Sistem Indra Aves Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER ANATOMI HEWAN SISTEM INDRA AVES



O L E H



KELOMPOK VI NAMA ANGGOTA : 1. HERTIN YUNITA HELLO (1701040011) 2. IMBERD R. LIUNIMA (1701040044) 3. INTAN R. MAU (1701040008)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018



SISTEM INDRA AVES A. Pengertian Sistem Indra Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. B. Gambaran Umum Sistem Indera pada Hewan Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu. Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai rangsang dari lingkungan di luar tubuh. Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Organ Indra merupakan struktur reseptor yang secara khusus berkembang selama kehidupan dan evolusi hewan. Pada hewan vertebrata, organ indra paling berkembang dibandingkan dengan hewan lainnya. Dalam kerjanya organ Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan kerja sistem syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima dari lingkungan dan untuk menimbulkan respon. Beberapa jenis organ indra pada hewan vertebrata adalah : organ indra interna (stato reseptor, indra sentuh/raba, thermoreseptor, algerireseptor, kemoreseptor), organ indra pembau (olfaktori), pengecap rasa, sistem gurat sisi, telinga dan mata. Organ indra secara umum tersusun atas suatu sel syaraf sensoris khusus beserta sel-sel penyokong dan pada organ indra yang lebih kompleks seperti telinga dan mata tersusun atas komponen-komponen yang lebih rumit lagi. Pada prinsipnya satu jenis organ indra hanya mampu merespon satu jenis perubahan yang terjadi pada lingkungan.



Ikan dan beberapa amfibi memiliki kemampuan indra yang unik yang disebut lateral-line sistem. Pada dasarnya, hal ini memungkinkan mereka untuk "menyentuh" benda-benda di sekitarnya tanpa kontak fisik langsung atau untuk "melihat" dalam gelap. Dengan panca indra kita hanya mengambil sedikit informasi dari sekeliling kita. Cahaya inframerah, gelombang elektromagnetik, dan USG hanyalah beberapa contoh dari pengaruh eksternal yang menunjukkan bahwa kita manusia, dapat 'menangkap' informasi dengan bantuan teknologi alat pengukur - sedangkan beberapa hewan lain untuk tujuan tersebut menggunakan indra khusus, yaitu peralatan biologis mereka sendiri. Salah satu sistem seperti itu ditemukan pada ikan dan beberapa amfibi. Dalam air keruh yang sulit ditembus cahaya, tombak dan pickerel ikan dapat merasakan mangsa sebelum ada kontak. Contohnya, gua Meksiko yang gelap gulita, namun ikan dapat melihat struktur di sekitarnya dan dapat dengan mudah menghindari rintangan. Ikan Lele yang berburu, mengikuti jejak tak terlihat yang mengarah langsung ke mangsanya. Organ yang berperan disini adalah lateral-line sistem, yang mencatat perubahan arus bahkan gangguan kecil sekalipun, juga memberikan 'cadangan' indra penglihatan terutama di tempat gelap atau Muddy Waters. Sistem penginderaan jarak jauh ini, bertumpu pada pengukuran distribusi tekanan dan medan kecepatan air di sekitarnya. Lateral-line organ yang bertanggung jawab untuk hal ini berada di sepanjang sisi kiri dan kanan ikan juga di sekitar mata dan mulutnya. Mereka terdiri dari gelatin yang fleksibel. Ini yang disebut neuromasts - yang peka terhadap gerakan air. Mereka mirip dengan sel rambut yang ada pada sensor tekanan akustik di telinga manusia. Saraf mengirimkan sinyal-sinyal dari sel-sel rambut untuk diproses di otak, yang kemudian dialokasikan untuk mengidentifikasi sumber perubahan yang terdeteksi dalam air Sebuah ikan berenang menghasilkan getaran atau gelombang yang secara langsung disampaikan kepada lateral line organnya.Kemudian kawanan ikan tersebut dapat mengenali penyerang terdekatnya dan menyesuaikan dengan gerakan berenang mereka sehingga mereka dapat menyerupai satu hewan besar. Ikan dapat diandalkan untuk memperbaiki posisi ikan lainnya dalam hal jarak sesuai dengan panjang tubuh mereka sendiri. Setiap ikan menyampaikan informasi tentang diri mereka ke arus lingkungan . Jadi jika, misalnya, ikan mangsa mengungkapkan ukuran dan



