Sistem Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH ( Studi Kasus: SMK Negeri I Kota Singkawang ) DETERMINATION SYSTEM OF MAINTENANCE PRIORITY SCALE OF SCHOOL BUILDING (Case Study: SMK Negeri I Kota Singkawang)



TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Master



Disusun Oleh: SUTIKNO S.940907115



MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA



2009



ii



SISTEM PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH ( Studi Kasus: SMK Negeri I Kota Singkawang )



TESIS Disusun Oleh:



SUTIKNO S.940907115 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Dewan Pembimbing :



iii



SISTEM PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH ( Studi Kasus: SMK Negeri I Kota Singkawang )



TESIS Disusun Oleh:



SUTIKNO S.940907115 Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pendadaran Program Studi Magister Teknik Sipil pada hari Rabu, 4 Pebruari 2009. Dewan Penguji :



iv



PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, N a m a : SUTIKNO



NIM : S.940907115



Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :



SISTEM PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH ( Studi Kasus: SMK Negeri I Kota Singkawang ) Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.



Surakarta, Januari 2009 Yang membuat pernyataan



Sutikno



v



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirrobbila’lamin kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga tesis dengan judul Sistem Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah (Studi Kasus: SMK Negeri I Kota Singkawang) dapat tersusun. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh derajat Master pada Magister Teknik Sipil Konsentrasi Teknik Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan keikhlasan dan ketulusan hati, maka dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing Akademis. 3. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng). Sekertaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Kusno Adi Sambowo, ST., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama. 5. Dr. Ir. Mamok Suprapto, M.Eng. selaku Pembimbing Pendamping. 6. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama kuliah. 7. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.



vi



8. Bapak Kepala Sekolah, Bapak Wakil Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Dewan Guru, Bapak Kepala Tata Usaha, Bapak Penjaga Sekolah SMK Negeri I Kota Singkawang. 9. Istriku tercinta Sugiyatun, S.Pd. dan anak-anakku tersayang Yasmin Dhuha Fadhilah dan Khansa Hanin Nuha serta Bapak dan Ibu Orang Tua yang telah memberikan dorongan dan do’a dan dorongan moral dalam menyelesaikan pendidikan ini. 10. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selama ini menjadi teman seperjuangan. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi civitas akademika, praktisi di bidang bangunan gedung, dan bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya. InsyaAllah, Amin.



Surakarta,



Januari 2009 Penulis,



Sutikno



vii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ………………………………………….……………….. i ii iii HALAMAN PERSETUJUAN …….…………………………………………… iv v vii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. x xiv PERNYATAAN ……..………………………………………………………… xv xvi KATA PENGANTAR …………………………………………………………. xvii DAFTAR ISI



xviii



…………………………………………………………………….. DAFTAR



1334



TABEL …………………………………………………………….. DAFTAR 4 5 GAMBAR ………………………………………………………… DAFTAR SIMBOL ………………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… ABSTRAK ABSTRACT …………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………..…………… .……………… ………… 1.2. Rumusan Masalah ………..………………………… ……………… 1.3. Tujuan Penelitian …… …………………………… ……… ………… 1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………… ….. 1.5. Batasan Penelitian …………..……… …… ………………………… 1.6. Keaslian Penelitian ………………………………………………… BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ……………..………… ………… ……………… 2.1.1. Sistem



6 13



Pendukung Pengambilan Keputusan ………………… 2.2. Dasar Teori



24 24



…………………..………………… …… ……………. 2.2.1. Bobot Fungsional 28 33 … …… ……………… ……… …… ……… 2.2.2. Indeks Kondisi Bangunan ………………………………… 2.2.3. Komponen Bangunan Gedung ……………………………… 2.2.4. Jenis dan Tingkat Kerusakan ………………………………



34



viii



2.2.5. Kegiatan Pemeliharaan …………………………… ………



35 37



2.2.6. Biaya Pemeliharaan …………………………………………



38



2.2.7. Efisiensi Biaya ……………………………………………… BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian



40



……………………………… ……………… ……. 3.2. Langkah Penelitian



41 41



Penelitian …….…..……………………………. 3.2.1. Pengumpulan Data



41 43



………………………………………… 3.2.2. Pembobotan Fungsional



43 44



…………………………………… 3.2.3. Penilaian Kondisi Bangunan



44 44



……………………………… 3.2.4. Biaya Pemeliharaan yang Dibutuhkan



45



……………………… 3.2.5. Analisis Data dan Penyajian Hasil Penelitian ……………… 3.3. Waktu Penelitian …………………………………………………… 3.4. Alat Penelitian ……………………………………………………… 3.5. Bagan Alir Penelitian ……………………………………………… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Fisik



46 50



Bangunan ………………… …… ……………………….. 4.2. Perhitungan



70 70



Bobot ………………………………………………… 4.3. Perhitungan Indeks 66 79 Kondisi ………………………………………… 4.3.1. Volume Kerusakan dan96 96 Nilai Pengurang …………………… 4.3.2. Faktor Koreksi Kombinsai



102



Kerusakan ……………………… 4.3.3. Hasil Perhitungan Indeks Kondisi



107



……………… …… …… 4.4. Perhitungan Biaya



115



………………………………………………… 4.4.1. Tindakan Pemeliharaan 115 …………………………………… 4.4.2. Harga Satuan Pekerjaan



118



…………………………………… 4.4.3. Hasil Perhitungan Biaya



121



…………………………………… 4.5. Perhitungan Skala Prioritas dan



127



Pembahasan ……………………… 4.5.1. Skala Prioritas Berdasarkan Indeks Kondisi ……………… 4.5.2. Skala Prioritas Berdasarkan Biaya Pemeliharaan ………… 4.5.3. Skala Prioritas Berdasarkan ∆IK dibagi BP ………………… 4.6. Aplikasi Skala Prioritas ……………………………………………



ix



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan



………… ………… 130



…………………………………... 5.2. Saran …………………..…………



131



……………… ………………… Daftar Pustaka …………………………………………………………………



132 A-



Lampiran ………………………………………………………………………



1



x



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1



Prioritas penanganan bangunan di Kantor Pemkab. Tanggamus…



11 13



Tabel 2.2



Peringkat faktor resiko rekruitmen tenaga kerja …… ……………



14 17



Tabel 2.3



Matriks SWOT ……………………………………………………



25 28



Tabel 2.4



Perbandingan sistem konvensional dengan sistem pakar ………… Skala 30 31



Tabel 2.5



penilaian perbandingan pasangan … ……………… ……... Hubungan35 37



Tabel 2.6



antara ukuran matriks dan nilai RI …………….



