Sejarah Pergerakan Orientalisme Dan Oksidentalisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Pergerakan Orientalisme dan Oksidentalisme Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Orientalisme dan Oksidentalisme



Dosen Pengampu : Bpk. Saiful Anwar Disusun Oleh: M. Roni Afandi



(A92217083)



Nur Laila Zulfa



(A92217084)



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM 2018



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Maksud dan tujuan dari tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Orientalisme dan Oksidentalisme, Sholawat serta salam selalu limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kegelapan menuju addinul islam. Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan dalam penyelesaian makalah ini. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah terkait yang telah menyalurkan begitu banyak ilmu, serta kepada pihak-pihak yang bersangkutan, yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaiakan tugas makalah ini. Kami menyadari akan keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi para pembacanya. Amin. Surabaya, 24 September 2018



Pemakalah



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Masalah BAB ll PEMBAHASAN.................................................................................................. 2.1. Gerakan Orientalisme 2.2. Gerakan Oksidentalisme BAB III KESIMPULAN............................................................................................... 3.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Melakukan kajian tentang perkembangan pemikiran tentang orientalisme dan oksidentalisme bukanlah hal yang mudah. Meskipun kajian Orientalisme telah berkembang cukup lama namun untuk melacak dinamika intelektualismenya harus melibatkan banyak elemen dan beberapa variabel. Karena meski akar-akar kajian orientalisme relatif sama namun ekspresi yang ditampilkan oleh pakarpakar orientalisme ternyata sangat beragam. Telah terjadi proses pemahaman yang kurang simpatik mengenai Barat dari sebagian umat Muslim sendiri. Di samping faktor trauma akibat aksi kolonialisme klasik, lahirnya modernitas barat dengan segala konsekuensinya masih dihadapi secara konservatif oleh umat Muslim yang berpandangan fundamentalis. Tindakan- tindakan radikal serta cara-cara kekerasan yang ditampakkan umat Muslim dalam menghadapi hegemoni barat seperti tampak pada demonstrasi radikal di beberapa negeri Muslim dalam menanggapi kartun Nabi, justru menjadi legitimasi bagi gagapnya sebagian umat Muslim yang kehilangan kearifan peradaban. Ketegasan yang arif dan tanpa kekerasan amat sulit ditemui. Sehingga semakin menambah keyakinan Barat atas persepsi Islam yang radikal. 2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana munculnya gerakan orientalisme? 2. Bagaimana munculnya gerakan oksidentalisme? 3. TUJUAN 1. Menjelaskan tentang munculnya gerakan orientalisme 2. Menjelaskan tentang munculnya gerakan oksidentalisme



1



BAB II PEMBAHASAN 1. Gerakan Orientalisme a) Sebab-sebab Gerakan Orientalisme Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang munculnya gerakan. Yang pertama, menyatakan bahwa orientalisme lahir akibat pernag Salib yang berlangsung pada 1096-1270. Dimulai ketika terjadinya pergesakan politik antara Islam dan Kristen di Palestina. Pasukan Salib yang dikalahkan oleh pasukan Islam, memicu mereka untuk membalas kekalahannya. Yang kedua, peperangan berdarah antara orang Islam dan Kristen di Andalusia, setelah Alfonso menaklukan Toledo pada 1085 M. lalu lahirlah gerakan tobat penghapusan dosa yang berpusat di Biara Kluni. Dari situlah muncul gerakan perubahan Kristen Spanyol dengan semua kitab dan upacara ritualnya, serta menetapkan Kristen Katolik Romawi sebagai agama yang benar. Yang selama ini dianggap telah dicampur adukan dengan unsur Islam. Selanjutnya, mereka memerangi Kristen Spanyol lalu Umat Islam di Spanyol. Pimpinan Biara, Peter the Venerable, pergi ke Andalusia, sekembalinya ia ke biara, ia mengarang buku-buku yang menyanggah pada sarjana muslim dan kaum Yahudi. Ia menugasi Petrus atau Pedro Yunani untuk menterjemahkan Alquran ke dalam bahasa Latin, yang dinisbatkan kepada Peter the Venerable dengan maksud untuk menyanggahnya. Yang ketiga, ada yang menyatakan bahwa lahirnya orientalisme ada dua sebab. Pertama, karena kebutuhan Barat menolak Islam, dan yang kedua untuk mengetahu penyebab kekuatan yang mendorong umat Islam khususnya setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 M serta tibanya pasukan Turki Usmani ke perbatasan Wina. Dalam hal ini, Islam dipandang merupakan benteng yang menghalangi penyebaran Kristen1. 1



Ahmad Zuhdi, Orientalisme, UINSA Press, 12.



