Semua Tentanngnya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Semua tentanngnya



Tante, Kakak, dan Sepupuku



Cerita ini dimulai waktu ada acara keluarga di Villa Tretes minggu lalu. Sekarang ini aku duduk di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya, Namaku Hady, umurku 20 tahun. Begini kisahnya…, Hari minggu keluargaku mengadakan acara temu kangen di Malang. Seluruh anggota keluarga hadir dalam acara itu, kira-kira ada 3 keluarga. Ada hal yang paling kugemari dalam acara itu, yaitu acara perkenalan tiap keluarga. Pada kesempatan itu adik ibuku bernama Henny memperkenalkan keluarganya satu persatu. Aku lihat gaya bicara Tante Henny yang sangat mempesona, terus terang Tante Henny bila aku gambarkan bak bidadari turun dari langit, wajahnya yang cantik, kulitnya yang mulus dan bodinya yang aduhai membuat tiap laki-laki pasti jatuh hati padanya. Perkenalan demi perkenalan telah terlewati malam itu, sekitar pukul 9 malam kami beristirahat. Badanku terasa penat dan aku pergi untuk mandi, sekalian persiapan untuk acara besok. Waktu aku akan mandi, tanpa sengaja aku melihat tanteku baru keluar dari kamarnya memakai kimono putih yang agak transparan dan terlihat samar-samar lekuk tubuhnya yang indah, dengan sedikit basa-basi aku bertanya padanya. “Mau kemana Tante?”, tanyaku. Tanteku dengan kagetnya menjawab “Ouu Hadi, bikin tante kaget nich, Tante mau mandi pake bathtub”, jawabnya. “Sama nich”, kataku. “Rasanya memang malam ini penat sekali yach”. Akhirnya kami melangkah bersama menuju bathroom di belakang Villa kami. Malam itu agak dingin rasanya, sampai-sampai…, sambil agak mendesah Tanteku menahan dingin. Sesampainya di depan kamar mandi aku berhenti sambil memperhatikan tingkah Tante yang agak aneh (maklum aku masih anak kecil, belum pernah lihat yang seperti gituan). “Had…, kamu duluan yach..!”, kata tanteku sambil mendesah. “Nggak ach Tante, Tante dulu dech”, kataku sambil rasa dingin (duch rasanya seperti dalam freezer tuch). “Ok, Had.., Tante duluan yach”. Tanteku masuk ke dalam kamar mandi, terdengar suara pakaiannya yang ditanggalkan, gemericik air juga mulai mengisi bathtub. Aku menunggu di luar dengan rasa dingin yang sangat mengigit sambil melamun.



“Had, mana nich sabunnya”. teriak tanteku mengagetkanku. Seketika itu juga aku menjawab, “Disitu Tante”. “Dimana sich?”, kata tanteku. “Kamu masuk aja Had, ambilin dech sabunnya…, Tante nggak tau nich”. Dengan hati yang berdetak keras aku masuk ke kamar mandi sambil mencari-cari sabunnya. Ternyata sabunnya di bawah wastafel. Segera aku mengambilnya dan memberikannya pada tanteku. Tanpa sengaja aku melihat bodi tanteku yang aduhai yang tak sehelai benangpun melekat di tubuhnya. Dengan wajah merah padam aku memberikan sabunnya. Tanteku bertanya “Mengapa Had…, belum pernah liat yach!”, kata tanteku dengan mengerlingkan matanya yang indah itu. Dengan malu-malu kujawab “Belum pernah tuh, tante”, kulihat tanteku hanya tersenyum kecil sambil menggandeng tanganku, ia menyuruhku masuk, sengaja atau tidak penisku berdiri. “Had, punya kamu berdiri tuh”, dengan malu aku berusaha menutupi penisku yang telah berdiri. “Ngapain malu Had…”, tanya tanteku. Aku hanya tersenyum kecut, lalu tanteku melepaskan handukku sambil berkata “Tante boleh lihat punyamu. “Jangan tante nanti Om tau”. “Ah,nggak apa-apa Om orangnya sangat fair”. Akhirnya aku hanya bisa pasrah, kemudian dengan lembutnya tanteku mempermainkan penisku sambil berkata”,Gila benar punyamu Had, barang sebesar ini kok di diemin aja…”. aku hanya bisa meringis keenakan,karena memang aku tidak pernah merasakan hal itu. Dengan lembutnya tanteku mengulum penisku, dengan refleks aku meraba payudara tanteku yang montok itu, “Ohh…, nikmat sekali”. Dituntunnya aku untuk mengulum bibir kemaluannya. Aku bertanya “Ini apa tante?”. “oo itu clitoris sayang”, jawabnya. Aku terus mengulum bibir kemaluannya. Lama juga aku mengulum bibir kemaluannya, dengan gaya 69 kami saling menikmati hal itu. Tanpa sepengetahuan kami berdua ternyata kakakku mengintip apa yang kami lakukan. Terus kakakku masuk dan berkata “Ah…, tante kok tega main sama adikku…, kok tidak bilang-bilang kepadaku”, sambil tersenyum kecil. Mungkin karena terangsang dengan apa yang kami lakukan akhirnya kakakku ikut melepaskan pakaiannya. Tanteku berkata “Ayo sini punya adikmu nikmat lho”. Aku tidak habis pikir, ternyata kakakku suka begituan juga. Baru pertama kali ini aku melihat polos tubuh kakakku ternyata kakakku tidak kalah dengan tanteku malah payudaranya lebih besar dari punya tante. Tanpa pikir panjang aku tarik tangan kakakku, langsung aku kulum payudaranya yang besar itu. Terus tanteku bilang “Had masukin dong punyamu”. Akhirnya kumasukkan punyaku ke liang kewanitaan tanteku “Ooh nikmat sekalii…”, tanteku hanya bisa mendesah kenikmatan. Dengan goyangan yang seperti di film aku berusaha sekuat tenaga menghabisi liang kenikmatan tanteku. Selang berapa lama air mani tanteku keluar. “akhh”, desahan itu keluar dari mulut tanteku, tapi aku belum apa-apa. Akhirnya tanpa rasa dosa kutarik kakakku untuk juga merasakan hebatnya penisku. Kakakku ternyata sudah tidak perawan lagi itu kuketahui waktu kumasukan penis ke liang senggamanya. Kakakku menggelinjang keenakan sambil berkata mengapa tidak dari dulu minta di “tusuk” oleh penisku. Aku terus menggenjotnya. Pada waktu lagi asyiknya aku menusuk liang kewanitaan kakakku sepupuku masuk “eehh…, lagi ngapain kalian” tanyanya. Aku cuek saja sambil berkata”,kalo mau sini aja”. Tanpa aku sadari ternyata sepupuku telah menanggalkan pakaiannya. Ternyata sepupuku biar masih SMU, bodinya hebat juga. Tanpa pikir panjang kutarik tangannya lalu kukulum



susunya,sambil terus menggenjot liang kenikmatan kakakku. Aku lihat kakakku asyik mengulum bibir kemaluan sepupuku. Ternyata kakakku telah di puncak kenikmatan. Dia menggeliat seperti cacing kepanasan, kurasakan semburan air hangat keluar dari liang kewanitaan kakakku. “oohhkk”, teriak kakakku. Aku tersenyum puas karena aku masih bisa bertahan. Dengan perkasa ganti sepupuku “Mira” kugenjot ia hanya bisa pasrah dalam dekapan kejantananku. Aku coba memasukkan penisku dengan pelan-pelan ternyata sepupuku itu masih perawan, sangat sulit pertama kali kumasukan penisku, ia merintih kesakitan aku tidak kurang akal, kuludahi liang surganya dan kumasukkan jari tanganku. Lalu kucoba memasukkan penisku. Kali ini bisa walau dengan susah payah. “Akhh nikmat sekali memek perawan”, kataku. Kulihat Mira hanya merintih dan mendesah diantara sakit dan nikmat. Akhirnya aku merasakan juga puncak kenikmatan itu kami sama-sama klimaks, “akkhh”, terak kami berdua. Akhirnya kami keluar bersamaan. Setelah itu, kami berempat mandi bersama sambil tersenyum puas. TAMAT



Korban Kebiadaban Kakak Kembarku



Sebut saja namaku Rini, saat kutulis cerita ini aku berusia 25 tahun dan kejadian itu telah 4 tahun yang lalu, aku mempunyai kakak kembar laki-laki, sebut saja namanya Tanto dan Yanto dan ayahku adalah salah satu staff kedutaan di Belanda. Di rumahku aku tinggal hanya berempat, aku, dua kakak kembarku dan Mbok Ijah yang sudah ikut keluargaku semenjak usianya 12 tahun dan pada saat itu usiaku 9 tahun, kakak-kakakku berusia 11 tahun. Dan kedua orang tuaku sedang tidak pulang ke Indonesia. Kejadian itu saat aku berusia 21 tahun dan kakak-kakakku Tanto dan Yanto berusia 23 tahun. Saat itu tanggal 12 Oktober 1996, aku pulang kuliah dan melihat kakak-kakakku nonton film BF bersama Mbok Ijah, Tanto di kanan dan Yanto di kiri. Aku tidak tahu apa yang mereka perbuat, perlahan-lahan aku ingin melihat apa yang mereka lakukan, aku keluar rumah lagi dan masuk melalui jendela kamar Mbok Ijah, yang kebetulan tidak dikunci. Aku masuk perlahan-lahan, dan aku menuju ruang tengah di mana kedua kakakku dan Mbok Ijah. Astaga! aku melihat Mbok Ijah sedang dipegangi oleh kedua kakakku, dengan mulut terkatup hampir berteriak, kulihat Mbok Ijah mengerang-erang seperti orang berlari 100 km. Hampir saja aku ketahuan oleh kedua kakakku. Tangan kanan Kak Tanto memegang payudara Mbok Ijah dan tangan kirinya masuk ke dalam lubang kemaluan Mbok Ijah, begitu pula dengan Kak Yanto, tangan kirinya memegang payudara Mbok Ijah dan tangan kanannya juga masuk ke dalam liang kemaluan Mbok Ijah. Terlihat dua tangan yang masuk ke dalam liang kewanitaan Mbok Ijah dipercepat oleh kedua kakakku. “Den… Den sudah, Mboo..ok sudah nggak kuat… udah Aden… Aden berdua.” “Terus Mbok, kan belum main yang lebih enak seperti film itu”, kata Kak Tanto bersemangat. Mbok Ijah sudah terlihat lemas dan diangkat ke atas, sedangkan di bawah Kak Tanto dan Kak



Yanto membelakangi pantat Mbok Ijah. “Astaga, apa yang diperbuat oleh kedua kakakku itu”, kataku dalam hati. Ternyata kemaluan Kak Tanto besar juga dan kemaluan Kak Yanto begitu pula. “Ayo, To kamu memek dan saya dubur”, kata Kak Yanto. “Iya, kamu kan kemarin udah di memek sekarang di dubur, yah” kata Kak Tanto. “Okelah, ayo To mulai”, mereka berdua menekan Mbok Ijah yang sudah lemas, Kak Yanto menekan dari atas dan Kak Tanto menekan dari bawah. “Heck… heck”, bunyi suara Mbok Ijah yang sedikit sesak nafas. “Ayo, To percepat dong.” “Gampang Yan sebentar lagi nih.” Tiba-tiba kakakku, Tanto melihat rambutku yang sedikit ketahuan dibalik tembok. “Siapa, siapa di situ?” tanya Kak Tanto sambil berteriak dan melepaskan permainannya dengan Mbok Ijah, begitu juga dengan Kak Yanto yang sudah sejak tadi menarik batang kemaluannya dari dubur Mbok Ijah. Mbok Ijah dibaringkan di sofa dengan tubuh telanjang bulat dan mereka berdua menghampiriku yang ketakutan tidak bisa lari lagi. “Ooo, jadi kamu dari tadi ngintip kakak berdua main dengan Mbok Ijah”, kata Kak Yanto. “Kamu harus diberi hukuman telah ngintip-ngintip kita berdua”, kata Kak Tanto. Setelah berbicara seperti itu tanganku dipegang oleh kak Tanto dan Kak Yanto di bawa ke kamar mereka berdua. Dalam kamar mereka, aku diminta berdiri di depan pintu kamar mereka. “Berdiri kamu di situ”, Kak Tanto meminta sambil menghardikku. “Buka baju kamu dan celana blue jeans kamu, cepat..” Kak Yanto menimpali. “Jangan.. jangan Kak, Saya kan adik kakak berdua..” “Mau dibuka sendiri, atau kita berdua yang membuka”, kata Kak Tanto sambil menghampiriku. “I…ya, saya buka sendiri”, kataku ketakutan. Perlahan-lahan aku membuka bajuku dan celana blue jeans-ku, dan Kak Tanto mengunci pintu kamar serta Kak Yanto menyetel lagu House Music dengan voleme tinggi. “Ayo, nari sambil sedikit-dikit dibuka BH dan CD kamu”, Kak Yanto memintaku sambil memegang penggaris besi miliknya. “I..ya, i..ya, tapi jangan dipukul”, kataku. Aku menari perlahan-lahan mengikuti irama House Music dan perlahan-lahan kubuka BH-ku dan CD-ku. Setelah selesai kubuka semua, aku diminta berhenti untuk menari. Aku diseret ke atas tempat tidurnya dan aku disuruh telentang dengan kaki terbuka. Kak Tanto mulai menciumi payudaraku yang memang cukup besar dengan ukuran 32 dan Kak Yanto mulai menjilati perutku sampai pusar dan mengarah ke kemaluanku. “Jangan… jangan… jangan Kak..” Teriakanku dikalahkan dengan bunyi House Music yang keras. “Udah, jangan macam-macam kamu”, Hardik Kak Yanto. Kak Tanto terus memainkan payudaraku dan menarik-narik dengan bibirnya, sementara Kak Yanto telah menjilati bibir-bibir kemaluanku. Aku merasakan betapa gelinya dan terangsangnya diriku, kutahan perasaan itu hingga aku hanya bisa menggeliat-geliat sembari menutup mataku dan terasa air mataku menetes. Tanpa kusadari Kak Yanto dan Kak Tanto telah bermain di liang kewanitaanku, mereka berdua bergantian menjilatinya. Kak Tanto berada di atasku dengan kemaluannya menuju wajahku dan Kak Yanto berdiri tegak dan terasa kemaluannya menyentuh gerbang kewanitaanku. “Buka mulut..” pinta Kak Tanto, tanpa disadari aku mengikuti perintahnya dan tiba-tiba aku didorong oleh kemaluan kakakku dari mulut dan liang kewanitaanku. Terasa kemaluan kak



