Sistem Jaringan Di Rumah Sakit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM JARINGAN DI RUMAH SAKIT SISTEM JARINGAN Adalah sistem tata kelola aliran , listrik,air,gas , tata udara, sistem mekanik pnematik tube, telokomunikasi, informasi, dan laboratorium serta radiologi Jaringan di rumah sakit meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Jaringan listrik / kelistrikan medik. Jaringan air bersih. Jaringan air kotor/ SPT/ IPAL. Jaringan Gas Medik. Jaringan Tata udara. Jaringan Komunikasi. Jaringan Informasi Teknologi ( komputer ) Jaringan Laboratorium. Jaringan Radiologi.



Jaringan di rumah sakit berkembang mengikuti permintaan kebutuhan akan pelayanan di rumah sakit. Dimana semua sistem dapat terkoneksi satu dengan lainnya dengan mengedapkan azas pemanfaatan yang efesien dan efektif baik dari sisi keuangan maupun SDM. 1. Sistem jaringan listrik : Sistem jaringan listrik di RS mempunyai standar kelistrikan yang sudah tertuang dalam aturan Permenkes No 14/ 2016 yang mengacu pada UU no 56 tahun 2014 tentang saran dan prasarana kesehatan Jaringan kelistrikan medik meliputi : a. Jaringan listrik normal ( PLN ) merupakan jaringan listrik yang dipasok langsung dari gardu atau jaringan listrik dari PLN . untuk RS yang sederhana maupun yang kompleks yang ada di seluruh Indonesia pasti pasokan listriknya dari PLN memiliki 3 phasa dengan total daya dalam satuan Mega Watt dan jaringan tegangan dalam satuan Kilo Volt/ KV ( Tegangan Menengah / TM ) b. Jaringan Listrik Emergency merupakan jaringan listrik yang dipasok langsung dari genset . Untuk RS yang cakupan pelayanan memiliki IBS, ICU/ ICCU, HCU, dan Biling System harus memiliki gensetS untuk menghindari ketidak tersediaan listrik RS dari PLN. c. Jaringan Listrik UPS merupakan jaringan listrik Back Up lapis ke 2 setelah Genset yang sifatnya intermiten tidak bisa terus menerus. Untuk RS yang cakupan pelayanan memiliki IBS, ICU/ ICCU, HCU, dan Biling System harus memiliki UPS untuk menghindari jeda/ intermiten perubahan dari PLN ke Genset. d. Capasitor bank merupakan unit yang melengkapi jaringan listrik yang ada di RS yang berfungsi untuk mengurangi faktor cos ϕ yang merupakan faktor penambah daya yang merugikan pelanggan listrik. Seperti peralatan AC,Lift,Lampu yag menggunakan balast manual/ murni kumparan ( non elektronik ) dan motor pmpa



GI : Gardu Induk ,



TT : Tegangan Tinggi



TR : Tegangan Rendah



GM :Gardu tegangan menengah



TM : Tegangan Menengah



GD : Gardu Distribusi



TR RS



RS



Gambar sederhana sistem jaringan listrik normal di RS. Gambar ini mengilustrasikan bahwa jaringan listrik dari PLN di masukan pada suatu sistem cubicle TM yang berfungsi sebagai switch / saklar / panel TM dimana pada bagian terebut terdapat saklar togle/saklar push bottom , Meter KWH, Meter Tegangan, dan Meter Arus,



Gambar sederhana sistem jaringan listrik normal dengan emergency di RS



ATS (Automatic Transfer switch), adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber tegangan listrik lainnya secara automatis. Atau bisa juga disebut Automatic COS (Change Over Switch) Sedangkan AMF (Automatic Main Failure), berfungsi untuk menyalakan mesin genset jika beban yang di layani kehilangan sumber energy listrik utama/PLN. Dari penjelasan singkat tersebut dapat kita asumsikan fungsi utama ATS/AMF adalah menyalakan genset jika sumber listrik utama PLN mati. Dan menghubungkan daya/listrik dari genset terhadap beban secara otomatis.