38 47



Tabel 2.7



Skala Indeks Kondisi ……………………………………………



48 48



Tabel 2.8



Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan …………………….



49 63



Tabel 2.9



Jenis dan tingkat kerusakan pada komponen/elemen bangunan…



64 65



Tabel 2.10



Jenis perawatan bangunan …………………………………………



66



Tabel 2.11



Contoh indeks bahan dan tenaga kerja pekerjaan pasangan batako…



Tabel 4.1



Jumlah guru dan siswa dari tahun ke tahun ………… …… ……



Tabel 4.2



Fasilitas ruang kantor ……………………………………………



Tabel 4.3



Fasilitas ruang penunjang ………………………………………



Tabel 4.4



Fasilitas ruang belajar ……………………………………………



Tabel 4.5



Kriteria pembobotan komponen/elemen bangunan ………… ….



Tabel 4.5



Kriteria pembobotan komponen/elemen bangunan (lanjutan) ….



Tabel 4.5



Kriteria pembobotan komponen/elemen bangunan (lanjutan) ….



Tabel 4.6



Rangkuman hasil pembobotan



Tabel 4.7



………………………………….. Bobot kelompok Ruang Belajar ……… …………………………………… ………



67 72



Tabel 4.8



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Bangunan Pagar …...



72 73



Tabel 4.9



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Halaman Sekolah ...



Tabel 4.10



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur



Tabel 4.10



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur (lanjutan) … …………………………………………………… ...



74 75



Tabel 4.11



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Struktur..



75



Tabel 4.12



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas...



xi



Tabel 4.12



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan) … …………………………………………………… ...



76



Tabel 4.12



Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan) … …………………………………………………… ...



77



Tabel 4.13



Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan ………………



78 80



Tabel 4.14



Perhitungan Indeks Kondisi Komponen pada Sub Bangunan Pagar



Tabel 4.15 Perhitungan Indeks Kondisi Komponen pada Sub Bangunan Tabel 4.16 Halaman ………………………………………………………… Tabel 4.16



Tabel 4.17



80 81



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Ruang Gambar/Studio... Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Ruang Gambar/Studio (lanjutan) … …………………………………………………… ...



82



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Struktur Atap Unit Gedung Belajar ………………………………………



85



Tabel 4.18



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Struktur Atas Unit Gedung Belajar ………………………………… ……… 86



Tabel 4.19



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Struktur Bawah Unit Gedung Belajar ………………………………………



87



Tabel 4.20



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Air Bersih Unit Gedung Belajar ……………………………………… 88



Tabel 4.21



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Air Kotor Unit Gedung Belajar ………………………… ………… ………… 89



Tabel 4.22



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Air Hujan Unit Gedung Belajar …………………………… ………… ……… 90



Tabel 4.23



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Instalasi Listrik Unit Gedung Belajar … ……………………………………



90



Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Instalasi Telepon Unit Gedung Belajar ……………………………………



91 94



Tabel 4.25



Rangkuman hasil perhitungan Indeks Kondisi ……………………



97 97



Tabel 4.26



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Bangunan Pagar ………………



97 98



Tabel 4.27



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Bangunan Halaman ……………



98 98



Tabel 4.28



Tindakan Pemeliharaan pada Elemen Plafond ……………………



99



Tabel 4.29



Tindakan Pemeliharaan pada Elemen Dinding ……………………



Tabel 4.30



Tindakan Pemeliharaan pada Elemen Pintu ………..…....………



Tabel 4.31



Tindakan Pemeliharaan pada Elemen Jendela ………......…………



Tabel 4.32



Tindakan Pemeliharaan pada Elemen Lantai ……… …...….....……



Tabel 4.24



xii



Tabel 4.33



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Atap ……



99 100



Tabel 4.34



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Atas ……



100



Tabel 4.35



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Bawah …



100



Tabel 4.36



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Air Bersih …...….… 101



Tabel 4.37



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Air Kotor …...….…



Tabel 4.38



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Air Hujan …...….… 101



Tabel 4.39



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Instalasi Listrik …... 101



Tabel 4.40



Tindakan Pemeliharaan pada Sub Komponen Instalasi Telepon ….. 104



Tabel 4.41



Contoh perhitungan Harga Satuan Pekerjaan ……………………



105



Tabel 4.42



Rangkuman hasil perhitungan Harga Satuan Pekerjaan …………



106



Tabel 4.42



Rangkuman hasil perhitungan Harga Satuan Pekerjaan (lanjutan) … 107



Tabel 4.43



Perhitungan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Pagar ……… 108



Tabel 4.44



Perhitungan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Halaman …



Tabel 4.45



Perhitungan biaya pemeliharaan Arsitektur pada Ruang Gambar/Studio ……………………………………………………



108



Perhitungan biaya pemeliharaan Arsitektur pada Ruang Gambar/Studio (lanjutan) …………………………………………



109



Tabel 4.45



101



Tabel 4.46



Perhitungan b iaya pemeliharaan Struktur pada Unit Gedung Belajar 110



Tabel 4.47



Perhitungan biaya pemeliharaan Utilitas pada Unit Gedung Belajar



Tabel 4.47



Perhitungan biaya pemeliharaan Utilitas pada Unit Gedung Belajar (lanjutan) …………………………………………………………… 112



Tabel 4.48



Rangkuman hasil perhitungan Biaya Pemeliharaan



……………



114



Tabel 4.49



Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada Sub Bangunan Sekolah ………………………………………………



116



111



Tabel 4.50



Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada Komponen Bangunan Sekolah ……………………………………………… 116



Tabel 4.51



Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada Sub Komponen Bangunan Sekolah …………………………………… 116



Tabel 4.52



Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada ruang disusun per kelompok ruang ……………………………………… 117



Tabel 4.53



Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Sub Bangunan Sekolah ………………………………………………



Tabel 4.54



119



Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Komponen Bangunan Sekolah …………………………………… 119



xiii



Tabel 4.55



Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Sub Komponen Bangunan Sekolah ……………………………………



119



Tabel 4.56



Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada ruang 120 disusun per kelompok ruang ………………………………………



Tabel 4.57



121 Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ∆IK/BP pada Sub Bangunan Sekolah …………………………………………………



Tabel 4.58



Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ∆IK/BP pada Komponen Bangunan Sekolah ……………………………………



122



Tabel 4.59



Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ∆IK/BP pada Sub Komponen Bangunan Sekolah ……………………………………



122



Tabel 4.60



Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ∆IK/BP pada ruang 123 disusun per kelompok ruang ………………………………………



Tabel 4.61



Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ∆IK/BP pada ruang 124 disusun secara keseluruhan ………………………………………



Tabel 4.62



Perbandingan peningkatan indeks 129 kondisi ……… …………… ……



xiv



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1



Kinerja masa layan bangunan tanpa pemeliharaan … ….….…



778



Gambar 2.2



Kinerja masa layan bangunan dengan pemeliharaan …… ……



22 23



Gambar 2.3



Grafik Live Cycle Cost …… ………………………………...



