Sejarah Mata Uang Indonesia Dari Tahun 1945 Sampai Sekarang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Mata Uang Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang



Rupiah” berasal dari Bahasa Sansekerta, dari kata “Rupyah yang berarti /perak tempaan/. Sebelumnya, pada masa penjajahan Belanda, di Nusantara ini menggunakan sistem mata uang gulden Belanda pada tahun 1610-1817. Hingga kemudian diperkenalkanlah Gulden HindiaBelanda. Nama Rupiah pertama kali digunakan secara resmi ketika dikeluarkan pada era pendudukan Jepang, Dai Nippon, pada Perang Dunia II. Nah, setelah Perang Dunia II itu selesai, Bank Jawa (red—Javasche Bank), cikal-bakal Bank Indonesia, mengeluarkan mata uang Rupiah. Sementara itu, tentara Sekutu mengeluarkan mata uang Gulden Nica. Jadi, ada dua sistem mata uang yang dipakai pada masa itu.



Masa Kerajaan Mataram Kuno Diawali oleh zaman kerajaan Hindu di Indonesia Mata-uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850/860 Masehi yaitu pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak, mempunyai berat yang sama, dan mempunyai beberapa nominal seperti Masa (Ma) dengan berat 2.40 gram atau sama dengan 2 Atak atau 4 Kupang Sedangkan koin kedua berbahan dasar perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”. Kerajaan Mataram Kuno mengalami kejayaan pada masa 850 M. Di wilayah ini, alat tukarnya menggunakan koin emas dan perak yang berbentuk kotak. Nominalnya pun berbeda-beda.



Masa Kerajaan Jenggala Kerajaan Jenggala adalah kerajaan berkuasa yang terletak di timur Pulau Jawa. Pada masa kejayaannya (1042-1130), kerajaan ini menggunakan koin emas dan perak dalam perdagangan. Kerajaan ini juga menggunakan uang kepeng dari Cina sebagai alat pembayaran resmi. Ini menunjukkan bahwa kerajaan di Nusantara memiliki pengaruh hubungan dagang dengan bangsa Cina. Pada zaman Jenggala dan Majapahit uang-uang emas dan perak tetap dicetak dengan berat standa Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar, sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung dengan disebut uang Gobog. Uang Gobog pada zaman kerajaan Majapahit terbuat dari tembaga dengan ukuran diameter 29-86 mm, berat 1621,3 gram dan tebal 22-6 mm. Biasanya pada bagian depan terlihat relief wayang, senjata berbentuk cakra, sesaji dan pohon beringin.Uang ini beredar pada abad ke 14 hingga abad 16 Masehi oleh masyarakat Jawa.



. Zaman Kerajaan Samudera Pasai



Kerajaan yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini mempunyai mata uang yang dinamakan Dirham. Uang Dirham di Samudra Pasai dikeluarkan oleh Sultan Malik Al Zahir tahun 1297 hingga 1326 dan didominasi oleh tulisan arab dengan nama Malik al Zahir dan Sultan al Adul di sisi yang lain. Kasha di Kesultanan Banten mata uang Kasha adalah mata uang yang dipakai Kesultanan Banten pada era itu. Koin ini berbahan dasar emas. Dengan lubang bersisi enam, mata uang yang dipakai di kerajaan ini menunjukkan adanya pengaruh Cina pada desain dan pengaruh Arab pada ukiran.