Pemahaman mengasumsikan, untuk menghidupkan genset yang digunakan hanya tinggal menekan starter, dan untuk mematikannya hanya perlu menekan tombol Off. Jika belakangan diketahui ada cara-cara menghidupkan dan mematikan dengan teknik lain, Ingat! panel yang dibuat ini hanya dasarnya saja, jadi mohon maklum bila jika tidak



menambahkan asesoris lain seperti Voltmeter, Ampermeter, pilot Lamp, Frequensimeter, Phase Failure Relay dan sebagainya. Titik berat pengautomatisan penggunaan tombol Starter dan Off sebagai fungsi utama kerja "Change Over Switch" pada panel ATS/AMF ini



Peralatan 2 pcs Select Switch 2 pcs Kontaktor 220V 4-pole (sesuaikan dengan NFB) (M1 dan M2) 1 pcs relay 11 pin Omron MK3P-1 220V (R1) + Socket 1 pcs relay 8 pin Omron MK2P-1 220V (R1) + Socket 2 pcs TDR Omron H3CR-A8, 220V + Socket 6 pcs MCB 2A 2 pcs TDR Omron H3Y-2 24VDC + Socket 1 pcs Relay Omron MKS2PI 24VDC + Socket 2 pcs Accu 12 Volt (Serie up 24V DC) (Sesuaikan TDR dan Relay dengan Accu) wire cable 1,5 mm + Scun garpu Secukupnya Box Panel (disesuaikan) Terminal Blok Input Output Power (disesuaikan) Terminal Blok Input Output Control TR-10 Rel Component Kabel Duct Kabel Ties Dalam panel ATS/AMF ini dibagi dalam Tiga blok yang memiliki fungsi dan tugas masingmasing. Blok 1. Blok detector Sumber daya Utama, Rangkaian ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi sumber listrik utama (hidup atau mati) kepada rangkaian Blok starter engine (NC M1). Blok detector ini menghidupkan M1 apabila listrik utama hidup Sekaligus sebagai blok Stop engine (NC R2) apabila listrik utama mati. Pada terminal nomor 5 dan 6, anda harus menghubung seri pada rangkaian genset sebagai tombol OFF. Pada blok satu ini juga terdapat Selector Switch untuk memfungsikan rangkaian ini Normal dan Automatis. Pada fungsi Normal, maka kerja Change Over Switch tidak akan berfungsi. Blok 2. Blok Relai detector Daya Genset, Relai detector ini berfungsi untuk menerima informasi kondisi tegangan/daya genset kepada rangkaian utama apabila listrik utama mati dengan



menghidupkan (M2) setelah genset bekerja.



Blok 3. Blok starter engine, berfungsi untuk menyalakan mesin genset. Blok ini bekerja berdasarkan masukan dari Blok detector Sumber daya Utama (NC M1) Sebagai awal kerja starter. T3 dan T4 sebagai delay starter dan R3 sebagai Kontak starter. Khusus pada rangkaian ini menggunakan komponen yang mempunyai tegangan kerja 24VDC dengan menggunakan 2 buah Accu 12VDC yang dihubung Seri. Namun apabila anda menemukan komponen yang mempunyai tegangan kerja 12VDC, anda bisa memakainya dengan hanya menggunakan 1 buah Accu saja. Pada rangkaian ini ditambah juga Selector switch yang menginformasikan Accu (starter engine) pada kondisi standby. Pada terminal nomor 7 dan 8, anda harus menghubung paralel pada stater untuk menghidupkan genset. Gambar ini mengilustrasikan bahwa jaringan listrik PLN terhubung dengan sistem jaringan listrik emergency dimana Genset hidup saat PLN mati , dan fungsi ATS(automatic tranfer switch) sebagai pengalih daya atau automatic COS ( change over switch) merupakan pengendali hidupnya Genset.



PLN/ genset



Gambar sederhana sistem jaringan listrik dengan UPS & Genset di RS Gambar ini mengilustrasikan bahwa jaringan listrik PLN terhubung dengan sistem jaringan listrik emergency dimana Genset hidup saat PLN mati , dan fungsi ATS(automatic tranfer switch) sebagai pengalih daya atau automatic COS ( change over switch) merupakan pengendali hidupnya Genset. Dimana fungsi UPS mensuply tegangan listrik mengganti kekosongan listrik saat genset belum hidup dan UPS ( Uninteruptable Power Suply ) merupakan Genset.