2



Yang ke empat, di kalangan ahli teologi berpendapat bahwa lahirnya orientalisme merupakan kebutuhan mereka untu memahami intelektualitas Semit karena ada hubungngannya dengan Taurat dan Injil. Untuk itu, mereka bersungguh-sungguh mempelajari bahasa Ibrani, Aram, dan Arab serta kesusasteraan bahasa-bahasa tersebut. Semua itu demi kemudahan dalam upaya penerjemahan kitab-kitab suci dari bahasa Ibrani ke bahasa Latin2. Yang ke lima, sebagian lain berpendapat bahwa orientalisme lahir untuk kepentingan penjajah Eropa terhadap negara-negara Arab dan Islam Timur Dekat, Afrika Utara, dan Asia Tenggara, serta kebutuhan mereka dalam rangka memahami adat istiadat dan agama bangsa-bangsa jajahan itu demi memperkokoh kekuasaan dan dominasi ekonomi mereka



pada



bangsa



jajahan.



Semua



itu



mendorong



mereka



menggalakkan studi orientalisme dalam berbagai bentuknya di perguruan tinggi dengan perhatian dan bantuan dari pemerintah mereka. Dinyatakan bahwa studi ketimuran itu akan bermanfaat jika digunakan dalam kegiatan perdagangan, misi dan zending Kristen di tengah kaum muslim. Karenanya, dalam pranata-pranata keagamaan, seperti Vatikan dan gereja-gereja besar, para pengikutnya di seluruh Eropa mulai membuka sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Arab dan biarawan-biarawan penginjil3. b) Awal mula lahirnya orientalisme Pada abad ke-10 dan ke-11 Masehi, masyarakat Eropa mayoritas menganut ajaran Kristen. Sementara Islam dianggap sebagai sekte dari ajaran Kristen yang menyimpang. Pada abad pertengahan, terdapat terhadap penolakan yang kuat terhadap Islam. Namun mereka juga penasaran



akan



perkembangan



pemikiran



Islam



juga



ilmu



pengetahuannya. Kajian tentang Islam di Barat juga dimulai pada abad ini.



2 3



Ibid, 12 Ibid, 12



3



Pada abad itu pula, kota-kota seperti Sevilla, Toledo, Granada, dan Kordova, menjadi kota banyak dikunjungi para cendekiawan karena lembaga pendidikannya yang sangat maju. Dengan kondisi keilmuan tersebut, banyak siswa yang berdatangan dari berbagai daerah. Di antara cendekiawan yang belajar di universitas-universitas Spanyol adalah para pendeta Nasrani4. Setelah menyelesaikan studinya, para cendekiawan Barat pulang dan mengembangkan ilmunya untuk diajarkan kembali. Sebagian dari ilmuan tersebut ada yang lebih tertarik menterjamahkan buku-buku pengetahuan berbahasa Arab ke bahasa Eropa. Termasuk buku yang membahas tentang keislaman. Keinginan untuk menuntut ilmu di kalangan orang Eropa semakin meluas. Periode ini dapat dikatakan sebagai awal kemunculan orienalisme di dunia Barat. Yang mana semangat belajar orang-orang Barat terbangun dengan melihat kemajuan yang dicapai umat Islam. Pada abad ke-11, terjadi peperangan besar antara Islam di Timur Tengah dengan Kristen di Eropa (Perang Salib). Akibat dari perang tersebut bagi dunia Barat, terutama dalam bidang budaya dan intelektual. Setelah berinvansi ke Asia, barulah diketahui, Timur yang dianggap berbudaya rendah, ternyata mengalami kemajuan yang pesat yang nampak dari segi bangunannya. Istana, gedung-gedung megah, dengan dekorasi yang cantik, jauh dibandingkan dengan kasti-kastil yang ada di Eropa. Setelah termotivasi dengan kemajuan ilmunya, para orientalis terdorong oleh kemajuan dunia Timur yang di luar dugaan. Pada abad ke 15, bangsa Eropa menemukan jalur pelayaran ke arah Timur, adalah Portugis dan Spanyol yang menjadi pelopor eksplorasi dunia Timur. pengetahuan barat tentang negara-negara di Asia semakin meluas. Kegiatan mereka di Asia awalnya digerakkan oleh motivasi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka, agar tidak bergantung lagi kepada Arab dan mendapatkan komoditi dengan harga yang lebih murah. 4



