Magelang, provinsi Jawa Tengah. Alamat Candi Borobudur lengkapnya ada di Jl. Badrawati, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari Semarang, 86 km dari Surakarta dan 40 km dari DI Yogyakarta.



Sejarah Candi Borobudur Bagaimana sejarah Borobudur di awal pembangunan? Bagaimana sejarah berdirinya candi Borobudur dari dulu sampai sekarang? Kali ini akan dibahas mengenai sejarah candi Borobudur singkat dari awal mula berdiri, penemuan kembali dan proses pemugaran candi. Asal Usul Candi Borobudur Terdapat sejarah panjang dalam berdirinya candi Borobudur. Sampai saat ini tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun Borobudur dan apa tujuan membangun candi ini. Diperkirakan candi Borobudur dibangun pada tahun 800 Masehi. Perkiraan waktu pembangunan candi didasarkan pada perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang umumnya digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Candi borobudur dibangun pada masa kerajaan dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan antara kurun waktu 760 sampai 830 Masehi. Proses pembangunan candi Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 sampai 100 tahun lebih. Candi Borobudur baru benar-benar rampung 100% pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825 Masehi.



Pendiri Candi Borobudur Siapa yang membangun candi Borobudur? Sampai saat ini masih belum diketahui siapa yang membangun candi Borobudur. Yang jelas candi Borobudur dibangun saat kejayaan dinasti Syailendra. Selain itu juga sempat ada ketidakjelasan candi Borobudur peninggalan agama apa, apakah agama Buddha atau Hindu. Diketahui bahwa warga dinasti Syailendra adalah penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat. Namun berdasarkan temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa awalnya mereka mungkin beragama Hindu Siwa. Di era itu memang banyak dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di dataran Kedu. Ada juga candi suci Shiwalingga di dekat kawasan Borobudur yang merupakan candi Hindu. Meski begitu umumnya disepakati candi Borobudur peninggalan kerajaan Buddha. Candi Borobudur sendiri dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun Borobudur rampung lebih dahulu sekitar tahun 825 M. Proses Pembangunan Candi Borobudur Awal mula candi Borobudur adalah berupa rancangan stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Karena stupa yang terlalu besar dan berat dianggap bisa membahayakan, maka kemudian stupa tersebut dibongkar dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur: Tahap pertama Tahap pertama pembangunan candi Borobudur dilakukan dengan meletakkan fondai dasar candi. Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti dan diperkirakan dimulai pada tahun 750 Masehi. Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Borobudur terbuat dari batu andesit, tapi tidak seluruhnya. Bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Awalnya Borobudur dibangun dengan tingkatan bersusun seperti rancangan piramida. Namun susunan tersebut diubah dan sebagai gantinya dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida yang diubah. Tahap kedua Pada tahap kedua pembangunan tidak banyak proses pembangunan dilakukan. Yang ada hanya dilakukan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar. Di atasnya langsung dibangun sebuah stupa tunggal yang sangat besar. Tahap ketiga Pada tahap ketiga pembangunan terjadi perubahan rancangan bangunan. Undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar berada di bagian tengahnya. Fondasi candi juga agak diperlebar dan kemudian dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Perubahan stupa besar dikarenakan stupa tersebut terlalu besar dan berat sehingga diganti tiga stupa kecil dan satu stupa induk.



Tahap keempat Pada tahap keempat atau tahap terakhir pembangunan dilakukan sedikit perubahan kecil dan finishing. Perubahan kecil yang meliputi penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu serta pelebaran ujung kaki. Setelah perubahan kecil selesai, maka candi Borobudur pun selesai dibangun. Pada akhirnya Candi Borobudur diperkirakan rampung secara total pada sekitar tahun 850 Masehi.