bentuknya yang memungkinkan bagi predator dalam radius sepanjang tubuhnya, yang terakhir mereka dapat memutuskan apakah pengejaran sepadan dengan usaha. C. Sistem Indra Pada Aves Indera yang berkembang dengan baik adalah indera penglihatan, sedangkan indera lainnya kurang berkembang dengan baik. susunan bola matanya hampir sama dengan bola mata pada manusia. Lensa burung dapat berakomodasi dengan mencembung atau mencekung. Selain itu, retina pada burung juga terdapat sel batang dan sel kerucut. Burung tentu saja dapat mengenal bau tetapi tidak sama dengan hewan lainnya. Burung tidak menggunakan indera pembaunya untuk mengenali ibu atau makanan mereka. Karena indera penglihatannya sangat bagus. Pertama kali burung menggunakan indera penglihatannya lalu indera pendengarannya dan yang terakhir adalah indera pembaunya. 1. Indra Penglihatan Penglihatan yang baik merupakan prasyarat lain untuk terbang, selain bulu. Hampir tidak ada mahluk lain yang mampu menandingi tajamnya penglihatan burung. Elang bangkai membumbung 1,5 km di atas bumi sambil mencari bangkai dgn sabar, alapalap menjelajahi udara di atas padang rumput untuk mencari tikus, prenjak mengumpulkan telur serangga di bawah daun dan titihan pecuk mengejar mangsanya di bawah air menggunakan mata yang jeli. Mata burung teramat besar menurut ukuran mamalia. Kornea yang terbuka, berukuran kecil bila dibandingkan dengan bola mata raksasa yang terletak dalam wadah tulang hampir tak bergerak. Pada sebagian burung sebenarnya mata lebih besar daripada otak. Mata rajawali atau mata burung hantu sebesar mata manusia, sedangkan bola mata burung unta bergaris tengah lima cm, hampir sama dengan garis tengah bola tenis. Pada sebagian besar burung mata pun harus mampu menangkap serta bereaksi seketika terhadap benda jauh maupun dekat.



Walet yang sedang mencari makanan



bereaksi dengan kecepatan yang sangat luar biasa terhadap kelebatan serangga yang melintasi jalannya hanya beberapa centimeter di depannya. Burung pemangsa matanya lebih bulat atau hampir berbentuk tabung, namun daerah jangkauannya kurang luas, tetapi jarak penglihatannya lebih panjang dan lebih mendetail. Diantara jenis-jenis burung yang ada alap-alap merupakan burung yang penglihatannya paling tajam.



Burung tidak hanya mampu melihat benda di kejauhan lebih jelas dari pada manusia, melainkan juga melihat dengan lebih terang dalam jarak yang lebih dekat. Prenjak yang senantiasa siaga terhadap bahaya jarak jauhnya, dapat memusatkan matanya seketika pada telur serangga yang terkecil pada jarak 2,5 cm dari paruhnya. Hal ini dilakukan dengan mengerakkan otot kelopak dengan kuat yang menekan lensa agak pipih menjadi lebih bulat sehingga memperoleh penglihatan jarak dekat. Sebagian besar burung dianugerahi penglihatan monokuler (sebelah mata) dan binokuler (dua belah mata). Mata burung tidak berada satu bidang di depan melainkan pada kedua sisi kepala. Hal ini memberikan kepada kedua belah mata satu medan penglihatan monokuler yang luas ke samping. Burung sepah putri yang memiringkan kepala waktu hinggap di perumputan bukan sedang mendengarkan cacing; melainkan burung itu sedang mengarahkan medan penglihatan yang tertajam ke sisi tersebut agar dapat menjebaki gerak atau kilatan cacing pada akar rumput. Burung juga mempunyai medan penglihatan binokuler lurus ke depan, tempat kedua medan penglihatan monokuler bertaut hingga membentuk gambaran tunggal. Burung trulek yang paruhnya panjang dan berujung lentur, hanya sedikit memerlukan penglihatan binokuler ke depan sewaktu meraba-raba cacing yang tidak kelihatan. Ia dapat mengetahui bahaya dari belakang atau dari atas sewaktu paruhnya



