Sifat Dan Contoh Piutang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SIFAT DAN CONTOH PIUTANG Menurut sumber terjadinya, dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau Jasa secara kredit.



Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dagang dan piutang lain-lain yang diharapkan biasa di tagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai piutang lancar. Contoh dari perkiraan - perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain: ·



Piutang dagang Wesel tagih Piutang pegawai Piutang bunga Uang muka Refundable deposit (uang jaminan). Piutang lain-lain



·



Allowance for bad debts(penyisihan piutang tak tertagih).



Definisi ataupun pengertian penjualan adalah aktivitas terpadu dalam pengembangan berbagai perencanaan strategis yang ditujukan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen yang berakhir pada transaksi penjualan dengan memperoleh laba. 1. Penjualan Tunai. Transaski penjualan ini memiliki sifat cash dan carry. Secara umum transaski penjualan ini dilakukan secara kontan ataupun memilki jangka tertentu yang dianggap kontan (umumnya satu bulan). Suatu usaha dapat melakukan transaksi penjualan tunai kemudian menginputnya pada catatan kas ataupun rekening. 2. Kredit. Penjualan dengan cara kredit merupakan transaksi penjualan yang pembayarannya memiliki tenggang waktu yang biasanya dilakukan lebih dari satu bulan. Suatu usaha menerapkan



3.



4.



5.



6.



transaksi penjualan kredit dengan mencatatnya pada piutang usaha pada sisi debet dan nilai produk yang dijual pada sisi kredit. Tender. Penjualan dengan tender adalah penjualan yang dilakukan dengan berbagai prosedur dan aturan tender. Pedagang/pengusaha/perusahaan mengajukan spesifikasi produk dan harga jualnya untuk diikutkan pada tender kemudian calon konsumen akan memilih dari berbagai produk yang ditenderkan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ekspor. Aktivitas penjualan suatu produk dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi penjualan ini didorong dengan adanya permintaan dari pembeli di luar negeri yang mengimpor produk yang dibutuhkan. Kongsinasi. Kegiatan penjualan yang dilaksanakan dengan memberikan hak jual kepada pembeli yang sekaligus sebagai penjual. Sebagai contoh penjual A menjual produk kepada pembeli sekaligus penjual B namun produk tersebut dibayar ketika penjual B mampu menjual kembali barang tersebut dengan sebutan bagi hasil/bonus penjualan. Penjual B disini dapat disebut sebagai makelar. Grosir. Produk yang dijual tidak dilakukan secara langsung dari penjual ke pembeli namun melalui lembaga pemasaran seperti pedagang grosir atau eceran. Pedagang grosir biasanya memiliki modal lebih banyak dibanding konsumen akhir sehingga dapat melakukan penjualan dengan volume produk yang lebih banyak untuk dijual kembali.



10.2



TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang.



Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih) Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable). Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dineraca sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK ETAP. Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtantive test bisa dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas adalah: Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo, official receipt (kwitansi). Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari



price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (dimutakhirkan). Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang) Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar. Setiap akhir bulan dikirim monthly statement of account kepada masingmasing pelanggan Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intact) paling lambat keesokan harinya. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang. Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang. Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan fatur penjualan. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya allowance for



bad debt. Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu jumlah yang diperikarakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang (jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang. Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena: Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu kecil (understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba rugi terlalu kecil (understated). Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan wesel tagih. Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal neraca harus diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank, maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Menurut Standar Akuntansi Keuangan: Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.



Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban. Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/ notes receivable discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 124,129): Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai. Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat aset, maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai. Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat diatribusikan pada pemulihan kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari amortisasi atau penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode lalu. Selain itu penulis berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.



Menurut Arens et al, ada 7 tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi penjualan, yaitu : 1.



Apakah penjualan yang dicatat adalah yang benar-benar dikirim



2.



kepada pelanggan nonfiktif (keterjadian)



3.



Apakah transaksi penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)



4. Apakah penjualan yang dicatat adalah sebesar jumlah barang yang dikirimkan dan ditagih serta dicatat dengan benar (keakuratan) 5. Apakah transaksi penjualan dimasukkan dengan benar ke dalam file induk piutang usaha dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan ikhtisar) 6.



Apakah transaksi penjualan diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)



7.



Apakah penjualan dicatat pada tanggal yang benar (waktu).



