Dokumen tidak ditemukan! Silakan coba lagi

Sistem Pendidikan Di Asean [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I SINOPSIS



Sistem pendidikan di ASEAN + 6 negara : Analisis Perbandingan Isu-Isu Pendidikan ASEAN sebagai kerjasama regional di Asia Tenggara memiliki komitmen dalam hal pembangunan terutama dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Komitmen ini dipercaya dapat meningkatkan daya saing negara ASEAN di mata dunia internasional sehingga dapat menunjang pembangunan ekonomi negara. Kerjasama ASEAN pada perkembangannya juga menggandeng 6 negara lain sehingga membentuk kerangka kerjasama yang bertujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan mempromosikan kerjasama di daerah-daerah vital untuk pertumbuhan ekonomi. Analisis kebijakan pendidikan di ASEAN+6 Negara mengungkap kombinasi sistem yang mempunyai kinerja baik yaitu negara (Australia, Jepang, Korea, dan Singapura) dan sistem yang dapat memberikan penguatan secara substansial yaitu negara (Kamboja, Laos, Myanmar). Analisis ini dapat menjadi bahan refleksi dalam membaca sistem pendidikan di ASEAN+6 Negara. Data-data yang digunakan dalam makalah ini dapat membantu untuk merumuskan suatu kebijakan yang baik dalam upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan. Laporan ini menyajikan 3 hal yaitu (1) perspektif regional tentang perkembangan pendidikan di Asia Pasifik, (2) komparasi sistem pendidikan, (3) refleksi dari analisis trend dan isu-isu kunci sistem pendidikan ASEAN+6 NEGARA. Selama setengah abad terakhir, kawasan Asia-Pasifik mengalami peningkatan populasi yang signifikan dengan banyak penduduk dua kali lipat dalam ukuran saat ini. Karena itu kawasan Asia-Pasifik memegang populasi kaum muda terbesar di dunia yaitu sekitar 60% (UN Youth 2013 :11). Selain peningkatan populasi yang signifikan, kawasan Asia-Pasifik juga mengalami peningkatan migrasi yang tinggi, hal ini menyebabkan pergerakan ekonomi pertanian ke manufaktur. Karena kenaikan migrasi tersebut, suatu daerah mengalami kenaikan jumlah penduduk yang signifikan akibatnya terjadi kepadatan penduduk di suatu daerah. Hal tersebut jika tidak di ikuti pengelolaan migrasi yang baik, dapat menimbulkan masalah besar pengelolaan migrasi. Sebagai contoh Brain drain, limbah otak.



Kombinasi Asia-Pasifik ekonomi menyumbang 35,36 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2009, membuatnya menjadi salah satu ekonomi agregat terbesar di dunia. Asia Timur dan Pasifik memimpin pemulihan global dari krisis ekonomi di 2009/10 dengan China mengemudi



sebagian



besar



ekspansi



ekonomi.



Negara-negara



kawasan



Asia-Pasifik



menunjukkan berbagai tingkat pembangunan ekonomi dan tingkat pertumbuhan. Sementara Australia, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea, dan Singapura dikategorikan sebagai negara industri yang sangat, Bangladesh, Kamboja, Nepal, Papua Nugini masih dalam kategori berpenghasilan rendah. China dan India, sementara itu, mewakili dua negara berkembang yang paling signifikan di dunia dengan pangsa meningkat di kekayaan dunia. Ekonomi lainnya, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam termasuk dalam kategori menengah. Pemikiran saat ini pada tren makro membentuk pembangunan pendidikan di wilayah itu juga didokumentasikan dalam "Menuju EFA 2015 dan Beyond - Membentuk Visi Baru untuk Pendidikan" makalah konferensi dan presentasi sebagai bagian dari pertemuan tingkat tinggi regional yang diselenggarakan oleh UNESCO Bangkok pada masa depan pendidikan (9 -11 Mei 2012) 0,7 tren ini yang disorot di bawah: Perubahan demografi dan migrasi, Tren sosialekonomi, Kemajuan teknologi, Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, Integrasi ditingkatkan dan interkoneksi. Sistem pendidikan di ASEAN dianalisis dari perspektif komparatif dapat menghasilkan kesimpulan sebagai titik refleksi bagi pembuat kebijakan dan praktisi. Perluasan wajib belajar untuk memasukkan pendidikn menengah setidaknya lebih rendah. Banyak negara ASEAN+6 Negara telah mencapai keberhasilan menerapkan program wajib belajar Pendidikan Dasar bahkan sampai level Pendidikan Sekunder dan sebagian besar yang berhasil adalah negara berpenghasilan tinggi dan menengah. Bagi negara yang berpenghasilan menegah membutuhkan perencanaan yang cermat untuk memperluas akses pendidikan bagi semua warga tanpa mengorbankan kualitas pendidikan. Sebagian besar negara bergerak menuju sistem manajemen pendidikan yang lebih terdesentralisasi. Adanya pemerataan pendidikan, sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat menikmati kesempatan belajar yang sama seperti rekan-rekan meraka dari keluarga yang lebih makur. Pembiayaan itu penting tapi bukan satu-satunya yang membuat kinerja membaik. Hubungan antara ukuran kelas dan beban mengajar negara yang system pendidikan kinerjanya tinggi, memilih ukuran kelas besar sehingga jam mengajarnya berkurang. Reformasi kurikulum, mengubah yang awalnya fokus pada pengetahuan akademik menjadi