26 27



Gambar 2.4



Aplikasi AHP dalam menentukan prioritas ……………………



29 40



Gambar 2.5



Struktur hirarki dalam metode AHP ……………………………



40 45



Gambar 2.6



Matriks perbandingan berpasangan ………………………….



46 52



Gambar 2.7



Matriks perbandingan preferensi ……… .....………………….



53 68



Gambar 2.8



Hirarki bangunan gedung ……………………………………. Peta



Gambar 3.1



Provinsi Kalimantan Barat ………………………………. Foto



Gambar 3.2



udara bangunan SMKN 1 Singkawang …………………. Bagan



Gambar 3.3



alir rencana penelitian ………………………………… Tampak



Gambar 4.1



depan bangunan gedung SMKN 1 Singkawang ……… Skema



Gambar 4.2



hirarki bangunan sekolah ………………………………. Struktur



Gambar 4.3



pembobotan Sub Bangunan Sekolah ………………….. Skema



Gambar 4.4



hasil pembobotan komponen/elemen Bangunan Sekolah.. Grafik



Gambar 4.5 Gambar 4.6



perbandingan hasil pembobotan komponen/elemen Bangunan Sekolah ………… 69 95……………………………… 125 ….



Gambar 4.7



Grafik perbandingan hasil perhitungan Indeks Kondisi ……… Grafik perbandingan skala prioritas berdasarkan IK dan ∆IK/BP..



xv



DAFTAR SIMBOL



Simbol Keterangan Dimensi λmaks



Eigenvalue maksimum ……………………………………



-----



∆IK a



Selisih Nilai Indeks Kondisi ………………………………



Rp. - -



Aij



Nilai matriks perbandingan berpasangan …………………



-----



AHP nxn



Matriks resiprokal ………… ……………………………



-----



BP C



Analytical Hierarchy Process ……………………………



-----



CCI CI



Biaya Pemeliharaan …………………………………….



-



CR IK



Nilai kondisi komponen …………………………………



IKB



Composite Condition Index ………………………………



IKE



Consistency Index …………………………………………



IKK



Consistency Ratio …………………………………………



IKSB



Indeks Kondisi ……………………………………………



IKSE



Indeks Kondisi Bangunan ………………………………



IKSK



Indeks Kondisi Elemen …………………………………



LCC n



Indeks Kondisi Komponen ………………………………



RI w



Indeks Kondisi Sub Bangunan …………………………… Indeks Kondisi Sub Elemen ……………………………… Indeks Kondisi Sub Komponen ………………… ……… Live Cycle Cost …………………………………… ……… Jumlah komponen/elemen ………………………………… Random Index ……………………………………………



Wi



Vektor matriks ……………………………………………



W



Bobot komponen/elemen bangunan ………………… ……



Xi



Perkalian elemen matriks dalam satu baris ………………



i



Eigenvector (bobot elemen) ………………………………



xvi



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran A Perhitungan bobot komponen/elemen Bangunan Sekolah ……



A-1



Lampiran B Perhitungan Indeks Kondisi komponen/elemen Bangunan Sekolah ………………………………………………………



B-1 C-



Lampiran C Perhitungan analisa Harga Satuan Pekerjaan ……………….



1 D-1



Lampiran D Hasil perhitungan Biaya Pemeliharaan …………… ………… E-1 FLampiran E



Foto-foto dokumentasi ………………………………………



Lampiran F



Gambar denah dan tampak …………………………………



1



xvii



ABSTRAK Kinerja bangunan sekolah akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia pakai bangunan tersebut. Penurunan kinerja bangunan ini umumnya disebabkan oleh pengaruh lingkungan di sekitar bangunan yang mengakibatkan kerusakan pada bahan bangunan yang digunakan. Untuk menjaga kinerja bangunan diperlukan suatu tindakan pemeliharaan. Tindakan pemeliharaan sudah dilakukan oleh pihak pengelola. Akan tetapi masih terdapat kekurangan di beberapa bagian gedung hal ini disebabkan tidak tepatnya identifikasi kerusakan dalam menetukan prioritas pemeliharaan dan efisiensi biaya. Suatu sistem penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan yang dapat menganalisa indeks kondisi bangunan dan biaya pemeliharaan telah dikembangkan dalam penelitian ini. Bangunan disusun dalam suatu hirarki kemudian dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menghitung bobot fungsionalnya. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Biaya pemeliharaan dihitung sesuai prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian dilakukan pada Gedung Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Sekolah ini memiliki beberapa unit gedung, setiap unit gedung terdiri dari komponen arsitektur, struktur dan utilitas. Penelitian ini terutama mempelajari kinerja komponen arsitektur. Komponen arsitektur terdiri atas komponen arsitektur pada ruang kantor, ruang penunjang dan ruang belajar. Sub komponen arsitektur pada setiap ruang meliputi elemen plafond, dinding, pintu, jendela dan lantai. Setiap elemen kemudian diberi bobot sesuai fungsinya. Nilai kondisi dihitung berdasarkan persentase kerusakan. Kondisi sisa ditentukan oleh hasil pengurangan nilai kerusakan terhadap konstanta (nilai maksimum 100 menyatakan kondisi paling baik). Akumulasi dari indeks kondisi elemen menunjukkan kondisi dari setiap ruang. Penetapan skala prioritas pemeliharaan didasarkan pada nilai terkecil dari hasil perbandingan antara selisih nilai indeks kondisi (∆IK) dengan biaya pemeliharaan (BP). Hasil analisis menunjukkan bahwa diantara 40 (empat puluh) ruang yang diteliti, kelompok ruang belajar memperoleh prioritas pemeliharaan yang pertama diikuti oleh kelompok ruang penunjang dan terakhir kelompok ruang kantor. Tiga urutan pertama prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang belajar dari 22 (dua puluh dua) ruang yang ada, yaitu bengkel elektronik, bengkel bangunan dan bengkel mesin. Prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang penunjang dari 14 (empat belas) ruang yang ada berturut-turut dari pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang KM/WC, ruang gudang dan ruang selasar. Prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang kantor dari 4 (empat) ruang yang ada berturut-turut dari pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang dewan guru, ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah dan wakil. Kata kunci: pemeliharaan, indeks kondisi, biaya, prioritas.



