Sistem Pencernaan Ternak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAK SITEM PENCERNAAN TERNAK



RIZKI IDHAR ANWAR 201410350311042



JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat- zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan – jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan kimia yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Saluran Pencernaan dapat di anggap sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Sistem pencernaan terdiri dari seluran pencernaan dan organ absorsi. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metamolik di dalam tubuh. Pencernaan merupakan serangkaian proses yang terjadi didalam saluran pencernaan yaitu memecah bahan makanan menjadi bagian atau pertikel yang lebih kecil, dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana hingga larut dan dapat diabsorpsi lewat dinding saluran pencernaan untuk memasuki sisitem peredaran darah atau getah bening, selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh. Organ pencernaan unggas berupa saluran berkembang sesuai dengan evaluasi yang diarahkan untuk terbang. Modifikasi yang terjadi dalam sistem pencernaannya sangat sederhana. Unggas tidak lagi memiliki gigi dan tulang rahang yang besar berikut ototnya, yang berkembang adalah paruh, lidah, rempela. Unggas memakan beragam pakan dari biji-bijian ikan dan cacing serta rerumputan maka ragam sistem pencernaannya berkembang sesuai dengan makanan utamanya. Ternak ruminansia memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan ternak non-ruminansia, khususnya pada saluran pencernaan . Hal tersebut



tentunya



berdampak



terhadap



nutrisi



yang



dibutuhkan.



Pencernaan adalah serangkaian proses yang terjadi di dalam alat pencernaan (tractus digestivus) ternak sampai memungkinkan terjadinya penyerapan. Proses pencernaan tersebut merupakan suatu perubahan fisik dan kimia yang d



ialamioleh bahan makanan dalam alat pencernaan. Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan interaksi dinamis antar pakan, populasi mikroba dan ternak itu sendiri. Pakan yang sudah melewati fase pencernaan selanjutkan akan memasuki siklus metabolisme. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalh kali ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui sistem pencernaan pada unggas 2. Untuk mengetahui sistem pencernaan ruminansia 3. Untuk mengetahui sistem pencernaan pseudoruminan



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Sistem Pencernaan Pada Unggas Secara garis besar alat pencernaan pada unggas dapat dibagi atas tractus allimentarius dan Organa Accessorius. Tractus allimentarius yaitu saluran pencernaan dapat dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Dari cranial ke kaudal tersusun atas: rongga mulut (Cavum oris), Pharynx, Oesophagus, Crop (ingluvies), Ventriculus muscularis (Gizzard), Intestinum tinue (usus halus: Duodenum, Jejunum, Ilium), Intestinum crassum (usus besar), Caeca dan cloaca/anus. Panjang dari masing-masing bagian saluran pencernaan bervariasi tergantung pada besar tubuh, tipe makanan dan berbagai faktor lainnya (Yasin, 2010). Saluran pencernaan pada ayam unggas dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Berikut adalah bagian-bagian pada sistem pencernaan unggas : 1. Mulut Ayam tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel. Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang (Akoso, 1993). Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke oesophagus.



Didalam mulut unggas tidak diproduksi amilase. Air



diambil dengan cara menyendok saat minum dengan menggunakan



paruh (beak), dan masuk ke dalam kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya gravitasi. 2. Oeshophagus (Tenggorok) Oesophagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan pharynx pada bagian atas dan proventriculus bagian bawah. Dinding Oesophagus dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok. Setiap kali ayam menelan secara otomatis oesophagus menutup dengan adanya otot. Fungsi oesophagus adalah menyalurkan makanan ke tembolok. 3. Crop (Tembolok) Crop mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari oesophagus. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke proventriculus. Terjadi sedikit atau sama sekali tidak terjadi pencernaan di dalamnya kecuali jika ada sekresi kelenjar saliva dalam mulut. Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman. Hal ini disebabkan pada tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan. 4. Proventriculus (Kelenjar Lambung) Proventriculus merupakan perbesaran terakhir dari oesophagus dan juga merupakan perut sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein. Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis. Karena makanan berjalan cepat dalam jangka waktu yang