Gambar sederhana sistem jaringan listrik dengan Capasitor Bank dan jaringan listrik emergency di RS Gambar ini mengilustrasikan bahwa jaringan listrik PLN terhubung dengan sistem jaringan listrik emergency dan capasitor bank , dimana Capasitor bank berfungsi saat beban awal penggunaan unit yang menggunakan tarikan strom yang kuat dan memakan daya yang besar .mis : pompa, motor lift, motor kipas dll yang terkait dengan gulungan motor. Pada jaringan listrik di RS sebaiknya digunakan agar penghematan pemakaian daya listrik dapat tercapai. Berikut cara menentukan besarnya bank capasitor yang diperlukan untuk kebutuhan RS/ instansi.



Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoida, besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang merupakan daya rata-rata diukur dengan satuan Watt,Daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas tertentu. Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat, VA), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan generator dan transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga listrik.



Gambar 1. Segitiga Daya. Pengertian Faktor Daya / Faktor Kerja Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA). Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik/industri. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas. Sebuah contoh yang memperlihatkan perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor ditunjukkan dibawah ini: Contoh 1. Sebuah pabrik kimia memasang sebuah trafo 1500 kVA. Kebutuhan parik pada mulanya 1160 kVA dengan faktor daya 0,70. Persentase pembebanan trafo sekitar 78 persen (1160/1500 = 77.3 persen). Untuk memperbaiki faktor daya dan untuk mencegah denda oleh pemasok listrik, pabrik menambahkan sekitar 410 kVAr pada beban motor. Hal ini meningkatkan faktor daya hingga 0,89, dan mengurangi kVA yang diperlukan menjadi 913 kVA, yang merupakan penjumlahan vektor kW dankVAr. Trafo 1500 kVA kemudian hanya berbeban 60 persen dari kapasitasnya. Sehingga pabrik akan dapat menambah



beban pada trafonya dimasa mendatang. (Studi lapangan NPC)



Contoh 2. Sekelompok lampu pijar dengan tegangan 220V/58 W, digabungkan dengan 12 lampu TL 11 W, ada 30 buah lampu pijar dan lampu TL. Faktor daya terukur sebesar cos alpha1= 0,5. Hitunglah daya semu dari beban dan besarnya arus I1 sebelum kompensasi, Jika diinginkan faktor kerja menjadi cos alpha2=0,9. hitung besarnya arus I2 (setelah kompensasi). a) Besarnya daya lampu gabungan PG = (58 W x 18) + (11 W x 12) = 1176 watt = 1,176 kW Cos phi1 = PG/S1 ->> S1 = Pg/Cos phi1 = 1,176kW/0,5 = 2,352 kVA. I1 = S1/U = 2,352 kVA/220 V = 10,69 ampere (A)–> sebelum kompensasi b) besarnya daya setelah kompensasi (cos phi = 0,9) S2 = PG/Cos phi2 = 1,176 kW/0,9 = 1,306 kVA maka I2 = S2/U= 1,306 kVA/220 V = 5,94 A –> setelah kompensasi Keuntungan Perbaikan Faktor Daya dengan Penambahan Kapasitor Keuntungan perbaikan faktor daya melalui pemasangan kapasitor adalah: 1. Bagi Konsumen, khususnya perusahaan atau industri: • Diperlukan hanya sekali investasi untuk pembelian dan pemasangan kapasitor dan tidak ada biaya terus menerus. • Mengurangi biaya listrik bagi perusahaan, sebab: (a) daya reaktif (kVAR) tidak lagi dipasok oleh perusahaan utilitas sehingga kebutuhan total(kVA) berkurang dan (b) nilai denda yang dibayar jika beroperasi pada faktor daya rendah dapat dihindarkan. • Mengurangi kehilangan distribusi (kWh) dalam jaringan/instalasi pabrik. • Tingkat tegangan pada beban akhir meningkat sehingga meningkatkan kinerja motor. 2. Bagi utilitas pemasok listrik • Komponen reaktif pada jaringan dan arus total pada sistim ujung akhir berkurang. • Kehilangan daya I kwadrat R dalam sistim berkurang karena penurunan arus. • Kemampuan kapasitas jaringan distribusi listrik meningkat, mengurangi kebutuhan untuk memasang kapasitas tambahan. METODA PEMASANGAN INSTALASI KAPASITOR Cara pemasangan instalasi kapasitor dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Global compensation Dengan metode ini kapasitor dipasang di induk panel ( MDP ) Arus yang turun dari pemasangan model ini hanya di penghantar antara panel MDP dan transformator. Sedangkan arus yang lewat setelah MDP tidak turun dengan demikian rugi akibat disipasi panas pada penghantar setelah MDP tidak terpengaruh. Terlebih instalasi tenaga dengan penghantar yang cukup panjang Delta Voltagenya masih cukup besar. 2. Sectoral Compensation Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari beberapa panel kapasitor dipasang dipanel SDP. Cara ini cocok diterapkan pada industri dengan kapasitas beban terpasang besar sampai ribuan kva dan terlebih jarak antara panel MDP dan SDP cukup berjauhan. 3. Individual Compensation Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada masing masing beban khususnya yang mempunyai daya yang besar. Cara



