Serat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

III KAJIAN KEPUSTAKAAN



3.1



Analisis Serat Kasar Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau hasil pertanian



setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa, dengan sedikit lignin dan pentosa. Serat kasar juga merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari serat kasar ini yaitu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan komponen-komponen lainnya. Komponen dari serat kasar ini tidak mempunyai nilai gizi akan tetapi serat ini sangat penting untuk proses memudahkan dalam pencernaan didalam tubuh agar proses pencernaan tersebut lancar (peristaltic) (Kamal, 1998). Umumnya tanaman yang tumbuh di wilayah tropis mengandung serat kasar diatas 6%, maka jika tanaman tersebut digunakan sebagai bahan pakan maka akan ada kendala tersendiri.



Masalahnya, kandungan serat kasar yang



terdapat dalam tanaman tidak boleh lebih dari 3%. Karena jika lebih dari 3% maka akan timbul penyakit pencernaan seperti mencret dan bisa juga menggangu proses penyerapan pakan dalam usus, karena serat kasar yang sulit dicerna (Ghufran, 2010). Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).



3.2



Metode Analisis Serat Kasar Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar pada



bahan baku pakan. Pelaksanaanya di laboratorium dan biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode Weende. Bahan baku pakan yang diuji dimasak dengan asam lemak sampai mendidih sehingga menghidrolisis karbohidrat dan protein yang terdapat dalam bahan bakupakan tersebut. Pemasakan yang selanjutnya menggunakan alkali, sehingga terjadi penyabunan zat-zat lemak yang ada dalam bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama proses pemasakan tadi bisa diketahui karena hanya tinggal terdiri dari serat kasar dan mineral (Murtidjo, 1987). Langkah selanjutnya adalah menyaring hasil pemasakan, lalu dikeringkan, ditimbang, dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan akhirnya ditimbang lagi, perbedaan berat timbang sebelum dan sesudah proses pemijaran merupakan berat serat kasar yang ada dalambahan baku pakan. Penyusunan pakan ternak, kadar serat kasar harus diperhitungkan sesedikit mungkin, terutama untuk bahan pakan bagi ternak yang produktif (Murtidjo, 1987).



3.3



Kandungan Serat Kasar Menurut Akbarillah, Tris, dkk,. (2007) dedak padi mengandung serat kasar



sebesar 12,95%. Dewan Standar Nasional Indonesia (1992) menyatakan berat maksimal serat kasar berdasarkan kualitan I dan II secara berturut-turut adalah 14% dan 16%.



IV ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA



4.1



Alat dan Bahan



4.1.1 Alat 1.



Gelas piala khusus, berfungsi sebagai tempat melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi.



2.



Cawan porselen 30 ml, berfungsi sebagai wadah menaruh sampel.



3.



Corong Buchner, berfungsi sebagai saringan dengan bantuan pompa vakum.



4.



Satu set alat pompa vakum, berfungsi untuk menghisap udara pada suatu alat tertentu.



5.



Eksikator, berfungsi untuk menyerap penguapan dan mendinginkan sampel yang sudah dipanaskan.



6.



Kertas saring bebas abu (whatman 41), berfungsi untuk menyaring sampel.



7.



Tanur listrik, berfungsi untuk memanaskan sampel dengan suhu tinggi



8.



Hotplate/Bunsen, berfungsi untuk memanaskan larutan.



9.



Tang penjepit, berfungsi untuk berfungsi untuk memindahkan sampel yang ada di cawan.



10. Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel dengan akurat.



4.1.2 Bahan 1. Dedak, berfungsi sebagai bahan pakan yang di analisis. 2. H2SO4 1.25 % berfungsi untuk pengekstraksi asam.



3. NaOH 1.25 % berfungsi untuk pengekstraksi alkali. 4. Aseton berfungsi untuk pembilas saat penyaringan. 5. Aquades panas berfungsi untuk pembilas saat pernyaring.



4.2



Prosedur Percobaan 1. Siapkan kertas saring oven dengan diameter 4,5 catat sebagai A gram. 2. Siapkan cawan porselen kering oven. 3. Residu/sisa bahan ekstraksi lemak masukan kedalam gelas piala khusus sebanyak ± 1 gram. 4. Tambahkan asam sulfat 1.25% sebanyak 100ml kemudian pasang pada alat pemanas khusus tepat di atas kondensor (reflux). 5. Alirkan air dan panaskan pemanas listrik. 6. Didihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih. 7. Ambil dan saring dengan menggunakan corong Buchner yang telah di pasang kertas saring. 8. Penyaringan dengan menggunakan pompa vacuum dan cuci tau bilas dengan aquades panas sebanyak 100ml. 9. Residu yang terdapat dalam corong Buchner dikembalikan kepada beaker glass semula.



10. Tambahkan NaOH 1,25% sebanyak 100ml, kemudian pasang kembali pada alat pemanas khusus seperti semula. 11. Lakukan seperti pada prosedur 6-7 tetapi dengan menggunakan kertas saring yang telah di ketahui beratnya (no.1) 12. Pada penyaringan ini cuci dan bilas berturut-turut menggunakan: a.



Aquades panas sebanyak 100 ml.



b.



Asam sulfat 1,25% sebanyak 50 ml.



c.



Aquades panas sebanyak 100 ml.



d.



Aseton sebanyak 50 ml.



13. Kertas saring dan isi (residu) dimasukan kedalam cawan porselen (gunakan pinset). 14. Keringkan dalam oven 100-105˚C selama 1 jam. 15. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu timbang catat sebagai C gram. 16. Panaskan dalam hot plate sampai sampel (residu) tidak berasap kemudian masukan kedalam tanur listrik 600-700˚C selama 3 jam sampai abunya berwarna putih. 17. Dinginkan eksikator selama 30 menit lalu catat sebagai D gram.



DAFTAR PUSTAKA Akbarillah, Tris, dkk., 2007. Kualitas Dedak dari Berbagai Varietas Padi di Bengkulu Utara. Jurnal Sains Peternakan Vol 2. No 1: 36-40. Dewan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia: Dedak Padi / Bahan Baku Pakan. SNI No. 01-3178-1996/Rev.92. Ghufran, H, M. K. Kordi. 2010. Panduan Lengkap Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak 1. Rangkuman. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta. Murtidjo, Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kaninus. Yogyakarta.