xviii



ABSTRACT School building performance will experience derivation along with increasing of age uses the building. Derivation of this building performance it is normally because by environmental influence around building resulting damage at construction material applied. To take care of building performance is required by an action of maintenance. The action of Maintenance have been done by the side of organizer. However still there is insuffiency in some part of buildings this thing is caused not precisely identification of damage in determination maintenance priority and cost efficiency. A determination system of maintenance priority scale of building which can analyse index condition of building and maintenance cost has been developed in this research. Building compiled in a hierarchy then is analysed applies method Analytical Hierarchy Process (AHP) to calculate its functional interest. To assess condition of building is done with calculating index value condition of building which is merger two or more value condition of multiplied with its interest (Composite Condition Index). Maintenance cost is calculated according to procedure of Standar Nasional Indonesia (SNI). Research done at Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Kota Singkawang, Kalimantan Barat. This school has some building units, every building unit consisted of architecture component, structural and utilities. This research especially studies architecture component performance. Architecture component consisted of architecture component at office room, supporting room and learning room. Architecture sub component in each room covers element ceiling, wall, door, window and floor. Every element then is given interest according to its function. Value condition of calculated based on damage percentage. Condition of rest of determined by result of decrement of damage value to constanta (maximum value 100 expressing best condition). Accumulation of element condition index shows condition from every room. Maintenance priority scalling based on smallest value from result of comparison between delta condition index (∆CI) with maintenance cost (MC). Result of analysis indicates that between 40 (fourty) rooms that are accurate, learning room groups obtains maintenance priority that is firstly followed by supporting room groups and last of office room groups. Three first sequences of maintenance priority at learning room groups out of 22 (twenty two) rooms, that are electronic workshop, building workshop and machine shop. Maintenance priority at supporting room groups out of 14 (fourteen) rooms successively from first up to third, that are toliet, shop room and corridor. Maintenance priority at office room groups from 4 (four) rooms successively from first up to third, that are teacher council room, administrative room and headmaster room. Keyword: maintenance, condition index, cost, priority.



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang



Gedung sekolah adalah bentuk fisik berupa ruang yang meliputi ruang belajar, ruang administrasi, dan ruang penunjang pada bangunan sekolah (Permen Diknas Nomor 40 Tahun 2008). Kinerja bangunan gedung dapat menurun dengan bertambahnya umur bangunan. Penurunan kinerja bangunan ini umumnya disebabkan oleh pengaruh lingkungan di sekitar bangunan yang mengakibatkan kerusakan pada bahan bangunan yang digunakan. Berita mengenai kondisi bangunan sekolah yang memprihatinkan mewarnai media massa. Tidak hanya terjadi di luar Jawa, tetapi juga di wilayah ibu kota provinsi di Pulau Jawa, bangunan sekolah mengalami kerusakan atap, lapuknya kayu bangunan, juga kerusakan tiang-tiang penyangga. Bahkan, ada beberapa bangunan sekolah yang sampai ambruk, yang menyebabkan beberapa murid dan pengajar luka-luka. Keadaan ini menyebabkan hambatan berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Penanganan gedung sekolah merupakan prioritas penting dalam mempertahankan kondisi dan pelayanan termasuk bangunanbangunan yang rusak akibat bencana alam, beban fungsi yang berlebih, kebakaran atau sebab lain yang sejenisnya. Upaya untuk menampung anak usia pendidikan menengah dengan memelihara bangunan gedung sekolah yang banyak mengalami kerusakan



1



2



memerlukan dana yang cukup besar. Adanya penanganan dalam bentuk rehabilitasi menjadi prioritas utama yang harus segera dilaksanakan. Salah satu jenis sarana pendidikan tingkat menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jenis bangunan gedung sekolah ini agak berbeda dengan sarana pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU), perberdaan tersebut misalnya ruang praktek bengkel mesin, otomotif, listrik, dan lain-lain. Sedangkan prasarana penunjang yang lain tidak jauh berbeda dengan SMU. Bangunan gedung SMK merupakan sarana pendidikan tiga tahun yang sangat penting karena merupakan sarana untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangunan gedung SMK yang telah berusia tua sering terbengkalai karena alasan kurangnya biaya pemeliharaan. Permasalahan umum yang sering terjadi pada bangunan gedung sekolah adalah degradasi kualitas material dan kekuatan struktur yang disebabkan oleh bertambahnya umur bangunan dan pengaruh lingkungan di sekitar bangunan yang mengakibatkan kerusakan pada bahan bangunan yang digunakan. Sedangkan, proses penanganan pemeliharaan gedung sekolah yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah sendiri harus diputuskan dengan tepat dan sesuai aturan yang berlaku. SMK Negeri 1 yang terletak di Kota Singkawang merupakan SMK tertua dan terbesar di Kota Singkawang saat ini kondisi fisik bangunan gedung mulai mengalami kerusakan tingkat ringan sampai sedang. Tindakan pemeliharaan sudah dilakukan pada kerusakan-kerusakan yang ada tetapi masih terdapat



3



kekurangan di beberapa bagian gedung hal ini disebabkan tidak tepatnya prioritas penanganannya. Mengingat jenis kerusakan yang sangat banyak dan bervariasi tingkatannya, sementara itu ketersediaan dana untuk pemeliharaan dan rehabilitasi yang terbatas, maka perlu dilakukan suatu analisis untuk mendapatkan skala prioritas pemeliharaan.



1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan diteliti meliputi: 1) Bagaimana indentifikasi kerusakan pada bangunan gedung sekolah. 2) Bagaimana menentukan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah. 3) Bagaimana efisiensi biaya pemeliharaan yang dibutuhkan.



