Sengsara Membawa Nikmat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MUHAMMAD HANIF KHALIL X MIPA 9



RESENSI “Sengsara Membawa Nikmat”



Identitas buku Judul buku



: Sengsara Membawa Nikmat



Penulis



: Tulis Sutan Sati



Penerbit



: Balai Pustaka



Kota terbit



: Jakarta



Tahun terbit



: 1929



Cetakan



: 20 (2010)



Roda Kehidupan Selalu Berputar Tuanku Laras, kepala desa salah satu desa di Padang, mempunyai seorang keponakan bernama Kacak. Merasa mamaknya sebagai kepala desa yang disegani serta tergolong keluarga kaya, Kacak tak dapat menutupi kepohangan hatinya. Sikapnya yang angkuh dan sombong sungguh tak di sukai orang-orang di kampung itu. Berbeda debgan Kacak, Midun, anak sulung seorang petani biasa, justru selalu di sukai banyak orang. Ayahnya, sungguh berbuat baik. Itulah sebabnya, Midun belajar mengaji, sekaligus ilmu silat kepad guru mengajinya, Haji Abbas dan Pendekar Sulatan. Kemahiaran nya dalam ilmu bela diri itu pun, sama sekali tidak membuatnya sombong. Perilakunya tetap terpuji. Bagi kacak, perilaku Midun itu sangat menyebalkan. Ia tak senag orang-orang di kampungnya menyukai dan memuji tabiat pemuda miskin itu. Lalu, dicari-carinya kesalahan Midun. Lebih dari itu, Kaxak juga mengajaknya berkelahi. Namun dengan sabar Midun berusaha menghindari keributan. Ia meras lebih baik mengalah daripada ribut atau berkelahi yang tidak bermanfaat itu. Namun, kacak yabg menggap Midun sebagai musuhnya, justru menyerangnya secara membabi-buta. Berkat ilmu silat yang dimiliki pemuda penyabar itu, serangan-serangan Kacak selalu dapat dihindarinya. Terlalu mudah baginya mematahkan setiap serangan orang yang sudah dirasuk amarah itu.



Ketika diketahui bahwa Midun berhasil menyelamatkan istri Kacak yang nyaris tenggelam terbawa arus sungai, dendam Kacak makin berkobar. Ia mengangap Midun telah melakukan perbuatan kurang ajar dan telah berani memegang wanita yang bukan istrinya. Lalu,untuk kedua kalinya,Kacak berusaha menyerang pemuda yang telah menyelamtakn istrinya itu. Kali ini, Midun meladeninya, dan laki-laki tak tahudiri itu, dengan mudah dibuatnya jatuh-bangun. Buntut peristiwa itu memaksa Midun menerima hukuman berupa keharusan mengerjakan apa saja yang di perinyahkan Tuanku Laras. Orang yang mengawasinya selama ia menjalani ‘’hukuman’’ itu tidak lain adalah Kacak sendiri. Pukulan dan caci-maki keponakan kepala desa itu pun, terpaksa di terima midun dengan pasrah. Rupanya, Kacak sendiri belum juga puas melihat Midun masih berkeliaran di desa itu. Ia pun bertekad untuk membunuhnya. Kemudian secara diam-diam,ia menyuruh Lenggang, seorang pembunuh bayaran,untuk melakukan rencananya. Siasat pun diatur. Sesuai dengan rencana, ketika Midun dan Maun,sahabatnya,mencari warung nasi saat berlangsung pacuan kuda, Lenggang tiba-tiba menyerang Midun dengan pisau terhunus. Beruntung,Midun dapat menggelak. Terjadilah perkelahian yang membuat panik orang-orang di sekitarnya.Polisi kemudian datang menangkap mereka. Setelah di periksa, Maun yang tak bersalah, diizinkan pulang. Sebaliknya, Midun dinyatakan bersalah. Ia ditahan dan dibawa ke penjara Padang. Kacak yang mendengar berita tersebut, merasa sangat senang. Orang yang ia anggap musuh itu, kini mendekam di penjara. Di penjara, Midun mengalami berbagai siksaan, baik yang dilakukan sipir-sipir penjara, maupun sesama tahanan lainya. Belakangan , tahanan lainya segan terhadapnya, sesudah ia berhasil membuat jagoan di penjara itu bertekuk lutut. Suatu hari,saat ia menyapu jalan, tugasnya sehari-hari, ia melihat seorang gadis duduk di bawah pohon kenari. Beberapa saat setelah wanita itu pergi, Midun melihat sebuah kalung berlian. Ia yakin, kalung itu tentu milik wanita tadi. Segera ia menemuinya untuk mengembalikan benda berharga itu. Inilah awal perkenalan Midun dengan Halimah, nama gadis itu. Perkenalan mereka terus berlanjut. Midun akhirnya tahu keadaan Halimah yang sebenarnya. Ternyata, wanita itu kini tinggal bersama ayah tirinya. Hal itu terpaksa ia lakukan setelah ibu Halimah meninggal dunia. Ia sebenarnya ingin meninggalkan ayah tirinya. Halimah kemudian meminta pertolongan Midun agar membawanya kabur. Setelah Midun dinyatakan bebas, Midun segera membawa Halimah. Berkat pertolongan Pak Karto, seorang petugas yang bekerja sebagai pembantu penjara, Midun berhasil membawa wanita itu ke Bogor, menemui ayah Halimah. Dua bulan Midun tinggal bersama Halimah. Ia kemudian bermaksud mencari pekerjaan di Jakarta. Dalam perjalanan ia berkenalan dengan orang Arab bernama Syekh Abdullah AlHadramut. Mengetahui maksud Midun pergi ke Jakarta, Syekh Abdullah memberi pinjaman uang untuk modal Midun berdagang. Dengan modal itulah ,Midun memulai usahanya yang ternyata lambat-laun terus mengalami kemajuan. Ketia Midun hendak mengembalikan uang pinjamannya, jumlah yang harus di bayar ternyata sudah membengkak. Ia baru sadar jika orang Arab itu rentenir. Tentu saja, Midun tak mau mengembalikan uang pinjamannya, dengan jumlah yang sedemikian besar. Namun, lintah darat itu ternyata punya akal licik. Midun harus memilih, membayar uang pinjaman berikut bunganya atau merelakan Halimah menjadi istri Syekh Arab yang