ini sebenarnya lebih efektif dan lebih baik dari segi teknisnya. Namun ada kekurangan nya yaitu harus menyediakan ruang atau tempat khusus untuk meletakkan kapasitor tersebut sehingga mengurangi nilai estetika. Disamping itu jika mesin yang dipasang sampai ratusan buah berarti total cost yang di perlukan lebih besar dari metode diatas Komponen-komponen utama yang terdapat pada panel kapasitor antara lain: 1. Main switch / load Break switch Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel . Sedangkan untuk pengaman kabel / instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP.Mains switch atau lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak berbeban . Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan perhitungan minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVar terpasang dari sebagai contoh : Jika daya kvar terpasang 400 Kvar dengan arus 600 Ampere , maka pilihan kita berdasarkan 600 A + 25 % = 757 Ampere yang dipakai size 800 Ampere. 2. Kapasitor Breaker. Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi kabel dari breaker ke Kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus nominal dengan I m = 10 x Ir. Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus I n = Qc / 3 . VL Sebagai contoh : masing masing steps dari 10 steps besarnya 20 Kvar maka dengan menggunakan rumus diatas didapat besarnya arus sebesar 29 ampere , maka pemilihan kapasitas breaker sebesar 29 + 50 % = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere. Selain breaker dapat pula digunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama dengan pemakaian breaker. 3. Magnetic Contactor Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol.Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi , lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal ( pada AC 3 dengan beban induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama. 5. Kapasitor Bank Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif..yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt atau Kapasitor Bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang sering dipakai adalah Kvar (Kilovolt ampere reaktif) meskipun didalamnya terkandung / tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif (leaging) 6. Reactive Power Regulator Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan disupply ke jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps , 12 steps sampai 18 steps. Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain: – Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic contactor secara manual. – Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih system operasional auto dari modul atau manual dari push button.



– Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambeint temperature (suhu udara sekitar) dalam ruang panel kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperature ruang panel meningkat.setelah setting dari thermostat terlampaui maka exhust fan akan otomatis berhenti.



2. Sistem Jaringan Air Terdiri dari 2 bagian : a. Jaringan air bersih PDAM : Pada jaringan sumber air PDAM, RS sakit sebaiknya menggunakan jaringan berlangganan dengan PDAM harus dengan MoU ( IKS ) dengan perjanjian PDAM sanggup menyediakan Air bersih jika aliran pada pipa PDAM bocor atau bumpet , Dimana PDAM sanggup mensuplay air dengan mobil tangki. Sistem jaringan harus memiliki tandon atas ( roof tank ) maupun tandon bawah ( ground tank ). Pembuatan ground tank maupun roof tank harus sesuai dengan banyaknya tempat tidur dimana 1 TT sama memerlukan 1 m³ jadi jika ada 100 TT mka dibutuhkan 100 m³ denga ukuran tergantung bidang tanahnya atau bidang dak atas nya. b. Instalasi air bersih sumur dalam/ sumur dangkal: Syarat pembuatan sumur dalam /sumur dangkal harus melalui ijin dinas P2 AT sedangkan syarat baku mutu air harus sesuai dengan stndar permenkes no 14/ 2016 atau UU no 56 /2014. Pada instalasi air bersih pastikan sumber air baik sumur dalam/ sumur dangkal harus terfasilitasi pengaman tutup yang ada kuncinya dan harus terkunci Berikut gambar blok sederhana sumur dalam / sumur dangkal dari instalasi jaringan air bersih di RS