1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Membuat suatu acuan kuantitatif penilaian kondisi bangunan gedung SMK. 2) Membuat suatu sistem penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan gedung



SMK dengan bantuan perangkat lunak komputer. 3) Menghitung besarnya kebutuhan biaya pemeliharaan yang diperlukan dan skala



prioritas penanganan pemeliharaan pada bangunan gedung SMK.



4



1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1) Manfaat teoritis, yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan gedung sekolah. 2) Manfaat praktis, yaitu mempercepat proses pengambilan keputusan dalam menetapkan skala prioritas pemeliharaan.



1.5. Batasan Penelitian Untuk memberikan arah yang jelas dan tidak rancu dalam melaksanakan penelitian, maka dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1) Penilaian bangunan gedung hanya meliputi penilaian terhadap komponen arsitektur, struktur, dan utilitas yang ada pada bangunan gedung tersebut. 2) Pembobotan komponen/elemen bangunan sekolah dilakukan berdasarkan asumsi yang dikembangkan oleh penulis dan diskusi dengan dosen pembimbing. 3) Komponen biaya yang diperhitungkan sesuai jenis pekerjaan dengan spesifikasi bahan pada bangunan gedung tersebut. 4) Lokasi penelitian adalah gedung SMK Negeri 1 Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.



5



1.6. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai sistem penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan gedung SMK yang selama ini menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Nasional Kota Singkawang belum pernah dilakukan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI



2.1. Tinjauan Pustaka Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. Fungsi bangunan dapat dikelompokkan dalam fungsi hunian, usaha, sosial, budaya dan fungsi khusus. Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya maupun kegiatan khusus seperti yang tertuang dalam Undang- Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Menurut Permen PU Nomor: 45/PRT/M/2007 yang dimaksud bangunan gedung adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk kegiatan hunian atau tinggal, kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya, dan/atau kegiatan khusus. Bangunan dengan fungsi umum, sosial dan budaya meliputi bangunan gedung dengan fungsi utama diantaranya adalah untuk bangunan pendidikan seperti Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan (SL), Sekolah Tinggi/Universitas. Permasalahan yang timbul dalam manajemen infrastruktur adalah penurunan umur atau penuaan usia infrastruktur, adanya perencanaan yang tidak



6



7



rasional terhadap perawatan, langkanya sumber data dan pelaporan data yang tidak sesuai (Hudson dkk., 1997). Sehubungan kinerja bangunan dapat mengalami penurunan dengan bertambahnya umur bangunan, maka perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kinerja bangunan. Perbaikan dengan perkuatan untuk mencegah terjadinya penurunan kinerja bangunan dan memulihkan kembali seperti semula. Tujuan pemeliharaan bangunan untuk memperpanjang umur layanan dan pengoptimalan pemanfaatan. Perbedaan antara kinerja masa layan bangunan dengan dan tanpa pemeliharaan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.



Nilai kerus akan bang unan



50 Umur layan (tahun)



Umur rancang Umur layan riil (tanpa perawatan) Batas kritis Kehilangan usia layan



Gambar 2.1 Kinerja masa layan bangunan tanpa pemeliharaan



50 Nilai kerus akan bang unan



Umur rancang



Umur layan (tahun)



Repair 4 Repair 5 Repair 6 Umur layan tambah bila pemeliharaan rutin dilakukan



Gambar 2.2 Kinerja masa layan bangunan dengan pemeliharaan



8



Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menjaga suatu komponen, sistem, asset infrastruktur atau fasilitas agar berfungsi seperti yang direncanakan. Analisis kelayakan ekonomi pada pelaksanaan pembangunan, semua biaya yang dibutuhkan dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya modal (capital cost) dan biaya tahunan (annual cost). Biaya modal adalah jumlah semua pengeluaran (langsung dan tak langsung) yang dibutuhkan mulai dari prastudi sampai proyek selesai dibangun. Sedangkan biaya tahunan, pada prinsipnya merupakan biaya yang masih diperlukan sepanjang umur proyek (Hudson dkk., 1997). Gambaran mengenai besarnya aliran biaya selama umur layan (LCC = Live Cycle Cost) pada fasilitas bangunan seperti terlihat pada Gambar 2.3.



Gambar 2.3 Grafik Live Cycle Cost (Hudson dkk., 1997)



Tahapan-tahapan dalam kegiatan pembangunan adalah tahapan perencanaan dan desain, tahapan pelaksanaan konstruksi, tahapan operasional yang meliputi tahapan perawatan data perbaikan serta tahapan yang paling terakhir adalah tahapan perobohan, sehingga rumus LCC yang digunakan adalah (Hudson dkk., 1997):



LCC = Biaya Awal + Biaya Pemeliharaan + Biaya Perobohan



9



Dalam hal ini, biaya awal adalah biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan, biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi, biaya perobohan adalah biaya yang dibutuhkan ketika bangunan sudah berakhir umur rencananya dan tidak dapat berfungsi lagi. Pada penelitian prioritas penanganan Gedung Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Kapuas (Satriadi, 2006) melalui pendekatan model pendukung keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dimana kriteria penentuan prioritas untuk penanganan SD/MI di Kabupaten Kapuas adalah umur bangunan, lokasi bangunan, kebijakan eksekutif, jumlah murid dan tingkat kerusakan. Masing-masing kriteria untuk level tahap pembangunan rehabilitasi revitalisasi, rehabilitasi sedang dan berat. Hasil dari prioritas penanganan gedung SD/MI di Kabupaten Kapuas untuk setiap kondisi bangunan dapat diberikan sebagai berikut: 1) Penanganan revitalisasi baru. Hasil perhitungan bobot berdasarkan hasil survey didapatkan rata-rata dari semua instansi menunjukan kriteria umur bangunan mempunyai bobot 0,533, kriteria jumlah murid 0,170, kriteria jumlah tingkat kerusakan 0,179, kriteria kebijakan 0,051, kriteria lokasi 0,068. Sehingga prioritas pada revitalisasi yang utama adalah umur bangunan. 2) Penanganan rehabilitasi sedang. Penanganan rehap sedang menunjukan bahwa kriteria umur bangunan mempunyai bobot sebesar 0,318, kriteria jumlah murid dengan nilai bobot 0,218, kriteria jumlah tingkat kerusakan dengan nilai bobot 0,340, kriteria



