Sistem Endokrin Kelompok 7 d4b [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANATOMI FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN Dosen Pengajar : Endang Uji Wahyuni, SKM, MKM Dr. Corazon Hanna, M.kes Dr. Dra. Tjipto Rini, M.kes



Disusun Oleh : Marastri Ayuanindya Cahyadi Muthia Zahra Nur Azizah Rini Widyastuti Sabrina Nur Habibah Simabure Sefinna Syafelia Nazmi Siti Althafia Adini



( P21335121050 ) ( P21335121058 ) ( P21335121068 ) ( P21335121069 ) ( P21335121074 ) ( P21335121076 )



PRODI DIPLOMA - IV JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, KebayoranBaru, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12120 2022



Kata Pengantar Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Anatomi Fisiologi semester dua program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi Ibu Endang Uji Wahyuni, SKM. MKM. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.



Jakarta, 2022 Kelompok 7



i



Daftar Isi Kata Pengantar....................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1 1.3 Tujuan.................................................................................................... 2 1.4 Manfaat.................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin ............................................... 3 2.2 Hormon.................................................................................................. 5 2.3 Kelenjar Pituitari atau Hipofisis ............................................................ 7 2.4 Kelenjar Tiroid dan Paratiroid.............................................................14 2.5 Kelenjar Adrenal .................................................................................17 2.6 Kelenjar Pankreas ................................................................................20 2.7 Kelenjar Pineal ....................................................................................24 2.8 Kelenjar Timus ....................................................................................27 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 29 3.1 Kesimpulan..........................................................................................29 3.2 Saran ....................................................................................................29 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 30



ii



BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem endokrin sangat terkait dengan sistem saraf, sifat mengontrol, dan memadukan



fungsi



tubuh.



Kedua



sistem



ini



bekerja



bersama



untuk



mempertahankan homeostasis tubuh. Adapun pengertian dari hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Sistem endokrin melibatkan hormon dalam melaksanakan tugasnya. Definisi hormon dari bahasa Yunani yaitu “Horman” berarti yang menggerakan.” Jadi definisi hormon secara harfiah yaitu suatu pengaturan metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi terhadap stress, dan tingkah laku. Fungsi system endokrin ini yaitu untuk Menjaga homeostasis tubuh. Misalnya mengatur keseimbangan cairan, denyut jantung dan tekanan darah, kadar glukosa, laju metabolisme tubuh dan lainnya. Mekanisme pengaturan homeostatis tersebut dilakukan oleh hormon-hormon. fungsi tersebut akan dijelaskan di dalam pembahasan makalah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini adalah: 1.



Bagaimana gambaran umum, karakteristik, kelenjar, dan fungsi pada sistem endokrin? 1



2



2.



Apa yang dimaksud dengan hormon?



3.



Apa yang dimaksud dengan kelenjar pituitary/hipofisis?



4.



Apa yang dimaksud dengan kelenjar tiroid dan para-tiroid?



5.



Apa yang dimaksud dengan kelenjar adrenal?



6.



Apa yang dimaksud dengan kelenjar pancreas, pineal, dan timus?



1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1.



Untuk mengetahui gambaran umum, karakteristik, kelenjar, dan fungsi pada sistem endokrin.



2.



Untuk mengetahui mengenai hormon.



3.



Untuk mengetahui mengenai kelenjar pituitary/hipofisis.



4.



Untuk mengetahui mengenai kelenjar tiroid dan para-tiroid.



5.



Untuk mengetahui mengenai kelenjar adrenal.



6.



Untuk mengetahui mengenai kelenjar pancreas, pineal, dan timus.



1.4 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu: 1.



Dapat mengetahui gambaran umum, karakteristik, kelenjar, dan fungsi pada sistem endokrin.



2.



Dapat mengetahui mengenai hormon.



3.



Dapat mengetahui mengenai kelenjar pituitary/hipofisis.



4.



Dapat mengetahui mengenai kelenjar tiroid dan para-tiroid.



5.



Dapat mengetahui mengenai kelenjar adrenal.



6.



Dapat mengetahui mengenai kelenjar pancreas, pineal, dan timus.



BAB II PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin 2.1.1 Definisi Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. 2.1.2 Jenis Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. 2.1.3 Sifat Umum 1.



Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh darah



2.



Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan menjadi dua tipe:



3



4



a.



Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori berbentuk kubus atau pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid dan dilengkapi dengan matriks jaringan ikat.



b.



Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung bulat (folikel). Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam lumen sebelum dilepaskan dalam aliran darah. Tipe ini terdapat pada kelenjar tiroid.



3.



Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara struktural.



4.



Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh 2.1.4 Fungsi Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai



fungsi fisiologis tubuh, seperti aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik. Sistem endokrin pada manusia memilki fungsi yang paling umum, yaitu: 1.



Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang;



2.



Menstimulus urutan perkembangan;



3.



Mengkoordinasi sistem reproduktif;



4.



Memelihara lingkungan internal yang optimal;



5.



Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat;



6.



Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh;



7.



Merangsang pertumbuhan jaringan;



8.



Mengatur metabolisme.



5



2.2 Hormon 2.2.1 Definisi Hormon adalah sinyal kimiawi yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh dan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bersifat mengatur di dalam tubuh. Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat terbatas. Kelebihan atau kekurangan hormon dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Kekurangan satu jenis hormon tidak dapat digantikan oleh hormon yang lain, karena hormon memiliki fungsi yang spesifik dan organ tubuh yang dipengaruhi juga spesifik. Hormon bisa mencapai semua bagian tubuh, tetapi jenis sel-sel tertentu saja, yang memiliki kemampuan untuk memberikan respon terhadap sinyal tersebut. Hormon bisa memengaruhi sel atau jaringan tertentu apabila sel atau jaringan tersebut mempunyai reseptor untuk hormon tertentu. Sel, jaringan, atau organ yang mengadakan respons terhadap hormon tertentu disebut sel target atau organ target. 2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan sifat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama, yaitu: 1.



Hormon peptida diantaranya hormon-hormon hipotalamus, Angiostensin, Somatostatin,



Gastrin,



Sekretin,



Kalsitonin,



Glukagon,



Insulin



dan



Parathormon. Sedangkan hormon protein besar diantaranya Hormon pertumbuhan, Prolaktin, LH, FSH, dan TSH;



6



2.



Hormon yang termasuk dalam kategori steroid ialah Testosteron, Estrogen, Progesteron, dan Kortikosteroid;



3.



Hormon yang merupakan turunan tirosin adalah Noradrenalin, Adrenalin, Tiroksin dan Triiodotironin. 2.2.3 Mekanisme Kerja Hormon



1.



Adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam --- menyebabkan kelenjar endokrin memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah



2.



Setelah sampai pada sel yang menjadi tujuan, hormon bergabung dengan reseptor dan meningkatkan akvifitas adenil siklase yang terdapat pada membran



3.



Aktivitas adenesil siklase yg meningkat ini menyebabkan peningkatan pembentukan AMP siklik yg terdapat dalam plasma sel yg dapat mengubah proses di dalam sel tsb (ex: aktivitas enzim, permeabilitas membran dsb)



4.



Keseluruhan proses yg berubah ini dpt terwujud dlm tindakan sbg jawaban fisiologik atau usaha yg dilakukan oleh manusia.



5.



Proses yg bersifat hormonal ini terdapat 2 tahap : a.



pembentukan hormon sampai tiba pd dd. Sel atau plasma



b.



peningkatan jml AMP siklik hingga terjadinya pertumbuhan atau proses dalam sel



7



Selain itu, Kadar hormon harus dipertahankan pada batas yang tepat karena jumlah hormon yang tepat sangat perlu untuk mempertahankan kesehatan sel atau organ. Faktor yang terkait dalam pengendalian hormon adalah kontrol umpan balik (feedback control). Kelenjar A di stimulasi untuk memproduksi hormon X. Hormon X menstimulasi organ B untuk mengubah (meningkatkan atau mengurangi) zat Y. Perubahan pada zat Y mencegah produksi hormon X. Mekanisme umpan balik pada kelenjar endokrin dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu: 1.



Umpan balik negatif langsung, terjadi ketika peningkatan kadar suatu hormon di dalam sirkulasi, akan menyebabkan penurunan aktivitas sekresi dari sel-sel kelenjar endokrin yang memproduksi hormon tersebut.



2.



Umpan balik tidak langsung, terjadi ketika hormon yang di sekresi kelenjar target menghambat sekresi releasing hormone dari hipotalamus.



3.



Pada umpan balik loop pendek, pengaruh terhadap sekresi hormon beraksi secara langsung dengan menurunkan sekresi hormon..



2.3 Kelenjar Pituitari atau Hipofisis



8



2.3.1 Morfologi



Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari adalah suatu struktur kecil sebesar kacang ercis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berada dalam lekukan tulang sella tursica. Pada bagian atas ditutupi oleh lembaran durameter, dan dihubungkan oleh hipotalamus oleh infundibulum hipofisis. Kelenjar ini terbagi menjadi dua lobus, yaitu lobus anterior dan lobus posterior. Lobus anterior terdiri dari kolom sel-sel yang bercabang tidak teratur dan dipisahkan oleh sinusoid tempat darah bersirkulasi. Di dalam lobus anterior terdapat tiga jenis sel yang masing-masing dapat dibedakan melaului metode pewarnaan, yaitu asidofil yang berwarna merah, basofil berwarna biru dan kromofob yang tidak berwarna. Sedangkan lobus posterior memiliki ukuran yang kecil dari lobus anterior. Lobus ini terdiri dari serat saraf, neuroglia dan pembuluh darah. Serat saraf berjalan menuju lobus ini dari hipotalamus. 2.3.2 Bagian Kelenjar Hipofisis Secara fisiologi kelenjar hipofisis dibagi menjadi dua bagian, yaitu: hipofisis anterior (adenohipofisis) dan hipofisis posterior (neuro hipofisis),