Hamdani Anwar, “Orientalisme dan Perkembangannya". Mimbar Agama & Budaya. Vol.XII, No.1, 2000, 56.



4



Mengetahui bangsa Asia memiliki sejarah kebudayaan yang tua, muncul minat para orientalis untuk mempelajarinya. Setelah banyak mempelajari dan meneliti kemudian ditulis dalam bentuk buku-buku. Akhir abad 19, daerah yang berada di kawasan Timur banyak yang dikuasai Barat. Kondisi ini telah menyadarkan dunia Timur untuk mengetahui sebab kemundurannya5. Muncullah semangat untuk mengejar ketertinggalan yang selama ini dialami. Upaya tersebut dilakukan dengan cara yang sama seperti Barat. Yaitu pergi ke Barat untuk mendapatkan ilmu



dan



teknologi



yang



dikuasai



Barat.



Setelah



itu,



dalam



perkembangannya, banyak orang-orang Asia yang menuntut ilmu ke Barat. Hingga saat ini. 2. Munculnya Gerakan Oksidentalisme a) Sebab-sebab Gerakan Oksidentalisme Oksidentalisme



merupakan



kajian



kebaratan.



Gerakan



oksidentalisme ini sebenarnya sudah ada sebelum namany muncul sebagai sebuah keilmuan yang mengisi suasana baru civitas akademik dan para pemikir. Oksidentalisme muncul sebagai tandingan orientalisme yang telah lama lahir, jauh sebelum oksidentalisme lahir. Sudah hampir tiga abad, dihitung mulai abad ke-18 hingga abad ke-20 M hampir seluruh wilayah Islam (negeri-negeri yang mayoritas penduduknya muslim) di bawah kekuasaan barat. Dunia barat menguasai dengan melalui proyek kolonialisme yang disokong “kerja ilmiah” orientalisme, Timur yang notabene wilayah terbesar Islam dikendalikan Barat. Hegemoni Barat atas Timur lambat laun menjalar memasuki hampir semua lini kehidupan, mulai dari wilayah ilmu dan teknologi, politik, ekonomi hingga cara hidup dan beradaban. Hegemoni ini tidak hanya mmmpengaruhi pola pikir dan cara berpolitik, tetapi juga gaya hidup orang-orang timur.6 5



Ibid 62 Moh. Fauzi Makarim, “Oksidentalisme: Proyek Tandingn orientalisme”. Menara Tebuireng. Vol.1, No.1, Tahun 1, September 2004, 81. 6