Tanto sampai pada pangkal tenggorokanku dan kemaluan Kak Yanto mulai masuk ke dalam kemaluanku. “Hm… hm… hm..” hanya kata-kata itu yang bisa kuucapkan. Terasa mau muntah dan pedih serta perih sekali liang kewanitaanku. Setelah sekali tekan mereka tukar posisi, giliran Kak Yanto yang berada di atas kepalaku dan Kak Tanto berada di bawahku. Mereka mengulanginya lagi seperti hentakan pertama. Setelah mereka melakukan dua kali hentakan berselang seling, Kak Tanto tiduran di sampingku dan Kak Yanto tetap berdiri. Tubuhku dimiringkan dan mereka mulai lagi dengan liang kewanitaanku. Liang kewanitaanku dimasuki oleh batang kejantanan Kak Tanto dari depan dan batang kejantanan Kak Yanto dari belakang. “Creeek… creeek..” bunyi kemaluan kedua kakakku masuk ke dalam liang kewanitaanku dan saat itu aku merasakan adanya sesuatu yang robek dan perih serta pedih sekali, hingga aku tidak dapat lagi mengeluarkan suara. Setelah kemaluan kakak-kakakku masuk, mereka bergerak cepat sekali. “Ugh… ugh… ugh.. ayooo.. terus”, dan setelah sekitar 10 menit lamanya aku hanya merasakan adanya cairan yang banyak menyemprot ke dalam liang kewanitaanku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan aku pingsan seketika. Setelah aku sadar, aku tidur dengan Mbok Ijah yang telah diberi obat tidur oleh kakak-kakakku. Aku melihat kemaluanku menancap sejenis mainan seperti kemaluan kakakku satu ujung masuk ke kemaluan Mbok Ijah dan satu ujungnya masuk ke dalam kemaluanku. Perlahan-lahan kulepaskan barang itu dan aku turun dari tempat tidurku berjalan gontai menuju ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah aku dicemooh oleh kakak-kakakku berdua. “Wah, To adik kita lesbian”, kata Kak Yanto. “Iyah, laporin aja sama ayah, biar kapok..” kata Kak Tanto. “Jangan.. jangan dilaporin Kak”, kataku mengiba. “Oke, kalau kamu nggak mau dilaporin.. Kamu kan sudah diphoto oleh kita berdua”, sambil menunjukan kamera Kak Yanto dan Kak Tanto mengancamku. “Kamu harus melayani kita berdua setiap jam dan dalam waktu satu minggu ini, dan kamu haruslah libur kuliah”, kata Kak Tanto, “Bila aku tidak mau diceritakan tentang tidurku bersama dengan Mbok Ijah.” “I…ya, I..yah tapi pake pengaman yah, Rini nggak mau hamil”, kataku memelas. “Oke, mau pake pengaman kek, nggak kek, pokoknya loe harus ngelayani kita berdua”, kata Kak Yanto. Terpaksa pada saat itu hingga seminggu aku bolos kuliah dan aku melayani kedua kakakku yang sudah tidak ingat lagi bahwa aku ini adik kandungnya. Dan setelah seminggu aku diberi photo serta klisenya waktu aku tidur dengan Mbok Ijah dengan pose lesbian. Kutanyakan kepada Mbok Ijah kenapa mau seperti itu, ternyata ia dipaksa untuk meminum sirup buatan Kak Tanto sehingga menjadi lemas dan tertidur. Dan mereka masih sempat memperlihatkan photo mereka berdua bermain dengan adik kandungnya, dengan pose-pose yang heboh dan saat itu pula aku pingsan. Itulah pembaca yang baik, pengalamanku yang tidak baik dan tidak terlupakan. TAMAT



Tante Wulan dan Kakakku 02



Sambungan dari bagian 01 Tiba-tiba Tante Wulan berdiri dan menyambar piyama tidurnya dan keluar kamar begitu saja. “Haaa…” saya hanya melongo dibuatnya kali ini apa yang akan dibuatnya? Terdengar suara agak gaduh di luar, sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Kemudian saya bangun dan mengintip dari balik pintu, rupanya ia mengambil sesuatu dari kulkas dan menyembunyikan di balik badannya, dan melangkah ke arah saya. “Ssstt ayo masuk,” bisiknya dan ia menunjukkan sesuatu tepat depan wajah saya. “Haa, Tante untuk apa ketimun itu,” tanyaku heran. “Aahhh aku tauu! Dasar!” lalu dia memelukku dan menjatuhkan diri bersama-sama ke atas tempat tidur setelah ia membuka kembali piyamanya. “Nih, pegang..!” teryata ketimun ini sudah diberi baby oil, licin dan basah. Sekedar informasi, ketimun itu adalah ketimun import ‘Cucumber Pickling‘ Berwarna hijau tua berukuran seperti alat vital orang dewasa. Beberapa saat kita berguling-guling di atas kasur sampai akhirnya ia berada di bawah saya dan membimbing tangan saya untuk memasukkan ke dalam liang senggamanya. “Aaauuugghh.. teeruuss… yang dalam.. uuhzz.. yeeaaah… pompa terus Roy.. ya begitu.. terus.. aahhhggh.. nikmat Roy.. puter.. puter.. yaa… sodok.. sodok lagi… aauuhh.. niikmaatt.. agak ke atass.. ya begitu..” ocehan Tante Wulan makin menjadi sambil ia mengocok senjata pusakaku. Tante Wulan membalikkan badan saya dan menduduki tugu kenikmatan yang sudah mengeras dan membimbingnya masuk. “Srruup..” amblas, tapi hanya setengahnya saja dan Tante Wulan mulai menaikturunkan pantatnya dengan perlahan sambil berpegangan pada lututnya. “Uuuhh… batangmu hangat sekali.. lebih enak punyamu…” sesekali ia membenarkan letak rambutnya. “Kraak.. kraakk… kraakk…” suara ranjangku seakan berteriak karena menahan beban tubuhku dan tubuh Tante Wulan. Malam itu menjadi malam yang sangat istimewa dan gaduh, suara rintihan, erangan, kenikmatan berbaur menjadi satu seperti hendak sengaja mempertontonkan adegan yang mencengangkan. “Astaga pintu kamarku belum ditutup,” tetapi Tante Wulan sedang asyik bermain di atas tubuhku, aku pun tak ketinggalan, menjamah, meremas buah dadanya sehingga membuat Tante Wulan semakin liar saja. Samar-samar ada empat mata yang memandang dari kegelapan, apakah itu cuma khayalanku yang timbul karena rasa takut? Ah masa bodoh, selama mata itu tak menggangu acaraku. Lalu saya bangun tapi hanya sebatas duduk, Tante Wulan masih berada di atas pangkuanku. Bibir kami saling bertemu dan berpagutan, saling menjilat dan saling memompa, berpelukan. Kemudian saya bangun dan berdiri sambil menggendong Tante Wulan agar batang kejantananku tetap menancap di liang senggamanya, dan kunaikturunkan dengan kedua tanganku. “Enaaak.. Roy..” Tante Wulan semakin memelukku dengan erat. Lalu tak kusadari kakiku melangkah keluar sambil tetap pada posisi tadi, sampailah di ruang tengah dan kuletakkan tubuh Tante Wulan di atas meja, tanpa kucabut batang kemaluanku yang bersarang indah di liang sorganya. Aku mulai memompanya lagi, “Aauugghhh… lebih cepat Roy… ya teruss.. begitu,” desah Tante Wulan sambil melingkarkan kedua kakinya di pantatku. Aku mengayun dengan sekuat tenaga, meja bergetar dan pot bunga, gelas berjatuhan akibat getaran kenikmatan yang kukeluarkan. “Roy lebih cepatt.. mau keeluarr nih..” Aku pun semakin mempercepat dorongan dan



pompaanku,” Aaahhh…” teriakku sambil mengumpulkan tenaga yang tersisa, mulai terasa olehku ada suatu cairan hangat yang memenuhi liang senggama Tante Wulan dan menyelimuti seluruh batanganku, membuat seakan berkumpul kembali tenagaku, bersamaan itu Tante Wulan bangun dan memelukku erat sambil melumat bibirku dan tak lama kemudian aku pun tiba-tiba merasa tergoncang hebat sambil memacu dengan gencarnya, “Croot… croot.. croott… crooot…” empat kali tembakanku, lalu lunglailah tubuh kami. Nafasku tersengal-sengal, Tante Wulan memandangku dengan penuh rasa bangga dan puas, lalu ia menarik dirinya dari pelukanku sambil memberikan kecupan lembut di bibirku, dan ia melangkah menuju kamar mandi. Keesokan harinya, pukul 11.00 aku bangun dan aku melihat mata kedua kakakku merah dan bengkak seperti orang habis begadang, karena memang pertempuran semalam selesai ketika matahari mulai nampak. Hatiku bertanya-tanya, “Apakah mereka menontonku? tapi dari sikap mereka terlihat biasa saja. “Roy kenapa kamu bangunnya siang begini tak seperti biasanya?” tanya Risma curiga. “Ehhh… karena.. kecapean kali..” Aku pun bingung, tetapi aku jadi malu jika menatap wajah tanteku itu, ada perasaan bersalah tapi ia tenang dan mengusap-usap bahuku dan kepalaku dan seperti biasanya kami melakukan aktifitas kami masing-masing, Riska kuliah dan Risma sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta, dan aku sendiri sekolah tak jauh dari rumah. Pukul 17.00 aku tiba di rumah, aku menengok ke kanan dan ke kiri, sepi sekali di dalam rumah, pintu tidak dikunci terlihat olehku pintu kamar Riska agak terbuka, dengan berjingkat aku masuk dan mengintip. “Ahhh.. baju.. rok dan celana dalam kakakku bertebaran di lantai, lalu mataku mulai menjelajah ke setiap sudut ruangan. “Astagaaa,” jantungku berdetak keras melihat Riska tanpa busana membelakangiku sambil tangan kanannya berpegangan pada lemari dan tangan kirinya maju mundur seperti sedang memasukkan sesuatu ke dalam kemaluannya, hal ini membuat darah mudaku mendesir. Dia mengerang, meringis. Kepalanya menengadah ke atas langit-langit, lalu ia merebahkan diri ke atas kasur, sambil terus memompa sesuatu di liang kemaluannya. Perlahan setelah kulepas sepatuku, aku masuk dan menutup pintu, aku tak tahan dan kukeluarkan kejantananku, tetapi sayang ia membalikkan badannya ke arahku, terpaksa aku masuk ke dalam kolong ranjang. “Ahhh sial…” kataku. “Aaaa…” jeritan Riska menyudahi kenikmatannya, entah sudah berapa lama ia melakukan itu (martubasi dengan ketimun), tapi tak terdengar apa-apa, semuanya menjadi sunyi, aku tak berani keluar dari kolong dan setelah 2 jam aku mulai keluar dan memperhatikan sekelilingku. Oh, rupanya ia telah tidur dengan mengenakan selimut. Perlahan-lahan kutarik selimut itu. Mataku terbelalak melihat pemandangan yang satu ini, tubuh molek kakakku yang dihiasi dengan keringat semakin indah kelihatannya, ia teryata lebih seksi dari Tante Wulan, payudaranya lebih kencang, tubuhnya padat berisi. Uhh, pokoknya diatas segala-galanya jika dibandingkan dengan Tante Wulan. Lalu kutangalkan semua pakaianku dan kukunci pintu. Perlahan kuhampiri tubuh kakakku yang sedang tertidur, lalu aku menyentuh bulu-bulu tipis yang tumbuh di sekitar kemaluannya dan kusisir dengan lidahku perlahan-lahan, sambil tanganku menggapai-gapai buah dada milik Riska dan kuambil kembali ketimun itu dan kumasukkan perlahan. “Ehm, pantatnya agak terangkat sedikit dan kupompa perlahan, masih tertinggal bekas cairan memeknya di ketimun yang ia gunakan tadi. Aromanya lebih tajam dari milik Tante Wulan. Riska tampak menggeliat-geliat sambil bergumam, “Ohhh.. oohhh…” tangannya tak bisa diam menjambaki rambutnya dam meremas-remas payudaranya, kupercepat pompaanku tapi aku tidak tega dan kutarik kembali ketimun itu dan kugantikan dengan punyaku sendiri.



“Ssleeephh… Ooohhh…” Riska merintih panjang dan astaga membuka matanya dan kaget melihatku yang ada di atas tubuhnya dan mendorongku, tapi tanganku lebih kuat. “Rooy jangannn… tolong Roy jangan,” katanya, tapi kusumpal dengan mulutku. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, menghindari ciumanku dan kutahan kepalanya, kupaksa ia untuk menerima ciumanku. “Aaaihh teryata bibir Riska lebih manis dari Tante Wulan.” Aku semakin bernafsu saja. Ia terus berontak, berontak. Semakin ia berontak, aku semakin kencang mengayun batanganku. “Auuu.. uughh..” Riska menggigit bibirnya, tak kusadari bahwa setiap hentakanku turut dibantunya dengan menggoyangkan pantatnya, membuat semakin nikmat walau punya kakakku lebih sempit dari milik Tante Wulan, ini tak menjadi penghalang bagiku, kali ini sepertinya ia sudah kehabisan tenaga dan pasrah. “Roy jangan kau tumpahkan manimu di dalam ya,” katanya memelas, aku hanya menganggukkan kepala saja dan kuciumi bibirnya, ia tidak menolak bahkan lidahnya masuk ke dalam mulutku dan ikut menikmatinya, karena takut ketahuan yang lain aku memacunya lebih cepat dan kulihat senyuman dari bibir kakakku. Ia melingkarkan kakinya di pantatku agar tak terlalu kencang getaran yang ditimbulkannya. “Aaaa…” kita berteriak bersamaaan, dan tiba-tiba ia memelukku dan menciumi bibirku sambil menekan pantatnya hingga terasa olehku menyentuh dinding kemaluannya bahkan klitorisnya, dan “Crooott… crrooot..” untung saja aku cepat mengeluarkan dan tertumpah mengenai wajah Riska, dan saat itu juga ia meraih dan mengulum batanganku dan menyedot habis mani yang tersisa di sekitar topi kepala bajaku. Terlihat juga ada lava putih mengalir dari dalam liang senggamanya yang disertai aroma yang merangsang. Sebetulnya aku masih ingin bercinta dengannya tapi sudah agak petang dan karena itu aku tadi mempercepat genjotanku, dan aku mengambil bajuku dan keluar menuju kamar mandi, beruntung ketika aku mandi, Tante Wulan dan Risma pulang sehingga mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Saya mengharapkan bagi teman-teman pembaca untuk memberikan kritik, saran dan pendapatnya mengenai tulisan saya ini. TAMAT