9



diantaranya terdapat daerah kecil avascular disebut pars intermedia yang pada manusia hamper tidak ada. Hipifisis anterior sekresikan 6 hormon yang penting, dan hipofisis posterior sekresikan 2 hormon yang penting. 1.



Hipofisis anterior (adenohipofisis) Bagian anterior hipofisis atau disebut adenohipofisis merupakan bagian



kelenjar hipofisis dengan aktivitas sekretorik yang tinggi dan mengandung sel-sel epitelium yang dikelilingi area sinusoidal yang luas. Secara histologi, terdapat tiga macam jenis sel yaitu asidofilik, basofilik dan kromofob. Hormon yang dihasilkan di bagian adenohipofisis, yaitu: a.



Growth Hormon (GH) atau Somatotropik Hormon (SH) Growth Hormon (GH) dikenal dengan Somatotropik Hormon merupakan



hormon yang menstimulasi pertumbuhan jaringan. Hormon ini disekresikan oleh sel asidofil dari adenohipofisis. Sekresi berlebihan dari GH, sebelum penyatuan dari epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan yang dinamakan gigantisme. Hal itu karena pertumbuhan cepat atau akselerasi pertumbuhan tulang. Jika epifisis sudah menutup, maka pertumbuhan tulang tidak memanjang namun menyamping dan menebal pada beberapa tempat. Hormon pertumbuhan ini berpengaruh pada otot, ginjal, jaringan adiposa dan hepar. Sementara itu, somatotropin memfasilitasi sintesis protein dan katabolisme asam amino. Hormon ini menyokong transfer asam amino dari darah ke sel-sel otot yan gberdampak pada keseimbangan positif nitrogen. Hormon pertumbuhan (GH) juga mempunyai efek diabetogenik, yaitu anti-insulin. Pemberian GH berdampak naiknya kadar gula dalam darah. Pemberian



10



yang berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan pada Langerhans pankreas dan memicu diabetes militus. Meskipun aktivitas GH pada metabolisme karbohidrat belum sepenuhnya diketahui, GH dapat menurunkan laju penggunaan glukosa dalam darah. Selain berpengaruh gula darah, GH mempunyai hubungan metabolisme lipid. Hormon ini membantu memobilisasi lemak ke hepar, meningkatkan jumlah hormon yang mungkin menghasilkan ketonemia dan ketonuria. b. Adrenokortikotropik Hormone (ACTH) Adrenokortikotropik Hormone (ACTH) merupakan hormon dengan rantai polipeptida panjang, mengandung 39 unit asam amino. Hormon ini mengontrol fungsi kortek adrenal dengan cara mengatur pengeluaran glukokortikoid dari kortek adrenal. Pemberian ACTH akan menstimulasi pembebasan hormon kortikol (kortisol, kortikosterone dan aldosterone). ACTH berpengaruh terhadap jaringan adiposa dan meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam darah. Hormon ini juga bertindak terhadap pengaturan sekresinya sendiri dari hipofisis. Dosis tinggi ACTH akan menghambat produksi ACTH sendiri dari adenohipofisis. Selain itu, pengaturan melanophore juga di bawah kontrol ACTH. Pengaturan sekresi ACTH dari adenohipofisis diatur dalam dua cara, yaitu ada bukti sel-sel neurosekretori bagian posterior hipotalamus dan median eminence mensekresikan substansi neurohumoral ke Sistema portal hipofisis yang akan menuju bagian sinusoid adenohipofisis dan menstimulasi sel-sel di bagian tersebut untuk memproduksi hormon. Substansia kimia neurohumoral itu merupakan faktor pembebas berupa rantai polipeptida pendek. Faktor pembebas yang berhasil



11



dipurifikasi disebut sebagai corticotropic releasing factor (CRF). Cara kedua dalam mengontrol sekresi ACTH yaitu melalui level plasma glukokortikoid melalui mekanisme umpan balik. c.



Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Hormon yang dikeluarkan bagian adenohipofisis ini mengatur fungsi



kelenjar tiroid dengan menstimulasi pembentukan tiroksin dan membebaskan dari kelenjar tiroid. TSH merupakan hormon glikoprotein dengan berat molekul berkisar 28.000 MW dan disekresikan dari sel basofil. Konsentrasi TSH dalam peredaran darah dikontrol oleh Thyroid Releasing Factor (TRF) dari hipotalamus. d. Follicle Stimulating Hormone (FSH) Follicle Stimulating Hormone (FSH) merupakan satu diantara tiga hormon gondadotropin. Pada hewan betina, hormon ini memacu pertumbuhan dan pemasakan folikel deGraff dengan cara produksi estrogen. Pada Jantan, hormon ini menginduksi perkembangan epitelium germinal tubulus seminiferus. Penghilangan hipofisis akan menyebabkan degenrasi atau atropi gonad. e.



Luteinizing Hormone (LH) Luteinizing Hormone (LH) juga dikenal dengan nama Interstitiil Cell



Stimulating Hormone (ICSH). Pada betina, hormon ini bisa memacu pembentukan korpus luteum yang mensekresikan progesteron. Pada jantan, ICSH menstimulasi sel-sel interstisiil di testis untuk memproduksi testosteron. ICSH merupakan hormon protein dengan berat molekul bervariasi 30.000-100.000 MW tergantung sumbernya. Regulasi produksi ICSH dikontrol hormon gonad yang beredar di darah dan Luteinizing Hormone Releasing Factor (LHRF).



12



f.



Luteotropik Hormon (LTH) atau Prolaktin (PRL) Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolactin ini kadang disebut sebagai



hormon laktogenik yang bertanggung jawab untuk memelihara korpus luteum saat terjadi kehamilan. Pada tikus, peranan LTH sudah dapat dideterminasi dengan baik, namun pada primata fungsi LTH belum diketahui dengan baik peranan sepenuhnya. Hormon ini memacu perkembangan kelenjar mamae dan pembentukan serta sekresi air susu selama periode laktasi. Sementara itu, peranan hormon ini pada jantan belum diketahui sepenuhnya. Hormon prolaktin merupakan protein dengan berat molekul sekitar 25.000-30.000MW dan mengandung glukosa. Hormon tropik ini disekresikan dari bagian adenohipofisis dan diatur oleh kadar hormon itu sendiri, seperti halnya hormon tiroksin dalam mengatur hormon TSH dalam darah. 2.



Hipofisis anterior (adenohipofisis) Lobus posterior kelenjar hipofisis tampaknya tidak membuat hormon sendiri



tetapi menyimpan hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel saraf yang berasal dari hipotalamus. Ada dua macam hormon yang telah diisolasi dari lobus posterior kelenjar hipofisis, yaitu: a.



Oksitosin Suatu polipeptida yang merangsang kontraksi otot polos, terutama otot



polos yang melapisi uterus. Hormon ini menyebabkan kontraksi otot polos pada uterus yang hamil, menambah kontraksi pada proses kelahiran dan membantu uterus kembali ke ukuran normalnya setelah melahirkan. Hormon ini juga menyebabkan pelepasan ASI dari payudara yang menyusui dengan menyebabkan



13



kontraksi sel-sel mioepitel. Penghisapan pada puting menyebabkan pelepasan refleks oksitosin oleh stimulasi puting susu. b. Hormon Antidiuretik (ADH) Hormon ini menyebabkan dinding otot arteriol berkontraksi, sehingga mempersempit rongga pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. ADH juga merangsang reabsorbsi air dari tubulus ginjal. Hormon ADH akan meningkat pada saat tekanan osmotik darah meningkat. Peningkatan ADH akan meningkatkan permeabilitas air dari tubulus distal dan koligentes, menyebabkan air mengalir dari filtrat glomerolus hipotonik ke dalam interstisium medular hipertonik. Sebagai akibatnya, urin secara progresif konsentrasinya meningkat dan volumenya menurun. Air akan tetap kembali ke dalam aliran darah sehingga tekanan osmotik darah akan turun. 2.3.3 Kelainan Beberapa kelainan yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada kelenjar hipofisis adalah: 1.



Panhipopituitarisme, adalah penurunan sekresi seluruh hormon hipofisis anterior yang dapat bersifat kongenital atau timbul secara mendadak. Jika timbul secara mendadak, kelainan ini disebabkan oleh kerusakan hipofisis anterior, misalnya oleh karena tumor atau pecahnya pembuluh darah.



2.



Dwarfisme, yaitu kelainan yang disebabkan oleh karena defisiensi sekresi seluruh kelenjar hipofisis anterior selama masa anak-anak, sehingga menyebabkan kecepatan pertumbuhannya lambat.



14



3.



Gigantisme, yaitu kelainan yang disebabkan oleh karena produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan selama masa anak-anak atau remaja akibat hiperektivitas dari sel-sel asidofilik. Kelainan ini terjadi sebelum penyatuan epifisis dengan korpus tulang, sehingga pertumbuhan masih mungkin terjadi



4.