Mata Uang Nusantara pada Masa Penjajahan Uang Belanda



Penggunaan mata uang pada masa penjajahan tidak terlepas dari pengaruh Belanda sebagai negara penjajah Nusantara. Peran pemerintahan kolonial itu pun tidak terlepas dari yang namanya sebuah organisasi besar yang bergerak di bidang perdagangan, yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie atau dikenal sebagai VOC. Pada masa itu, VOC secara tidak langsung menyebarluaskan penggunaan mata uang Gulden Hindia-Belanda, selain gulden Hindia-Belanda, wilayah Sumatra dan Jawa memakai dolar Sumatra dan rupiah Jawa Masuk ke tahun 1595 untuk pertama kalinya kapal-kapal Belanda menginjak daratan Indonesia. Ekspedisi ini dikepalai oleh dua bersaudara, Cornelis dan Frederick de Houtman, dan mendarat di pelabuhan Banten. Mereka membawa koin-koin perak untuk dipakai membeli rempahrempah, baik yang dinamakan Real Batu ataupun Real Bundar. Kemudian mereka juga mencetak mata uangnya sendiri guna dipakai sebagai alat pembayaran, dengan tahun 1601/1602. Sampai akhirnya, pada bulan Maret 1602 didirikan sebuah perusahaan dagang baru yang dinamakan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Selain koin, VOC juga menerbitkan uang kertas dengan jumlah terbatas. Salah satu yang diedarkan adalah uang kertas Rjksdaalder di Ternate dengan tulisan di bagian depan berisi teks singkat dalam bahasa Belanda dan Arab. Pada tahun 1748, VOC memperkenalkan uang kertas dalam bentuk surat berharga. Nilai nominalnya bervariasi antara 1-10000 Rijksdaalder. Sejak tahun 1783, VOC mengedarkan uang kertas dengan jaminan perak 100%.



Pada tahun 1799 VOC akhirnya dinyatakan bangkrut. Semua harta dan kekuasaannya diambil alih oleh pemerintahan Belanda, yang dimulailah babak baru masa penjajahan Belanda yang sesungguhnya. Uang De Javasche Bank



Zaman berganti menjadi penguasaan Belanda sepenuhnya. De Javasche Bank adalah instansi yang berperan aktif dalam hal moneter di Hindia Belanda setelah kejatuhan VOC. Mereka mulai ambil bagian pada tahun 1828 dengan mengedarkan satu seri biljet Javasche Bank yang masih berupa uang "sebelah", tapi sudah semakin maju, dan setiap mata uang yang dikeluarkan sudah memiliki nomer seri dengan tulisan tangan. Lalu pada tahun 1832 dikeluarkan seri Tembaga, di mana uang kertas ini mirip dengan kwitansi yang kita kenal sekarang. Pada tahun 1846 diedarkan uang seri "Recipes", kemudian tahun 1851 diedarkan uang seri "biljet Javasche Bank". De Javasche Bank (DJB) tetap mengeluarkan uang kertas dengan pecahan 5 Gulden ke atas. Untuk uang kertas yang dicetak DJB di antaranya seri J.P Coen, seri Bingkai dan seri Mercurius. Uang Jepang



Semuanya dicetak dengan tahun Jepang 2603 dan 2604 (1943 dan 1944 Masehi), yang dituangkan dalam Undang-Undang Pemerintahan Militer Jepang No. 2 tertanggal 8 Maret 2602 (1942). Koin pecahan 1 dan 5 Sen terbuat dari Aluminium, sedangkan koin nominal 10 Sen terbuat dari timah. Pada koin-koin nominal 5 dan 10 Sen, dibagian muka terdapat gambar Wayang, sedangkan nominal 1 Sen terdapat gambar kepala wayang. Di bagian belakangnya terdapat tulisan Jepang, JAVA, Nominal (Sen), dan tahun Jepang 2603/04. Uang ORI



Desakan untuk mempunyai dan mencetak mata uang sendiri akhirnya muncul. Pemerintah menerbitkan ORI atau Oeang Repoeblik Indonesia yang mulai diedarkan bulan Oktober tahun



1946. Situasi perang membuat peredaran uang ORI tersendat. ORI tetap diedarkan secara gerilya dan terbukti mampu meeningkatkan rasa solidaritas serta nasionalisme rakyat Indonesia. penggunaan mata uang ORI secara sah dimulai pada tanggal 30 Oktober 1946. Nah, pada masa awal ‘penciptaan’ ORI inilah bentuk fisiknya masih sangat sederhana, dengan kualitas yang masih kurang pada sistem pengaman serat halus. Pada peredarannya, ORI terbagi atas 5 (lima) penerbitan. 1. ORI I (Tahun 1945) Pada masa ini, ORI resmi diedarkan pada tanggal 30 Oktober 1946. Pecahannya mulai dari 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah. 2. ORI II (Tahun 1947) Pada era ini, ORI II hanya memiliki empat pecahan mata uang, yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, dan 100 rupiah. Pecahan 25 rupiah berbeda dengan tiga nominal lainnya. Untuk edisi ini, seluruh mata uang bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditandatangani Mr Sjafruddin Prawiranegara. 3. ORI III (Tahun 1947) Pada seri ini, ORI III terdiri dari tujuh jenis pecahan, yaitu dari ½ rupiah hingga 250 rupiah. Di era ini ada pecahan langka yaitu seri 100 rupiah Maramis. Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh pecahan 600 rupiah di seri ORI IV. 4. ORI IV (Tahun 1948) Seri ini memiliki nominal pecahan-pecahan yang sangat ganjil, yaitu 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah Hatta, 400 rupiah, dan salah satu karya terbaik dan terlangka, sekaligus termahal, nominal 600 rupiah (unissued). Uang Orde Baru