Tante Lisa dan Tante Nining



Hallo para pembaca setia www.Ceritapanas.com, saya akan menulis pengalaman saya kembali sebagai gigolo di Bandung, tapi sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah mengirim e-mail tentang ajakan, saran dan tanggapan untuk cerita pengalaman saya yang terdahulu. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan pengalaman saya pada pertengahan Januari tahun 2001 tepatnya hari sabtu tanggal 20 Januari 2001. Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka



pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Lisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia. “Hi Dedi.. apa kabar Sayang,” kata Tante Lisa. “Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. “Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku. “Oh ya Ded.. silakan.” balasnya. Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Lisa. “Ded, kenalin nich temen tante,” katanya. “Nining..” katanya. “Dedi..” balasku. Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Lisa mengajakku untuk ML bersama-sama. “Ded, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Lisa. “Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh. “Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Nining. “Ded.. Tante Lisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Nining tertarik mau nyobain permainan kamu Ded,” katanya. “Ah, Tante Nining ini ada-ada aza,” candaku. Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Nining dari luar bajunya, dan kulihat Tante Nining mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya. Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh Tante Nining dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan Tante Tining sedang asyik bercumbu, tangan Tante Lisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku. Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Nining, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil. Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Lisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Nining bersih tanpa bulu. Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Nining kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkan Tante Lisa kusuruh mengerjai batang kejantananku. Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Lisa. Selang 10 menit aku melihat Tante Lisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah. Lalu Tante Lisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-



desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Lisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Lisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya. Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Lisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Nining. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Nining, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Nining, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Nining itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku. Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Lisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Lisa kerkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya. Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Nining kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeesss.. bleeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyanggoyang itu. Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aakhhh.. aakkkhhh.. terus sayang.. enak.. aaakkkh.. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Nining dangan memaju-mundurkan pantatnya. Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Nining tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleess.. blesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku. Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aakhhh.. akhhh.. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Dedi belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet.. creettt.. creettt..” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas. Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Nining diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring). Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya. “Ouw.. aaahhkkk.. aaakkhhh.. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Nining dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya. Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta dibersihkan oleh Tante Nining dengan lidahnya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu. Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sadah mulai berdiri lagi dan mengeras, kini sasaranku adalah Tante Lisa. Kuangkat tubuh Tante Lisa dan aku menyuruhnya menungging, lalu batang kejantananku kuarahkhan ke lubang pantatnya dan, “Bleesss.. bleess..” batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang pantatnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di pantatntya, “Aaakkhhh.. aaakkhhh.. hhmmm..” cuma itu yang keluar dari mulut Tante Lisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya. Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan Tante Lisa duduk di atas selangkanganku menghadapku. Lalu, “Bless.. bleesss..” kini batang kejantananku bukan di lubang pantatnya lagi tetapi dimasukkan ke liang kewanitaannya. Tante Lisa mulai menaikturunkan pantatnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu aku



meremas-remas kedua payudaranya dan kusedot-sedot bergantian, kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya. Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan Tante Lisa. Setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan, “Creettt.. crreeettt.. creettt..” kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya. Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai kemudian kedua tante itupun pulang. Nah bagi pencinta www.Ceritapanas.com, anda boleh percaya atau tidak dengan pengalaman seks saya sebagai Gigolo di Bandung, itu hak anda untuk tidak percaya maupun percaya tetapi ini benar kejadian yang kurasakan sendiri, 100% kejadian benar. Bagi cewek-cewek atau bila ada juga tante-tante, mbak-mbak, teteh-teteh yang ingin menikmati malam panjang bersama saya, dapat menghubungi saya via e-mail. Dan saya akan membalas email yang masuk, tetapi saya tidak akan membalas e-mail yang hanya sekedar iseng. Sekali lagi saya sangat berterima kasih pada www.Ceritapanas.com karena diberikan kesempatan untuk menuliskan kembali pengalaman saya. TAMAT



Aku, Tante Lisa dan Tetangganya 01



Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur. Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.



“Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku. “Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya. Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijangnya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya). Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku. “Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku. “Inneke..” sahut gadis manis disampingnya. Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyinyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami. Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu. “Boy.., I want your sperm tonight Honey…” bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku. Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng. “Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja. Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya. “Gini lho Tan… mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku. “Aaakkhhh…” pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah. Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke. “Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku. Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja



Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya. “Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu. Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini. “Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam hati. Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih). Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa. Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, “Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Lisa terengah-engah. Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku. “Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Lisa mendesis seperti ular. Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir. Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut. “Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka. “Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan. Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa. “Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin. “Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke. “Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Inneke. Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool. Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana. “Innn…” bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku. Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CDnya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku. “Sreett…” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa. Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.



“Wuuuaahhh… ssshhh… terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu. Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama. “Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku. “Emmhhh…” desah Inneke sedikit kesal. Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya. “Aaakkkhhh… ssshhh… ssshhh…” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek. Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku. “Boyyy…” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu. “I… iii.. yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget. “Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya. Bersambung ke bagian 02



Aku, Tante Lisa dan Tetangganya 02



Sambungan dari bagian 01 Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana. “Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati. Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya. “Mmmppphhh… oookkkhhh… setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan. “Baik.. Lisss… Terima penisku yang panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali. “Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya. “Kocokkhh.. yaacchhh… terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku. Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya. “Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.



Sepuluh detik kemudian, “Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk… lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya. Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya. “Akkhh…” teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya. Rupanya Lisa sudah mulai ngilu. Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu. “Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit Inneke keras sambil menghujamhujamkan kedua jari kanannya. Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku. “Booyy… ayyyoook terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya. Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa. “Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa. Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadangkadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut. “Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa… terusss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya. Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar. Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa. “Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss… Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya. Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan



lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa. “Oookkkhhh… Lissshhh… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku. “Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…” seru Tante Lisa menyambut orgasmenya. Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat. “Sssebentar… Lissss… Kita keluar bareng…” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya. Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku. “Lisss… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh… aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambutrambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa. “Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat. Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya. “Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku. Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tannn..?” Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih. Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah. “Ooookkkhh… sssshh…” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya. Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak. “Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!” pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi. “Oaaakhhh…. aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya. Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat. “Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi. “Oooouakghh.. Plop…” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri



menjilat leher dan kedua telingaku bergantian. “Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Inneke. Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa. “Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku… oookkhhh… mmmppphh…” pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar. Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awangawang. “Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam. Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke. “Aaawww… oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya. “Masss… dikocok pelaannn… yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu. Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami. “Ooookhhh… Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku. “Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi. “Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke. Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya. “Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…” teriak Inneke mulai mengawali detikdetik orgasmenya. Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan. “Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm.. ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Inneke tidak beraturan.



Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering. Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan. Ok..! Bagi para netters yang mau kirim komentar atau saran, aku akan membalasnya dengan senang hati. TAMAT •



Home







Sex Toys







foto sexy indonesia







Fleshlight On HK-Toys







blog hk-toys



Ibuku Kekasihku Aku adalah seorang mahasiswa yang berusia 23 tahun. Selama tiga tahun terakhir ini aku menjalin hubungan sex dengan Ibu kandungku sendiri. Tentu para pembaca akan kaget mendengarnya, tetapi ini adalah kisah hidupku. Sejak kecil aku telah diambil oleh orangtuanya Ibuku dan dibesarkan oleh mereka di Tanjung Pinang. Setamat SMP baru aku ikut Ibuku yang tinggal di kota Balikpapan, sebab ayahku yang kusebut Papa itu menjadi pegawai Bea Cukai di kota tersebut. Ibu adalah seorang janda beranak satu sebelum menikah dengan Papaku. Kakak tiriku adalah seorang cewek, namanya Tanty. Ketika Ibu datang ke Tanjung Pinang untuk mengambilku, betapa terpesonanya aku melihatnya. Dia seorang wanita yang berparas cantik, kulitnya putih bersih, wajahnya agak mirip wanita Arab, sebab Kakek dari Ibu adalah orang Arab. Tubuhnya tinggi dan berisi serta punya betis kaki yang indah dan panjang. Beruntunglah Papaku ini mendapatkan Ibu sebagai isterinya. Papaku berasal dari Sulawesi Utara, kawin dengan Ibuku yang dari Sumatera. Selama ini Ibu tetap mempertahankan agamanya, dia tidak mau ikut agamanya Papa. Singkat cerita, aku lalu tinggal bersama orangtuaku di kota Balikpapan, berkumpul dengan dua orang adikku yang kedua-duanya adalah laki-laki dan kakak



tiriku Tanty. Kehidupan kami yang amat harmonis itu ditunjang oleh jabatan Papa di Bea dan Cukai, kami hidup serba berkecukupan. Kemudian masih dua kali lagi Ibu melahirkan dua adikku, yang satu laki dan terakhir adalah perempuan. Kulit kedua adikku ini tidak seputih kulitnya Papa dan Ibu, tetapi agak gelap sedikit dan wajah keduanya pun sama tetapi berbeda denganku, Ricky dan Rocky. Aku menjadi anak yang sangat manja kepada Ibuku, bahkan terkadang aku suka tidur bersama Ibu bila Papa lagi pergi tugas ke tempat lain. Aku suka sekali memeluk Ibu dan memegang buah dadanya. Rupanya Ibu maklum akan diriku yang waktu kecil tidak pernah merasakan kasihnya. Tetapi dalam hati kecilku sendiri aku memandang Ibuku sebagai kekasihku. Setelah aku tamat STM, Ibu mulai tidak mengijinkanku lagi untuk memegang buah dadanya, apalagi untuk menetek. Sebab rupanya Ibu juga jadi terangsang setiap bersamaku ketika aku mendekapnya, mengeluarkan kedua buah dadanya dari BHnya dan aku berani mencium bibir Ibuku dan menghisap lidahnya. Semua itu membawa nikmat bagiku, apalagi melihat tubuh Ibuku berkilat oleh keringatnya dan napasnya terengah-engah serta merintih mendesah dalam pelukanku. ***** Suatu hari di dalam kamar tidurnya Ibu mendorongku dengan kasarnya ketika aku mau mendekapnya dari belakang. Ibuku memperlihatkan wajah yang kurang senang padaku. Tentu saja hal ini membuatku kaget dan kami bertengkar sengit, untung saja tidak ada yang lihat waktu itu. Aku merengutnya dengan kasar, Ibu berontak, kutampar pipinya pelan. "Jeffrey, mulai sekarang Ibu tak mau lagi kamu cumbu. Ingat..! Kamu sudah dewasa sekarang Jeff. Bagusnya kamu pergi cari pacar saja mulai sekarang." "Tidak Bu, aku hanya mencintai Ibu, tak mungkin aku bisa punya wanita lain," kataku. "Tapi aku ini Ibumu Jeff..! Ingat itu..!" jawab Ibu dengan sengit. Akhirnya berhari-hari Ibu tidak berbicara padaku. Hal ini membuatku jadi sakit hati sebab merasa tidak diperhatikan lagi oleh Ibu. Aku jadi jarang berada di rumah dan Ibuku nampaknya 'cuek' saja padaku dan aku selalu dimarahi sama Papa sebab jarang pulang rumah. Hingga di suatu hari aku jatuh sakit di rumah temanku. Suhu tubuhku meninggi, tapi aku bepesan pada keluarga temanku itu supaya tidak memberi tahu ke rumahku. Aku sudah nekat kalau harus mati, biarlah aku mati di sini saja. Aku jatuh pingsan, dan ketika tersadar rupanya aku telah berada di rumah sakit Pertamina dan Ibuku berada di sisiku dengan mata yang sembab oleh air mata dan wajah yang kuyu. Aku jadi terharu melihat Ibu, tapi aku tidak sanggup untuk



bersuara. Ibu mengusap kepalaku sambil menangis dan memohon maaf atas sikapnya padaku. Rupanya dua hari aku tidak sadar diri dan panas badanku tetap saja tinggi. Tapi kata dokter aku sama sekali tidak menderita penyakit apapun, dan aku disarankan untuk pulang saja. Tetapi di rumah pun demamku tidak pernah turun-turun, malah katanya hampir tiap saat aku mengigau memangil-mangil nenekku. Dan telah seminggu lebih aku tidak masuk sekolah. Aku sudah tidak mengenal orang lagi. Hingga di suatu hari yang sepi Ibu memasuki kamarku, lalu membuka dasternya dan mengeluarkan buah dadanya dan menjulurkan puting susunya ke mulutku. Aku menghisap puting susunya itu dengan penuh lahap sambil Ibu berbaring di sampingku menjagaku dalam ketiduranku. Anehnya, akhirnya aku jadi sembuh sendiri dengan tanpa meminum obat-obatan apapun, hanya karena tiap hari menetek pada Ibuku. Padahal Ibu tidak mempunyai air susu. Sejak saat itu, Ibu tidak lagi marah padaku bila aku memeluknya dan menariknya ke atas ranjang untuk mencumbunya. Tetapi tentu saja semua hal ini kami lakukan tanpa sepengetahuan Papa. Kami punya kode-kode tertentu bila ingin bercumbu. Setiap bersamaku, Ibu selalu melepaskan seluruh pakaiannya kecuali CD-nya. Dan aku benar-benar puas menikmati setiap jengkal daging dari tubuh Ibuku. Ibu terengah-engah setiap kugigit daun telinganya, dan menjerit mendesah setiap aku mengerayangi buah dadanya dan menjilati lubang pusarnya. Rupanya dengan cara bercumbu begitu Ibu dapat juga mencapai orgasmenya. Aku selalu memasukkan penisku yang dijepit kuat-kuat oleh Ibu dengan pahanya. Aku sering melakukan gerakan maju mundur sampai kutumpahkan spermaku di atas paha atau kadang di atas dada atau di dalam mulut Ibuku yang selalu menelan spermaku. Lama kelamaan aku mulai bosan dengan gaya yang itu-itu saja, aku ingin melakukan persetubuhan yang sebenarnya. Dan ini membuat Ibu berontak dan kami bergulat dengan serunya di atas ranjang. Akhirnya aku berhasil melucuti CD Ibu. Tapi yang membuatku kaget adalah ternyata ada pembalut di dalam CD Ibu, padahal Ibu lagi tidak menstruasi. Karena aku sudah gelap mata, maka dengan kasarnya aku membuka paha Ibuku, menguak lubang vaginanya dan aku mulai menyetubuhinya dengan sangat kasar. Lebih tepat dikatakan bahwa aku memperkosanya, dan Ibu hanya pasrah tergeletak dengan air mata berderai selama aku memperkosanya dengan sangat kasar dan buas. Sama sekali tidak kasihan padanya, malah aku merasa bangga, sebab sekarang aku telah memiliki seluruh tubuh seorang wanita yang paling kucintai di atas dunia ini sebagai seorang kekasihku. Aku tidak pernah lagi melihat dia sebagai seorang wanita yang telah melahirkanku. Kutumpahkan spermaku ke dalam rahimnya yang