Akromegali, yaitu kelainan yang disebabkan oleh tumor asidofilik yang timbul sesudah epifisis tulang panjang bersatu dengan tulang, sehingga pertumbuhan lebih tinggi tidak mungkin terjadi, tetapi jaringan longgarnya masih terus mengalami pertumbuhan.



5.



Diabetes insipidus, yaitu kelainan yang diakibatkan oleh karena kegagalan sekresi antidiuretik. Kegagalan ini menyebabkan air tidak direabsorbsi oleh tubulus distalis ginjal dan penderita mengeluarkan urin dalam jumlah besar, sehingga sangat memungkinkan terjadinya dehidrasi.



2.4 Kelenjar Tiroid dan Paratiroid



2.4.1 Definisi Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh.



15



Kelenjar paratiroid adalah empat kelenjar-kelenjar seukuran kacang polong yang letaknya bilateral yaitu melekat dibagian atas dan bawah kelenjar tiroid. Kelenjar ini terletak disetiap sisi dari kelenjar tiroid yang terdapat didalam leher dan kelenjar ini berjumlah 4 buah yang bersusun berpasangan. 2.4.2 Hormon yang Dihasilkan Hormon kelenjar tiroid yaitu: 1.



Hormon tiroksin, hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa. Hormon tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan hormon tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat. Hormon tiroksin berperan juga Kematangan seks, Pertumbuhan fisik, Mengubah glikogen menjadi gula dalam hati.



2.



Hormon triidotironin, berperan dalam distribusi air dan garam dalam tubuh.



3.



Hormon kalsitonin, berperan dalam Menjaga keseimbangan kalsium dalam darah. Hormon kelenjar Paratiroid yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar



paratiroid adalah hormon parathormon (PTH). Hormon parathormone mengatur metabolism kalsium dan phospat tubuh. Organ targetnya yaitu tulang, ginjal, dan duodenum.



16



2.4.3 Fungsi Fungsi kelenjar tiroid: 1.



Fungsi utama dari kelenjar tiroid adalah untuk mengeluarkan hormon tiroid, yang bertanggung jawab untuk mengontrol metabolisme. Jumlah hormon tiroid disekresikan dikendalikan oleh hormon lain, yang disebut thyroid stimulating hormone (TSH), yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis di kepala.



2.



Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.



3.



Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.



4.



Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.



5.



Merangsang pembentukan sel dalam darah



6.



Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme. Fungsi kelenjar paratiroid



1.



Memelihara kosentrasi ion kalsium yang tetap pada plasma.



2.



Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal, mempunyai efek terhadap reabsorbsi hormontubuler dari kalsium dan sekresi fosfor



3.



Mempercepat absorbsi kalsium di usus.



4.



Jika pemasukan kalsium berkurang, hormon paratiroid menstimulasi reabsorsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah. 2.4.4 Kelainan Gangguan yang disebabkan oleh Kelenjar Tiroid



17



1.



Hipertiroidisme (Hyperthyroidism), kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon. Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau hipertiroidisme sekunder.



2.



Hipotiroidisme (Hypothyroidism), kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup atau rendah. Sebagian besar gejala hipotiroidismemerupakan kebalikan dari gejala hipertiroidisme. Gangguan Fungsi Kelenjar Paratiroid Hiperparatiroidisme adalah suatu



keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Hiperparatiroidisme dapat menimbulkan berbagai gejala sepertitulang menjadi rapuh, lemah, dan berbentuk abnormal. Selain itu, kadar ion kalsium yang berlebihan dalam darah dapat masuk ke air seni dan mengendap bersama ion fosfat. Endapan ini dapat membentuk batu ginjal sehingga menyumbat saluran air seni. Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan maka ini disebut hiperparatiroidisme primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroidisme sekunder. 2.5 Kelenjar Adrenal



18



2.6.1 Morfologi Kelenjar adrenal adalah dua kelenjar terpisah yang berada di permukaan ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kelenjar adrenal memiliki nama lain kelenjar superenalis, adrenal sendiri berasal dari istilah Latin ‘ad renes’, artinya ‘berada di dekat ginjal’. Kelenjar ini memegang peran penting di dalam tubuh, antara lain mengatur metabolisme tubuh dan produksi hormon penyebab stres, serta memproduksi dan mengatur hormon seks, khususnya estrogen. Salah satu hormon yang banyak diketahui adalah adrenalin yang juga berasal dari kelenjar adrenal. Hormon ini akan terangsang dan terlepas saat berada dalam kondisi ‘fight or flight’, untuk mempersiapkan reaksi tubuh terhadap keadaan darurat atau menakutkan. Kedua kelenjar adrenal berada di permukaan ginjal, namun bentuknya tidak simetris. Salah satu kelenjar berbentuk segitiga, sedangkan kelenjar lainnya berbentuk seperti setengah bulan. Panjang dan lebar keduanya hanya sekitar 3 inchi. 2.6.2 Bagian-Bagian Kelenjar adrenal terdiri dari tiga bagian. Bagian yang kurang dikenal adalah pelindung penutup lemak di sekitar kelenjar yang disebut kapsula adiposa, fungsi utamanya adalah melindungi dan membungkus adrenal. Korteks adrenal atau korteks, adalah bagian inti luar yang membentuk 80% volume kelenjar. Bagian ini melepaskan hormon yang sangat penting bagi tubuh, termasuk:



19



1.