10



kebijakan dengan bobot sebesar 0,087, kriteria lokasi dengan bobot 0,073. Kriteria jumlah tingkat kerusakan memiliki bobot yang paling besar, sehingga kriteria jumlah tingkat kerusakan merupakan prioritas yang pertama. 3) Penanganan rehabilitasi berat. Kriteria penanganan rehap berat mendapatkan hasil kriteria umur bangunan dengan bobot 0,434, kriteria jumlah murid 0,243, kriteria jumlah tingkat kerusakan 0,211, kriteria kebijakan 0,049, kriteria lokasi 0,063. Hasil bobot ini menunjukkan proritas yang diutamakan adalah umur bangunan. Implementasi AHP pada contoh kasus usulan perbaikan bangunan gedung SD/MI di Kabupaten Kapuas memberikan hasil prioritas usulan proyek yang dapat disetujui untuk dilaksanakan pada tahun anggaran 2005 adalah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Hampatung II untuk kriteria rehabilitasi berat, SDN Hampatung I, SDN Sei Asam I dan SDN Sakapinang I untuk rehabilitasi sedang dan SDN Barimba I, SDN Sei Pasah II dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Hidayatusibyan Sei Asam untuk rehabilitasi revitalisasi. Pada studi kasus terhadap Gedung Perkantoran Pemerintah Kabupaten Tanggamus telah dibuat suatu program aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemeliharaan Gedung (SPKPG) yang disusun dengan bahasa pemrograman



Delphi 7.0. Input yang diperlukan program ini adalah tingkat atau volume kerusakan dalam persen. Out put yang dihasilkan adalah prioritas penanganan berdasarkan indeks kondisi, dimulai dari indeks kondisi paling kecil seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.



11



Tabel 2.1 Prioritas penanganan bangunan kantor di Pemkab. Tanggamus (Darmawan B.,2005) Bangunan Indeks Kondisi Prioritas Penanganan Dinas Kimprasda 88,72 1 Dinas Perhubungan 89,80 2 Bandiklat 91,69 3 Bappeda 95,29 4 Bawasda 97,38 5



Penelitian terhadap prioritas peningkatan jalan pada ruas-ruas jalan di



Kabupaten Kapuas dengan tujuan untuk menentukan kriteria dan prioritas jalan yang akan ditingkatkan melalui pembobotan hasil kuisioner (Junaidi dkk., 2006). Metode yang digunakan adalah metode AHP. Prioritas penanganan peningkatan jalan pada ruas-ruas jalan dalam kota Kuala Kapuas menghasilkan bobot kriteria: kondisi jalan sebesar 0,471, Lalulintas Harian (LHR) 0,242, anggaran dana 0,145 dan kebijakan legislatif 0,143. Berdasarkan hasil analisa dan rencana anggaran tahun yang akan datang diperoleh 5 (lima) ruas prioritas penanganan peningkatan jalan, yaitu: Jalan Kasturi dengan bobot 17,3% dan panjang 1,35 km, Jalan Palingkau-Penda Ketapi dengan bobot 13,1% dan panjang 1,5 km, Jalan Garuda dengan bobot 12,6% dan panjang 1,8 km, Jalan Palingkau-Sei Tatas dengan bobot 11,2% dan panjang 1,7 km, dan Jalan Manggis dengan bobot 11,1% dan panjang 1,31 km.



Penggunaan Metode AHP dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda ke kampus (Teknomo, 1999) dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, serta besar pengaruhnya. Berbagai alternatif dan kebijakan untuk menurunkan kebutuhan akan lahan parkir, dapat diusulkan dengan lebih efektif. Metoda AHP dapat dipergunakan untuk



12



menentukan faktor-faktor pemilihan moda. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat kuliah adalah faktor keamanan (49,3%) dan faktor waktu (27,3%). Ditinjau dari berbagai faktor, alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif yang terbaik (33,2%), sedangkan carpool (16%), sedikit lebih rendah daripada penggunaan mobil pribadi (18%). Angkutan kampus (antar jemput) justru lebih rendah daripada carpool (12,4%). Pada penelitian tentang Penentuan Peringkat Faktor Risiko dalam Rekrutmen Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Biaya Tenaga Kerja pada Proyek (Riantini dkk., 2005) menyatakan bahwa dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya tenaga kerja. Faktor- faktor ini dapat mengganggu kinerja pelaksanaan proyek dan dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan pada biaya tenaga kerja. Penyimpangan biaya ini perlu dianalisa, dicari penyebabnya dan ditentukan tindakan koreksi yang sesuai. Penentuan tindakan koreksi yang tepat merupakan suatu analisa pengambilan keputusan, yang mana perlu dilakukan analisa terhadap berbagai risiko yang dapat terjadi. Penentuan peringkat faktor-faktor risiko dalam rekrutmen tenaga kerja dapat membantu dalam mengambil keputusan tindakan koreksi yang paling sesuai untuk mengantisipasi penyimpangan yang terjadi. Nilai bobot pada faktor risiko dapat ditentukan dengan memakai metode AHP. Faktor risiko dengan peringkat yang tinggi (dengan bobot yang tinggi) berarti memiliki tingkat prioritas yang lebih utama untuk ditangani dan ditanggulangi. Hasil dari penelitian ini seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2.



13



Tabel 2.2 Peringkat faktor resiko dalam rekruitmen tenaga kerja (Riantini dkk., 2005)



2.1.1. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Sistem pendukung pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis kepada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Untuk membantu mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan, diperlukan suatu bentuk sistem pendukung keputusan (Decision Support System). Sistem



14



pendukung keputusan diharapkan dapat menampung analisis-analisis yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif (Suryadi, 2002). 1) Analisis SWOT. SWOT adalah kependekan dari Strenghts, Weakness, Opotunities, Threats



(kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Analisis SWOT digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam merancang strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuannya dapat tercapai. Analisis SWOT bersifat kualitatif yaitu membandingkan antara faktor internal Strenghts dan Weakness dengan faktor eksternal Opotunities dan Threats (Suryadi, 2002). Faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT disusun dalam bentuk matriks seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Matriks SWOT (Suryadi, 2002)



Kekutan dan Kelemahan Peluang dan Hambatan



OPPORTUNITIES (O) Faktor peluang eksternal



TREATH (T) Faktor hambatan eksternal



STRENGHTS (S) Faktor kekuatan internal



WEAKNESS (W) Faktor kelemahan internal



STRATEGI SO Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.