10.3



PROSEDUR PEMERIKSAAN (AUDIT PROCEDURES) PIUTANG USAHA YANG DISARANKAN Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang per tanggal neraca. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice. Kirimkan konfirmasi piutang: Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat



konfirmasi. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lainlain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan. Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa. Penjelasan Prosedur Audit: Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,



piutang dan penerimaan kas. Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Karena hasil dari evaluasi internal control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control berjalan efektif, berarti luasnya pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan saldo penjualan untuk periode yang diperiksa bisa dipersempit. Jika internal control baik atau berjalan efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil dan jika kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh pihak perusahaan. Untuk mempelajari internal control yang terdapat di perusahaan, auditor bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal control questionnaires. Kemudian hasil tanya jawab digambarkan lebih lanjut dalam flow chart dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk cerita (narrative). Berdasarkan jawaban ICQ, flow chart dan penjelasan narrative (jika ada), auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control perusahaan baik, sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus melakukan compliance test atau test of recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai sampel biasanya sales invoice atau delivery order. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test, kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa internal control lemah. Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah intermal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor



melakukan substantive test. Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaannya. Contoh internal control questionnaires untuk penjualan dan piutang bisa dilihat di Exhibit 10-1. Hasil tanya jawab dengan klien mengenai prosedur penjualan dan piutang usaha didokumentasikan oleh auditor dalam bentuk narrative yang contohnya bisa dilihat berikut ini, dan flow chart yang bisa dilihat di Exhibit 10-2. Garis besar sistem dan prosedur penjualan dan pencatatan piutang usaha pada PT. Reniku: Pesanan dari pelanggan (Purchase Order) didapat melalui penjual/salesman serta melalui faksimile yang masuk. Berdasarkan order pembelian tersebut. Manajer Penjualan membuat Sales Contract (SC) rangkap 2 (dua), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan Lembar ke-2 untuk arsip. Setelah SC disetujui pelanggan maka lembar ke-2 dikirim ke bagian administrasi penjualan. Berdasarkankan SC tersebut, dibuat Surat Instruksi Pengiriman (SIP) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang akan didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk kepala gudang. Lembar ke-2 untuk manajer keuangan. Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-4 untuk arsip. Kemudian keempat surat instruksi pengiriman tersebut dimintakan persetujuan dari Manajer Penjualan. Kepala Gudang menerima SIP lembar ke-1 yang telah disetujui, kemudian



membuat Surat Jalan (SJ) rangkap 4 (empat), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan. Lembar ke-2 untuk manajer keuangan. Lembar ke-3 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-4 untuk arsip. Berdasarkan SIP lembar ke-1 dan SJ tersebut, petugas gudang mengeluarkan barang dan kepala gudang mencatat pada kartu gudang. Petugas pengiriman lalu mengirimkan barang beserta keempat lembar surat jalannya. Petugas pengiriman membawa kembali lembar ke-2, 3 dan 4 surat jalan yang telah dicap dan ditandatangani pembeli. Lembar ke-3 diserahkan ke bagian akuntansi untuk nantinya dicocokkan dengan faktur dan berdasarkan SJ ke-3 dan SIP ke-3 dicatat dalam kartu persediaan, kartu piutang dan buku penjualan, sedangkan lembar ke-2 bersama-sama dengan faktur akan dikirim ke pembeli untuk penagihan. Berdasarkan lembar ke-3 surat jalan yang kembali, bagian administrasi keuangan membuat faktur penagihan dalam rangkap 3 (tiga), bernomor urut tercetak, yang didistribusikan sebagai berikut: Lembar ke-1 untuk pelanggan. Lembar ke-2 untuk manajer akuntansi. Lembar ke-3 untuk arsip. Semua formulir yang digunakan dalam prosedur penjualan dan piutang usaha usaha PT. Reniku sebelumnya telah diberi nomor urut tercetak. Nomor urut itu sendiri digunakan untuk mengawasi pemakaian formulir. Penggunaan nomor urut tercetak pada formulir seperti Surat Kontrak, Surat Instruksi Pengiriman, Surat Jalan dan Faktur Penjualan merupakan elemen pengawasan terhadap transaksi yang bersangkutan dengan formulir tersebut. Berdasarkan penjelasan narrative, flow chart dan jawaban internal control questionnaires atas sistem dan prosedur penjualan, piutang usaha