dulu pernah mengandungku. Dan hal itu terjadi lagi hampir setiap hari setelah aku pulang dari sekolah. Satu hal yang aku binggung, Ibu tidak mau melakukan gaya yang lain selain dari pada berbaring biasa dan aku menyetubuhinya dari atas. Ibu tidak mau menjawab ketika kutanya kenapa, Ibu selalu memakai pembalut di pantatnya. Hingga di suatu saat aku berhasil menemukan jawabannya. Ketika selesai kami bersetubuh, Ibu tertidur pulas di sisiku masih dalam keadaan telanjang bulat. Tidurnya tertelungkup, segera saja kubuka pantatnya dan apa yang kulihat benar-benar membuatku sangat terkejut. Rupanya lubang pantat Ibu sudah rusak berat, terkuak terbuka besar seperti sebuah lubang terowongan panjang yang kira-kira berdiameter dua sentimeter, memerah kehitam-hitaman dan menganga lesu. Berarti Ibu ini sudah sering melakukan hubungan anal sex, tetapi dengan siapa? Dulu memang ada berita berita bahwa Ibu pernah menyeleweng dengan Oom Errol, tapi kenapa kok rumah tangga mereka aman-aman saja? Tidak pernah ada keributan antara Ibu dan Papa. Selagi aku terbengong melihat lubang duburnya itu, Ibu terbangun dan menatapku lalu bertanya padaku, "Kamu mau juga main dari situ? Ibu juga pengen, soalnya udah lama nggak ngerasain." Aku jadi bingung. Aku sih mau saja, soalnya ingin tahu juga bagaimana main anal sex itu. Kembali lagi kami bermain foreplay lebih dulu sebagai ajang pemanasan. Kami bermain enam sembilan. Kujilati klitoris dan vaginanya hingga Ibu mengelinjang sebab nikmatnya, sementara Ibu pun menghisap rudalku hingga dalam waktu singkat rudalku jadi kembali tegak berdiri siap untuk kembali berduel. Ibu lalu mengeluarkan minyak jelly dan meminyaki lubang duburnya dengan jelly dan dimasukkannya juga ke dalam lubang duburnya, kata Ibu biar masuknya nanti enak dan Ibu tidak kesakitan. Ibu mengambil posisi menungging, pantatnya diangkat ke atas. Aku dari belakangnya mengarahkan rudalku ke lubang dubur Ibu yang sudah terbuka menganga itu. Sekali sentak, langsung masuk terus ke dalam sampai semua batang rudalku tertanam di dalam duburnya. Ibu mendesah kecil dan menarik napas tertahan ketika aku mendorong masuk sambil satu tangannya mengusap klitorisnya. Mula-mula dengan gerakan perlahan aku melakukan gerakan piston, lalu makin cepat dan cepat hingga tubuh Ibuku terguncang-guncang. Aku meremas-remas buah dadanya dengan kasarnya. Ibu mendesah dengan napas terengah-engah dan kadang-kadang menjerit lirih. Rupanya dia begitu menikmati permainan anal sex ini, sambil mengoyang pantatnya mengimbangi gerakanku dia seperti kesetanan. Tubuh kami kembali bermandi peluh dan peluh kami bercampur baur. Terus Ibu minta rubah posisi dengan berbaring ke samping mengangkat sebelah kakinya.



Kumasukkan kembali rudalku ke dalam dubur Ibu yang sudah licin dan basah itu. Pada rudalku terlihat ada cairan berwarna kekuning-kuningan yang berbuih, Ibu pun melihatnya, namun ia hanya tersenyum memandangku. "Sorry, tadi pagi Ibu nggak sempat beol sih, padahal tadi malam Ibu makannya banyak." Tapi persetan lah semua itu, aku mulai 'menancap' Ibu lagi dan menghajarnya dengan 'pukulan' yang gencar bertubi-tubi non stop. Sepuluh menit telah berlalu, aku terpaksa menutup mulut Ibu, sebab suaranya semakin keras terdengar mendesah dan menjerit. Sambil kudekap dia erat-erat, tubuh Ibu jadi mengejang, napasnya megap-megap. Rupanya Ibu telah mencapai puncak orgasmenya, dan aku semakin kuat menggenjot terus hingga seluruh tubuh Ibu bergetar dan menggelepar-gelepar untuk beberapa saat. Keringatnya membanjir dengan hebatnya, tetapi bau badan Ibu tetap harum dan ini yang membuatku semakin bernafsu lagi dan menggenjot terus hingga punyaku keluar juga akhirnya. Ketika mencabut rudalku yang basah oleh cairan kuning berbuih, nampak lah liang dubur Ibu sudah terbuka besar layaknya seperti lubang vagina, menyerupai sebuah lubang terowongan besar yang menganga dan dalam sekali. Seluruh batang rudalku penuh dengan cairan kotoran tinja Ibuku. Dia masih tersengal-sengal, kudekap dia penuh sayang mencium pipinya, dia pun tersenyum manja memandangku dengan genitnya. "Hesty.." kupanggil namanya, "Hesty.., kau adalah kekasihku, aku cinta padamu. Kita mesti menikah Hestyku, aku ingin melihat kau melahirkan anak-anakku." "Kamu gila Jeff, aku kan Ibumu yang melahirkan kamu, kamu ini anak durhaka." katanya sambil mencubit hidungku yang mancung, sama mancungnya dengan hidungnya. Ketika aku terbangun, hari sudah malam dan Ibu tidak ada di sampingku, dan kamarku telah dinyalakan lampunya. Kutengok ke jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku lalu bangkit menuju kamar mandi. Setelah mandi, aku ke ruang tengah, Tanty kakak tiriku sedang bersama Rocky adikku menonton TV, Ibu tidak kelihatan, juga Papa. Keadaan rumah amat sepi. "Ibu mana Tan..?" tanyaku kepada kakak tiriku sambil aku mengambil tempat agak jauh darinya supaya aku dapat leluasa memandang wajah Tanty, kakak tiriku ini. "Ibu lagi tidur, lagi nggak enak badan." kata Tanty. Pasti Ibu capek akibat kerja keras tadi siang itu, pikirku sambil diam-diam kuperhatikan kakak tiriku ini. Dia bagai pinang dibelah dua dengan Ibu, hanya kulitnya agak sawo matang. Tubuhnya tinggi dan atletis, sebab Tanty juga senang



berolahraga, terutama renang dan bola basket. Tanty hanya memakai celana pendek, hingga nampak paha dan betis kakinya yang panjang indah itu, merangsang juga. Lalu aku berjalan ke kamar tidurnya Papa dan Ibu, ternyata Papa belum pulang dan Ibu sedang lelap tertidur. Pelan-pelan supaya tidak membangunkannya, kututup pintu lagi dan berjingkat-jingkat mendekati tempat tidur. Ibu sedang tertidur pulas tapi bias-bias keletihan masih terlihat di wajahnya, akibat tadi siang disetubuhi sampai dua kali olehku. Aku membungkuk dan mencium pipinya, kemudian bergegas keluar dari kamar itu kembali ke ruang tengah. Kulihat Tanty dan Rocky duduk berdampingan layaknya orang pacaran dan keduanya nampak serius sekali ngomongnya, aku jadi bingung sendiri. Aku kemudian kembali ke kamarku. ***** Beberapa bulan kemudian berlalu, dan pada suatu hari Ibu mengaku padaku bahwa selama ini ada tiga orang lelaki yang telah berselingkuh dengan Ibu, salah satunya adalah Oom Errol yang selalu menyetubuhi Ibu dari 'pintu belakang'-nya. Selama Oom Errol pergi berlayar, Ibu selingkuh dengan seorang temanku, tapi agak jauh lebih tua dariku, namanya Johnny dan orang ini juga paling suka menyodomi Ibuku. Lubang dubur Ibu sampai rusak begitu adalah akibat perbuatannya Johnny ini, kadang-kadang dia suka memasukkan ketimun ke dalam dubur Ibu itu, bahkan sering memukul Ibuku kalau Ibu menolak kemauannya, tapi Ibu tetap saja meladeninya juga. Satunya lagi adalah Oom Ridwan, tetangga depan rumah kami. Pantesan Ibu jarang duduk-duduk di depan rumah, soalnya Ibu merasa malu kalau nanti terlihat sama Oom Ridwan ini. Oom Ridwan baru menikah setahun yang lalu, isterinya baru tiga bulan yang lalu melahirkan. Dia sudah main dengan Ibu jauh sebelum kawin, padahal Oom Ridwan ini teman baiknya Papa. Kemudian ada dua orang bule Amerika yang Ibu kenal lewat perantaraan seorang temannya. Juga menurut pengakuan Ibu bahwa Erza dan Tria, kedua adikku itu adalah hasil hubungan gelapnya dengan Oom Errol, jadi keduanya adalah anak-anaknya Oom Errol. Dan setelah kuperhatikan dengan teliti, wajah kedua adikku itu memang keduanya agak mirip dengan Oom Errol, apalagi si Tria yang baru berusia lima tahun itu. Masalahnya Papa sudah tidak berdaya lagi, dan Papa hanya diam saja sekalipun Papa tahu tentang semua penyelewengan Ibu. Kuingat terakhir kali Oom Errol muncul di sini sekitar tiga bulan yang lalu, ketika siang itu aku sudah pulang sekolah. Kulihat sendiri betapa mesrahnya Ibu menyambutnya, Ibu menggantung di lehernya dan Oom ini mendekap Ibu kuatkuat. Keduanya berciuman di bibir, di depanku tanpa memperdulikan aku. Aku



dengar suara Ibu mendesah dalam pelukannya Oom Errol. Aku jadi marah dan segera keluar dari rumah, sorenya aku telepon ke rumah, ternyata Ibu belum juga pulang kata Rocky adikku, yang ada di rumah hanya dia dan Tanty. Pintu depan tertutup, kuintip lewat jendela tidak ada orang di ruang depan, lalu aku masuk dari pintu belakang, kemana Rocky dan Tanty? tanyaku dalam hati. Di ruang tengah pun tidak ada siapa-siapa. Suasana amat hening, aku naik ke atas. Ketika mendekati kamar tidurnya Tanty, sayup kudengar suara helahan napas. Tanty..? Aku jadi curiga, lalu mendekati pintu kamarnya yang rupanya tidak terkunci. Lupa dikunci mungkin. Aku mendorongnya sedikit terbuka, dan kini suara erangan dan desahan itu semakin jelas, itu suaranya Tanty seperti sedang.. Pelan-pelan kudorong pintunya dan melongok ke dalam, ya Tuhan..! Aku hampir berteriak saking kagetnya atas apa yang kulihat. Tanty dalam posisi menungging dan Rocky di atasnya sedang menyodomi Tanty pada liang duburnya, persis seperti apa yang sering aku dan Ibu lakukan. Saking asyiknya, hingga mereka tidak sadar akan kehadiranku di belakang mereka dan terus menonton permainan ini sampai berakhir dengan erangan dan jeritan lirih suara Tanty sambil menggoyang pantatnya keenakan dan kesetanan persis seperti Ibu. Ketika Rocky mencabut rudalnya yang juga lumayan besar itu untuk anak seusia dua puluh tahunan, nampak lubang dubur Tanty yang merah menganga terkuak, tapi tidak sebesar lubang duburnya Ibu. Betapa kagetnya keduanya ketika melihatku. Wajah keduanya nampak pucat pasi dan Rocky langsung melompat turun dari tempat tidur dan berdiri bingung memandangku. Aku tetap berusaha berwajah serius seperti marah, walau dalam hati aku mau tertawa sebenarnya. Keluarga yang rusak! Makiku dalam hati. "Rocky, kamu cepat keluar..!" bentakku. Adikku ini langsung berhamburan keluar dengan sangat ketakutan. Kuhampiri Tanty yang masih terbaring bingung tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang mulus yang masih bermandi keringatnya itu. Dia menatapku dengan penuh ketakutan. Aku mendorong balik tubuhnya dan memegang pantatnya serta menguakkannya untuk melihat kembali bentuk lubang duburnya itu, masih merah kehitam-hitaman. Dua jari tanganku menusuk masuk ke dalam lubang dubur kakak tiriku ini, Tanty merintih tertahan. Rupanya keduanya telah cukup lama juga melakukan hal ini. Kemudian aku segera keluar meninggalkan kamarnya, masuk ke kamarku dan tidak keluar lagi. Esok paginya Tanty tidak pergi kuliah, katanya sakit. Dan siangnya ketika aku pulang Tanty tidak pernah keluar dari kamarnya. *****



Selama Oom Errol berada di darat, Ibu meminta pengertianku untuk tidak menyentuhnya, malahan Ibu mengajakku berdua ke rumahnya Oom Errol. Ketika tiba di sana, Oom Errol lagi keluar. Dia ke kapalnya sebentar, yang ada hanyalah seorang laki-laki bernama Peter dan seorang cewek cakep yang mengaku namanya Nita. Sementara Ibu mengobrol dengan Bung Peter ini, aku ngobrol dengan Nita. Nita orangnya cantik dan juga imu-imut. Aku langsung saja tertarik padanya. Tidak lama kemudian Oom Errol datang dan langsung mencium Ibu di keningnya dan menyalami Nita. Melihatku akrab dengan Nita, dia mempersilakan aku dan Nita duduk mojok di ruang depan. Saking asyiknya kami hingga tidak tahu kalau Ibu dan kedua laki-laki itu telah tidak berada di situ lagi. Nita menarik tanganku seolah mengajakku untuk masuk ke dalam kamar yang satunya lagi, sementara aku masih bingung. "Mereka pasti sudah masuk kamar Jeff, ayo kita juga, masuklah..!" Aku seperti kerbau yang dicocok hidungnya mengikuti saja apa kemauannya Nita. Sesampai di dalam kamar, segera kami melanjutkan permainan tadi, malahan kini Nita lebih ganas lagi dan kami berdua telah bertelanjang bulat di atas tempat tidur. Tiba-tiba aku ingat Ibu lagi, gerakanku terhenti dan berpaling. Segera Nita menarikku lagi sambil berbisik, "Kamu mau lihat apa yang mereka lakukan di kamar sebelah..?" "Emangnya bisa dilihat ya..?" Lalu Nita melompat berdiri dan menghampiri dinding serta memindahkan sebuah lukisan di dinding dan menyuruhku untuk mengintip dari lubang kecil di tembok itu. Dan apa yang kulihat itu membuatku benar-benar gemas, tapi aku sadar akan situasi di dalam rumah ini. Apa yang kulihat itu adalah Ibu dan Bung Peter ini dua-duanya sudah bertelanjang bulat, Bung Peter ini sedang menggumuli Ibu tapi kelihatannya Ibu tidak mau dan Bung Peter ini memaksanya dengan amat kasarnya. Tangannya dengan sangat kasarnya menyodok-nyodok lubang vaginanya Ibu serta meremas-remas buah dada Ibu. Selagi aku berdiri dengan tegang mengintip, Nita melakukan oral sex padaku, dan akhirnya Ibu di baringkannya dan Peter mulai menyetubuhi Ibu dengan amat rakusnya. Aku lalu berpaling kepada Nita, menariknya ke atas tempat tidur dan mulai menyetubuhinya. Nita mendengus dengan penuh nafsu dan kami lupa pada segalanya. Ketika selesai, segera aku melompat dan mengintip lagi. Kini yang kulihat lebih seru lagi. Ibu terjepit di antara tubuh kedua laki-laki itu, wajah Ibu meringis entah merasakan sakit atau enak, tubuhnya terguncang-guncang dengan hebatnya dan peluhnya bercucuran, seperti tiga ekor kuda yang sedang berpacu menuju garis