tercekam tanah.



Sebenarnya trulek dapat melihat dari belakang kepala serta menikmati penglihatan genap 360°.



Demikian pula yang terjadi pada



itik meskipun agaknya pertautan medan



binokulernya di belakang lebih sempit. Mata besar pada burung hantu, yang terletak di bagian depan mukanya terutama bersifat binokuler. Karena dirancang untuk berburu pada waktu senja atau dalam gelap, kedua bola mata tidak terpasang dalam bola mata pipih, melainkan dalam tabung zat tanduk yang dalam. Penglihatannya yang terbatas ke samping menyebabkan beberapa burung hantu kecil mudah sekali ditangkap. Anatomi Mata Burung



Burung memiliki indra penglihatan yang sangat baik dibandingkan dengan indra yang lain. Hal tersebut yang memungkinkan burung dapat terbang lurus, menukik,atau membelok dengan cepat. Burung memiliki indra penglihatan yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan, menemukan musuh, maupun untuk terbang. Pada Retina mata burung mengandung sel-sel kerucut yang peka terhadap cahaya, pada Retina mata burung juga terdapat pektin yang berfungi dalam penentu arah.Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan. Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari. Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari. memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra penentu



arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang dengan baik.



Mata burung mirip dengan mata reptile, memiliki otot siliaris yang dapat mengubah lensa mata secara lebih cepatdan lebih luas dari pada mata mamalia. Burung memiliki mata yang relative lebih besar dibandingkan hewan lain dalam kingdom animalia dengan ukuran tubuh yang sama besar, dan sebagai akibat dari matanya yang besar tersebut, gerakannya terbatas oleh tulang rongga mata. Disamping mempunyai dua kelopak mata sebagaimana bisa ditemukan pada vertebrata, mata burung juga dilindungi oleh membrane ketiga yang transparan dan dapat digerak-gerakkan. Anatomi internal mata burung sama dengan vertebrata lain, namu memiliki struktur tambahan yang hanya ada pada burung, yakni pectin okuli. Penglihatan burjng tidak sebagaimana pada manusia, namun serupa dengan ikan, amfibia, dan reptile, mempunyai empat jenis reseptor warna. Hal ini membuat kemampuan mata burung untuk menangkpn bukan hanyakisaran cahaya nampak, tetapi juga rentang sunar ultra ungu dari spectrum cahaya.



Struktur utama dari mata burung mirip dengan vertebrata lainnya. Lapisan luar mata terdiri dari kornea transparan di bagian depan, dan dua lapisan sklera - lapisan serat kolagen kuat