Gambar blok sederhana sumur dalam/sumur dangkal dariinstalasi jaringan air RO di RS



Gambar sederhana dari sumur dalam/sumur dangkal dan instalasi pemanas /water heaternya 3. Jaringan instalasi STP/IPAL Jaringan instlasi IPAL /STP merupakan jaringan ir sisa pembuangan dari : Closet, Km Mandi, Urinoir, Wastafel, Air Cucian Dapur, Air Cucian Loundry, Air cucian Sterilisasi,semua produk hasil sisa cucian dalam bentuk cair atau solid.



RS merupakan penghasil pruduksi limbah sama seperti Hotel dan Pabrik karena itu RS harus memiliki sistem pengolahan air limbah yang berstandar sesuai PERMENKES no 14/ 2016 , dan KLHK / BLH dimana baku mutu dari limbah harus sesuai dengan unsur amoniak 0,1 g/ l dan ini sangat sulit karena RS memiliki sisa buangan dari sterilisasi dan loundry yang cukup banyak Berikut gambar sederhana dari sistem IPAL



Gambar kolam dan sistem perpipaan dari tampak atas dan samping



Gambar blok diagram produksi gas dan larutan pada proses pengolahan limbah cair/solid



4. Sistem jaringan Gas medik Sistem jaringan Gas medik di RS merupakan sistem jaringan gas medik yang dibuat untuk pemenuhan akan gas medik di R ICCU,R.ICU, R.HCU, R. PBRT, R Isolasi IRNA, R. IBS , R. IRDA, serta R Jantung/ Cath Lab ) Adapun macam –macam gas yang dibutuhkan : - Oksigen ( O2 ) - N2O - N2 - He - Udara tekan/ Comp Air - Suction / Penyedot - CO - CO2 Sesuai dengan permenkes no 14 /2016 dan UU no 56/2014 maka setiap pemanfaatan gas di RS harus memenuhi standar keamanan dan keselamatan pasien dan pengguna. Untuk itu setiap instalasi gas medik harus dapat : - Terindentifikasi ( dengan kode warna pada pipa dan tabung , dengan tanda /label ) - Pengaman ( troley harus dengan rante dan terkunci ) - Harus ada petunjuk penggunaan ( ada SPO yang dipasang pada panel gas/tabung ) - Memiliki kartu pemeliharaan ( chek list daily, weekly, montley ) - Terjadwal maintenance, dilaksanakan dan di tandatangani oleh petugas



Gbr. Typikal Regulator tekanan pada saluran akhir



Gbr. Header untuk silinder gas



Gbr. Header untuk gas kreogenik dalam kontainer



Gbr. Sumber pasokan typikal untuk kontainer gas kriogenik Cair- gas.



Gbr. Sumber pasokan typikal untuk cairan kriogenik dalam bentuk curah 5. Sistem jaringan tata udara. Sistem jaringan tata udara di RS diperlukan untuk membantu proses penyembuhan dan keamanan dan mencegah dari bahaya nosokomial yang ada pada lingkungan RS itu sendiri.



Sistem ini menggunakan aliran searah ( laminar air flow ) baik itu Tekanan Positif ataupun Tekanan Negatif baik itu isolasi maupun terbuka. Berikut penjelasan sistem jaringan tata udara ( HVAC ) sbb :



Sistem Tata Udara (AHU/HVAC) Sistem Tata Udara atau yang lebih sering dikenal dengan AHU (Air handling Unit) atau HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning), memegang peran penting dalam industri farmasi. Hal ini antara lain disebabkan karena :  Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk,  Memastikan produksi obat yang bermutu,  Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil,  Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan tersebut. AHU merupakan cerminan penerapan CPOB dan merupakan salah satu sarana penunjang kritis yang membedakan antara industri farmasi dengan industri lainnya. Pengertian Sistem Tata Udara adalah suatu sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban nisbi, arah pergerakan udara dan mutu udara – termasuk pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan yang ada di udara (seperti ‘vapors’ dan ‘fumes’). Disebut “sistem” karena AHU terdiri dari beberapa mesin/alat yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan, pola aliran udara serta jumlah pergantian udara di ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan. Sistem Tata Udara (AHU/HVAC), biasanya terdiri dari : 1. Cooling coil atau evaporator 2. Static Pressure Fan atau Blower 3. Filter 4. Ducting 5. Dumper