finish. Aku dan Nita lebih duluan keluar, lalu muncul Bung Peter dengan wajah puas dan berkeringat, tapi sampai sepuluh menit berselang Ibu tidak keluar juga. Lalu aku segera masuk ke dalam kamar dan melihat Ibu dan Oom Errol lagi pulas tertidur masih dalam keadaan telanjang bulat saling berpelukan. Dalam mobil menuju pulang, aku dan Ibu saling membisu. Setiba di rumah, Ibu langsung mengunci dirinya dalam kamar. Setelah hari itu hatiku menjadi berbungabunga, sebab merasakan kehadiran Nita dalam hidupku saat ini. Ternyata aku dapat juga jatuh cinta kepada wanita lain, pikirku. ***** Pada suatu hari kumasuki kamar Ibu tanpa mengetuk pintu lebih dahulu, membuat Ibu jadi kaget dan aku pun ikut kaget melihat Ibu dalam keadaan setengah telanjang itu. Langsug kusergap dia dan memagut bibir-bibirnya serta meremas pantatnya dengan penuh nafsu, tapi Ibu nampaknya dingin saja terhadapku, membuatku jadi heran. "Kenapa kamu Hesti..?" tanyaku sambil menatapnya, Ibu mencibir bibirnya. "Kok nggak ke tempatnya Nita Jeff..?" tanya Ibu sambil mendorongku. "Nitanya lagi pergi." Ibu hendak pergi dari situ, tapi cepat kutarik lengannya dan kudorong dia ke atas tempat tidur serta mendekatinya dengan perasaan amarah yang meluap. "Kamu kok kasar gitu sich Jeff..?" "Kenapa kamu menghindariku heh..? Kamu wanita pelacur..!" bentakku. "Aku ini Ibumu Jeff, jangan ngomong kasar gitu dong..!" "Kamu Ibu yang durhaka, aku sudah ngentot sama kamu, masih pantas kah kamu merasa dirimu sebagai seorang Ibu? Kamu tahu Hesty, aku melihat kamu di kamar sebelah diembat sama dua orang lelaki sekaligus dan kamu dibayar untuk itu, memang kamu pelacur." Ibu jadi terdiam dan tertunduk, kulihat butir-butir air matanya mengalir di pipinya. Dengan perasaan gemas dan marah, kulucuti semua pakaiannya. Ibu hendak berontak, lalu kutampar pipinya, membuat Ibu terkejut oleh perlakuan kasarku itu dan menutup wajahnya sambil terus menangis. Aku benar-benar sudah tidak punya rasa belas kasihan lagi padanya, yang ada dalam benakku hanyalah pikiran kotor dan nafsu setan belaka. Kubuka pahanya dan kusetubuhi Ibu dengan sangat kasarnya, kami bergumul seru serta peluh yang bercucuran di siang bolong itu. Sepuluh menit berlalu, lima belas menit berlalu, dan Ibu mulai menjerit histeris seperti biasanya kalau hendak mencapai orgasmenya. Aku semakin kuat lagi menggenjot, dan akhirnya kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan itu,



kemudian terbaring lesu sambil terus berpelukan. Kujilati keringat Ibu di payudaranya dan juga di lehernya, sementara Ibu masih tersengal-sengal napasnya berbaring dengan menatap hampa ke langit-langit kamar. Ibu tetap saja diam tidak bergerak ketika aku bangun dan keluar dari kamar itu. Beberapa hari kami tidak betegur sapa dan aku pun cuek padanya. Setiap ada kesempatan, aku selalu pergi mencari Nita dan bercinta dengan Nita. Kupikir bahwa Nita ini benar-benar mencintaiku. Timbul pikiran normalku sekali-sekali bahwa Hesty itu sebenarnya adalah Ibu kandungku, wanita yang melahirkan aku, tapi kenapa sampai akhirnya semuanya jadi begini. Gimana perasaan Papa bila dia tahu perbuatan terkutuk kami ini? Dan gimana juga kalau sampai Papa tahu tentang hubungan sex abnormal antara Rocky dan Tanty? Kasihan Papa itu, dia seorang laki-laki yang baik yang selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, walaupun ada kekurangannya yang tidak disukai Ibu, yaitu suka minum alkohol hingga sering berlebihan. Tetapi dia adalah tetap sebagai ayahku, orang yang sangat kuhormati. Tidak sadar air mataku mengalir, di tengah malam yang kelam dalam kamar tidurku sendirian kubayangi Papa dan Ibuku tidur berpelukan dalam kamar mereka. Tetapi akhirnya lebih banyak pikiran setan yang menguasi otakku, aku tidak tahan bila melihat Ibu melangkah dan pantatnya bergoyang, padahal selama ini Ibu sudah tidak pernah lagi memakai hot pant di dalam rumah, dan jarang juga memakai celana jeans. Ibu slalu memakai baju panjang atau daster bila lagi di rumah. Suatu hari aku memergokinya di dapur dan kucubit pantatnya hingga Ibu kaget dan menatapku dengan tidak senang, untung saja pembantu tidak melihat perbuatanku itu. Kegilaanku semakin menjadi, kami tidak pernah ngomong, tapi tiap saat aku selalu melakukan tindakan-tindakan pelecehan seksual terhadap Ibu. Tapi nampaknya Ibu sangat tabah sekali mengahadapi semua tingkah lakuku itu. ***** Di suatu malam hatiku jadi luluh ketika melihat ke dalam kamar Ibu, dia bersembahyang. Aduh wanita yang cantik ini, wajahnya nampak semakin cantik dan bersinar saat berdoa. Aku merasa berdosa sekali padanya, aku masuk ke dalam kamarku dan menangis. Tetapi akhirnya kembali lagi iblis menguasai jalan pikiranku. Di suatu siang yang sepi, aku menemui Ibu baru keluar dari kamarnya Rocky dan Ricky, segera kudekap dia dan kutarik. Kuseret dia masuk ke dalam kamarku, Ibu menjerit tertahan dan kutampar pipinya dan menjambak rambutnya dengan kasarnya.



"Kamu jahanam, mau lari dari aku yaa..?" kataku sambil mengeram dan sekali sentak kusobek baju dasternya. Ibu berdiri telanjang dan ngilu di hadapanku. Dan ketika kusuruh dia untuk membuka celana dalamnya, Ibu melakukannya tanpa melawan sama sekali dan kepalanya hanya menunduk. Kusuruh pula dia berdiri mengangkangkan kakinya dan menunggingkan badannya ke depan dan kusingkap pantatnya, menguak lubang duburnya yang sudah berlubang besar itu. Tanpa rasa jijik sekalipun, kujilati lubang duburnya Ibu itu. Lidahku menjulur masuk ke dalam goa yang menganga merah kehitam-hitaman itu. Aku sudah tidak perduli dengan bau tinja yang keluar dari lubang anus Ibuku yang langsung menusuk hidungku, aku telah terbiasa dengan bau kotorannya Ibu. Terdengar suara Ibu merintih tertahan dan selanjutnya aku mulai mensodomi Ibuku lagi sambil menyuruhnya tetap membungkukkan badannya ke depan. Tubuhnya dan kepalanya juga kedua buah dadanya yang masih segar itu terguncang-guncang oleh henjakan-henjakanku yang kuat itu. Suara Ibu mengerang dan mendesah seperti orang sedang sengsara. "Jeeff.. aku ini kan istrimu, kasihani aku doong..!" katanya. Aku kaget juga mendengar ucapan Ibu itu, tapi hal itu bersamaan dengan orgasmeku memuncak dan aku semakin kuat menghajar pantat Ibu tanpa rasa mengenal belas kasihan padanya. Separuh spermaku tertumpah di luar dan membasahi selangkangnya Ibu dan meleleh turun ke bawah lewat pahanya. Beberapa saat lamanya kubiarkan batang rudalku tertancap di dalam lubang anus Ibu, menikmati sisa-sisa rasa enaknya sambil aku mengerang kenikmatan. "Sudah Jeff. Ibu capek nich nungging terus." ucap Ibu dengan suara yang lirih sekali, membuatku jadi tertawa dan mencabut batang rudalku keluar. Seluruh batang zakarku basah dilumuri tinja yang kekuning-kuningan serta tergantung lesu. Aku puas melihatnya, sementara Ibu menegakkan badannya dan berbalik. Tiba tiba Ibu menjerit seperti kaget. Cepat aku pun berbalik dan melihat siapa gerangan yang sedang berdiri di pintu kamar memandangi kami berdua. Tanty tersenyum dan segera berbalik keluar dari kamar. Aku berbalik dan memeluk Ibu yang masih dalam keadaan telanjang bulat itu, Ibu menangis terisak-isak dalam pelukanku, dengan penuh sayang kubelai rambutnya dan kucium bibirnya. "Tenang saja Hesty, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab, kita akan menikah." kataku. Aku turun ke kamar Ibu mengambil baju dasternya yang lain untuk dikenakannya. Kukunci pintu kamarku dari dalam dan kubaringkan Ibu di atas ranjangku dan kutindih dari atas sambil membelai rambutnya yang sudah mulai nampak ubannya itu beberapa helai. Setiap saat ketika menatap wajahnya aku tetap saja terpesona



oleh kecantikannya wanita yang satu ini, sinar matanya yang hitam bening dan teduh, tempat hasrat dan gejolak jiwaku selalu berteduh padanya. Kuusap pipinya yang masih mulus itu, Ibu pun lalu tersenyum padaku. Aah..! Betapa senangnya. Betapa bahagianya aku memiliki seorang Ibu seperti wanita ini yang sekalian dia juga adalah kekasihku, wanita selingkuhanku, dan apa lagi sebutan lainnya, aku tidak perduli. "Hesty.. kamu wanita yang paling cantik, yang paling mempesona dalam hidupku." ucapku. "Aaah masa. Kamu bohong." jawab Ibu, "Lalu si Nita itu gimana..?" "Aku merasa lebih mencintaimu Hesty. Aku kadang-kadang ragu terhadap si Nita itu." "Ragu gimana, kelihatannya dia cinta sama kamu Jeff." "Tapi aku lebih cinta padamu Hesty." kataku. Lalu kukulum bibirnya dengan penuh nafsu, rupanya birahiku mulai bangkit lagi dan mulai mengerayangi buah dadanya lagi. "Jeff.. cukup Jeff, besok lagi kita ulangi, aku capek nich..!" kata Ibu dengan suara memelas. "Oke lah kalo gitu, tapi Hesty, kenapa tadi kamu bilang kamu itu adalah istriku..?" "Aku ini Ibu kamu Jeff, yang melahirkan kamu, tapi sekarang aku telah menjadi istrimu." "Tapi kita kan belum menikah Hes..?" "Memang kita tidak akan pernah bisa menikah selama Papamu masih hidup Sayang." jawabnya sambil membelai rambutku dan menatapku dengan bola-bola matanya yang hitam bening itu. "Tapi.." Ibu tidak melanjutkan kata-katanya. "Tapi apa Hesty..?" "Sudah Jeff, aku tak mau lama-lama di sini, entar mereka curiga lagi." Lalu Ibu segera berdiri dan merapikan rambutnya dan bergegas keluar dari kamarku. Malamnya kutemui Tanty di kamarnya. Rupanya dia lagi belajar, sebab sebentar lagi dia akan maju ujian negara. Dengan hanya memakai celana pendek, dia duduk di kursi, di meja belajarnya dan cuek saja dengan kehadiranku di situ. "Kamu mau apa Jeff..?" Tanty bertanya tanpa menoleh padaku, nampak sekali kalau dia begitu menganggap enteng padaku. Aku merasa benar-benar tidak berharkat lagi di hadapannya. "Aku mau ngomong sama Kak Tanty." jawabku pelan seperti orang pesakitan. "Ngomong soal apa..?" tanya Tanty dan tetap saja tidak mau menoleh kepadaku, terus saja membaca. "Aku minta supaya Kak Tanty nggak kasih tau sama Papa soal apa yang Kak Tanty



lihat tadi itu." "Oh itu toch..!" ucapnya sambil tertawa seperti mengejekku. "Nggak kok, Kak Tanty nggak bakalan ngomong, soalnya kamu juga nggak ngomong soal Kak Tanty dengan Rocky kan..?" Lalu dia berdiri dan menghampiriku, duduk di sampingku. Sekilas kulihat betis pahanya yang banyak ditumbuhi bulu-bulu halus, bayanganku melayang ke lubang kamluannya Tanty ini yang berbulu lebat. Tidak sadar tanganku mengusap paha kakak tiriku ini, ternyata dia diam saja tidak bereaksi. "Udah lama ya kamu main sama Ibu Jeff..?" Tanty bertanya. "Ya udah memasuki tahun ketiga ini." jawabku. "Duh, cukup lama dong. Pantes lobang dubur Ibu udah jadi gitu melar sekali." "Bukan aku kok yang pertama kali sodomi Ibu, Kak Tanty." "Jadi kamu tau siapa orang yang pertama kali sodomi sama Ibu..?" "Menurut Ibu katanya Oom Errol. Lalu kalau Kak Tanty pertama kali disodomi sama siapa? Apakah Kak Tanty masih perawan atau sudah nggak lagi?" Kakakku Tanty tidak menjawab, tapi hanya menarik napas panjang dan menatap sayu ke depan seperti sedang menerawang jauh. Sementara itu tanganku semakin berani makin jauh bergerak menelusuri kulit mulus pahanya itu. Birahiku mulai timbul lagi sementara jari-jariku telah sampai ke dekat selangkangannya Kak Tanty ini. Tiba-tiba Tanty mengangkat tanganku dan mendorongnya dengan kasarnya. "Kamu mau apa Jeff..?" suaranya tegas seperti marah. "Ah nggak kok." jawabku merasa malu dan segera berdiri dan keluar dari dalam kamarnya. ***** Beberapa hari kemudian aku pergi ke rumahnya Oom Peter mencari Nita, aku lagi birahi padanya. Tapi rupanya Nita belum datang, Oom Peter pun lagi sibuk dengan pekerjaanya. Pintu kamar yang biasa dipakai Oom Errol nampak tertutup, lalu pelan kumasuki kamar yang sebelahnya tanpa setahu Oom Peter dan segera aku mengintip ke lubang dinding. Apa yang kulihat itu membuat jantungku berdegub kencang, sulit untuk dapat dipercaya, tapi aku melihatnya jelas sekali, Tanty dan Oom Errol sedang bersetubuh. Kapan laki laki keparat ini datang? pikirku. Dia memang laki-laki tampan dan macho, pantas banyak wanita yang tergila-gila padanya. Darahku jadi mendidih mengingat Oom Errol ini. Setelah Ibuku, sekarang giliran kakakku yang jadi korbannya. Kuintip lagi, nampaknya Tanty sangat menikmati persetubuhan ini, buktinya keduanya saling berciuman lama dan mesrahnya sambil Tanty mengoyang-goyang pinggulnya persis seperti seorang pelacur profesional.