memperhatikan ketrampilan non kognitif, mislnya kreativitas, dan komuniksi. Beberapa negara mengalami tantangan dalam mengintegrasikan ketrampilan non kogniif dalam kurikulum pedagogi. Meningkatkan kinerja guru melalui evaluasi berbasis hasil kinerja guru, bahwa kinerja guru harus dihubungkan dengan gaji guru, jika gaji tinggi maka dituntut punya kinerja yang baik, sebab gaji di ambil dari dana publik, sehingga harus dipertanggung jawabkan dengan baik. Penerapan bahasa ingris sebagai bahasa asing kedua dalam sistem pendidikan yang biasa disebut Non-Dominan Language (NDL). Pendidikan yang dilewati individu di sekolah merupakan proses penting dalam kaitannya mempersiapkan masa depannya, oleh karena itu perlu perhatian yang serius dalam penerapan kebijakan pendidikan. Beberapa tren yang perlu diperhatikan dalam penerpan kebijakan itu adalah (1) Meningkatkan dan memperluas jalur pendidikan menengah, banyak negara di ASEAN + 6 Negara, telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan memperluas sistem pendidikan alternative melalui berbagai cara, termasuk Kesetaraan Program dan Pusat Belajar Masyarakat. Program Pendidikan non-formal terutama berfokus pada anak-anak dan remaja yang telah mengenyang pendidikan primer. (2) Relevansi kurikulum pada tingkat menengah adalah masalah kritis, terutama dalam hal kompatibilitas dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan yang relevan dengan pasar kerja. (3) Peningkatan kualifikasi minimum bagi guru pendidikan menengah. Sementara beberapa negara hanya membutuhkan 4 tingkat kualifikasi sebagai kualifikasi minimum untuk guru sekolah menengah, banyak negara lain termasuk negara-negara OECD daerah membutuhkan guru menengah untuk memiliki kualifikasi tingkat tersier. (4) Pentingnya penilaian hasil belajar siswa sekunder. Sejumlah negara di kawasan ini telah menghapuskan ujian masuk pendidikan menengah tetapi sebagian yang lain melanjutkan ujian masuk. Penilaian nasional dan internasional, dari hasil belajar siswa sekunder penting untuk memantau kualitas pendidikan menengah yang diberikan kepada siswa. Pendidikan tidak hanya memastikan anak untuk bisa sekolah tetapi juga menyiapkan untuk bisa hidup diluar sekolah. Pendidikan diharapkan mampu membantu pemuda mempersiapkan masa depan. Dalam kaitannya dalam dunia pekerjaan isu-isu yang muncul meliputi (1) TVET “tidak populer” sebab selama beberapa dekade terakhir TVET menurun, hal tersebut diperparah dengan rendahnya tingkat investasi pemerintah dan stigma masyarakat. (2) Perlu penguatan kebijakan kengka regulasi dan kemitraan antara publik-swasta. Perbaikan lebih lanjut diperlukan