Penemuan Candi Borobudur Sejarah candi Borobudur berikutnya memasuki tahap penemuan kembali. Perlu diketahui bahwa candi Borobudur sempat tersembunyi dan telantar selama berabad-abad. Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur saat itu benar-benar menyerupai bukit. Tidak diketahui kenapa Borobudur ditinggalkan dan dibiarkan tidak terawat. Diperkirakan antara tahun 928 sampai 1006 Masehi ketika Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur karena adanya letusan gunung berapi menjadi faktor kenapa Borobudur ditinggalkan, meski hal ini juga belum pasti. Masuknya kerajaan Islam di abad ke 15 juga membuat Borobudur kian dilupakan. Meski ada cerita dan legenda candi Borobudur yang beredar mengenai kejayaan candi ini di masa lampau. Baru pada tahun 1814 Masehi, candi Borobudur kembali ditemukan lagi. Saat itu pulau Jawa ada di bawah pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles selaku gubernur jenderal. Raffles memiliki ketertarikan pada sejarah dan kebudayaan Jawa. Saat melakukan inspeksi ke Semarang, Raffles mendengar kabar adanya monumen besar yang letaknya tersembunyi di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Ia kemudian mengutus H. C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam 2 bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Ia melaporkan temuan ini dan memberi sketsa candi Borobudur pada Raffles. Raffles pun dianggap berjasa atas penemuan kembali Candi Borobudur dan mulai menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini. Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius. Pada tahun 1835 Masehi, akhirnya seluruh bagian bangunan candi telah tergali dan bisa terlihat. Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F. C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik untuk mempelajari monumen ini.



Setelah itu terus dilakukan penelitian terkait candi Borobudur oleh Pemerintah Hindia Belanda. Borobudur pun kian terkenal hingga mengundang kolektor candi untuk berkunjung. Borobudur juga sempat menjadi target pencuri artefak candi untuk kemudian dijual mahal. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen. Namun seorang arkeolog bernama Groenveldt yang ditunjuk pemerintah menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan kemudian menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan. Pemugaran Candi Borobudur Sejarah berdirinya Candi Borobudur berlanjut dengan proses pemugaran. Pada tahun 1900 Masehi, pemerintah Hindia Belanda mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Dibentuklah komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini yang terdiri dari seorang sejarawan seni bernama Brandes, seorang insinyur dan tentara Belanda bernama Theodoor van Erp dan insinyur ahli konstruksi bangunan Departemen Pekerjaan Umum bernama Van de Kamer. Pemugaran candi dilakukan dengan memperhatikan banyak hal. Hal-hal yang dilakukan antara lain adalah perbaikan sistem drainase, pengaturan sudut bangunan, pemindahan batu yang membahayakan, penguatan pagar langkan pertama dan pemugaran beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Hal lain yang harus ditambahkan adalah pembuatan pagar halaman candi dan pembersihan kawasan. Proses pemugaran candi Borobudur dilakukan pada kurun 1907 sampai 1911 Masehi. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah pun beberapa kali melakukan pemugaran meski berskala kecil. Pada akhir 1960an, pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh candi dalam suatu proyek besar yang dimulai sejak tahun 1975 sampai tahun 1982. Setelah renovasi, tepatnya pada tahun 1991, UNESCO kemudian memasukkan Candi Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia dan masuk dalam kriteria Budaya. B. SEJARAH MUSEUM DIRGANTARA DI YOGYAKARTA DAN KOLEKSINYA Banyak sekali objek wisata di Yogya yang membuat para wisatawan tertarik untuk berkunjung kesana. Tidak hanya terkenal dengan produksi batik dan bakpia, Yogyakarta juga memiliki banyak tempat wisata alam seperti candi di Yogyakarta, sejarah situs Ratu Boko, bahkan sejarah gudeg dan juga wisata ilmu pengetahuan dan sejarah seperti sejarah candi kalasan yang akan berguna bagi para pelajar. Museum Dirgantara di Yogya merupakan bagian dari salah satu tujuan wisata tersebut yang banyak mendapatkan pengunjung terutama pada musim liburan, yang bertujuan untuk memperkenalkan perangkat – perangkat yang dimiliki TNI AU serta sejarahnya. Tempat ini merupakan museum yang memiliki daya tarik tinggi bagi para wisatawan karena apa yang akan dilihat didalamnya sangat menarik dan sama sekali tidak membosankan seperti dugaan orang awam mengenai sebuah museum. Museum ini sangat cocok untuk dikunjungi oleh Anda yang menyukai dunia penerbangan atau aviasi karena museum ini menampilkan berbagai koleksi lengkap dari dunia penerbangan militer dan dirgantara. Pengunjung akan dapat melihat berbagai pesawat hebat yang digunakan pada masanya dulu, termasuk pesawat tempur dan pesawat angkut yang pernah digunakan dan dimiliki TNI AU.