Aku kembali ke ruang tengah dan terduduk lesu di sofa, beribu macam pikiranku berkecamuk. Ingin sekali aku membunuh manusia yang bernama Errol ini. Kutunggu hingga keduanya keluar dari dalam kamar. Tanty hanya mengenakan daster yang bagian atasnya terbuka lebar, bahkan kedua gunung montok di dadanya pun nampak menggumpal dengan jelasnya. Di wajahnya yang cantik mulus itu masih ada tetesan keringatnya, juga di lehernya dan dadanya, bahkan rambutnya yang panjang itu juga masih awut-awutan. Tanty terkejut sekali melihatku duduk di situ. Aku menatap Oom Errol dengan tajam penuh amarah dan bangkit menghampirinya, sejenak kami bertatapan, aku mendengus saking marahnya dan mengepal tinjuku. "Kau setan jahaman, setelah Ibu kini Tanty juga kau makan, anjing..!" kataku dengan kasarnya. Tapi dia hanya tersenyum memandangku setengah mengejek. "Kalau aku bajingan, lantas kau apa Jeff..?" Oom Errol bertanya sambil terus juga menatapku. "Kau lebih dari pada bajingan Jeff, Ibu kandungmu kamu perkosa, kakak tirimu mau juga kamu perkosa. Kamu ini sama saja dengan Bapakmu Jeff." kata Oom Errol tajam padaku. Aku melayangkan tinjuku ke wajahnya, tapi dengan sigap dan cepat Oom Errol mengelak dan melangkah mundur, akibatnya aku jatuh tersungkur ke depan dan menabrak dinding. Tanty cepat merangkulku, memelukku dan kulihat air mata di pipinya meruntuhkan amarahku, walaupun bagaimana juga dia adalah kakakku. Tanty menangis terisak-isak di dadaku, sementara aku hanya berdiri diam seperti patung dan melihat Oom Errol berjalan keluar dari rumah. Aku yakin sekali dapat mengalahkan laki-laki jahanam itu kalau kami berkelahi, sebab pasti dirinya lagi lemas sehabis selesai bersetubuh. Oom Peter datang menenteramkan aku. Aku menatap laki-laki Ambon ini dengan tatapan tajam pula, rasanya ingin juga kuhancurkan kepalanya. "Rupanya rumah Oom Peter ini sudah jadi rumah mesum ya..?" kataku. "Rumahku ini bukan rumah mesum Jeff, tetapi adalah rumah di mana Ibu kamu mencari duit dan kasih sayang, tempat bagi Nita mencari nafkah, dan juga tempat bagi kakakmu Tanty ini untuk mencari kasih sayang, kamu ngerti sekarang..?" jawab Oom Peter, rupanya dia tersinggung. "Emangnya kenapa dengan Nita..?" aku bertanya ingin tahu. "Emangnya kamu pikir si Nita itu cuman tidur dengan kamu ya?" katanya sambil memandangku sinis. Segera kutarik lengan Tanty untuk mengajaknya pulang. "Aku ganti baju dulu Jeff.." katanya.



Aku menunggunya sebentar di dalam mobil, lalu kami meninggalkan tempat tersebut. Dalam perjalanan menuju pulang kami saling membisu. Bebarapa hari ini aku hanya mengurung diri di dalam kamarku, aku sama sekali tidak ingin keluar rumah. Seorang teman yang datang ke rumah mengajakku bekerja bersama dia, tapi aku menolak. Aku berjanji dalam hati bila si Errol keparat itu berani muncul di rumah sini, aku berniat untuk menghabisinya. Persetan dengan penjara. ***** Beberapa hari ini kulihat ada perubahan lain dari Ibu, wajahnya sering nampak pucat dan suka muntah-muntah. Tapi setiap kutanyakan, Ibu hanya bilang bahwa dia masuk angin. Hingga di suatu pagi Ibu mengajakku menemaninya ke rumah sakit. Betapa kagetnya aku ketika Ibu menuju ke bagian dokter spesialis kandungan. Aku hampir-hampir mau pingsan ketika sepulang dari rumah sakit Ibu memberitahukanku bahwa saat ini Ibu sedang hamil, dan katanya aku lah yang menghamilinya. "Kamu pasti nggak percaya, soalnya kamu lebih banyak sodomi sama Ibu, tapi kamu ingat waktu di kamarnya Ibu siang-siang itu, sewaktu kamu marah dan kamu setubuhi Ibu dengan kasarnya itu? Waktu itu Ibu lagi masa suburnya." ucap Ibu dengan suara terbata-bata menahan sedihnya. "Ya.. sekarang aku ingat, tapi usia Ibu sekarang sudah empat puluh tujuh, apa nggak bahaya itu?" "Kata dokter sih nggak apa-apa, asalkan Ibu mesti hati-hati dan banyak istirahat." "Jadi sekarang kita mesti gimana Bu..?" aku bertanya, soalnya aku bingung, bingung sekali. Aku menghamili Ibu kandungku sendiri, aduh..! "Ibu takut mengugurkannya Jeff, apalagi di usia yang sudah ngga muda lagi, Ibu bisa berbahaya." Hatiku terharu sekali, suara Ibu begitu sendu memohon padaku, jadi aku mesti bertanggung jawab. Kupeluk Ibu, kucium dia dengan penuh haru dan sayang, kubelai rambutnya yang mulai agak beruban itu. Wanita yang begitu kusayangi dan kucintai dia, air mataku jatuh membasahi pipinya, aku menangis tersedu dalam pelukannya sambil kami berpelukan erat-erat. Semalaman aku tidak dapat tertidur memikirkan hal ini, aneh juga! Terus gimana status anak itu nanti? Dia adalah anakku sebab dia berasal dari benihku, tetapi juga adalah adikku, sebab dia keluar dari dalam rahim Ibu di mana dulu aku juga keluar dari situ. Jelas dia itu anaknya Ibu tetapi juga adalah cucunya Ibu. Dan apakah nanti Ibu dapat melahirkan dengan selamat?



Hari-hari terus berlalu dan kehamilan Ibu mulai nampak jelas. Selama ini aku tetap dengan setianya mengawal Ibu ke rumah sakit untuk periksa kehamilannya itu. Kami berjalan berdampingan bergandeng tangan persis seperti sepasang suami istri. Dan suatu surprised bagiku, yaitu lamaranku ke sebuah Hotel diterima setelah menjalani testing. Pada hari yang ditentukan aku mulai masuk kerja di Hotel itu, berarti akhir bulan nanti aku terima gaji dan semua uang gajiku itu pasti mesti kuserahkan pada istriku, yaitu Ibu kandungku sendiri. Selama itu bila bertemu dengan Tanty di dalam rumah, dia selalu menatapku dengan tajam, tapi seperti mengejekku. Dan nampaknya dia mulai berani terangterangan berpacaran sekarang, sepertinya dia tidak takut lagi sama Papa dan Ibu. Ada dua orang laki-laki yang secara bergantian mengapelinya ke rumah. Dan suatu saat aku mendapat berita dari seorang teman bahwa Tanty dan cowoknya itu sering short time di hotel. Ada tiga orang laki-laki yang saat ini sedang berhubungan dengan Tanty, termasuk si Errol jahanam itu. Rupanya Tanty melarangnya tidak boleh datang ke rumah, dan rupanya Errol telah memutuskan hubungannya dengan Ibu setelah tahu kalau aku telah selingkuh dengan Ibu. Dan kulihat si Rocky ini sudah menggandeng cewek lain lagi. Hanya Papa yang kelihatannya seperti orang bengong saja dan badannya makin tambah kurus saja, dia 'minum' terus. Hampir tiap hari Papa pulang dalam keadaan mabuk berat. ***** Ketika kandungan Ibu memasuki bulan keempat, aku tidak berani lagi menyetubuhinya. Atas anjuran dokter, Ibu mesti banyak istirahat dan jaga kondisi. Akhirnya tidak ada jalan lain, aku meminta Ibu main oral saja. Berkali-kali aku melakukan oral seks dengan Ibu. Ibu menghisap rudalku, memainkan lidahnya pada kepala kemaluanku dan aku merasa begitu sangat kenikmatan juga. Setiap begitu terasa mau keluar, kupegang kepala Ibu kuat-kuat. Kuhujamkan batang rudalku ke dalam mulut Ibu sedalam-dalamnya sampai ke dalam tenggorokannya, membuat Ibu hampir-hampir tidak dapat bernapas. Sering sekali kusemprotkan semua spermaku langsung masuk ke dalam kerongkongan Ibu yang terpaksa harus menelannya. Para pembaca semuanya, akhirnya kuambil keputusan dalam hidupku ini, bahwa aku tidak akan pernah menikah dengan wanita siapapun juga selama hidupku. Sebab aku mesti bertanggung jawab atas perbuatanku terhadap Ibu kandungku sendiri, walau kami tidak pernah menikah secara resmi. *****



Akhirnya Ibu telah hamil tua, perutnya semakin membesar dan jalannya kepayahan. Aku jadi semakin cinta padanya. Setiap pulang kerja, ada-ada saja oleh-oleh yang kubawa untuk Ibu, untuk menyenangkan hatinya. Dan di masa hamilnya itu, wajahnya semakin cantik bersinar. Suatu siang ketika pulang dari Hotel kudapati Ibu sedang duduk di ruang tengah, wajahnya berkeringat tapi senyum manisnya tetap menghiasi bibirnya itu, kuhampiri dia dan mencium dahinya. Ada suara mendehem di belakang, Papa rupanya yang memandangku, membuatku terkesiap. Betapa tajamnya pandangan mata Papa itu, seperti penuh rasa kebencian dan amarah. Aku jadi tergagap dan segera berlalu dari situ. ***** Suatu malam tiba-tiba Tanty memasuki kamarku. "Jeff, kamu dipanggil sama istrimu." suaranya pelan tapi cukup untuk membuatku kaget setengah mati, sementara Tanty hanya menatapku dengan senyum mengejek. "Rupanya istrimu mau melahirkan Jeff." katanya lalu segera berlari keluar dari kamarku. Aku mengejarnya menuruni tangga, Ibu dan Papa serta Erick sedang berada di ruang tengah, juga ada si Boyke pacarnya Tanty dan Tanty juga. Ibu nampaknya lemah dan sakit. "Jeff, kita bawa Ibu ke rumah sakit aja, rupanya sudah waktunya untuk Ibu." kata papa. Tanpa banyak komentar, kupegang Ibu dan memapahnya berdiri dan memeluknya, sementara Erick telah mengeluarkan mobil dari garasi. Aku duduk di belakang memeluk Ibu di samping Papa. Erick menyetir mobil, Tanty dan Boyke ikut dari belakang dengan mobilnya Boyke. Jantungku berdegub keras, ini pengalaman pertama bagiku melihat istriku yang sekaligus adalah Ibuku melahirkan. Kami semua menunggu di depan ruang persalinan dengan tegang, apalagi aku. Sudah satu jam lebih Ibu masuk ke dalam dan belum ada berita apa-apa, aku tambah gelisah saja. Tidak sadar tanganku dipegang sama Tanty yang menatapku dengan senyum. "Kuatkan hatimu Jeff." katanya dengan senyum untuk menentramkan hatiku. Tiba-tiba seorang suster keluar dan memanggil namaku, aku diminta untuk masuk ke dalam. Aku jadi tegang ketika memasuki ruangan bersalin itu. Di atas tempat tidur kulihat Ibu sedang berjuang menghadapi maut, wajahnya pucat pasi dengan mimik wajah sangat kesakitan dan berkeringat. Kuhampiri tempat tidur dan memegang erat-erat tangannya, sementara dokter kelihatan sibuk di antara kedua pahanya Ibu, mengutak-atik vaginanya Ibu yang sedang berusaha kuat untuk mengeluarkan si bayi itu.



Aku yang jarang berdoa lalu tiba-tiba jadi bisa berdoa komat kamit. "Tuhan, tolong kami Tuhan." pintaku dengan sangat. Tanpa terasa air mataku pun ikut mengalir sambil tetap kugengam erat-erat tangan Ibu. Kalau saja Tuhan mengijinkan, biar saja nyawaku yang Dia ambil, jangan nyawanya Ibu atau nyawanya anakku. Ooh Tuhaann..! Tiba-tiba terdengar jerit tangis bayi yang sangat kuat, aku terkejut bercampur gembira, kupeluk istriku Hesty dan kami berdua sama-sama berderai dalam air mata, air mata kebahagiaan. Sebuah tangan yang halus menyentuh pundakku dan aku berpaling, kulihat seraut wajah cantik yang mulus dan berlinang air mata menatapku dengan tersenyum, Tanty. Aku memeluknya dengan penuh haru, kami bertiga berpelukan dalam tangis, aku, Ibu dan Tanty. Kemudian Ibu dibawa pergi ke ruang sebelah untuk dibersihkan badannya, juga si bayi itu dan kami semuanya keluar dari ruang bersalin itu. Baru kusadari bahwa Papa tadi tidak ikut masuk. Aku mencari Papa di luar, dia sedang duduk terpekur seorang diri di kursi di pojok ruang tunggu itu. Kuhampiri Papa dan memeluknya penuh haru, kulihat mata Papa memerah. "Papa, Ibu dan bayi dua-duanya selamat." kataku penuh gembira. Papa hanya menatapku sedih, "Ya, tapi Papa tidak tau siapa ayah dari bayi itu." suara Papa terdengar parau dan bergetar. Oh Tuhan, aku hampir pingsan mendengarnya, berarti selama ini Papa benar-benar tidak tahu tentang penyelewenganku dengan Ibu, bahkan sampai Ibu hamil pun Papa tidak pernah mengetahui siapa pelakunya. Aku memeluknya penuh haru, dia orang yang sangat baik, tapi dosa-dosaku padanya sungguh tidak terampun lagi. Akhirnya Ibu dan bayi boleh pulang setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dan para pembaca sekalian, lima tahun kemudian Ibu telah nampak tua, tapi sisa-sisa dari kecantikannya masih tetap membekas. Dia duduk memangku anakku, anak kami berdua. Soraya namanya. Dia cantik manis dan lucu sekali.



nafsu lihat isri disetubuhi banyak lelaki Posted on October 6, 2010 by admin



foto istriku dientot orang



Semalam, kami mengundang beberapa pria menonton beberapa pertandingan tinju di tv kabel milik kami, ini sungguh menjengkelkan istri tanpa akhir, dia membenci pertandingan tinju dan lebih lebih bila pria berkumpul didepan tv.