dan penerimaan kas pada PT. Reniku, bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa pengendalian intern atas penjualan, piutang usaha dan penerimaan kas cukup baik dan tidak diindentifikasikan suatu risiko kesalahan yang material. Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test (penguijan ketaatan), namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaat sebagai berikut: Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur, pencatatan piutang usaha dan penagiha piutang. Ambil sampel surat jalan (Delivery Order) Periksa apakah surat jalan bernomor urut tercetak. Periksa apakah surat jalan tersebut sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang dan telah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang telah dikirimkan. Ambil sampel faktur penjualan (Sales Invoice) Periksa apakah faktur penjualan bernomor urut tercetak. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnya (Sales Order, Delivery Order) dan bandingkan apakah jumlah dalam faktur penjualan sesuai dengan jumlah dokumen pendukung. Periksa perhitungan matematis dari faktur penjualan dan dokumen pendukung. Periksa apakah harga jual, syarat penjualan dan potongan yang tercantum dalam faktur penjualan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Telusuri pencatatan faktur penjualan kedalam buku penjualan dan kartu piutang. Contoh kertas kerja pemeriksaan untuk pengujian transaksi penjualan dan pencatatan piutang bisa dilihat di Exhibit 10-3. Dari pengujian ketaatan yang dilakukan atas transaksi penjualan dan pencatatan piutang, disimpulkan



bahwa pengendalian intern atas transaksi penjualan dan piutang berjalan efektif. 2&3. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk menghemat waktu pemeriksaan, auditor harus meminta rincianrincian dari piutang usaha, piutang pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi, piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. Rincian-rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan tuliskan PBC (prepared by client). Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan, bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Analisis umur piutang usaha (aging schedule piutang), seperti yang terlihat di Exhibit 10-5, harus menunjukkan: nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang usaha (belum jatuh tempo, 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, > 120 hari) dan kalau bisa penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent collections). Perlu dijelaskan pada klien bahwa yang dicantumkan di kolom subsequent collections haruslah penagihan dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), jangan tercampur dengan penagihan dari piutang usaha yang berasal dari penjualan setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Untuk rincian piutang pegawai, piutang direksi, piutang pemegang saham harus dijelas kan apakah dikenakan bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya. Contoh supporting schedule piutang direksi bisa dilihat di Exhibit 10-9. Periksa mathematical accuracynya dan check invidual balance ke sub ledgerlalu totalnya A ke general ledger. Auditor harus mencheck penjumlahan (footing dan crossfooting) dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau



pegawai harus dicocokkan dengan saldo menurut sub ledger piutang usaha, lalu total dari masing-masing rincian dicocokkan dengan saldo general ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta mereka memperbaikinya. Bukan tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut. Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger piutang usaha dan sales invoice. Pengecekan umur piutang usaha merupakan prosedur audit yang penting karena akan memengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang usaha tak tertagih. Prinsipnya adalah bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar kemungkinan piutang usaha tersebut tak tertagih. Karena itu auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran umur piutang usaha. Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal faktur penjualan dicatat dengan benar di subledger tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur dengan tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing invoice. Untuk pelanggan lama biasanya diberikan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan untuk pelanggan baru. Kirimkan konfirmasi piutang usaha. Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal laporan posisi keuangan [neraca]). Pelanggan diminta menandatangani surat tersebut dan mengembalikan



langsung ke KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko dan mencantumkan alamat KAP. Surat konfirmasi tersebut harus dikirim oleh KAP, untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien. Surat konfirmasi terdiri atas dua bagian: bagian atas yang merupakan surat pengantar bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah ditandatani oleh pelanggan. Jika setelah satu bulan konfirmasi positif belum dijawab, auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua. Dari jawaban konfirmasi piutang usaha kadang-kadang auditor bisa menemukan adanya lapping. b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang usaha harus dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan. Pemilihan  bisa menggunakan statistical sampling atau random/judgement sampling, misalnya: pilih pelanggan dengan saldo ≥ Rp10.000.000 ditambah dengan 5 pelanggan dengan saldo < Rp10.000.000. Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan juga di kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali (hanya bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk Perkiraan apa. Misalnya: ART-OO7/REN berarti klien: PT RENIKU, Konfirmasi Piutang Usaha (Accounts Receivable Trade), pelanggan PT Ramona (No. 07). c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatife. Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik saldonya cocok maupun tidak cocok. Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok. Konfirmasi positif digunakan daiam keadaan: saldo piutang per pelanggan relatif besar. jumlah pelanggan sedikit.