Sejarah Museum Dirgantara di Yogyakarta



Museum yang sebelumnya berlokasi di Jakarta ini dipindahkan ke kompleks TNI AU Yogya karena Yogya adalah lokasi dimana terjadi peristiwa kelahiran TNI Angkatan Udara. Sejarah museum dirgantara di Yogyakarta dimulai pada 4 April 1969 di jalan Tanah Abang, Bukit, Jakarta ketika didirikan oleh Panglima AU Laksamana Udara Rusmin Nuryadin. Pada November 1977 museum kemudian dipindahkan dan digabung dengan Museum Kesatrian Akademi Angkatan Udara di pangkalan Adi Sucipto Yogya. Museum kemudian diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada 29 Juli 1978. Karena pertimbangan bahwa Alutsista Udara TNI AU akan terus berkembang dan gedung museum lama di Kesatrian AKABRI tidak akan dapat menampung dan sukar dijangkau oleh pengunjung, maka letak museum kemudian dipindahkan. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti yang diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU tanggal 11 April 1984 mengenai rehabilitasi gedung bekas pabrik gula dan gudang logistik zaman Jepang untuk disiapkan sebagai gedung museum permanen. Memasuki tahun 1984 museum kemudian dipindahkan kembali ke Wonocatur ke sebuah gedung yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Pada 29 Juli 1984 museum kemudian diresmikan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi dengan luas kurang lebih 4,2 hektar dan luas bangunan yang digunakan seluruhnya sebesar 8,765 meter persegi. Koleksi Museum Dirgantara



Sebagai bagian dari Sejarah Museum Dirgantara di Yogyakarta, koleksi museum ini berjumlah 10 ribu buah berupa 36 pesawat terbang, 1000 foto, 28 macam diorama, lukisan, tanda – tanda kehormatan, pakaian dinas, dan perpustakaan yang menampung sejumlah koleksi buku. Koleksi pesawat tempur dan replikanya yang berada di museum ini kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan masa – masa perang kemerdekaan Indonesia, antara lain: Pesawat Ki-43 yang dibuat oleh Jepang Pesawat PBY-5A Catalina Replika pesawat pertama yang diproduksi Indonesia, WEL-I-RI-X Pesawat buatan Jepang yaitu A6M5 Zero Sen Pesawat pembom jenis B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger Helikopter buatan Amerika Hillier 360