Berlima kami nonton pertandingan tinju, minum bir dan menyantap pizza ketika janice pulang kerumah, dia mengerutu, terlihat kurang senang pada kami yg duduk sambil melihat pertandingan tinju. Dia berkata bahwa dia akan mandi dan mengucapkan selamat malam dan kubalas “malam sayang…” Beberapa menit kemudian, aku mendengar “alamak…” yg datang dari lorong pintu. Terlihat istriku yg cantik berdiri disana memakai jubah satin hitamnya dengan kaki jenjangnya terkaangkang memperlihatkan stocking yg berbentuk jarring ikan sekaligus sepatu hak tinggi miliknya. “Maukah kalian “bermain” dengan ku ketimbang nonton tv?” tanya istriku dengan suara anak kecil yang manja “Yo’a…” “pastilah…” “kami akan kesana sayang…” beberapa teriakan teman temanku pada saat aku terduduk kaget “ Ikuti aku anak anak…” katanya mengundang Aku mengikuti teman temanku yg bernafsu ke tempat tidurku sambil berpikir apa yg ada dalam pikiran istri malam ini. Istriku menyuruh kami duduk ditempat tidur saat dia mengelilingi ruangan, perlahan istriku mulai menanggalkan jubah sesuai dengan irama musik yg sedang diputar di meja. Istri memperlihatkan bra hitam dan celana dalamnya yg serasi ditambah dengan stocking dan sepatu hak tingginya. Janice berdiri 5.10 kaki memeliki rambut merah yg ikal dan kulit putih yang sesuai dengan yg dipakenya sekarang. Did memegang dadanya yg berukuran 36b sambil memberikan tarian telanjang pada teman-temanku Bill, temanku yg ikut serta dalam pesta threesome kami yg pertama menyeringai mengetahui pasti apa yg akan terjadi. Temanku yang lainnya tertarik tapi bingung apa yg sebenarnya terjadi. Istriku mulai jongkok didepanku dan perlahan mulai menelanjangiku, menanggalkan celanaku, senjataku langsung berdiri siap beraksi dan terpampang didepannya matanya! Istriku lalu mengenggamnya dan mulai menjilatinya perlahan. Jan(istriku) memainkan lidahnya dibatang senjataku lalu menoleh kan kepalanya melihat teman temanku dgn matanya untuk memberitahu mereka apa yang ada dalam pikirannya untuk tiap mereka tanpa sedikit pun melepaskan jilatannya dari senjataku Ketika istriku memberikan karaoke terbaiknya, teman-temanku berlomba menanggalkan pakaian mereka. Begitu tidak sabarnya mereka menunggu istriku untuk mendapat gilirannya. Bill berinisiatif mengambil aksi sendiri melangkah kebelakang punggung istriku dan mulai memukul pantat istriku pada saat istriku terus menghisap senjataku. “OH” teriak istriku. Istriku lalu memegang pantatnya, lalau mengkaitkan celana dalamnya dan memperlihatkan kemaluannya dan meraba bibir bawahnya yg basah Bill, dengan tidak sabar seperti biasanya, mengocok senjatanya sebentar, sebelum menusukkannya kedalam kemaluan istrik dari belakang (doggie style booo^^) “Gawd!!!” teriaknya lalu kembali menghisap senjataku Bill terus memompa senjatanya kedalam kemaluan istriku sambil istriku menghisap senjataku. Tiga temanku yang lainnya ; John,Chris,dan ben perlahan mendekat kearah kami. Sekarang istriku mengerang dan mencoba mengatur posisinya ditempat tidur. Istriku melepaskan senjataku dari mulut hangatnya dan melepaskan dirinya dari bill. Menarik john dan chris dengan senjata mereka, istriku lalu berbaring berlawanan dengan arah kepala tempat tidur dan mulai menghisap



senjata mereka bergantian. Ben menanggalkan celana dalam istriku yg sudah melar dan mulai menjilat kelentitnya. Bill dan aku melihat dengan takjub dengan pertunjukan porno yg terjadi didepan kami. Jan (istriku) menoleh kiri lalu kanan dan menghisap setiap senjata itu sambilmengeluarkan erangan lirih Aku lalu mengambil KY Jelly di meja rias dan menarik istriku dari tiga laki laki tersebut. Aku lalu melumuri jell(agar-agar?) kedalam lubang pantatnya yang sempit dan memasukkan jari tengahku kedalam pantatnya.dia menggelinjang ketika aku menarik jariku keluar dan perlahan aku memasukkan 8 inci senjataku kedalam lubang pantat istriku yang telah menanti. Aku perlahan berbaring dengan punggungku sementara istriku berada diatasku dan teman temanku berdiri disekeliling tempat tidur menunggu. John lalau menaiki tempat tidurku dan memasukkan senjata 7 incinya kekemaluan basah istriku. Aku mulai memompa senjataku ketika john mulai mengasah senjatanya didalam kemaluan istriku, setelah beberapa pompaan, kami berdua menemukan irama menyetubuhi istriku. Lelaki lainnya memposisikan diri mereka di kepala tempat tidur tanpa tahu harus melakukan apa. Jan (istriku) mulai menjerit disetiap hentakan dan memegang senjata yang bebas dan mencoba mengisapnya. Aku bisa merasakan dia gemetaran dan mengerang seakan memberi perintah pada laki laki disekitar kami. John menggeram lalu berbisik “ aku keluar…” sambil mengeluarkan spermanya di kelamin merah istriku. Chris menggantikan posisi john… di kemaluan istriku. Aku bisa merasakan snejatanya yg menggantikan milik john melalui lapisan kulit antara senjataku dan senjatanya. Aku dalam posisi yg ngga bisa bergerak jadi aku melanjutkan kenikmatan menyetubuhi pantat istriku sementara temanku menyetubuhi kemaluannya “Keluar… aku keluar!” dia mengerang. Butir butir keringat membasahi istriku dan aku. Aku bisa merasakan getaran menguat saat dia mencapai puncaknya untuk pertama kali Chris kelihatan mulai keluar, dia menggenjot lebih keras. Dia bergetar sekali dan mengeluarkan spermanya didalam istriku. Sekarang, aku bisa merasakan sperma mengalir kepadaku. Saat chris berdiri dari atas tubuh istriku, jan berputar disisinya dan senjataku perlahan keluar daru lubangp pantatnya. Basah oleh keringatnya, berdiri dengan kaki dan tangannya ditempat tidur ( nb : maksud berdiri anjing) dan menghisap senjata bill dan ben menggoyang pantatnya dimukaku. Mengerti maksudnya. Aku memukul pantat istriku beberapa kali sehingga terlihat kemerahan. Mengocok senjata beberapa kali dan lalu aku memasukkan kembali kelubang pantatnya y menunggu. Saat aku mengocokkan senjataku keluar masuk pantatnya, aku meraba kemaluan istriku dan memasukkan 2 jariku, ini menbuat dia terangsang! “Masukkan yeah “ “pompa aku dengan kuat” “aku pelacurmu”teriak istriku dengan suaranya yg mulai parau Istriku mengisap dengan keras dan keras 2 teman kami yang tersisa saat aku memainkan tanganku di kelaminnya dan menghentakkan pantatnya. Saya berjongkok turun mencium kening istriku yang kelelahan dan istriku berbisik ditelingaku “lagi…” Istriku kecapekan ditempat tidur; basah dengan keringat dan mani, riasannya luntur diwajahnya dan lipstiknya berantakan dimulutnya. Teman temanku mandi dulu sebelum kembali keistri mereka masing masing.



Lalu kedengar bill mengerang saat dia memuntahkan maninya dimuka istriku dan disusul oleh ben. Sekarangm aku bisa merasakan istriku telah mencapai puncaknya beberapa kali dan telihat mulai kelelahan. Dia berbisik “aku keluar lage…” dan itu tanda buatku. I menarik keluar senjataku dari lubang pantatnya dan menembak kan keluar maniku dikulit pantat merahnya Istriku kecapekan ditempat tidur; basah dengan keringat dan mani, riasannya luntur diwajahnya dan lipstiknya berantakan dimulutnya. Teman temanku mandi dulu sebelum kembali keistri mereka masing masing. Cerita Ngentot Terapi Sex Dengan Cewek cantik Kata orang, akulah orang yang batten … Ngentot Di Kolam Renang – Cerita Seru Dewasa Cerita dewasa ngentot di kolam renang – Panggil saja namaku Dewi, … kamu tadi pagi diintipin sama dia… ya ampun sambil Aku istri dan Cerita Kontol Homo PublicOpinion tante Bapak Ngentot … … PublicOpinion tante Bapak Ngentot kolam renang cerita d SECARA ALAMI AMA … waktu penis gue masuk kedalam mulutnya sambil tangan gue ABG SMP NGENTOT …



Status*: Lajang. Alamat*: Rancamayang cibaduyut bandung. Telepon: 085222064292. Foto: Ciri ciri*: Ganteng dech..pokonya kalian para cewe milih aku gak akan nyesel.dech. Mendambakan*: Cewe yg cantik dan baik hatidll. Judul*: Cari calon istri/pendamping hidup. Nama*: Iwan. Status*: Lajang. Alamat*: Bandung. Telepon: 085222064292. Foto: Ciri ciri*: Q Muslim usia 27 krj ttp, TB.170 BB.58, klit swo matang. Mendambakan*: Wanita yg serius, soleh. “Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabnya. “Kita sih puas banget deh dientot mas, lemes tapi nikmaat banget, ya Nes” kata Lina. “Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai mengusap-usap kontolnya. Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain sementara aku Foto Cewek Kembar yang Cantik dan Hot Gan. dan . ayu azhari cewe abg bugil bogel telanjang sex sexy tetek susu payudara smu smp . Jupe Diisukan Punya Tenaga Dalam : kumpulan aneka artikel ‘n tips . Melayu ngentot Cerita Orang Malaysia ngentot Cerita Seribogel ngentot Cerita Lawak ngentot Cerita Seram Sukma Ayu 17 tahun Foto Sukma Ayu ngentot Sukma Ayu Telanjang Sarah Azhari 17 tahun Sarah Azhari Telanjang ngentot Sarah Azhari . Orang Bugil Japan Www Dot Com Photo Bugil Www Lalat Com Video Bokep Melayu Cerita Ngewe ceritangentot terlarang terlarang, cerita ciuman panas di mobil goyang, www ngentot ibu guru com,, INI PEPEK YANG ENAK – MEMEK, Cerita ngentot . ayu azhari lagi ngentot jupe ngesex cerita ngesex abg gambar ngentot anak smu cerita ngewe mbok photo ngentot jepang name christiane j nger cerpen tante maria ngentot ngentot dalam kamar mandi hot cerita panas ngentot istri jilbab . SACRAMENTO, Otoritas Janda Cantik Di Bis Cerita Dewasa Terbaru Dan Terpanas Jilat cerita dewasa ngentot terbaru Vagina Bersih Perawan Di Villa Cerita Dewasa Seru Negara prison.Seven Jilat Vagina Bersih Perawan . Pc And Laptop Enakny Ngentot Istri Ustadz adalah Pa Ketika Drew Carpenter mound putaran keenam, IronPigs hander territory.Un agak asingiversity produk Kentucky Jesse Witten hilang Turnamen Kualifikasi Open, pemain diunggulkan, Yuichi Sugita Japan.



Dengan kulit putih, khas orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Dia baru berumur 24 tahunan.”Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot y. “Godaku lagi. “Biasa aja kok Pak. Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arief ini. Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat Santi bergerak naik turun di atas tubuhku. Cerita seks dengan istri orang di rumahnya memang menjadi kenangan spesial dalam perjalanan seksku. Bagaimana tidak, aku menyetubuhi istri orang disaat dia. Ada lagi hal hal kecil yang aku sukai karena dengan berkendaraan seorang diri, kadang kadang aku bisa mendapat rejeki berupa perempuan cantik yang kerap kali kutemui diperjalanan. Hal ini aku alami ketika suatu hari aku pergi ke Semarang dengan mengendarai Mercedesku, semuanya berjalan dengan lancar, Search result from search en



Chatting Membawa Nikmat



Nama saya Agus, umur 22 tahun. Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk dan bosan, lalu saya hidupkan komputer dan mulai chatting. Iseng-iseng saya klik sebuah nama dan kami mulai pengenalan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu di suatu tempat, dan dia bilang dia memakai pakaian putih dan bawahnya jeans. Besoknya kami ketemu dan ternyata itu teman ibu saya. Gila! langsung saja saya maunya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah menyapa balik. Namanya Tante D (34), orangnya cantik, tubuhnya seksi (karena setiap saya mengantar ibu saya senam, dia selalu ada di sana) buah dadanya besar, kulitnya mulus putih, pokoknya seksi habis. Saya saja waktu melihat dia pertama kali waktu dia memakai baju senam, “adik” saya langsung bangun tidak karuan kerasnya. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya, wah… pokoknya tidak bisa dibayangkan deh. Terus, dia menanyakan ibu saya, “Mama kamu kok tidak pernah Tante liat lagi di senam, Gus?” “Eh… iya Tan, belakangan ini mama saya lagi sakit,” jawab saya sambil sedikit senyum. “Ooo…” jawab Tante D. Tiba-tiba dia menyeletuk lagi, “Kamu suka chatting di room #**** (edited) juga yah Gus…? padahal itu room khan khusus buat tante-tante,” belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi, “Kamu suka sama tante-tante yah Gus..?” Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri, “Iya Tan.., abis yang tua khan lebih pengalaman,” kata saya sambil tersenyum. “Kamu bandel juga Gus..!” kata Tante D sambil tersenyum genit. Karena di sana terlalu ramai, jadi saya diajak dia jalan-jalan pakai mobil saya (kalau pakai mobilnya dia takut ketahuan suaminya). Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari sekolah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Tante D ingin merubah channel TV, tapi dia