pengendalian intern piutang (agak) lemah. Konfirmasi negatif digunakan daiam keadaan: saldo piutang per pelanggan relatif kecil. jumlah pelanggan (cukup) banyak. pengendalian intem piutang (cukup) kuat. Contoh konfirmasi positif bisa dilihat di Exhibit 10-7 dan 10-8. d. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan daiam beberapa bentuk: Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan surat konfirmasi. Reporting Difference (RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda, auditor harus memberitahukan kIien dan meminta mereka untuk mencari tahu alasan perbedaannya. Perbedaan tersebut mungkin bisa direkonsiliasi sehingga bisa diketahui saldo mana yang benar, mungkin juga tidak bisa direkonsiiiasi.  Dikembalikan oieh Kantor Pos (Returned by Post Office-RPO). Tidak dijawab (No Reply-NR). e. Buat ikhtisar (summary) dari jawaban hasil konfirmasi piutang. Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kewajaran saldo piutang. Contoh ikhtisar Hasil Konfirmasi Piutang bisa dilihat di Exhibit 10-6. 7. Periksa subsequent collections. Caranya: periksa buku penerimaan kas/bank bulan Januari sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/banu dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode yang diaudit (saldo piutang per tanggal neraca). Kemudian periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya.



8.periksa apakah ada pendiskontoan wesel tagih. Caranya: tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut. periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih, periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih. lihat jawaban konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan wesel tagih. Contoh transaksi pendiskontoan wesel tagih: PT A menerima wesel dari PT B untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit ke PT B. Sebelum wesel tagih jatuh tempo, PT A mendiskontokan wesel tersebut ke Bank XYZ karena PT A membutuhkan dana. Pada tanggal jatuh tempo wesel, PT B harus melunasi wesel tersebut berikut bunganya kepada Bank XYZ. Jika PT B tidak sanggup melunasinya, maka PT A yang harus melunasi kepada Bank XYZ, lalu PT A akan mencatat adanya piutang ke PT B sebesar nilai nominal wesel ditambah bunga wesel dan protest fee. Jika tanggal jatuh tempo wesel sesudah tanggal neraca (misalkan 15 April 201 1) maka per 31 Desember 2010, PT A harus melaporkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih, di neracanya. 9. periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan cukup tidaknya allowance tersebut. Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena jika allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika allowance terialu kecil berarti laba perusahaan akan overstated. Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang digunakan klien: apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit.



apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan klien sudah masuk akal (reasonable) dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya. 10. Test sales cut-off. Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk menyakinkan auditor bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching cost against revenue, dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan. Maksudnya jangan sampai ada penjualan tahun 2010 yang dicatat sebagai penjualan 2011, atau penjualan 2011 yang dicatat sebagai penjualan 2010 (window dressing). Kadang-kadang untuk memperbesar penjualan, supaya target peniualan “kelihatannya” tercapai dan laba “kelihatannya" besar, klien sengaja mencatat penjualan 2011 sebagai penjualan 2010 dan sales commitment yang ditandatangani 2010 dan baru akan direalisasii 2011, dicatat sebagai penjualan 2010. Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2010 di buat faktur peniualan fiktif yang akan direverse di awal tahun 2011, untuk bisa melaporkan penjualan 2010lebih besar dari yang sebenarnya. 11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan jaminan. Piutang bisa dijadik salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan bentuk jaminannya. 12. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standard akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS), dalam hal ini: Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi



harus di laporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha. Piutang dinyatakan sebesarjumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih. Contoh penyajian piutang usaha di laporan keuangan adalah sebagai berikut: Di Neraca piutang usaha disajikan sebagai harta lancar (jika jatuh temponya ≤ 1 tahun) atau harta lain-Iain (jika jatuh tempo > 1 tahun).



a. Prosedur-prosedur audit yang akan digunakan akuntan publik dalam pemeriksaan atas penjualan. 1) Inspeksi Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik sesuatu. 2) Pengamatan (observation) Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan. 3) Permintaan Keterangan (enquiry) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. 4) Konfirmasi Konfirmasi merupakan bentukpenyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. 5) Penelusuran (tracing) Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter. Dimana dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi. 6) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi; Inspeksi terhadapdokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. 7) Perhitungan (counting) Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. 8) Scanning Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar



untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. 9) Pelaksanaan ulang (reperforming) Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. 10) Computer-assisted audit techniques Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media elektronik maka auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit di atas. https://www.academia.edu/16972278/Tujuan_audit_yang_terkait_dengan_transaksi_penjualan https://paridoartikel.blogspot.com/2019/12/pemeriksaan-piutang-usaha-dan-piutang.html https://jurnalmanajemen.com/pengertian-penjualan/ gspot.com/2013/04/pemeriksaan-piutang.html