untuk memperkuat penyelarasan kebijakan TVET dengan strategi pembangunan ekonomi nasional. (3) Pergerakan kearah sistem kualifikasi yang lebih komprehensif dan koheren. Semakin banyak pemerintah yang mengakui pentingnya kualifikasi kerangka kerja untuk memastikan bahwa semua gelar akademis dan kualifikasi kejuruan dan standar yang konsisten di tingkat regional. (4) Momentum pertumbuhan untuk peningkatan yang lebih besar dari system jaminan kualitas TVET. Inisiatif jaminan kualitas, tidak hanya untuk lembaga TVET tetapi juga untuk staf pengajar melalui proses peningkatan akreditasi di seluruh ASEAN + 6 Negara. (5) Demarkasi antara TVET dan Pendidikan umum semakin kabur. Tren yang berkembang pada pendidikan umum akhirnya berdampak pada generalisasi pendidikan kejuruan. Akibatnya batasan antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan menjadi kabur. (6) Ada kesempatan terbatas untuk pelatihan kerja. Terbatasnya penyediaan peluang pengembangan karyawan dapat berfungsi sebagai pembatas faktor pertumbuhan nasional dan pembangunan ekonomi. (7) Sistem informasi TVET dan informasi dan bimbingan layanan terbatas. (8) Kesenjangan ketrampilan penelitian. Sebagian besar negara jarang melakukan survei ketrampilan khusus bagi para pekerja. (9) Kurangnya monitoring dan evaluasi efektif pada TVET. Tercatat dari studi pelacakan lulusan, ada kurangnya kesadaran di antara beberapa pemerintah dan karena itu kurang komitmen untuk mengumpulkan data. Laporan ini telah mengeksplorasi sistem pendidikan di ASEAN+6 NEGARA yang berguna untuk memperbaiki sistem pendidikan yang tidak layak. Langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu kejelasan visi dan komitmen untuk pelaksanaan, keselarasan dan konsistensi kebijakan, fokus pada kesetaraan, kualitas dan relevansi, respon kebijakan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan belajar beragam, kemitraan, benchmarking dan pemantauan hasil.



BAB II PEMBAHASAN Pendidikan adalah satu diantara beberapa sektor pembangunan yang sangat penting, dimana pemerintah di setiap negara harus sungguh -sungguh memperhatikan sektor ini agar seimbang dengan sektor pembangunan lainnya. Sebegitu pentingnya perhatian kepada sektor pendidikan dalam pembangunan tidak lain karena pendidikan menyediakan sumber daya insan yang akan turut andil dalam kelancaran pembangunan nasional pada suatu zona. Lebih dari beberapa upaya pemerintah masing-masing negara guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional dilakukan dengan menyisihkan sekian porsi anggaran pemerintah untuk sektor pendidikan yang akan dipakai untuk pengadaan dan peningkatan pembangunan infrastruktur, sarana, dan prasarana pendidikan, program beasiswa bagi siswa berprestasi, bantuan pendidikan bagi siswa yang kurang mampu secara ekonomi, pengadaan pelatihan-pelatihan untuk menambah keprofesionalan & efektifitas pengajaran seorang guru, tunjangan guru berprestasi, & lain-lain, dimana antara satu negara dengan negara yang lain berbeda dalam patokan prioritas. Antara lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan di suatu negara adalah sistem pendidikan yang diterapkan. Untuk itu, beberapa negara terus melakukan riset terhadap pola pendidikan mereka dengan membandingkannya denga sistem pendidikan negara lain yang secara "strata" berada di atasnya. Pola pendidikan yang ideal ialah sistem yang menawarkan kesempatan yang sama kepada setiap tunas bangsa untuk mencapa istrata pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan demikian pembangunan pendidikan akan merata dan semua merasakan manfaat darinya. Berikut ini kami akan mencoba memaparkan paparkan sebuah perbandingan sistem pendidikan disebagian negara-negara kawasan ASEAN. 



Indonesia Pendidikan di negeri kita yaitu semuanya pendidikan yang diselenggarakan di negara kita,



baik itu yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Menurut terstruktur, pendidikan di negri kita



dipegang



oleh



Kementerian



Pendidikan



dan



Kebudayaan



Republik



Indonesia



(Kemendikbud), yang dulunjya bernama Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti menempuh wajib belajar



pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah. Sekarang ini, pendidikan di negara kita diatur melalui Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 yaitu tentang Pendidikan Nasional. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa negara kita ingin menciptakan masyarakat yang cerdas. Untuk tujuan itu, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika mempunyai kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah menjadi sebuah kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas sekali bahwa buku tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.