berwarna putih yang mengelilingi seluruh mata dan mendukung dan melindungi mata secara keseluruhan. Mata ini dibagi secara internal oleh lensa menjadi dua bagian utama: bagian anterior dan bagian posterior. Ruang anterior berisi cairan yang disebut aqueous humor, dan ruang posterior berisi vitreous humor, suatu zat bening seperti jeli. Lensa merupakan bagian transparan yang berbentuk cembung dengan lapisan keras di bagian luar dan lapisan dalam yang lebih lembut. Lensa berfungsi memfokuskan cahaya pada retina. Bentuk lensa dapat diubah oleh otot-otot siliaris yang langsung melekat pada lensa melalui serat zonular. Selain otot-otot ini, beberapa burung juga memiliki otot crampton, yang dapat mengubah bentuk kornea, sehingga memberikan burung rentang pandang yang lebih besar dibandingkan mamalia yang lain. Perubahan ini dapat dilakukan dengan cepat untuk beberapa jenis burung air yang bisa menyelam. Iris adalah diafragma muskular yang berwarna terletak di depan lensa yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk mata. Di tengah-tengah iris terdapat pupil, daerah lingkaran variabel yang dilalui cahaya untuk masuk ke dalam mata Retina adalah bagian yang memiliki banyak lapisan melengkung dan lembut, yang memiliki sel fotoreseptor batang dan kerucut yang terhubung ke neuron dan pembuluh darah. Kepadatan fotoreseptor sangat penting dalam menentukan pencapaian ketajaman visual maksimum. Manusia memiliki sekitar 200.000 reseptor per mm², tetapi Burung gereja memiliki 400.000 reseptor per mm² dan Elang Buteo memiliki 1.000.000 reseptor per mm². Tidak semua fotoreseptor terhubung ke saraf optik secara individual, dan rasio saraf ganglion pada reseptor cukup penting dalam menentukan resolusi. Untuk burung, rasio ini sangat tinggi, burung kicuit putih memiliki sel ganglion 100.000 hingga 120.000 fotoreseptor. Sel fotoreseptor batang lebih sensitif terhadap cahaya, tetapi tidak memberikan informasi warna, sedangkan sel fotoreseptor kerucut kurang sensitif terhadap cahaya namun memungkinkan penglihatan yang berwarna. Pada burung siang, 80% dari reseptor adalah sel fotoreseptor kerucut (90% untuk beberapa burung walet) sedangkan burung hantu memiliki hampir semua sel fotoreseptor batang . Seperti vertebrata lainnya kecuali mamalia plasenta, beberapa sel fotoreseptor kerucut memiliki struktur ganda, dan jumlah ini dapat mencapai 50% dari semua sel fotoreseptor kerucut pada beberapa spesies Di bagian tengah retina adalah fovea yang memiliki kepadatan yang lebih besar dari reseptor



dan merupakan daerah ketajaman visual kedepan yang terbesar, (paling tajam, dapat mendeteksi objek paling jelas). Dalam 54% burung, termasuk burung pemangsa, rajaudang, kolibri dan burung layang-layang, memiliki fovea kedua untuk meningkatkan penglihatan ke samping. Saraf optik adalah kumpulan serabut saraf yang membawa pesan dari mata ke bagian yang relevan di otak dan sebaliknya. Seperti mamalia, burung memiliki titik buta kecil yang tidak memiliki fotoreseptor, di daerah di mana mata digabungkan oleh saraf optik dan pembuluh darah. Pekten adalah bagian yang masih kurang dipahami, yang terdiri dari jaringan lipat yang terhubung ke retina. Pekten juga memiliki banyak pembuluh darah dan menjaga retina dari kekurangan pasokan nutrisi, dan juga dapat melindungi retina dari cahaya yang menyilaukan atau membantu mendeteksi benda bergerak. Koroid adalah lapisan yang terletak di belakang retina yang berisi pembuluh nadi kecil dan pembuluh balik yang mengalirkan darah ke retina. Koroid mengandung melanin, pigmen yang memberikan warna gelap pada mata, membantu untuk mencegah gangguan dari refleksi.[13] Persepsi cahaya



Keempat pigmen dalam sel fotoreseptor kerucut burung memperluas jangkauan penglihatan warna sampai ke ultraviolet.