Pesawat P51 Mustang dari AS Pesawat KY51 Cureng dari Jepang Replika pesawat Glider Kampret yang dibuat Indonesia Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, Mig -17 dan Mig 21 Rusia. Rudal SA 75 Pesawat TS -8 Dies yang dibuat AS. Baru – baru ini pada sejarah museum dirgantara di Yogyakarta mendapat tambahan koleksi berupa 9 buah prototipe bom yang dibuat oleh Dislitbang AU bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari, yaitu bom latih dan bom tajam berdaya ledak tinggi yang bisa digunakan sebagai senjata pada pesawat Sukhoi Su-30, F 16, F5, Sky Hawk, Super Tucano dan lainnya. Ada pula koleksi berupa foto – foto pejuang TNI AU misalnya Agustinus Adisucipto, Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Adi Sumarmo, Abdul Halim Perdanakusuma, dan lainnya yang merupakan pelopor pendirian TNI AU Indonesia. Tata Ruang Museum Dirgantara Gedung museum ini terbagi menjadi beberapa bagian ruangan yang mengakomodir pameran berbagai koleksi yang ada disini. Selain ruang utama yang berisi pajangan foto – foto para mantan petinggi AU, ada beberapa ruangan lain yaitu: Ruang Kronologi I dan II Di dalam ruangan ini pengunjung dapat melihat – lihat susunan diorama sejarah dan dokumen yang berasal dari masa – masa proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945. Sejarah keterlibatan TNI AU dalam usahanya membela Merah Putih sejak Agresi Militer Belanda II yang menyerang Lanud Adisucipto yang dulu masih bernama Maguwo. Dalam sebuah diorama diungkapkan bagaimana perjuangan para Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara Maguwo, dan juga terdapat pesawat C-47 VTCLA yang dinaiki para perwira TNI AU yang fotonya ada di ruang utama dan jatuh karena ditembak Belanda sehingga para perwira tersebut gugur. Masih ada beberapa diorama lain seperti diorama ketika terjadinya penerbangan pertama pesawat merah putih, peristiwa 29 Juli 1947, peristiwa setelah terjadinya penerbangan pertama, diorama Trikora, dan mengenai SKSD Palapa. Ruang ALUTSISTA Di ruangan ini para pengunjung bisa melihat berbagai peralatan temput TNI AU yang digunakan ketika bertempur melawan para penjajah pada zaman dulu. Selain berbagai jenis pesawat yang telah disebutkan diatas, ada berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AU berupa rudal anti pesawat, senjata penangkis serangan udara (PSU) dan beberapa jenis senapan yang digunakan pasukan Indonesia untuk melawan Belanda. Ada beberapa pesawat yang dapat dinaiki oleh pengunjung secara statis. Selain itu ada juga studio foto yang memungkinkan anak – anak berfoto ala pilot pesawat tempur dan tempat penjualan suvenir di museum dirgantara yang terletak di dekat pintu keluar museum. Toko ini menjual berbagai aksesoris kedirgantaraan Indonesia mulai dari topi yang bergambar pesawat tempur, kaus, emblem atau pin, miniatur pesawat tempur dan lain sebagainya. Beberapa koleksi pesawat juga ada dipajang di halaman museum, dan satu alutsista bekas buatan Uni Soviet di salah satu sudut museum berupa pesawat TU 16 yang dijuluki Badger oleh Amerika. Pesawat inilah yang turut berjasa memaksa Belanda angkat kaki dari Papua sehingga peristiwa Trikora bisa berakhir dan Papua kembali ke pangkuan RI. Sejarah museum dirgantara di Yogyakarta tentunya membuat Anda penyuka sejarah akan tertarik pada berbagai koleksi yang ada disini. Harga tiket berkisar empat ribu rupiah per orang dan dibuka mulai pukul 08.00-15.00 setiap harinya. Lokasi museum ini tepatnya adalah bandar udara Adi Sucipto di Jalan Kolonel Sugiono, Kompleks Lapangan Udara Adi Sucipto, Wonocatur, DIY. Lokasinya berada di tengah perkotaan yang mudah dijangkau oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Akses kendaraan umum berupa bus umum dan pengunjung bisa turun di SD Angkasa yang letaknya setelah Flyover Janti, lokasi museum sekitar 200 meter dari lokasi turun