HVAC dengan Sistem Chilled Water



Desain Sistem HVAC Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk menyediakan sistem sesuai dengan ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan perlindungan produk dan proses sejalan dengan persyaratan GEP (Good Engineering Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan, fleksibilitas, dan keamanan. Desain Sistem Tata Udara memengaruhi tata letak ruang berkaitan dengan hal seperti posisi ruang penyangga udara (airlock) dan pintu. Tata letak ruang memberikan efek pada kaskade perbedaan tekanan udara ruangan dan pengendalian kontaminasi silang. Pencegahan kontaminasi dan kontaminasi silang merupakan suatu pertimbangan desain yang esensial dari sistem Tata Udara. Mengingat aspek kritis ini, desain Sistem Tata Udara harus dipertimbangkan pada tahap desain konsep industri farmasi. Masalah yang biasanya dikaitkan dengan desain Sistem Tata Udara adalah : .  Pola alur personil, peralatan dan material;  Sistem produksi terbuka atau tertutup;  Estimasi kegiatan pembuatan di setiap ruangan;  Tata letak ruang;  Finishing dan kerapatan konstruksi ruangan;  Lokasi dan konstruksi pintu;  Strategi ruang penyangga udara;  Strategi pembersihan dan penggantian pakaian;  Kebutuhan area untuk peralatan sistem Tata udara dan jaringan saruran udara (ductwork);  Lokasi untuk pemasokan udara, pengembalian udara dan pembuangan udara.



PARAMETER KRITIS Parameter kritis dari tata udara yang dapat memengaruhi produk adalah :  suhu  kelembaban  partikel udara (viabel dan non viabel)  perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran udara  volume alir udara dan pertukaran udara  sistem filtrasi udara Pertimbangan :  Klasifikasi ruang  Produk/bahan yang digunakan  Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril  Proses terbuka atau tertutup Persyaratan Kelas Ruangan



Tipe-tipe Dasar Desain HVAC Ada 3 kategori dasar untuk Sistem Tata Udara: 1. Sistem udara segar 100% (sekali lewaf) /full fresh-air (once-through); 2. Sistem resirkulasi; dan 3. Sistem ekstraksi/ exhaust.



Sistem ini menyuplai udara luar yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan kondisi suatu ruang, kemudian diekstrak dan dibuang ke atmosfer. Sistem ini biasanya digunakan pada fasilitas yang menangani produk/ pelarut beracun untuk mencegah udara tercemar disirkulasikan kembali.



Resirkulasi harus tidak menyebabkan risiko kontaminasi atau kontaminasi silang (termasuk uap dan bahan yang mudah menguap). Kemungkinan penggunaan udara resirkulasi ini dapat diterima, bergantung pada jenis kontaminan udara pada sistem udara balik. Hal ini dapat diterima blla filtet



HEPA dipasang pada aliran udara pasokan (atau aliran udara balik) untuk menghilangkan kontaminan sehingga mencegah kontaminasi silang.



Bila dimungkinkan, debu atau cemaran uap hendaklah dihilangkan dari sumbernya. Titik tempat ekstraksi hendaklah sedekat mungkin dengan sumber keluarnya debu. Dapat digunakan ventilasi setempat atau tudung penangkap debu yang sesuai. Contoh aplikasi sistem adalah Area: Ruangan, Glove boxes, atau Lemari yang dilengkapi dengan tudung buangan. Contoh Aplikasi Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)