Mata burung memiliki dua macam reseptor cahaya, reseptor cahaya batang dan reseptor cahaya kerucut. Reseptor cahaya yang berisi pigmen penglihatan rhodopsin lebih baik untuk penglihatan malam hari karena mereka peka terhadap jumlah cahaya yang sedikit. Reseptor cahaya kerucut mampu mendeteksi warna tertentu (atau panjang gelombang) cahaya, sehingga lebih penting hewan yang berorientasi warna seperti burung. Kebanyakan burung tetrakromatik, memiliki empat jenis sel fotoreseptor kerucut, masing-masing



dengan puncak serapan maksimal yang berbeda. Dalam beberapa burung, puncak penyerapan maksimal dari sel fotoreseptor kerucut bertanggung jawab terhadap panjang gelombang terpendek yang mampu dilihat, yang meluas sampai ke kisaran (UV) ultraviolet, membuat mereka sensitiv terhadap sinar ultraviolet. Burung merpati memiliki pigmen tambahan dan karena itu pentakromatik. Keempat spektrum pigmen fotoreseptor kerucut yang berbeda, berasal dari opsin, terkait dengan molekul kecil yang disebut retina, yang erat berhubungan dengan vitamin A. Ketika pigmen menyerap cahaya, retina berubah bentuk dan berpotensi mengubah membran dari sel fotoreseptor kerucut yang mempengaruhi neuron di lapisan ganglion retina. Setiap neuron dalam lapisan ganglion dapat memproses informasi dari sejumlah sel fotoreseptor, dan pada gilirannya dapat memicu impuls saraf untuk menyampaikan informasi sepanjang saraf optik untuk diproses lebih lanjut di pusat-pusat penglihatan khusus di otak. Semakin intens cahaya, foton lebih banyak diserap oleh pigmen visual, semakin besar eksitasi dari setiap fotoreseptor kerucut, dan muncul cahaya terang.



Diagram sel kerucut burung. Sejauh ini pigmen fotoreseptor kerucut yang paling banyak ditemui dalam setiap jenis burung yang sudah diperiksa adalah bentuk panjang gelombang panjang iodopsin, yang menyerap panjang gelombang sekitar 570 nm. Ini kira-kira kawasan spektrum warna merah dan hijau, dan pigmen ini mendominasi sensitivitas penglihatan warna pada burung. Pada pinguin puncak serapan pigmen fotoreseptor kerucut bergeser menjadi 543 nm untuk, untuk beradaptasi ke lingkungan air laut yang biru.



Informasi yang disampaikan oleh sel kerucut tunggal itu terbatas: dengan sendirinya, sel tidak dapat memberitahu otak panjang gelombang cahaya yang mana yang menyebapkan perangsangan. Sebuah pigmen penglihatan dapat menyerap dua panjang gelombang yang sama, tetapi meskipun foton mereka memiliki energi yang berbeda, sel kerucut tidak dapat membedakan mereka, sebab mereka berdua menyebabkan retina berubah bentuk dan memicu impuls yang sama. Agar otak dapat melihat warna, ia harus membandingkan respon dari dua atau lebih sel kerucut yang mengandung pigmen visual yang berbeda, sehingga ke empat pigmen pada burung makin meningkatkan kemampuan burung membedakan warna. Setiap sel kerucut pada burung atau reptil mengandung tetesan minyak berwarna, hal ini tidak lagi ada pada mamalia. Tetesan ini, yang mengandung karotenoid dalam konsentrasi tinggi, bertindak sebagai filter, menghapus beberapa panjang gelombang dan mempersempit spektrum penyerapan pigmen. Hal ini mengurangi respon yang tumpang tindih antara pigmen dan meningkatkan jumlah warna yang bisa dibedakan oleh burung.[18] Ada enam jenis tetesan minyak berwarna yang telah diidentifikasi, lima di antaranya memiliki campuran karotenoid mampu menyerap panjang gelombang dan intensitas yang berbeda, sedang jenis keenam tidak memiliki pigmen. Pigmen dengan puncak penyerapan maksimal terendah termasuk yang sensitif terhadap UV , memiliki jenis tetesan minyak 'bening' atau 'transparan' dengan efek penyesuaian spektrum yang telativ kecil. Warna dan distribusi tetesan minyak retina sangat bervariasi di antara spesies, hal ini lebih ditentukan oleh lingkungan ekologi (pemburu, pencari ikan, pemakan biji) ketimbang hubungan genetik. Sebagai contoh, burung pemburu siang seperti layang-layang asia dan burung pemangsa memiliki tetesan berwarna sedikit, sedangkan burung pemakan ikan permukaan Dara-laut Biasa memiliki sejumlah besar tetesan merah dan kuning di belakang retina. Bahkan dalam rentang panjang gelombang yang dapat dilihat manusia, burung pengicau dapat mendeteksi perbedaan warna yang tidak dapat dilakukan manusia. Ini perbedaan yang cukup kecil, bersama dengan kemampuan burung untuk melihat sinar ultraviolet, hal ini juga berarti burung mampu melihat dimorfisme seksual banyak spesies, sementara manusia tidak mampu. Dalam bermigrasi, burung penyanyi memanfaatkan medan magnet bumi, bintang, matahari, dan pola cahaya terpolarisasi untuk menentukan arah perpindahan mereka.



Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa migrasi burung pipit Savannah menggunakan cahaya terpolarisasi dari langit dekat horison untuk mengkalibrasi ulang sistem navigasi magnetik mereka pada saat matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menunjukkan bahwa pola polarisasi cahaya langit merupakan referensi kalibrasi utama untuk semua burung penyanyi pada saat migrasi.[25] Namun, tampak juga bahwa burung dapat menanggapi indikator sekunder dari sudut polarisasi, dan mungkin tidak benar-benar mampu langsung mendeteksi arah polarisasi tanpa adanya isyarat ini. Ultraviolet



Alap-alap erasia pemangsa tikus dapat mendeteksi jejak ultraviolet mangsanya.



Beberapa jenis burung dapat melihat sinar ultraviolet, yang memiliki peran penting dalam proses percumbuan. Banyak burung yang memperlihatkan pola bulu dalam sinar ultraviolet yang tak terlihat oleh mata manusia. Beberapa burung yang tidak dapat dikenali jenis kelaminnya dengan mata telanjang, dapat dibedakan melalui pola-pola pantulan sinar ultraviolet pada bulu mereka. Burung gelatik biru jantan memiliki pola kilauan ultraviolet pada jambulnya, yang ditampilkan dengan menaikkan bulu tengkuk mereka ketika berupaya menarik perhatian pasangannya. Burung rio-rio biru jantan, yang memiliki warna bulu biru paling cerah dan paling mendekati ultraviolet, adalah yang memiliki wilayah yang paling luas dengan mangsa melimpah, dan memberi makan anakanaknya lebih sering daripada burung jantan lainnya. Penampilan paruh cukup penting dalam interaksi burung sikatan-hitam. Meskipun komponen UV tampaknya tidak penting dalam interaksi antara pejantan penguasa wilayah,



di mana tingkat warna oranye di sini memegang peranan, burung betina merespon lebih kuat terhadap burung jantan yang memiliki pantulan UV terbaik. Kemampuan melihat UV dapat memberikan keuntungan bagi binatang dalam mencari makanannya. Lapisan lilin yang dijumpai pada banyak macam buah-buahan, memantulkan cahaya UV yang bisa menunjukkan keberadaan buah-buahan tersebut. Alapalap erasia dapat menemukan jejak tikus secara visual. Hewan pengerat kecil itu meninggalkan bekas air seni dan tinja yang memantulkan sinar UV, membuatnya terlihat oleh burung alap-alap, terutama di musim semi sebelum tanda tersebut tertutup oleh oleh tumbuh-tumbuhan. Persepsi 1. Pergerakan



Layang-layang merah terbang di sebuah tempat pemberian makanan burung di Skotlandia.