Glukokortikoid, pelepasan hormon ini dirangsang oleh kelenjar hipotalamus dan pituitari. Glukokortikoid mengatur tekanan daran dan mengubah lemak dan karbohidrat menjadi tenaga.



2.



Mineralokortikoid, hormon ini dirangsang oleh ginjal. Mineralokortikoid mengatur ekskresi mineral dan menyeimbangkan kadar gula dan cairan tubuh.



3.



Kortikosteron, adalah golongan glukokortikoid, berfungsi mengatur reaksi kekebalan tubuh, seperti menekan peradangan.



4.



Hormon seks atau androgen diproduksi oleh kelenjar adrenal.



5.



Sementara sisanya sebesar 20% merupakan volume kelenjar adrenal atau medula adrenal. Bagian ini berfungsi memproduksi hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin saat tubuh dalam keadaan tertekan. Kedua hormon ini memengaruhi pencernaan, meningkatkan indera dan kesadaran, dan mengarahkan aliran darah langsung ke otak dan otot. Gabungan kedua hormon ini membuat tubuh segera bereaksi, khususnya dalam situasi berbahaya. 2.6.3 Kelainan Gangguan pada kelenjar adrenal akan muncul bila produksi hormon



berlebihan atau terlalu sedikit. Ketidakseimbangan ini menyebabkan infeksi, tumor, mutasi genetik atau gangguan pada kelenjar lain, seperti kelenjar pituitari yang juga mengatur kelenjar adrenal. 1.



Sindrom Cushing – Kondisi ini disebabkan oleh produksi hormon kortisol berlebih di dalam korteks adrenal, yang dapat memicu tumor pada kelenjar pituitari atau adrenal dan yang sangat jarang terjadi, kanker paru-paru.



20



2.



Penyakit Addison – Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan produksi kortisol dan aldosteron. Jika gangguan berada di dalam kelenjar adrenal, maka disebut insufisiensi adrenalin primer. Namun bila masalahnya ada pada otak dan perintah produksi hormon, maka disebut adrenalin sekunder.



3.



Hiperaldosteronisme.



4.



Sindroma pada hiperplasia adrenal kongenital.



2.6 Kelenjar Pankreas



2.7.1 Morfologi Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam abbdomen, panjangnya kira-kira 20-25 cm, tebal ± 2,5 cm dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari abdomen dan di hubungkan oleh saluran ke duodenum. Struktur organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas : 1.



Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang praktis melingkarinya.



2.



Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ ini, letaknya di belakang lambung dan di depan vertebratalumbalis pertama.



21



3.



Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri dan berdekatan /menyentuhlimpa. Kelenjar penkreas tersusun atas dua jaringan utama yaitu Asini yang



merupakan penyusun terbanyak (80 %) dari volume pankreas, jaringan ini menghasilkan getah pencernaan dan pulau-pulau langerhans (sekitar 1 juta pulau) yang menghasilkan hormon. Pulau langerhans merupakan kumpulan sel terbentuk ovoid dan tersebar diseluruh penkreas tetapi lebih banyak pada ekor (kauda). 2.7.2 Fungsi Kelenjar pankreas mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi eksokrin dan fungsi endokrin. 1.



Fungsi eksokrin Enzim-enzim pada pankreas di hasilkan oleh sel-sel asinar, fungsinya



membantu pemecahan protein, karbohidrat dan lemak. Enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan protein atau preolitik diantaranya tripsin, kimotripsin dan karboksipeptidae. Enzim-enzim ini di produksi di dalam sel-sel pankreas dalam bentuk tidak aktif yaitu tripsingen, kimotripsinogen dan pokarboksipeptidae. Setelah di sekresi kedalam saluran pencernaan, zat tersebut diaktifkan, tripsinogen di aktifkan oleh enzim untuk pencernaan enterokinase diaktifkan oleh tripsin menjadi kemotripsin, demikian juga terjadi pada prokarbonksipeptidase. Pengaturan produksi dari cairan pankreas dilakukan oleh pengaturan saraf dan pengaturan hormonal. Pengaturan saraf terjadi bila adanya stimulus dari fase sefalik dan sekresi lambung terjadi maka impuls parasimpatis secara serentak dihantarkan sepanjang nervus vagus ke pankreas dan mengakibatkan produksi cairan pankreas.