STRATEGI WO Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.



STARTEGI ST Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi hambatan.



STRATEGI WT Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari hambatan.



Kekurangan analisis SWOT yaitu dalam proses perencanaan, seseorang harus



menghabiskan sebagian waktunya guna memikirkan hal-hal positif (strengths, opportunities) dan sebagiannya lagi untuk mengurusi hal-hal negatif (weaknesses, threats). Namun kenyataannya, manusia cenderung lebih suka



15



menonjolkan hal-hal negatif (weaknesses, threats). Padahal, sebaiknya kita melupakan kekurangan dan pengalaman buruk yang terjadi di masa lalu. 2) Metode Bayes. Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal perlu dipertimbangkan berbagai kriteria. Pembuat keputusan dengan Metode Bayes dilakukan melalui upaya pendekatan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 (nol) dan 1 (satu). Namun seringkali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subyektif dimana bobot Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman serta latar belakang pengambilan keputusan (Marimin, 2005). Nilai peluang didapatkan dari suatu informasi awal yang dapat bersifat subyektif maupun obyektif. Nilai peluang ini dapat diperbaiki dengan adanya informasi tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan. Informasi awal tentang nilai peluang ini disebut distribusi prior, sedangkan nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan informasi tambahan disebut peluang posterior. Metode Bayes ini mempunyai memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah: a. Interpolation. Metode Bayes menghubungkan segala hal dengan teori-teori



engineering. Pada saat berhadapan dengan suatu problem, terdapat pilihan



16



mengenai seberapa besar waktu dan usaha yang dilakukan oleh manusia vs komputer. b. Language. Metode Bayes mempunyai bahasa tersendiri untuk menetapkan hal-hal yang prior dan posterior. Hal ini secara signifikan membantu pada saat menyelesaikan bagian yang sulit dari sebuah solusi. c. Intuitions. Metode Bayes melibatkan prior dan integration, dua aktivitas yang berguna secara luas. Beberapa kekurangan yang signifikan dari Metode Bayes, diantaranya adalah: a. Information theoretically infeasible. Pada kenyataannya menentukan prior



pada Metode Bayes merupakan hal yang cukup sulit. Kita harus menentukan angka yang riil untuk semua parameter pada model keseluruhan. b. Computionally infeasible. Walaupun dapat ditentukan prior secara akurat, namun proses perhitungan posterior kemungkinan sangatlah sulit. Kesulitan ini membutuhkan perkiraan komputasional. c. Unautomatic. Selama terdapat problem-problem baru, selalu terdapat kebutuhan akan adanya ahli-ahli Bayesian untuk menyelesaikannya. d. Dibutuhkan banyak hitungan komputasional yang sulit untuk menjalankan metode ini. 3) Sistem Pakar. Sistem Pakar adalah sebuah program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang pakar, dimana Sistem Pakar menggunakan pengetahuan (knowledge), fakta dan



17



teknik penalaran dalam memecahkan masalah, yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dalam satu bidang keahlian tertentu. Komponen Sistem Pakar terdiri dari 1) Antar Muka Pemakai (User Interface), 2) Basis Pengetahuan (Knowledge Base), 3) Mekanisme Inferensi (Inference Machine), 4) Memori Kerja (Working Memory) (Hartati, S. dan Iswanti, S., 2008). Perbandingan antara sistem konvensional dengan sistem pakar seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Perbandingan sistem konvensional dengan sistem pakar (Arhami, M., 2005) Sistem Konvensional Sistem Pakar



Informasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program. Basis pengetahuan dari mekanisme pemrosesan (inferensi). Program tidak pernah salah (kecuali pemrogramannya yang salah). Program bisa saja melakukan kesalahan. Tidak menjelaskan mengapa input Penjelasan (explanation) merupakan dibutuhkan atau bagaimana hasil bagian dari system pakar. yang diperoleh. Membutuhkan semua input data. Tidak harus membutuhkan semua input data atau fakta. Perubahan pada program merepotkan. Perubahan pada kaidah dapat dilakukan dengan mudah. Sistem bekerja jika sudah lengkap. Sistem dapat bekerja hanya dengan kaidah yang sedikit. Eksekusi secara algoritmik (step-by- step). Eksekusi dilakukan secara heuristik dan logis. Manipulasi yang besar. efektif Manipulasi pada efektif database pada basis pengetahuan yang besar. Efisiensi adalah tujuan utama. Efektifitas adalah tujuan yang utama. Data kuantitatif. Data kualitatif. Representasi dalam numerik. Representasi pengetahuan dalam simbolik. Menangkap, menambah dan mendistribusi data numerik atau informasi.



Menangkap, menambah dan mendistribusi pertimbangan (judgment) dan pengetahuan.



18



Seperti halnya pada sistem yang lain, Sistem Pakar juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut (Arhami, M., 2005): a. Keunggulan Sistem Pakar, diantaranya dapat: 1. Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar. 2. Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang dalam suatu bentuk tertentu. 3. Mengerjakan perhitungan secara cepat dan tepat tanpa jemu mencari kembali data yang tersimpan dengan kecepatan tinggi. b. Kelemahan Sistem Pakar, diantaranya adalah: 1. Masalah dalam mendapatkan pengetahuan dimana pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah, karena kadangkala pakar dari masalah yang kita buat tidak ada, kalaupun ada kadang-kadang pendekatan yang dimiliki pakar berbeda-beda. 2. Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas yang tinggi sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan dan pemeliharaannya. 3. Boleh jadi sistem tak dapat membuat keputusan. 4. Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan, walaupun seorang tetap tidak sempurna atau tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti sebelum digunakan. Dalam hal ini peran manusia tetap merupakan faktor dominan.



19



4) Metode Delphi. Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik penulisan dan survey. Metode ini menggunakan beberapa kuesioner yang tertuang dalam tulisan. Obyek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling dapat dipercaya (reliable) dari sebuah grup ahli. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi suatu grum sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks (Marimin, 2005). Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu: pembuat keputusan, staf dan responden. Sebuh grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan bertugas mengembangkan dan menganalisis semua kuesioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuesioner yang diperlukan. Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan pertanyaan Delphi. b. Memilih dan kontak dengan responden. c. Memilih ukuran contoh. d. Mengembangkan kuesioner dan test pertama. e. Analisa kuesioner pertama. f. Pengembangan kuesioner dan test kedua. g. Analisa kuesioner kedua. h. Mengembangkan kuesioner dan test ketiga. i. Analisa kuesioner ketiga. j. Menyiapkan laporan akhir.