Burung dapat menangkap gerakan cepat lebih baik daripada manusia. Manusia tidak bisa membedakan kelipan bola lampu neon secara individu, karena bola lampu neon berosilasi pada 60 Hz, tetapi burung kesturi dan ayam memiliki ambang flicker lebih dari 100 Hz. Elang Cooper dapat mengejar mangsanya gesit melewati hutan dan menghindari cabang dan objek lain dengan kecepatan tinggi, bagi manusia pengejaran seperti ini akan terlihat kabur. Burung juga dapat mendeteksi objek yang bergerak lambat. Pergerakan matahari dan rasi bintang di langit tak terlihat untuk manusia, tetapi terdeteksi



oleh



burung.



Kemampuan



untuk



mendeteksi



gerakan-gerakan



ini



memungkinkan burung yang sedang bermigrasi untuk mendapat orientasi yang benar. Untuk mendapatkan gambar yang stabil saat terbang atau ketika bertengger di cabang bergoyang, secara refleks burung mengusahakan kepala mereka berada dalam keadaan



sesetabil mungkin. Mempertahankan gambar yang stabil sangat penting bagi burung pemangsa. 2. Sudut dan bentuk Ketika sebuah objek terhalang sebagian oleh objek yang lain, manusia secara tidak sadar cenderung membayangkan bagian yang terhalang untuk mendapatkan bentuk objek yang sempurna. Penelitian yang dilakukan dari burung merpati, diketahui bahwa burung merpati tidak menyempurnakan bentuk yang tidak lengkap. Sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara mengubah tingkat keabuan dari tempat bertengger yang warnanya berbeda dari latar belakang menunjukkan bahwa burung kesturi tidak mendeteksi sudut berdasarkan warna. 3. Medan magnet Dalam bermigrasi, burung sedikit tergantung dengan medan magnet. Burung menggerakkan kepalanya untuk mendeteksi arah medan magnet, dan penelitian yang dilakukan di sistem saraf burung menunjukkan bahwa burung dapat "melihat" medan magnet. Mata kanan burung migran mengandung protein fotorereseptiv yang disebut criptocrom. Cahaya merangsang molekul-molekul yang ada di dalam criptocrom untuk menghasilkan elektron bebas yang berinteraksi dengan medan magnet bumi, sehingga memberikan informasi tentang arah. 2. Indra Penciuman Burung yang penglihatannya paling rabun adalah kiwi dari selandia baru, yang berburu cacing pada waktu gelap, yang menggunakan indera penciumannya. Oleh karena letak lubang hidungnya sangat sesuai, yakni di ujung paruh yang panjang dan tipis, maka kiwi kurang menggunakan mata. Beberapa eksperimen dengan ember pasir menunjukkan bahwa burung kiwi dapat mencium makanan secara efektif, dan cepat-cepat mengais ember bercacing tanpa mempedulikan ember yang lain. Kebanyakan



burung tidak



mempunyai



indera



penciuman



berkembang, dan memang hampir tidak memerlukannya sama sekali.



yang



sangat



Kekecualian



utamanya terdapat di antara jenis burung penghuni tanah seperti burung kiwi, itik serta berkik dan dua burung air yakni petrel dan burung pengarung air. Burung-burung ini bereaksi terhadap bau minyak pada hati ikan kod.



Para ahli ornitologi masih saling berdebat apakah elang bangkai menemukan mangsa karena melihat bangkai atau baunya? Pada tahun 1835 Audobon dan John Bachman mengadakan eksperimen dengan menyembunyikan beberapa bangkai yang telah membusuk dan membiarkan bangkai lainnya terbuka. Dan hasilnya mereka menyimpulkan bahwa elang bangkai hanya dibimbing oleh penglihatannya. Seabad sesudahnya, Frank M. Chapman menentang pandangan ini.