salah tekan tombol. Yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul “BF” yang kemarin lupa mencabutnya dari changer (biasanya kalau lagi sama pacar saya, sering memutar blue film di mobil). Langsung saja mata Tante D setengah melotot melihat adegan “syur” yang ada di film itu (tapi saya malahan suka dengan kejadian yang tidak disengaja ini hehehe… jadi tidak susah-susah merayu Tante D lagi). Tapi saya pura-pura sopan saja, langsung saya matikan TV-nya, tapi tiba-tiba Tante D memegang tangan kiri saya dan bilang, “Gus, kenapa kamu matikan? itu khan bagus buat pengetahuan seks!” Ya sudah tanpa basa-basi langsung saya hidupkan lagi. Setelah beberapa menit kemudian saya lihat Tante D agak gelisah lalu saya pura-pura tanya saja, “Tante kenapa gelisah?” “Eh.. hmmm… tidak kok Gus..” mukanya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendatsendat. “Gus… kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?” tanya Tante D sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur. “Belum tuh Tan… kenapa?” Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja. “Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Gus..?” Wah… ini kesempatan bagus nih, jangan disia-siakan! Langsung saja saya jawab, tapi dengan nada polos biar tidak kelihatan seperti orang lagi kepingin, (dia khan teman ibu saya, jadi saya mesti extra hati-hati jawab pertanyaan dia!). “Hmmm.. mau Tante, emang Tante mau ajarin saya?” jawab saya dengan polosnya. Terus dia jawab, “Mau dong Gus… khan daun muda kayak kamu mainnya pasti kuat.” Langsung saja dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya (busyet… ini tante sepertinya hyperseks deh). Tiba-tiba “adik” saya yang tadinya tidur pulas kini sudah bangun dan berdiri kencang sehingga tampak celana saya ada gundukannya. Tante D tersenyum melihat ke arah celana saya, “Gus… segitu saja kamu sudah nafsu, sini Tante liat, ‘adik’ kamu cakep apa tidak sih…?” Langsung saja dia mengelus-elus dan membuka resleting celana saya, sementara saya hanya bisa diam saja dan lebih konsentrasi ke depan. “Gus… ‘adik’ kamu kuat yah… otot-ototnya keluar, ‘adik’ kamu sering ikut fitnes dimana Gus?” tanya dia sambil bercanda dan saya hanya bisa diam dan tersenyum. Tiba-tiba rasa hangat menyelimuti kepala kemaluan saya, dan sedikit demi sedikit rasa hangat itu menjalar ke bawah menuju batang kemaluan saya. Sekilas saya lihat Tante D sedang asyik mengulum kemaluan saya yang keras dan besar itu, saya merasa melayang dibuatnya dan sesekali saya kehilangan kendali atas mobil saya. “Gus.. punya kamu gede juga yah… Tante suka Gus… hmmm… uhhmm…” Saya semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja saya pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap. Setelah mobil berhenti, saya langsung membuka baju kaos Tante D dan kebetulan tidak memakai bra. Kemudian saya remas payudaranya yang besar dan empuk, dan tangan kanan saya memegang kepala Tante D sambil sesekali menekan ke bawah, “Tante… enak.. hhhsss… terusin Tan… lebih dalem lagi…” permainan mulut Tenta D semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, “Cproot… cproott…” dan tiba-tiba dia menghentikan permainannya itu dan… “Gus… sekarang giliran kamu muasin Tante.. hmmm…” Sambil mengatur nafas dia pindah ke kursi belakang, langsung saja saya ikut pindah ke belakang dan segera membuka celana jeans-nya (ternyata dia tidak memakai CD, mungkin dia sudah rencanakan hal ini sebelumnya) dengan posisi duduk menghadap ke samping dan mengangkangkan kakinya ke atas, lalu saya mainkan klitorisnya sambil satu tangan meremasremas buah dadanya dan satunya lagi memegangi pahanya yang kiri. Tante D menggelinjang-



gelinjang keenakan dan ketika lidah saya masukkan ke dalam lubang kemaluannya, dia menekan kepala saya lebih masuk lagi sambil berkata, “Hhmm… enak sayang, lebih masuk lagi.. oohhmm…” ‘Adik’ saya sudah tidak tahan lagi dan langsung saja saya rubah posisi satu kaki di kursi yang satunya lagi di bawah, dan saya tuntun kemaluan saya memasuki lubang kenikmatan itu. “Bless…” karena lubang itu sudah dipenuhi oleh ludah saya jadi agak sedikit gampang memasukkan setengah dari kejantannan saya, baru sepertiga kejantanan saya masuk. Tante D sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, “Hhmm… ooohhh… Gus punya kamu tidak muat di Tante yah… pelan-pelan Gus…” Sedikit demi sedikit saya masukkan dan berkat pelumas yang dikeluarkan Tante D akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan dia semakin menjadi-jadi ketika saya sodokkan lebih cepat dan cepat. Sambil memainkan buah dadanya yang mungkin 36B, gerakkan saya semakin mengganas dan tentu saja Tante D yang sudah berpengalaman itu membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Tante D menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan ke dalam, dan ternyata Tante D mencapai puncak nikmatnya, “Oohhh… oohhh… Gus… hmmm…” Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Tante D merubah posisi jadi menungging, dan dia menurut saja, timbullah ide gila yang selama ini didamba-dambakan yaitu memasuki di lubang duburnya. Tanpa basa-basi langsung saja saya tancapkan berawal kepalanya dulu, tiba-tiba dia kaget, “Gus… kamu mau masukin lubang dubur Tante yah!” Tanpa menghiraukan kata dia, saya langsung masukkan jari saya ke dalam lubang kemaluannya yang dibasahi oleh maninya. Ketika saya keluarkan jari saya, tampak mani yang kental membasahi jari saya dan langsung saya masuki ke lubang kemaluan Tante D dan dan dia mengerang pasrah, setelang lubang itu agak membesar dan dipenuhi mani sebagai pelicin saya kembali lagi mencoba menerobos masuk dan akhirnya berhasil. Tante D kembali mengerang, “Acchh… ooacchhh…” Kembali saya menghujam dengan penuh nafsu sambil memainkan puting susunya yang keras, saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, “Acchhh… achhh… enak Tan…?” tanya saya. “Enak sayang… occchh.. terusin saja…” dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar, dan langsung saja saya cabut dan arahkan kemaluan saya ke mulut Tante D, dia membalikkan tubuhnya dan mulai mengocok dan sesekali menjilatnya, “Cproot… cproot…” “Cepetan dong keluarnya sayang!” “Cproot… cproot..” “Oocchhh… sedikit lagi Tante.. hhuuu.. aghhhhh…” Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan menyembur masuk ke mulut Tante D lalu saya dorong masuk ke dalam mulut Tante D. Dia dengan lahapnya menghisap kepala kemaluan saya dan sesekali mengeluarkan mani saya. Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan dan lidah Tante D terasa sedikit asin akibat air mani saya. Kami beristirahat sejenak dan sambil membenahi pakaian masing-masing dan kami pindah ke kursi depan. Tante D mendekati telinga saya dan berbisik dengen lembut, “Gus… besok-besok kalau keluar sama Tante kamu bawa tissue yah, biar tidak mulut tante buat bersihin ‘adik’ kamu,” dalam hati saya tertawa (hehehe… bisa juga tante ini bercanda, padahal sedang capaicapainya). “Iya Tante, tapi Tante harus pake CD juga buat bersihin ‘goa’ Tante yang nikmat itu biar tidak pake lidah saya,” balas saya. “Bisa saja kamu Gus…” dia tersenyum lalu mencubiti saya. Karena sudah jam sebelas malem jadi kami kembali ke tempat Tante D parkir mobilnya dan kami pisah di parkir itu. Kalau ada saran kirim ke e-mail saya. TAMAT



Mencoba Kejantanan 5 Prajurit



Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya terperosok ke dalam parit. Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil ke jalur yang semestinya lagi. “Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis batterainya, wah! Gimana nih?” Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal. “HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja”, aku ngomong sekenanya. “Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!” “Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!” kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah. “Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus”, gerutu Dewi. “Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu.” “Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang”, Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini. Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun. “Sus! Hidupin mesinnya!” Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti. “Ya.. nggak bisa juga Wik”, keluhku. “Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus..” “Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus”, lalu kami tertawa-tawa. “Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk”, sambil Dewi menunjuk ke arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas berlari sampai ke tengah jalan dan melambailambaikan kedua tangan kami. Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara. “Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?” Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, “Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!” kujawab dengan nada yang mesra. “O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat.” Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu. “Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi”, kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, “Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi”, sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.



Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah habis. “Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini”, teriakku. “Waduh maaf Nona kami tak punya..” “Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja”, setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka. Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari mereka setelah pakaianku terlepas semua. “Kenapa? suka dengan bodiku hmm…” godaku. Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan payudaraku, “Gruuungg!” suara itu tiba-tiba merusak suasana hening, “Hei! Jangan berangkat dulu”, mereka berempat bergegas mendekati jendela sopir, entah apa yang mereka bicarakan. “Sus, kamu sudah gila ya?” tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau. “Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong”, sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya. Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. “Nona jangan salahkan kami, karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin nanti agak kasar”, kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana dalamnya saja yang menempel di tubuhnya. Kemudian dia mendekap tubuhku lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan mengulum dada montok milik Dewi. Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku dengan liar dan ganas. Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tibatiba badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku, langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya, kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya. Setelah keluar batang kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu mengeramngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas. Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku. Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum. Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara kedua prajurit. “Gilaaa Susss.. ughhh.. ssst!” Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya. Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan keras-keras



hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan lancar karena liang kewanitaanku sudah licin. Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. “Ssst.. aaah.. aaah!” Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang. “Aaakkh..!” aku menjerit sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke dalam anusku. Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku. Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku. “Ayo Nona sedot yang kuat!” kata prajurit itu sambil menekan-nekan kepalaku. “Uuugh.. aaakh.. essst!” suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu. Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan, aku pun mencapai klimaks yang ketiga. Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat. “Ayo sini kita gantian, aku pingin rasain juga dia”, kata salah satu dari mereka sambil tertawa-tawa, waduh habis aku. Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan. Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal. Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di gubrisnya. Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya dicabutnya. Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku akan mencapai klimaks keempat kalinya. Setelah beberapa saat kurasakan liang kewanitaanku di sembur cairan hangat dan kemudian aku pun mencapai klimaks yang keempat kalinya, kami pun saling menggeram, lalu aku menggulirkan tubuhku di samping prajurit yang terlihat lemas. Kulihat Dewi masih di kerjai tiga orang prajurit, Dewi meringis-ringis sambil terus dijejali batang kemaluan prajurit yang besar itu. Karena aku merasa kasihan dengan Dewi



dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka kemudian kutarik salah satu dari mereka yang sedang getol-getolnya ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang kemaluan prajurit itu. Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks. Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah, “Gimana Wik?” bisikku. “Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali Sus”, Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya. Setelah itu kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama. TAMAT



Nafsu birahi Ibu dan Adikku Cerita seks panas nafsu birahi – Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan citacitanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y. Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah. Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup. Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takuttakut. Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah,



ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satusatunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat. Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, “Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus”. Sialan. Tapi nggak apaapalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya. Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya. “Kau sudah pulang Gun?”, tanyanya. “Iya bu”, kataku. “Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu”, kata ibuku. “iya”, kataku singkat. Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan. Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. “Ohh….Mega..”, aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja. Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi. “Ibu, ibu mau mandi?”, tanyaku. “Iya Gun”, katanya. “Boleh Gun, mandiin ibu?”, tanyaku. “Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq”, jawabnya. “Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar”, kataku merayu.



Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, “Baiklah”. Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku. “Kenapa Gun?”, tanya ibu. “Ah..nggak apa-apa “, jawabku. “Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah”, kata ibuku. “Kamu belum mandi juga kan?” “I…iya”,kataku. Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan. “Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan”, katanya. “Bersihkan dulu tubuh ibu”. Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni. Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku. “E…bu…boleh Gun minta sesuatu?”, tanyaku. “Apa itu?” “Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu”, aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya. Ibuku terdiam. “Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini”, kataku. “Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa”, katanya. Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.



“Bu, boleh Gun meremas dada ibu?”, tanyaku. “Gun sangat terangsang sekali”. “Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun”, kata ibu. “Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi”, kataku. Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya. “Sudah Gun?”, tanya ibu. “I…iya…”, kataku lemas. Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air. “Jangan bilang ini sama Arin ya”, katanya. “Atau orang lain.” Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang. Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya. “Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi”, kataku. “Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih”, kata ibuku. “Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?”, tanyaku. “Buat apa Gun?”, tanyanya. “Ibu masih sakit Gun”. “Sebentar saja bu, boleh ya?”, tanyaku. “Baiklah”, katanya. Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana. “Oh…Gun…jangan Gun….ahkk”, ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-vnya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata. “Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini”, kataku lagi. Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.



“Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….”, kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh…seksi sekali. “Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngentot terus denganmu, aku ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh”, aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngentot dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut. “Maafkan aku bu, tapi enak sekali”, kataku. Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. “Kamu bajingan!!” Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri. Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless….”Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?” “Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka”, kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku. Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf. “Maafkan Gun bu, maafkan Gun”, kataku. Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka. ******* Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung. Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya. Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya. “Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun”, katanya. “Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin”, kataku. Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-



gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan…aahh..benar…CROT… CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis. “Nih lihat”, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku. “Ibu hebat”, kataku. “Ibu masih belum puas”, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.”Ah..” Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremasremas telurku. Oh…ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Cerita blowjob hanya di ceritaserudewasa.info Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, “Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini”. Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur. ****** Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin. Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan. “Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Arin. Aku kaget tentu saja. “Gituan gimana?”, tanyaku jaim. “Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngentot ama ibu kan?”, tanyanya. “Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang.



“Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya. “Kamu kepengen ya?”, “Nggak ah” “Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?” “Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?” “Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku. “Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku. “Aduh, koq mukul”, kataku. “Habisnya kakak jahat!”, katanya. “Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?” Arin diam sejenak, “Iya juga sih, ibu makin membaik”. “Mau tau rahasia?”, tanyaku. “Apa ?”, tanyanya. “Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku. “Busett…kakak ternyata…”, Arin menggeleng-geleng. “Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?” Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang. Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya. “Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya. “Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq sentuh” “Nggak ah..”, katanya. “SENTUH!!”, aku sedikit membentak. Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku. “Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok dong!!” “Udah ya kak, jangan deh”, katanya. “Kocok!”, kataku. Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.



Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…” Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya. “Ayo isep!”, kataku. “Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya. “Isep!”, kataku. Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…” Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap. “Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin”, katanya meminta. “Nanti juga enak koq Rin”, kataku. Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar. “Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda. Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa. “Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini” “Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!” “Baiklah kakak berjanji”, kataku. “Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak”, katanya. Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahlah ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan



yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku. Cerita panas seru dewasa lengkap dan terbaru Cerita birahi mama Ngentot ibuku Memek kakak Birahi ibuku cerita birahi Nikmatnya memek mama Nikmatnya memek adikku nikmatnya memek mamaku BIRAHI MAMA memek mama enak cerita nafsu mama cerita memek mama memek mama memek ibuku NIKMATNYA MAMAKU KAKAKKU DAN ADIKKU ibu cerita seru nikmatnya mamaku Nafsu birahi mama memek adikku Cerita birahi ibu Cerita memek kakak Cerita nafsu birahi MEMEK IBU BASAH cerita panas aku dengan mamaku kakakku dan adikku birahi adikku cerita nafsu wanita cerita seru birahi memek mama nikmat nikmatnya ibuku sentuhan nikmat mama hanya di ceritaserudewasa.info dan masih banyak lagi Cerita seks seru terbaru lainya yang sesuai keinginanmu.



1







free downloading •