Pada zaman Presiden Soeharto uang pertama yang dikeluarkan adalah uang kertas seri "Sudirman" dengan pecahan 1, 2½, 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 5.000, dan 10.000 rupiah, yang ditandatangi oleh Gubernur BI Radius Prawiro dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo, beremisi tahun 1968 dan mulai diedarkan pada tanggal 8 Januari 1968. Pada tanggal 23 Agustus 1971, Pemerintah/kabinet Pembangunan I mendevaluasi rupiah sebesar 10%, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semula 1 dolar sama dengan 378, kini menjadi 415 rupiah. Setelah itu pada tahun 1975, BI mengeluarkan uang kertas pecahan 1.000 rupiah bergambar Pangeran Diponegoro, 5.000 rupiah bergambar Nelayan, dan pecahan 10.000 rupiah bergambar relief Candi Borobudur. Masing-masing ditandatangai oleh Gubernur BI Rachmat Saleh dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo. ejalan dengan perkembangan pembangunan Indonesia yang semakin pesat di era tahun 1990, membuat kita memerlukan pecahan uang yang lebih besar. Akhirnya, Bank Indonesia pada tahun 1992 menerbitkan seri uang baru beremisi tahun 1992 dan terdiri dari pecahan 100 rupiah bergambar perahu Phinisi, pecahan 500 rupiah bergambar Orang Utan, 1.000 rupiah bergambar



Danau Toba, pecahan 5.000 rupiah bergambar alat musik Sasando dan tenunan Rote, pecahan 10.000 rupiah bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan pecahan 20.000 rupiah bergambar Cendrawasih merah. Pada tahun 1993 dikeluarkan lagi pecahan 50.000 rupiah yang bergambar Presiden Suharto. Dikeluarkan juga penerbitan khusus dengan pecahan dan gambar yang sama tetapi terbuat dari bahan palstik polymer dengan pengaman berupa "holografis" Soeharto, bukan tanda air/watermark, seperti yang biasa digunakan. Gambar Uang Rupiah kita selalu berubah-ubah dan juga Mata Uangnya Berikut beberapa gambar mata uang yang dipakai zaman doeloe sampai sekarang :



1 Sen - 1964



1 Sen



10 Sen



50 Sen



Rp 1



Rp 1 - 1956



Rp 1 - 1961



Rp 1 Koin Rp ½



Rp 2 ½ - 1936



Rp 2 ½ - 1951



Rp 5 – 1947



Rp 5 - 1952



Rp 5 dan Rp 10



Rp 10



Rp 10 – 1945



Rp 25 - 1947



Rp 50 - 1960



Rp. 75



Rp 100 – 1977



Rp 100 - 1984



Rp 100 - 1992



Rp. 400



Rp 500 -1952



Rp 500 – 1982



Rp 500 - 1982



Rp. 500 - 1988



Rp. 500 – 1992



Rp. 600 – 1948



Rp 1.000 - 1952



Rp 1.000 - 1960 dan Rp 1 - 1968



Rp 1.000 - 1980



Rp 1.000 - 1987



Rp. 1.000 – 1992



Rp 5.000 - 1980



Rp. 5.000 – 1992



Rp 5.000 - 1986 Rp 10.000 - 1985



Rp 10.000 koin - 1990



Rp 10.000 - 1992



Rp 10.000 - 1998



Rp 20.000 - 1992



Rp 20.000 - 1995



Rp 20.000 - 1998



Rp 50.000 - 1993



Rp 50.000 - 1993



Rp 50.000 - 1995



Rp.50.000 – 1995



Rp 100.000 koin - 1974



Rp 100.000 – 1999



Rp. 2.000 – 2009



Rp.5.000 – 2009



Rp.10.000 – 2009 Rp. 10.000 - 2010



Rp. 50.000 – 2005



Rp. 100.000 – 2004