Guna membuktikan pandangan Frank Chapman



mengadakan eksperimen di Pulau Barro Kolorado pada terusan Panama, pertama-tama disembunyikan bangkai mamalia dalam gudang di bawah karung. Segera setelah bangkai itu cukup busuk, elang kalkun bangkai tertarik ke tempat itu dan menemukannya. Para pengkritik yang belum yakin mengemukakan bahwa lalat dan serangga lainlah yang mungkin mengungkapkan bangkai-bangkai yang tersembunyi. Namun ketika yang disembunyikan adalah ikan yang membusuk dan sama baunya, tidak ada burung yang muncul. Chapman menyimpulkan bahwa binatang itu tertarik oleh satu macam bau, tetapi tidak tertarik oleh bau lain. Ia berpendapat bahwa burung tersebut menemukan makanannya bukan saja dengan penglihatan, melainkan juga dengan membeda-bedakan bau. Kenneth Stager, Kurator Burung pada Museum di Los Angeles, kemudian menemukan bahwa daerah otak yang mengedalikan indera penciuman pada elang kalkun bangkai tiga kali lebih besar dibandingkan dengan elang bangkai hitam.



Hal ini



memperkuat dugaan bahwa beberapa elang bangkai ternyata dapat mempunyai indera penciuman lebih baik dari pada elang bangkai lainnya. 3. Indra Perasa Nektar manis adalah makanan favorit burung hummingbird. Dengan kepakan sayap yang sangat tepat, spesies ini mampu melayang di tempat seperti helikopter saat menghisap nektar dari bunga. Di luar kemampuan terbang yang luar biasa, hummingbird ternyata bisa mengenali rasa manis dari gula alami. Burung itu bahkan tidak tertipu oleh cairan manis buatan yang berasal dari minuman ringan. Sebuah studi tim gabungan dari Universitas Harvard yang dipublikasi di majalah Science menunjukkan bagaimana hummingbird bisa mendeteksi rasa manis. Kemampuan ini berasal dari evolusi biologis kompleks selama puluhan tahun. Indra pengecap mereka adalah pengembangan dari reseptor purba yang kebanyakan mengubah rasa dalam wujud asam amino. Dalam riset tersebut, diketahui hummingbird bisa membedakan rasa manis.



Hewan itu bahkan langsung memuntahkan cairan tak berasa atau berisi pemanis buatan seperti dalam minuman ringan. Sebelumnya para ahli menduga indra pengecap unggas dan burung sama dengan mamalia yang memiliki sensor untuk membedakan rasa asin, asam, pahit, dan manis. Ada satu lagi reseptor untuk mengenali makanan yang dinamakan umami, diambil dari bahasa Jepang untuk menggambarkan kenikmatan makanan. Bersama Yasuka Toda, peneliti dari Universitas Tokyo, Baldwin meneliti kloning gen reseptor indra pengecap dari ayam, burung layang-layang, dan hummingbird. Riset mereka menunjukkan reseptor pada ayam dan burung layang-layang bereaksi kuat pada asam amino atau rasa umami. Sementara reseptor hummingbird bereaksi kuat pada karbohidrat yang ada dalam rasa manis. “Inilah pertama kalinya reseptor umami bereaksi pada karbohidrat,” kata Baldwin. Keluarga burung bertubuh kecil ini, panjangnya sekitar 13 sentimeter, punya lebih dari 300 spesies dalam evolusi selama 40-72 juta tahun. Kerabat terdekat mereka adalah burung layang-layang. "Burung ini menjadi contoh yang bagus tentang spesies yang berevolusi pada level molekular," kata Stephen Liberles, profesor biologi sel. "Perubahan dalam satu reseptor bisa mempengaruhi perilaku dan diversifikasi spesies." Kepakan sayap hummingbird yang cepat menimbulkan suara berdengung dan hanya bisa diamati jelas lewat rekaman video berkecepatan tinggi. Burung itu sanggup mengepakkan sayap sekitar 50-200 kali per detik. Mereka bisa terbang terbalik dengan kecepatan hingga 54 kilometer per jam. Kemampuan fisik yang tinggi itu diimbangi oleh denyut jantung sekitar 20 kali per detik. Mereka juga bisa menjulurkan lidah dengan cepat, hingga 17 kali per detik, untuk menyesap cairan madu.