pendek di dalam proventriculus, maka pencernaan pada material makanan secara enzimatis sedikit terjadi. 5. Gizzard (Rempela) Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum. Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan kisut. Fungsi gizzard adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit dan batu-batu kecil yang berada dalam gizzard yang ditelan oleh ayam. Partikel batuan ini berfungsi untuk memperkecil partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam gizzard sehingga dapat masuk ke saluran intestine. 6. Small Intestine (Usus Halus) Usus halus memanjang dari ventrikulus sampai usus besar dan terbagi atas tiga bagian yaitu: duodenum, jejunum,dan ileum. Duodenum(usus 12 jari) berbentukhuruf V dengan bagian pars ascendens sebagai bagian naik. Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas penyerapan nutrien. Pada bagian duodenum disekresikan enzim amylase, lipase, dan tripsin. Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel dari small intestine yang dapat mencerna protein dan karbohidrat . Pencernaan pakan ayam di usus halus secaara enzimatik dengan berfungsinya enzim-enzim terhadap protein, lemak dan karbohidrat. Protein oleh pesin dan khemotipsin akan diubah menjadi asam amin. Lemak oleh lipase akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Karbohidrat oleh amylase akan diubah menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida. Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5m. Pada jejunum (usus kosong) makanan mengalami pencernaan kimiawi oleh enzim yang dihasilkan di dinding usus. Enzim-enzim yang



dihasilkan tersebut adalah enzim enterokinase, erepsin, maltase, disakrase, peptidase, sukrase dan lipase. Pada ileum ( usus penyerapan), sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. 7. Ceca (Usus Buntu) Sekum terletak diantara usus halus dan usus besar dan pada unjungnya buntu. Usus buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi didalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air. Di dalamnya juga terjadi digesti serat oleh aktivitas mikroorganisme. 8. Large Intestine (Usus Besar) Usus besar berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter usus halus dan berakhir di kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rectum yang pendek dan bersambung dengan kloaka. Pada usus besar terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas. 9. Kloaka Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin, dan merupakan muara saluran reproduksi. Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan melaui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta putih. Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai saluran kencing dan kelamin,coprodeum sebagai muara saluran makanan dan proctodeum sebagai lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan udara luar disebut vent. Kloaka juga bertaut dengan bursa fabricus pada sisi atas berdekatan pada sisi luarnya. Kloaka pada bagian terluar mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada betina lebih lebar disbanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur.



2.2 Sistem Pencernaan Ruminansia Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan mengalami proses memamah biak atau proses pengembalian makanan dari lambung ke mulut untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah sapi, kerbau, domba, dan kambing Pada proses penyerapan nutrisi, dibutuhkan organ pencernaan. Berikut ini adalah organ-organ dalam pencernaan pada ternak ruminansia : 1. Mulut Pakan mengalami penghancuran di dalam mulut secara mekanik karena menggunakan gigi. Selain itu pakan juga mengalami penghancuran dengan pencampuran saliva. Menurut Rianto (2011), saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva, yaitu glandula



parotid



yang



terletak



di



depan



telinga,



glandula



submandibularis (submaxillaris) yang terletk pada rahang bawah, dan glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah. Saliva pada sapi tidak mengandung enzim amylase sehingga proses pencernaan hanya berlangsung secara mekanik. Saliva memiliki kandungan bikarbinat sehingga memiliki sifat buffer (penyangga), saliva yang masuk ke dalam rumen akan berguna dalam menjaga pH rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam. 2. Rumen Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx dan melalui oesophagus menuju rumen. Menurut Rianto(2011), rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat persediaan dan pencampuran bahan pakan untuk fermentasi oleh mikroorganime. Fungsi utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zatzat pakan dengan bantuan mikroba. Mikroba tersebut dalam suasana anaerob dan sebagian dapat hidup dalam suasana fakultatif anaerob. Saluran pencernaan sapi tidak menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa yang merupakan bagian terbesar dari pakan serat, yaitu sekitar 30-60% dari total bahan kering. Karena enzim yang digunakan dalam pencernaan serat berasal dari mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat



Blakely (1994), rumen volumenya dapat mencapai 200 liter, rumen mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa yang akan menghancurkan bahan-bahan berserat, mencerna bahan-bahan itu untuk kepentingan mikroba itu sendiri, membentuk asam-asam lemak mudah terbang, serta mensintesis vitamin B serta asam-asam amino. 3. Retikulum Retikulum disebut honey comb, hal ini dikarenakan wujudnya yang berbentuk seperti rumah lebah. Menurut Blakely (1994), bentuk reticulum mencegah benda-benda asing seperti misalnya kawat untuk tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Retikulum seringkali tertusuk oleh benda-benda tajam sehingga menyebabkan keadaan yang disebut penyakit hardware. Keadaan ini bersifat fatar karena jantung letaknya berdekatan. Menurut Rianto (2011), retikulum berfungsi mengatur aliran digest dari rumen ke omasum. 4. Omasum Permukaan dinding omasum berlipat dan kasar. Menurut Rianto (2011), omasum berdinding berlipat-lipat dan kasar, terdapat 5 lamina(daun) yang menyerupai duri (spike). Lamina adalah penyaring partikel digesti yang akan masuk ke abomasum. Menurut Blakely (1994), omasum menerima campuran pakan dan air, dan sebagian besar air itu diserap oleh luasnya daerah penyerapan yang terdiri dari banyak lapis. 5. Abomasum Menurut Rianto (2011), abomasum disebut perut sejati pada ternak ruminansia (termasuk sapi). Pada dinding abomasum memiliki kelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung yang mengandung pepsinogen, garam, onorganik, mukosa, asam hidrokhlorat dan faktor interisnsik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Menurut Blakely (1994), sebagian besar pekerjaan pencernaan diselesaikan oleh abomasum, disebut perut sejati karena kemiripan fungsi perut tunggal pada hewan-hewan bukan ruminansia. Di dalam abomasum terdapat unsur-unsur penyusun berbagai nutrient yang