bus. Pengunjung juga dapat naik trans Jogja dan turun di shelter Janti yang terdekat. Selain itu, ada juga sejarah museum batik yogyakarta, sejarah museum biologi, dan sejarah museum affandi di Yogya. C. SEJARAH YOGYA BAY Jogja Bay Waterpark merupakan salah satu wahana air yang ada di Yogyakarta. Waterpark yang diresmikan 20 Desember 2015 ini Jogja Bay mengusung Bajak Laut sebagai tema utamanya. Berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 7,7 hektar, Jogja Bay memiliki 14 wahana air seru yang siap membuat hari libur semakin seru. Karena itu, tidak heran jika Jogja Bay di klaim sebagai waterpark terbesar, tercanggih dan terlengkap di Indonesia. Jogja Bay ini memiliki 14 wahana aktraktif yang bisa dinikmati wisatawan. Di antaranya adalah Memo Racer, South Beach, Bekti Adventure, Volcano Coastor, Timo Rider, Mimi Family, Jolie Raft River, Brando Boomeranggo, Donte Wild River, Ziggy Giant Barrel, Hip Playground, Kula Playpool, Grand Lobby, dan Harbour Theater. Bagi pengunjung yang menyukai tantangan dan wahana yang bisa memacu adrenalin, bisa mencoba beberapa wahana seru antara lain Memo Racer, Volcano Coaster, Timo Rider, Jolie Raft River dan Brando Boomeranggo. Sedangkan wahana yang cocok untuk anak-anak, Jogja Bay Waterpark menyediakan Ziggy Giant Barrel, Mimi Family dan Hip Playground. Tersedia juga Donte Wild River yang merupakan kolam arus dan Kula Playpool dapat dinikmati segala usia. Selain itu, Jogja Bay Waterpark memiliki wahana air edukasi, yaitu South Beach. Wahana berupa kolam ombak yang mempunyai 9 jenis ombak berbeda ini memberikan informasi dan edukasi kepada pengunjung tentang ‘How to survive in Tsunami and earthquake’. Tidak hanya berbagai wahana permainan air saja yang ada disini, Setiap Sabtu dan Minggu pukul 15.00 – 16.00 WIB Jogja Bay Waterpark menampilkan pertunjukan spektakuler berupa drama musical Jose and The Guardians Past In the Future menceritakan tentang Story of Jogja Bay. Fasilitas yang tersedia di wisata ini sudah sangat lengkap, mulai dari Area Parkir, Panggung, Gazebo, Pool Bar, Penyewaan Loker, Penyewaan Handuk, Layanan Foto, Pirates Ship, Shopping Centre, Resto & Cafe, Light House, Musholla, Kamar Mandi, dan Odong-Odong. Jogja Bay Waterpark Alamat : Jl. Utara Stadion, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga tiket masuk untuk weekdays : Dewasa : Rp 90.000 Anak – Anak ( Tingi dibawah 110cm ) : Rp 60.000 Usia diatas 65 Tahun : Rp 60.000 Usia bawah 2 tahun : Gratis Harga tiket masuk untuk weekend : Dewasa : Rp 100.000 Anak – Anak ( Tinggi dibawah 110cm ) : Rp 75.000 Usia diatas 65 Tahun : Rp 75.000 Usia bawah 2 tahun : Gratis Jam Buka Jogja Bay Waterpark untuk pembelian tiket : Senin – Jumat : 09.00 – 16.00 Jam buka wahana : 09.00 – 18.00 Sabtu – Minggu : 08.00 – 16.00 Jam buka wahana : 08.00 – 18.00 (Jika ada events khusus Harbour Theatre sampai jam 22.00)



D. SEJARAH MALIOBORO YOGYA - MALIOBORO merupakan salah satu jalan paling populer di



Yogya. Selain berada di jantung kota, Malioboro menjadi cukup dikenal karena cerita sejarah yang menyertainya. Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogya yakni Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan. Dalam Bahasa Sansekerta, kata Malioboro bermakna karangan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811 - 1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini. Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan pedagang Tiong Hoa. Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya. Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada. Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini. Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Awal tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro.



LAPORAN HASIL STUDY TOUR YOGYAKARTA KELAS VI MIN 03 BREBES



Disusun Oleh : Nama : NABILA DIANA PUTRI