rentenir itu. Halimah yang diperlakukan demikian oleh orang Arab itu, tentu saja marah dan menyatakan tidak sudi menjadi istrinya. Persoalan ini ternyata kembali harus melibaykan Midun berurusan dengan polisi. Pengaduan orang Arab itu yang membuat midun kembali di tahan. Lepas dari tahanan, ia bermaksud pergi ke pasar baru. Tiba-tiba ia melihat seseorang sedang mengamuk dan hendak membunuh seorang sinyo. Tanpa pikir panjang,Midun turun tangan dan berhasil menyelamatkan sinyo itu. Sinyo itu kemudian membawa Midun kepada orang tuanya yang ternyata Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ungkapan terima kasih, kepala komisarisitu memberi Midun pekerjaan sebagai juru tulis. Tak lama sesudah itu, ia punmelaksanakan niatnya untuk menikahi Hlimah. Sementara itu, karena Midun memperlihatkan prestasi yang baik dalam pekerjaanya, ia diangkat sebagai menteri polisi Tanjuk Priok. Suatu ketika, Midun di tugasi untuk menumpas penyelundupan di Medan. Ketika sedang menjalani tugasnya, secara kebetulan, ia bertemu dengan Manjau, adiknya. Dari adiknya itulah ia mendengar kabar bahwa ayahnya telah meninggal, sedangkan harta kekayaannya yang tidak terlalu banyak itu habis untuk biaya hidup, dan sebagian lagi diambil oleh keponakan ayahnya. Kabar ini tidak hanya membuat Midun merasa sedih, tetapi juga membuatnya merasa terpanggil untuk kembali ke kampung halamanya. Sekembalinya dari Medan, ia mengajukan permohonan kepada Hoofdcommissaris agar tugasnya di pindahkan ke kampung halamnya. Permohonan itu dikabulkan. Bahkan di tempat tugasnya yang baru, Midun diberi jabatan sebagai Asisten Demang. Kembalinya Midun ke kampung halamannya, tentu saja membuat Kacak yang kini menjadi penghulu kampung, merasa serba salah. Belakangan terbukti, Kacak telah menggelapkan uang negara. Ia pun kemudian di tangkap dan di jebloskan ke penjara Padang. Midun kemudian hidup bahagia bersama seluruh keluargannya.



KELEBIHAN Novel ini merangkum cerita dengan suasana adat yang membuka mata pembaca untuk melihat kehidupan Minangkabau. Cerita yang disajikan tidak bersifat imajinatif dan detail disertai dengan banyak gambar hitam-putih. Alur dari bab ke bab selalu konsisten membuat saya dapat menangkap isi dengan cepat.Dari lembaran ke lembaran selalu membuat pembaca penasaran dengan kelanjutannya.Watak para tokoh banyak yang menggambarkan kebaikan dan temanya pun sesuai.Setelah membaca novel ini, banyak pesan/amanat yang dapat diambil.



KEKURANGAN Novel ini merupakan sastra melayu degan bahasa kuno sehingga sulit saya pahami. Kalimatnya terlalu dilebih-lebihkan seperti majas dalam puisi.Banyak kalimat yang tak sesuai EYD dan kata-kata tak lazim digunakan. Spasi antar paragraf pun terlalu kecil membuat kami sedikit pusing olehnya.Dari segi fisik, sampul novel tak memikat perhatian, tata letak kurang rapi dan jilidan yang mudah lepas sehingga harus berhati-hati saat membuka lembaran baru. Kertas yang digunakan terlalu tipis, mungkin karena buku sastra lama, sehingga saya harus berhati hati saat membuka halaman agar tidak rusak.



SARAN Karena ini adalah buku sastra lama, sebaiknya buku ini diperbarui lagi seperti memperbarui gambar sampul agar lebih menarik dan memikat orang yang melihatnya, lalu kertas yang digunakan sebaiknya dibuat lebih tebal, dan gambar – gambar yang ditampilkan diberi warna agar terlihat lebih menarik untuk dibaca.



AMANAT . Kita tahu bahwa roda kehidupan selalu berputar.Maka tugas kita adalah berusaha sekuat mungkin untuk mengayuhnya sehingga kita berada di atas. . Hadapi cobaan dan masalah dengan senyuman. Sesungguhnya marah dan menangis tak akan mengubah takdir melainkan hanya menghabiskan waktu. . Masa depan tak dapat dipastikan sekarang. Bila kita gagal, mungkin itulah pintu untuk kita maju menuju keberhasilan. . Tetaplah menjadi diri sendiri. Jangan terpengaruh oleh kelebihan orang lain maupun tanggapan-tanggapan yang akan membuatmu menjadi tak percaya diri, segalanya tergantung pada pilihan kita.