Sektor Konstruksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sektor Konstruksi Pengertian sektor konstruksi menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2014) adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudu- kannya, baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan yang diciptakan oleh kegiatan ini dapat dilihat melalui gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Rangkaian kegiatan yang termasuk dalam sektor tersebut meliputi: perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran dan perbaikan bangunan. Pada suatu proyek konstruksi, terdapat beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat tersebut secara garis besar dapat dikategorikan atas: 1. Pemilik Proyek (Owner) Pemilik Proyek adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyek ataupekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya sesuai denganperjanjian kontrak kerja untuk merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek. 2. Konsultan Proyek Konsultan Proyek adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan konsutan pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli di bidang nya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, dan lain-lain sehinga sebuah bangunan dapat diabangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien. 3. Pelaksana (Kontraktor) Kontraktor adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya. 4. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah pihak yang ditunujuk oleh owneruntuk merencakan suatu gedung. Konsultan perencana dapat berupa badan usaha atau perorangan yang ahli dalam merencanakn sebuah bangunan. 2.2. Jenis Bidang Usaha Konstruksi Bidang usaha konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan teknologi. Proyek konstruksi untuk bangunan pabrik tentu berbeda dengan bangunan gedung untuk sekolah. Proyek konstruksi bendungan, terowongan, jalan, jembatan dan proyek teknik sipil lainnya membutuhkan spesifikasi, keahlian dan teknologi tertentu, yang tentu berbeda dengan proyek perumahan/pemukiman. Secara umum klasifikasi/jenis proyek konstruksi dapat dibagi menjadi:



1. Bidang Usaha Konstruksi Bangunan Gedung (Building Construction) Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yang berskala rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih lengkap dan detail. Untuk proyekproyek pemerintah proyek bangunan gedung ini dibawah pengawasan/pengelolaan DPU sub Dinas Cipta Karya. 2. Bidang Usaha Pemukiman (Residential Contruction/Real Estate) Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (real estate) dibedakan dengan proyek bangunan gedung. Hal ini dikarenakan terdapat spesifik pada jaringan transfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya. Proyek pembangunan pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta Karya. 3. Proyek Konstruksi Industri (Industrial Construction) Proyek konstruksi industri yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian dan teknologi yang spesifik. 2.3. Permasalahan Proyek Konstruksi Menurut Dipohusodo (1996), setiap penyelenggaraan konstruksi selalu ditujukan untuk menghasilkan suatu bangunan yang bermutu dengan pembiayaan yang efisien, dan kesemuanya harus dapat diwujudkan dalam rentang waktu yang terbatas. Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Pada faktor waktu pelaksanaan, sering terjadi masalahmasalah yang lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan. Sedangkan masalah yang mempengaruhi faktor kualitas hasil pekerjaan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan teknis. Apabila tidak ditangani dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa keterlambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Industri konstruksi telah mengembangkan secara luas penerapan metode penjadwalan jaringan kerja atau lazim disebut metode jaringan (Dipohusodo, 1996). Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM) merupakan suatu metode penjadwalan proyek yang sudah dikenal dan sering digunakan sebagai sarana manajemen dalam pelaksanaan proyek. CPM merupakan suatu model grafis yang menunjukan waktu pelaksanaan suatu sistem operasi proyek. Sebuah jadwal CPM terdiri dari serangkaian aktivitas kritis dan non-kritis yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Aktivitas Kritis adalah aktivitas yang tidak dapat diganggu gugat waktu pelaksanaannya, sehingga bila terjadi keterlambatan pada aktivitas-aktivitas ini, durasi proyek secara keseluruhan akan terlambat. Aktivitas non-kritis adalah aktivitas yang