5



Oksidentalisme, pada dasarnya diciptakan untuk menghadapi westernisasi yang memiliki pengaruh luas tidak hanya pada budaya dan konsepsi kita tentang alam tapi juga mengancam kemerdekaan peradaban kita, bahkan juga merambah ada gaya kehidupan sehari-hari: bahasa, manifestasi kehidupan umum dan seni bangunan. Oksidentalisme ditugaskan untuk meluruskan istilah-istilah yang mengisyaratkan sentrsime Eropa untuk kemudian dilakukan penulisan ulang sejarah dunia dengan kacamata yang lebih obyektif dan netral serta lebih bersikap andil seluruh peradaban manusia dalam sejarah dunia. b) Awal mula lahirnya oksidentalisme Oksidentalisme sebenarnya bukanlah wacana baru. Masyarakat timur sebenarnya telah lama berhubungan dengan dunia barat. Masyarakat timur telah melakukan hubungan dengan barat sejak zaman Yunani. Pada waktu itu merupakan masa kejayaan umat islam. Umat islam banyak berhasil menaklukan dunia barat dan manyabarkan Islam dan peradabannya disana. Tradisi Islam ini mewakili masyarakat timur sebagai objek pengkaji dunia Yunani dan Romawi, yang mana keduanya merupakan sumber kesadaran dunia Barat. Hanya saja pada waktu itu belum adanya suatu konsesus yang menyatakan suatu keilmuan pengkajian kebudayaan suatu daerah sebagai keilmuan tertentu. Hassan Hanafi adalah salah satu tokoh yang mencetuskan tentang oksidentalisme sebagai suatu kajian kebudayaan dan berbagai aspek dunia Barat. Oksidentalisme muncul sebagai suatu disiplin keilmuan yang menjadi lawan dari orientalisme. Hanafi menyebut identitas maysrakat timur itu dengan isltilah ego (al-ana) dan masyarakat Barat sebagai the other. Dulu ego merupakan objek kajian dari the other, kini saatnya ego menjadi pengkaji/subjek yang mengkaji the other sebagai subjeknya. Orientalisme tak hanya menyebabkan adanya rasa inferioritas pada diri ego, tapi juga merebaknya weterinisasi di berbagai dunia timur. 6



Weternisasi ini menyebabkan timbulnya berbagai gerakan fundamentalis terutama dalam dunia Islam. Pakaian tradisional ego lenyap dan sebagai gantinya adalah muncul pakaian islami dengan bentuk yang dianggap hal itu merupakan pakaian resmi bagi orang yang merasa dirinya itu umat islam. Selain itu juga muncul suatu ikon sebagai identitas diri, seperti jenggot, jalabiyah/ pakaian khas arab, yang dianggap merupakan indikasi keteguahan agama seseorang. Semakin kuat pengaruh dari westernisasi, semakin kuat pula menjaga identitas itu.7 Akar Oksidentalisme dapat dilacak dalam relasi peradaban Islam dengan peradaban Yunani. Ketika peadaban Islam sebagai subjek pengkaji, ia mampu menjadikan peradaban Yunani sebagai objek yang dikaji. Kemudian terjadi deialetika yang benar antara ego dengan the other, ego sebagai subyek pengkaji dan the other sebagai obyek yang dikaji. Hal inin terjadi melalui beberapa fase berikut: i.



Fase transferensi. Prioritas deiberikan kepada “kata” sebagai perwujudan keinginan untuk memberikan perhatian kepada bahasa buku asli, yaitu bahasa Yunani, serta memberikan perhatian kepada munculnya istilah-istilah dalam filsafat.



ii.



Fase



tranferensi



makna.



Prioritas



diberikan



kepada



“makna” sebagai manifestasi keinginan untuk memberikan perhatian kepada bahasa terjemahan, yaitu bahasa Arab, seta memulai karya karya filsafat tidak langsung. iii.



Fase anotasi. Prioritas diberikan untuk tema atau substansi, dan berupaya mengungkapkan tema tersebut secara langsung dengan sedikit memasukkan redaksi orang lain ke dalam karya baru ini, serta memberikan perhatian kepada struktur dan pengungkapan tema itu sendiri.



7



Hassan Hanafi, Oksidentalisme: sikap kita terhadap tradsisi Barat, Terj: M Najib Buchori, Paramsdina, 18.



7



iv.



Fase



peringkasan.



Mempelajari



suatu



tema



dengan



memfokuskan kajian pada inti tema tanpa melakukan perdebapan dan pembuktian, meminimalisir penyampaian tema tanpa melakukan penambahan atau pengurangan yang dapat mengakibatkan teks berubah menjadi substansi dan kata berubah menjadi tema. v.



Mengarang dalam lingkup kebudayaan pendatang dengan melakukan presentasi dan penyempurnaan, sehingga kata, makna serta tema dalam the oother, dapat dibendung. Tema yang ada dapat dijadikan sebagai tema independen ego.



vi.