Pengkajian Resiko Pengkajian risiko digunakan sebagai suatu proses untuk mengevaluasi dampak sistem atau komponen terhadap mutu produk. Penilaian risiko dilakukan dengan membagi sistem menjadi komponen-komponen dan mengevaluasi dampak dari sistem/komponen tersebut pada Parameter Proses Kritis (Critical Process Parameters/ CPPs) yang diturunkan dari Atribut Mutu Kritis (Critical Quality Attributes/CQAs). Karena komponen yang ada dalam sistem dapat secara signifikan berdampak pada kemampuan untuk menjaga CPPs tetap dalam batas keberterimaan, penetapan batas sistem merupakan langkah yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pengkajian risiko. Risiko dan dampak potensial suatu kegagalan sistem hendaklah dikaji oleh ahli tata udara dengan mempertimbangkan semua moda kegagalan yang potensial, misal:  Kegagalan aliran udara;  Kegagalan filter (kehilangan pengendalian partikel udara atau kontaminasi silang),  Kegagalan pengendalian kelembaban; dan  Kegagalan satu unit Penanganan Udara yang dapat menyebabkan gangguan pada perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh Unit Penanganan Udara yang lain PNEMATIC TUBE ( JARINGAN DI INSTALASI DI LABORATORIUM ) Sistem ini merupakan sebagian jaringan yang ada di instalasi laboratorium selain LIS ( Laboratorium Informasi Sistem ) Pada jaringan pnematic tube dimana sebagian kegiatan pengambilan objek ( Medical Record, speciment padat , urine,darah , dll ) dapat di transfer atau dikirim melalui tubing/pipa ke bagian lain misalnya dari bagian Sampling Lab ke Central Lab atau dari Samling Lab O.K ke Central Lab dan banyak bagian lain yang mana akan menghemat waktu dan tenaga Jaringan instalasi ini dibangun dengan perangkat sbb : A. Perangkat kasar ( Hard Ware ) 1. Motor vacum dan mesin pnematic 2. Pipa 3. Tube



B. Perangkat lunak ( Soft Ware ) 1. Interface 2. Control 3. CPU 4. I/O Di R.S sistem jaringan instalasi untuk pnematic tube dibutuhkan untuk percepatan pelayan dan efesiensi tenaga Berikut gambaran singkat dari blok wiring diagram sederhana dari pnematic tube



Contoh dari bentuk tube ( tabung untuk mengirim objek )



Contoh dari inlet tube dan outlet tube



Stasion Pnematic atau Central Stasion Pnematic



Jaringan pnematic



Pnematic engineering/ mesin pnematic



Pompa pnematic



vertical diagram pada 1 gedung bertingkat



Linear Coupler for AC 3000 aerocom Contoh wiring diagram sedehana untuk kebutuhan rumah sakit



SISTEM JARINGAN DI RADIOLOGI yang disebut sebagai PACS = Picture Archiving and Communication Ststem ) Jaringan di Instalasi Radiologi merupakan sistem kesatuan informasi gambar/image dari pencitraan yang sudah diolah dalam bentuk digital (DiCom) dari masingmasing alat di Instalasi Radiologi yang kemudian dapat dikirim dan dibaca/dilihat di bagian atau unit lain yang merupakan link dari sistem tersebut. Seperti dalam gambar berikut :



Jaringan yang tampak di dalam gambar di atas merupakan ilustrasi dimana informasi pencitraan dari alat USG, MRI, CR = Computer Radiografi , CT,Film Digitizer yang dari kesemua pencitraan alat tersebut di kirim ke server dan dapat dikirim melalui jaringan internet atau melalui kabel kemudian diterima oleh jaringan yang akan menggunakan ( jaringan on line )



Alur pada gambar ini merupakan ilustrasi proses dimana pasien di input MR = medical Report nya oleh bagian receptionis di ruangan reception kemudian data tersebut akan diterima di bagian Image Suite Host Workstation ( HIS ) Setelah pasien di daftarkan kemudian diperiksa Ruang pemeriksaan ( Exam Room )pada ruangan tersebut dokter / perawat meng input data hasil pemeriksaan yang mana data tersebut di kirim ke HIS = Host Image Suite Workstation ) untuk selanjutnya dilakukan tindakan pemeriksaan : CT/MRI/ US Data dari alat ( USG/CT/MRI ) diolah oleh Scaning Room hasilnya dalam bentuk gambar yang kemudian di kirim HIS Kemudian dokter /radiolog memeriksa / membaca hasil gambar yang mendiagnosa dari pencitraan/image pasien dan menyimpulkan hasilnya ditulis dalam hasil pembacaan tersebut dikirim ke output ,