memiliki tenggang waktu (float) dimana tenggang waktu tersebut sangat berperan di dalam usaha percepatan durasi proyek (Alifen, 2000). Menurut Alifen (2000), keterlambatan proyek seharusnya dapat diantisipasi sejak awal proyek dilaksanakan, yaitu dengan memonitor setiap aktivitas di dalam jadwal CPM, jika keterlambatan terjadi pada satu aktivitas maka harus dilakukan percepatan durasi pada aktivitas berikutnya. Melalui pengalaman dalam menggunakan metode penjadwalan jaringan kerja selama ini, metode tersebut terbukti sangat bermanfaat dan memberikan banyak keuntungan bagi para manajer proyek yang terlibat dalam pengendalian konstruksi dan berbagai pekerjaan yang sejenis (Dipohusodo, 1996). Menurut Proboyo (1999), kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah dibuat karena koodisi kenyataan tidak sama atau tidak sesuai dengan kondisi saat jadwal tersebut dibuat. Dengan demikian pada proses perencanaan dan penjadwalan proyek, perlu dipahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji 6 tahapan yang ada dalam proses menjadwal tersebut, yakni: 1. Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek 2. Estimasi durasi aktivitas 3. Penyusunan rencana kerja proyek 4. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek 5. Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat 6. Penerapan jadwal 2.4. Proses Manajemen Menurut (A.D Austen & R.H Neale: 1994), yang dimaksud dengan proses adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Proses manajemen atau sering disebut Fungsi Manajemen, dalam satu kesatuan sebagai berikut: 1. Penempatan tujuan (goal setting). Penetapan tujuan merupakan tahapan awal dari proses manajemen. Tujuan merupakan misi sasaran yang akan tercapai. 2. Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai keadaan dimasa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Staffing adalah proses manajemen yang berkenaan dengan pengerahan (recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dasar organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen itu adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pas pada saat yang tepat (right people, right position, right time). 4. Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini terkandung usaha-usaha bagaimana memotivasi orang-orang agar dapat bekerja.



5. Supervising, Supervising didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu – individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja kerja serta tujuan organisasi tersebut. 6. Pengendalian (Controlling). Controlling yaitu panduan atau aturan untuk melaksanakan aktifitas suatu usaha atau bagian-bagian lain dari usaha tersebut untuk tercapainya tujuan yang telah disepakati. Griffin, Ricky. W (2002) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dari sesuai dengan jadwal. 2.5. Keterkaitan 9 Jenis Kewirausahaan dengan Sektor Konstruksi 1. Kewirausahaan Kecil Mayoritas bisnis adalah bisnis kecil. Orang-orang yang tertarik pada kewirausahaan bisnis kecil kemungkinan besar akan menghasilkan keuntungan yang mendukung keluarga mereka dan gaya hidup sederhana. Mereka tidak mencari keuntungan skala besar atau pendanaan ventura Kewirausahaan usaha kecil sering terjadi ketika seseorang memiliki dan menjalankan bisnisnya sendiri. Mereka biasanya mempekerjakan karyawan lokal dan anggota keluarga. Toko kelontong lokal, penata rambut, butik kecil, konsultan, dan tukang ledeng adalah bagian dari kategori kewirausahaan ini. Contoh dari kewirausahaan kecil adalah pembangunan klinik milik mandiri 2. Kewirausahaan Perusahaan Besar Kewirausahaan perusahaan besar adalah ketika sebuah perusahaan memiliki jumlah siklus hidup yang terbatas. Jenis kewirausahaan ini untuk profesional tingkat lanjut yang tahu bagaimana mempertahankan inovasi. Mereka sering menjadi bagian dari tim besar eksekutif tingkat-C. Perusahaan besar seringkali menciptakan layanan dan produk baru berdasarkan preferensi konsumen untuk memenuhi permintaan pasar. Contoh dari kewirausahaan perusahaan besar adalah pembangunan rumah sakit yang bermodalkan dari banyak investor. 3. Kewirausahaan Start-up yang Skalabel Kewirausahaan semacam ini adalah ketika pengusaha percaya bahwa perusahaan mereka dapat mengubah dunia. Mereka sering menerima dana dari pemodal ventura dan mempekerjakan karyawan khusus. Startup yang dapat diskalakan mencari hal-hal yang hilang di pasar dan menciptakan solusi untuk mereka. Contoh dari kewirausahaan startup adalah Halodoc, perusahaan ini berfokus pada bidang teknologi, dan mempekerjakan karyawan khusus yang ahli dalam bidang IT maupun kedokteran 4. Kewirausahaan Sosial Seorang wirausahawan yang ingin memecahkan masalah sosial dengan produk dan jasanya termasuk dalam kategori wirausaha ini. Tujuan utama mereka adalah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Mereka tidak bekerja untuk mendapatkan keuntungan besar atau kekayaan. Sebaliknya, jenis pengusaha ini cenderung memulai organisasi nirlaba atau



5.



6.



7.



8.