dihasilkan melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa dan diserap melalui dinding usus halus. Bahan-bahan yang tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar. Kemudian diekskresikan sebagai feses. 6. Usus Halus Menurut Rianto (2011), usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jedunum, dan ileum. Panjang usus halus pada sapi adalah 22-30 kali panjang tubuhnya. Kelenjar duodenum menghasilkan cairan alkalin yang berguna sebagai pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidroklorat yang masuk dari abomasum. Pada ujung duodenum terdapat kelenjar empedu dan pancreas, kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garama sodium dan potassium dari asam empedu. Garam-garam ini berfungsi mengaktifkan enzim lipase yang dihasilkan pancreas dan mengemulsikan lemak digesta sehingga mudah diserap lewat dinding usus. 7. Usus Besar Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdpat dalam kelompok usus besar, yaitu colon, caecum, dan rectum. Pada saat digesta masuk ke dalam colon, sebagian besar digesta yang mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi yang masuk ke dalam colon adalah materi yang tidak dicerna. Hanya sedikit sekali digesta yang terserap lewat dinding usus besar. Materi yang tidak terserap kemudian dikeluarkan lewat anus sebagai feses. Materi yang keluar dari feses meliputi air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, sekresi saluran pencernaan, sel-sel ephitelium saluran pencernaan, garam-garam anorganik, bakteri, dan produk-produk dari proses dekomposisi oleh mikrobia. 2.3 Sistem Pencernaan Pseudoruminan Ternak Pseudoruminan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada



sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Thakur dan Puranik (1981) menjelaskan bahwa sistem pencernaan pada kelinci terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan yang meliputi kelenjar ludah pancreas dan hati. Saluran pencernaan kelinci merupakan suatu saluran yang memanjang dari mulut hingga anus. Saluran tersebut dapat dibedakan menjadi rongga mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus dan usus besar. Bagian-bagian inilah yang disebut sistem digesti. Menurut Oliver (1984) hewan ini mempunyai sistem pencernaan makananan yang membantunya menahan makanan bergizi. Mereka mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna bersama kotorannya, kemudian dimakan kembali, dicerna untuk kedua kalinya dan vitamin- vitaminnya yang penting akan diserap. 1. Mulut Mulut pada ternak terdapat tiga alat pencernaan yaitu gigi, lidah dan saliva. Mulut juga digunakan untuk menggiling makanan dengan bantuan lidah serta mencampurnya dengan saliva, juga berperan dalam mekanisme preherensi. Blakely dan Bade yang menyatakan bahwa yang masuk kedalam mulut dikunyah menggunakan gigi dengan bantuan lidah. Didukung juga oleh



Frandson (1992) yang menyatakan bahwa ternak



psedoruminansia terjadi mastikasi yaitu mengambil pakan, mengunyah, dan mencampur dengan saliva. 2. Esophagus Esophagus terletak di antara mulut dan lambung yang berfungsi sebagai saluran makanan dari mulut menuju ke esophagus. Bagian esophagus yang berwarna putih, tidak mempunyai kelenjar dan dilapisi oleh epithelium berbentuk



squomous-stantified yang tebal. Daerah ini meliputi 1/3 – 2/5 bagian dari seluruh jaringan muko. Esophagus merupakan saluran yang sempit dan panjang dan merupakan suatu tabung otot yang dapat mengembang. Dinding esophagus tidak berkontraksi pada saat tidak terisi makanan sehingga udara yang berasal dari lubang hidung bagian dalam tidak masuk ke dalam glottis (Thakir dan Puranik, 1984). 3. Lambung Lambung berperan sebagai reservoir (waduk atau tandon) bagi pakan yang ditelan untuk menjadi sasaran pencernaan lambung (Bradley, 1981). Selanjutnya, getah pencernaan disekresikan oleh sejumlah kelenjar dalam membran mukosa lambung, mengandung asam HCl dan dua enzim, pepsin dan lipase. HCl berperan mengaktifkan pepsin dengan menetapkan konsentrasi ion hidrogen yang cocok (pH) yang memungkinkan pepsin merubah protein menjadi proteosa dan



pepton.