22



Sedangkan pengaturan hormonal terjadi akibat stimulasi hormon sekretin dan kolesistokonin yang menyebabkan peningkatan sekresi enzim (Tarwoto, 2012). 2.



Fungsi endokrin Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans yang menghasilkan



hormon. Hormon merupakan zat organik yang mempunyai sifat khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau sistem. Sel-sel pulau langerhans tersususn atas sel Alfa yang menghasilakn hormon glukagon, selsel beta yang menghasilkan insulin, sel delta yang menghasilkan somastostatin atau growh hormon-inhibiting hormone (GH-IH) dan sel F yang menghasilkan polipeptida pankreatik. a.



Hormone glucagon. Secara umum fungsi glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa, mensintesis glukosa dari asam lemak dan asam amino (glukoneogenesis) serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati.



b. Hormone insulin. Insulin berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan transport



glukosa



melalui



membran



plasma



sel



dalam



jaringan



tertentu/targetnya seperti otot dan adiposa. Tidak adanya insulin maka glukosa tidak dapat menembus sel. Glukosa sendiri digunakan untuk kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen. Insulin juga berfungsi untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel lemak jaringan adiposa untuk di jadikan gliserol. Insulin juga berperan dalam menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino atau asam lemak menjadi glukosa.



23



2.7.3 Kelainan 1.



Diabetes. Diabetes tipe 1 dan tipe 2 merupakan bentuk penyakit pada pankreas yang cukup sering terjadi. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kelainan autoimun ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel pankreas yang sehat, sehingga pankreas tidak dapat menghasilkan insulin. Sementara itu, diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan efektif.



2.



Pankreatitis akut adalah kondisi ketika pankreas mengalami peradangan secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, pankreatitis akut disebabkan oleh batu empedu dan konsumsi alkohol dalam jumlah banyak atau jangka waktu lama.



3.



Pankreatitis kronis. Seperti halnya pankreatitis akut, kasus pankreatitis kronis juga lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh batu empedu, penyakit autoimun, hiperparatiroidisme, kelainan genetik, hiperlipidemia, hingga efek samping obat-obatan.



4.



Fibrosis kistik adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan genetik. Penyakit ini membuat lendir di dalam tubuh menjadi lebih kental dan lengket, sehingga dapat menyumbat sejumlah saluran tubuh. Salah satu organ yang dapat terganggu akibat fibrosis kistik adalah pankreas.



5.



Kanker pancreas merupakan jenis kanker yang tergolong jarang terjadi. Akan tetapi, penyakit pada pankreas ini memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker pankreas, yaitu riwayat kanker pankreas dalam keluarga,



24



kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol, hingga penyakit tertentu seperti sirosis, diabetes, dan pankreatitis. 6.



Insufisiensi



pankreas.



Insufisiensi



pankreas



atau



exocrine



pancreas



insufficiency (EPI) terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi dan melepaskan enzim pencernaan yang cukup bagi tubuh, sehingga menimbulkan kondisi malnutrisi. Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya EPI, yaitu pankreatitis, fibrosis kistik, diabetes, kista atau tumor pada pankreas, riwayat operasi pada pankreas, hingga kelainan genetik dan gangguan autoimun. 7.



Pseudokista pancreas. Pseudokista pankreas adalah penyakit pada pankreas yang terjadi setelah seseorang menderita pankreatitis. Penyakit ini ditandai dengan terbentuknya kantung yang berisi cairan di pankreas. Selain pankreatitis, kondisi ini juga dapat terjadi akibat cedera perut yang membuat pankreas terluka dan bengkak.



2.7 Kelenjar Pineal



2.8.1 Morfologi Kelenjar pineal adalah sebuah kelenjar endokrin pada otak vertebrata. Ia memproduksi



serotonin



turunan



dari



melatonin,



sebuah



hormon



yang



25



mempengaruhi modulasi pola bangun/tidur dan fungsi musiman. Bentuknya mirip dengan sebuah buah pohon cemara mungil, dan dia terletak dekat dengan pusat otak, di antara dua belahan, terselip di sebuah alur di mana dua badan thalamus bulat bergabung. Tubuh kelenjar pineal pada manusia terdiri atas lobular parenkim dari pinealocytes dikelilingi oleh ruangan jaringan pengikat. Permukaan kelenjar itu ditutupi oleh sebuah kapsul pial. Kelenjar pineal terdiri utamanya dari pinealocytes, tetapi empat tipe sel telah teridentifikasi. Karena Kelenjar pineal merupakan agak seluler (dalam kaitan ke korteks dan zat putih) itu mungkin keliru dari sebuah neoplasma. 2.8.2 Fungsi Kelenjar pineal menghasilkan hormon melatonin yang berperan penting dalam mengatur pola tidur. Beberapa studi menunjukkan bahwa hormon melatonin juga memiliki efek antioksidan, antiperadangan, dan berperan dalam proses ovulasi. Selain mengatur pola tidur, kelenjar pineal juga diduga memiliki berbagai fungsi lain dalam tubuh, yaitu: 1.



Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Hormon melatonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal ternyata dapat menjaga kesehatan jantung dan kestabilan tekanan darah. Efek ini baik untuk mencegah penyakit kardiovaskular, seperti jantung dan stroke.



2.



Mengatur ovulasi dan siklus menstruasi pada wanita. Beberapa studi menunjukkan bahwa hormon melatonin yang diihasilkan kelenjar pineal berperan dalam mengatur ovulasi dan siklus menstruasi wanita. Oleh sebab itu,



26



jika fungsi kelenjar pineal bermasalah, maka hal ini berpotensi untuk berdampak pada siklus menstruasi yang tidak teratur. 3.



Memengaruhi mood dan perubahan suasana hati. Ada studi yang menyatakan perubahan bentuk dan ukuran kelenjar pineal dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena beberapa gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia dan gangguan mood (salah satunya depresi). Hal ini menunjukkan bahwa kelenjar pineal turut berperan dalam mengatur mood dan kinerja otak manusia. 2.8.3 Kelainan Apabila fungsi kelenjar pineal di otak mengalami gangguan dan tidak



mampu menghasilkan hormon melatonin dalam jumlah yang cukup, maka seseorang dapat mengalami peningkatan risiko untuk terkena: 1.



Gangguan tidur.



2.



Depresi.



3.



Kanker.



4.



Penyakit degeneratif pada otak.



5.



Gangguan kesuburan pada wanita. Salah satu gangguan pada kelenjar pineal yang bisa terjadi adalah tumor



kelenjar pineal. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah, serta gangguan penglihatan dan mudah lupa.



27



2.8 Kelenjar Timus



2.4.1 Morfologi Kelenjar timus adalah kelenjar, yang terletak di dalam rongga dada atas dan memiliki fungsi utama untuk memproduksi sel limfosit T. Kelenjar timus merupakan organ lembut yang terletak di atas jantung tepat setelah leher pada rongga dada bagian atas. Kelenjar timus dibagi menjadi dua lobus yang dikelilingi oleh kapsul fibrosa. Kelenjar timus akan tumbuh dan mencapai berat maksimalnya ketika manusia memasuki masa pubertas kemudian hilang ketika beranjak dewasa, oleh karena itu kelenjar timus sering hanya dijumpai pada anak usia dibawah 18 tahun, warna kelenjar ini kemarah-merahan dan terdiri dari dua lobus. 2.4.2 Fungsi Kelenjar timus berperan memproduksi hormon yang berfungsi dalam pematangan sistem imun, mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktivitas kelenjar kelamin. Hormon timosin dan timopietin dihasilkan oleh sel-sel epitel pada kelenjar timus. Hormon tersebut menstimulasi sel-sel limfosit di seluruh tubuh untuk membelah dan mengembangkan kemampuan mengenali dan menyerang benda asing.



28



Asal perkembangan dari sel-sel limfosit adalah di dalam timus dalam kehidupan awal embrionik dan awal masa bayi. Sel-sel tersebut bermigrasi dari timus menuju seluruh tubuh untuk menetap dalam jaringan limfoid, dan pada tahap ini timus terus berlanjut untuk memberikan sumber minor limfosit. Tetapi setelah masa kanak-kanak, sistem limfoid menetap dan pengangkatan timus hanya memberikan dampak kerusakan kecil pada imunitas. 2.4.3 Gangguan Walau jarang terjadi, kelenjar timus dapat mengalami beberapa penyakit, seperti tumor kelenjar timus, sindrom DiGeorge, dan kista timus. Penyakit-penyakt tersebut dapat menimbulkan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk darah, sulit menelan, berkurangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan.



29



BAB III PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap pembahasan di atas. 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu; Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi. 3.2 Saran Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa saran, yaitu; Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.



Daftar Pustaka https://studylibid.com/ https://lmsspada.kemdikbud.go.id/ https://www.docdoc.com/ https://www.academia.edu/ http://eprints.umbjm.ac.id/ https://www.alodokter.com/ https://www.gurupendidikan.co.id/ http://fpik.bunghatta.ac.id/ http://file.upi.edu/ http://repository.ui.ac.id/ https://repository.unmul.ac.id/ http://erepo.unud.ac.id/id/ http://digilib.uinsby.ac.id/ http://repository.uki.ac.id/



30