Mengarang dalam ligkup tema kebudayaan pendatang di samping tema tradisi ego. Disinilah potret ego menemukan kesempurnaannya



dan



kebudayaan



the



other



dapat



dipisahkan dari kebudayaan ego. vii.



Kritik terhadap kebudayaan pendatang dan menjelaskan lokalitas keterkaitannya dengan lingkungan.



viii.



Menolak total kebudayaan pendatang karena sudah tidak diperlukan lagi, dan kembali kepada teks ego yang masih mentah tanpa ada keinginan untuk meninggalkan sedikit pun atau merasonialkannya serta melakukan interaksi dengan kebudayaan lain.



Pada saat yang bersama peradaban ego membangun Orientalisme lama dan oksidentalisme, mempresentasikan peradaban timur dan barat, serta memaca teks timur. Hubungan peradaban ego dengan timur terus berlanjut pada masa Konstatntinopel. Tetapi pada masa terjemahan dari bahasa Arab ke barat pola hubungan tersebut dari ego ke the other, bukan dari the other ke ego seperti pada masa terjemahan dari bahasa barat ke bahasa Arab.8 Setelah perang salib dan ketika kesadaran Islam sedang dalam pertikaian antara ego yang mempertahankan dan the other yang 8



Ibid, 62.



8



menyerang, lahirlah fase baru Oksidentalisme, yaitu munculnya potret the other selama perang dalam kesadaran ego. Potret tersebut adalah fanatisme kebodohan, perang, fitnah dan lain-lain. Kemudian datang fase ketiga pada akhir kesadaran Islam, akhir abad 7 H. Pada saat itu kesadaran Islam sebagai guru dan barat sebagai murid. Karenanya tidak mengherankan jika Raja Fredrick II bertanya kepada ‘Abd al-Haqq ibn Sab;in tentang soal-soal poko metafisika seperti terkenal dalam “soal-soal Sosilia”. Kontak kali ini dilakukan melalui Sisilia dan Italia selatan.9



9



Ibid, 63.



9



BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Sejarah Orientalisme, sejak tahun 60-an sehabis perang dunia II (19391945) dikenal sebutan “dunia belahan utara” dan “dunia belahan selatan” yang masing-masing berarti “negara-negara maju” (industrial countries) dan



“negara-negara



berkembang”



(developed



countries).



Tetapi



sebelumnya sejak sekian abad lamanya, dipergunakan sebutan dunia timur dan dunia barat. Dimaksudkan dengan dunia barat dewasa itu ialah wilayah Eropa dengan penduduknya, dan belakangan mencakup benua Amerika setelah dunia baru itu di temukan oleh ChristoperColumbus pada tahun 1493 M. 2. Sejarah Oksidentalisme, Studi oksidentalisme terjadi ketika islam berada pada puncak kejayaan dan sebagai pusat peradaban dunia . Pada siklus periode awal sejarah, islam berdialog dan berhadapan dengan pemikiran asing sepertiYunani,Persia, dan India.Studi yang dilalkukan oleh para cendekia muslim khususnya terhadap filsafat Yunani merupakan babak pertama dari studi oksidental.



10



DAFTAR PUSTAKA Anwar, Hamdani. 2000. Orientlisme dn Perkembangannya. Vol.XVII, No.1. Buchari, Mannan. 2006. Menyikap Tabir Orientalisme. Jakarta: Amzah. Hanafi, Hasan. 1999.



Oksidentalisme Sikap kita Terhadap Tradisi Barat.



Diterjemahkan Oleh: M Najib Buchori. Jakarta: Paramadina. Makarim, Moh Fauzi. 2004. Oksidentalisme: Proyek Tandingn orientalisme. Menara Tebuireng. Vol.1, No.1, Tahun 1, September. Zaqzuq,



Mahmud



Hamdani.



1984.



Orientalisme



dan



Latar



Belakang



Pemikirannya. Diterjemahkan Oleh: Luthfie Abdullah Ismail. Bangil: Percetakan “Persatuan”. Zuhdi, Ahmad. 2014. Orientalisme. Surabaya: UINSA Press.



11