Pemecahan lengkap kedua senyawa itu menjadi asam-asam amino terjadi kemudian di usus kecil. Pepsin adalah suatu proteasa, suatu enzim yang membantu mencerna protein menjadi asam-asam amino. Lipase membantu mencerna lemak menjadi asam-asam lemak dan giserol, yang diabsorpsi dan digunakan sebagai energi seperti gula sederhana. 4. Usus Kecil Usus kecil dan usus besar tergantung pada daerah pinggang dengan suatu membran berbentuk kipas yang disebut mesentery. Aliran darah masuk pada tangkai kipas dekat pinggang melalui arteri mesentery besar. Lokasi ini tempat cacing darah meletakkan diri dan makan, menyebabkan aneurysm (bekuan darah) yang mengurangi aliran darah. Pada usus sering terjadi colic (mulas/sakit perut) dan menyebabkan kematian. Program kontrol parasit yang baik menghilangkan risiko tersebut.



Usus kecil dengan organ pelengkapnya, pankreas dan hati, menyediakan sebagian besar enzim pencernaan (Bradley, 1981). Selanjutnya, peristalsis dinding usus menjamin pencampuran sebagian besar campuran cairan yang dikandungnya. Getah pankreas mengandung enzim tripsin, lipase pankreas, dan amilase. Tripsin mengkonversi protein dan peptida menjadi asam-asam amino yang diabsorpsi oleh usus kecil dan diambil oleh aliran darah menuju tempat yang membutuhkan, misalnya otot-otot pada kuda-kuda yang sedang tumbuh dan kelenjar susu pada induk laktasi. Lipase pankreas menghidrolisa lemak menjadi gliserol dan asam-asam lemak, dan amilase pankreas memecah pati menjadi maltosa, suatu gula sederhana yang mudah dicerna. 5. Usus Besar Usus besar terdiri dari sekum, colon besar, colon kecil, rektum, dan anus, membawa material yang tidak tercerna dari usus kecil menuju anus untuk eliminasi dan mengadakan fungsi-fungsi penting (Bradley, 1981). Produksi asam-asam amino terjadi di usus besar, tetapi kontribusinya bagi kebutuhan protein kuda relatif kecil dibandingkan produksi asam lemak untuk energi (Bradley, 1981). Selanjutnya, sekum adalah tempat utama untuk absorsi air. Untuk penggunaan pakan kasar (hay) lebih baik, lewatnya pakan kasar melalui sekum dan kolon besar diperlambat, tergantung tingkat kandungan serat dan jumlah ketersediaan air. Penggunaan hay berkualitas rendah yang pemotongannya terlambat (serat tinggi) tanpa air cukup kadangkadang menyebabkan penjepitan kolon besar atau kolon kecil, dan



kadang-kadang



rektum,



menyebabkan



kolik



(usus



terpelintir). Rektum menghubungkan kolon kecil pada anus dan menerima feses yang terbentuk menjadi bola-bola oleh kolon kecil dan dikeluarkan melalui anus (Bradley, 1981). Bentuk,



ukuran, dan konsistensi (kepadatan) feses menunjukkan kesehatan kuda secara umum. Bila feses kering dan keras, kuda kekurangan air atau protein. Jika feces lembek, kuda mungkin sakit atau mengkonsumsi pakan yang terlalu menyerap air. Proses pakan dari mulut ke anus memerlukan waktu 70 jam.



BAB III KESIMPULAN



Organ pencernaan pada ternak unggas terdiri atas Esophagus yang berfungsi sebagai saluran penghubung antara mulut dengan lambung, tembolok yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara, Proventrikulum yang berfungsi sebagai pencernaan makanan secara enzimatis, Gizard ang berfungsi untuk usus halus (Duodenum, Jejenum, Ileum), seka, usus besar, Kloaka. Sistem pencernaan pada ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, dan anus. Lambung pada ternak ruminansia yang membedakannya dengan ternak jenis lain. Ternak ruminansia memiliki empat lambung yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum yang memiliki masingmasing fungsi yang berbeda. Pada Organ Saluran Pencernaan pseudoruminan mempunyai alat pencernaan berukuran lebih panjang dan lebih kompleks, serta telah mengalami modifikasi yang memungkinkan organ pencernaan pseudo ruminansia dapat menggunakan serat dalam jumlah yang relatif lebih banyak. Berbeda dengan ternak ruminansia, pseudoruminan hanya memiliki satu buah lambung dan memiliki sekum lebih besar dari ternak ruminansia.



DAFTAR PUSTAKA Akoso, B. T. 2011. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta Blakely, J dan David H Blade . 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Rianto, E dan Endang Purbowati . 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Bogor : Penebar Swadaya. Yasin. Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas. Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 21, Nomor 3. Fakultas Peternakan Undaris Ungaran. Semarang.