9.



perusahaan yang mendedikasikan diri untuk bekerja menuju kebaikan sosial. Contohnya adalah BPJS. Kewirausahaan yang Inovatif Pengusaha inovatif adalah orang-orang yang terus-menerus memunculkan ide-ide dan penemuan-penemuan baru. Mereka mengambil ide-ide ini dan mengubahnya menjadi usaha bisnis. Mereka sering bertujuan untuk mengubah cara orang hidup menjadi lebih baik. Inovator cenderung menjadi orang yang sangat termotivasi dan bersemangat. Mereka mencari cara untuk membuat produk dan layanan mereka menonjol dari hal-hal lain di pasar. Contoh dari perusahaan inovatif adalah design interior, mereka harus berupaya kreatif mendesign setiap ruangan entah RS/Klinik/PMB agar nyaman ditempati Kewirausahaan Hustler Orang-orang yang mau bekerja keras dan berusaha terus-menerus dianggap sebagai pengusaha hustler. Mereka sering memulai dari yang kecil dan bekerja untuk mengembangkan bisnis yang lebih besar dengan kerja keras daripada modal. Aspirasi mereka adalah apa yang memotivasi mereka, dan mereka bersedia melakukan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Mereka tidak mudah menyerah dan bersedia mengalami tantangan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Contoh dari kewirausahaan hustler adalah Dokter yang membangun Klinik/RSIA dan memiliki banyak pegawai baik bidan maupun perawat Kewirausahaan Peniru Peniru adalah pengusaha yang menggunakan ide bisnis orang lain sebagai inspirasi tetapi bekerja untuk memperbaikinya. Mereka berupaya membuat produk dan layanan tertentu menjadi lebih baik dan lebih menguntungkan. Seorang peniru adalah kombinasi antara seorang inovator dan seorang hustler. Mereka bersedia untuk memikirkan ide-ide baru dan bekerja keras, namun mereka mulai dengan meniru orang lain. Orang yang meniru memiliki banyak kepercayaan diri dan tekad. Mereka dapat belajar dari kesalahan orang lain ketika membuat bisnis mereka sendiri. Contoh dari perusahaan peniru adalah Membangun PMB dengan terinspirasi dari PMB yang telah ada sebelumnya dan belajar dari PMB yang ada sebelumnya untuk terus memperbaiki bisnis mereka Kewirausahaan Peneliti Peneliti mengambil waktu mereka ketika memulai bisnis mereka sendiri. Mereka ingin melakukan penelitian sebanyak mungkin sebelum menawarkan produk atau layanan. Mereka percaya bahwa dengan persiapan dan informasi yang tepat, mereka memiliki peluang lebih tinggi untuk berhasil. Seorang peneliti memastikan mereka memahami setiap aspek bisnis mereka dan memiliki pemahaman mendalam tentang apa yang mereka lakukan. Mereka cenderung mengandalkan fakta, data, dan logika daripada intuisi mereka. Rencana bisnis yang terperinci penting bagi mereka dan meminimalkan peluang kegagalan mereka. Contoh dari kewirausahaan peneliti adalah dokter kecantikan yang meneliti bahan-bahan kosmetik yang layak digunakan sehingga dapat menghasilkan produk kecantikan yang berkualitas Kewirausahaan Pembeli Pembeli adalah tipe pengusaha yang menggunakan kekayaan mereka untuk bahan bakar usaha bisnis mereka. Keistimewaan mereka adalah menggunakan kekayaan mereka untuk membeli bisnis yang menurut mereka akan sukses.



Mereka mengidentifikasi bisnis yang menjanjikan dan mencari untuk mendapatkannya. Kemudian, mereka membuat perubahan manajemen atau struktural yang mereka rasa perlu. Tujuan mereka adalah untuk mengembangkan bisnis yang mereka peroleh dan memperluas keuntungan mereka. Kewirausahaan semacam ini kurang berisiko karena mereka membeli perusahaan yang sudah mapan. Contoh dari kewirausahaan pembeli adalah bidan di PMB yang bekerjasama dengan suatu produk susu ibu hamil/susu bayi untuk didistribusikan di PMB nya untuk mengembangkan bisnis dan memperoleh keuntungan.



DAFTAR PUSTAKA A.D, Austen dan R.H. Neale. (1994). Manajemen Proyek Konstruksi Pedoman, Pro Ses dan Prosedur. Jakarta: PPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo Badan Pusat Statistik. 2014. Informasi Ketenagakerjaan Sumatera Barat 2014: BPS. Dipohusodo, Istimawan. (1996). Manajemen Proyek & Konstruksi.Kanisius. Jogjakarta. DJP. (2022). Sembilan Jenis Kewirausahaan yang Harus Anda Ketahui. PT Cipta Piranti Sejahtera. Diakses pada tanggal 14 Februari 2022 dengan alamat https://accurate.id/bisnis-ukm/jenis-kewirausahaan/ Proboyo, Budiman. (1999). Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek (Klasifikasi dan Penyebabnya). Teknik Sipil: Universitas Kristen Petra.