20



Seperti halnya pada sistem yang lain, Metode Delphi juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut (Marimin, 2005): a. Keunggulan Metode Delphi antara lain : 1. Metode Delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya. 2. Masingmasing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masingmasing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuesioner. 3. Perhatian langsung pada masalah. 4. Memenuhi kerangka kerja. 5. Menghasilkan cacatan dokumen yang tepat. b. Kelemahan Metode Delphi antara lain : 1. Lambat dan menghabiskan waktu. 2. Tidak mengizinkan untuk kemungkinan komunikasi verbal melalui pertemuan langsung perseorangan. 3. Responden dapat salah mengerti terhadap kuesioner atau tidak memenuhi ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan. 4. Konsep Delphi adalah ahli. Para ahli akan mempresentasikan opini yang tidak dapat dipertahankan secara ilmiah dan melebih-lebihkan. 5. Mengasumsikan bahwa Delphi dapat menjadi pengganti untuk semua komunikasi manusia di berbagai situasi.



21



5) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu (Saaty, 1991): a. Prinsip menyusun hirarki (Decomposition), memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki.



22



b. Prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. c. Prinsip konsistensi logis (Logical Consistency), konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Secara metodologis proses aplikasi AHP dalam pengambilan keputusan dan prioritas antar alternatif seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.



Pairwise comparison Expert judgement



Bobot antar criteria Skor antar alternatif weighting ) ( scoring )



(



Performance Matrix



Weighted score



Prioritas Gambar 2.4 Aplikasi AHP dalam menentukan prioritas (Saaty, 1991)



23



Pada dasarnya Proses langkah dalam metode AHP meliputi: a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. b. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif yang tingkatan kriteria yang paling bawah, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5.



Level 1 Tujuan



Tujuan ( Objectives )



Level 3 Kriteria



Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 4 Kriteria 3



Level 4 Alternatif



Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4



Gambar 2.5 Struktur hirarki dalam metode AHP (Saaty, 1991)



c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasanya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibanding elemen lainnya. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya maka digunakan skala kuantitatif 1 (satu) sampai 9 (sembilan).



24



d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh Judgement seluruhnya sebanyak n*((n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. e. Menghitung nilai eugen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsistensi pengambilan data diulangi. f. Mengulangi Langkah c, d dan e untuk seluruh tingkat hirarki. g. Menghitung vektor dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai vektor merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensitesis



judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. h. Memeriksa konsistensi, jika nilainya lebih dari indek randomnya maka penilaian data harus diperbaiki. AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya.



2.2. Dasar Teori 2.2.1. Bobot Fungsional Perhitungan bobot fungsional dimulai dari sub elemen, elemen, komponen hingga sub bangunan gedung. Pembobotan ini diperlukan untuk menghitung indeks kondisi bangunan. Pembobotan dapat dilakukan dengan metode multi kriteria, yaitu dengan penilaian matriks perbandingan berpasangan (pairwise



25



comparison matrix) berdasar metode AHP dengan input utamanya persepsi manusia, dimana secara naluri manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Saaty (1991) menetapkan skala kuantitatif 1 (satu) sampai dengan 9 (sembilan) untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap yang lain, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Skala penilaian perbandingan pasangan (Saaty, 1991) Intensitas Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Kepentingan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen daripada elemen yang lainnya dibandingkan elemen lainnya elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat 5 Elemendaripada yang satu lebih yang penting kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 7 Satu elemen sangat jelas lebih mutlak Satu elemen yang kuat disokong dan penting daripada elemen lainnya dominan terlihat dalam praktik daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain 9 Satu elemen mutlak penting memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada dua pertimbangan-pertimbangan yang kompromi diantara dua pilihan berdekatan Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i



Formulasi matematis model AHP dilakukan menggunakan matriks. Misal, suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi (A ), maka hasil perbandingan berpasangan elemen-elemen operasi tersebut membentuk 1, A 2,....A n matriks seperti Gambar 2.6.



26



AA



1



A



2



..... A



n



A1 a



11



a



12



..... a



1n



a ..... 22 ..... A ..... a 2 a..... ..... 21 .....



2n



n



a



n1



a



n2



..... a



nn



Gambar 2.6 Matriks perbandingan berpasangan (Saaty,1991) Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Matriks A merupakan matriks nxnresiprokal, yang merupakan matriks perbandingan antara elemen-elemen yang ditinjau. Nilaielemen unsur aoperasi A adalah perbandingan kepentingan besarnya 1/a



12



1



terhadap A



2.



Nilai a



21



yang menyatakan 12 tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A . Perbandingan dua elemen A 1 yang akan menghasilkan angka satu, artinya sama 2 terhadap penting. Dua elemen yang berlainan dapat dinilai sebagai sama penting. Vektor bila dinyatakan sebagai vektor w, dimana w = (w pembobotan elemen-elemen operasi A



1,



A2, ... A n



) maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi1, Aw 2, ...w n yang sama dengan nilai a



1



terhadap A



2



adalah w



1 /w 2



) dapat dipresentasikan ke perbandingan dalam persamaan secara 2.1.berpasangan antara (w 12. Nilai



; i, j = 1,w2,jwi .=. .a.(i,j) n



i,



wj



. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1) Dari persamaan 2.1



sama dengan satu, dimana i = 1, 2,...n.. Matriks perbandingan berpasangan dapat ii akan diperoleh nilai a dinyatakan dalam bentuk matriks perbandingan preferensi seperti pada Gambar 2.7.



27



AA



1



A1 w



A



..... ..... 2 w..... ..... 2 /w 1 w..... A2 /w 2 ..... w



2 /wn



n /w 1



w



1 /w 2



n 1 /wn



w



w



..... A ..... w



n



1 /w 1



2



n /w 2



..... w



n /wn



Gambar 2.7 Matriks perbandingan preferensi (Saaty,1991) Dari matriks perbandingan preferensi, kemudian dilakukan perhitungan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n seperti ditunjukkaan dalam persamaan 2.2. ...  aaaW .n.ni. . . . . .11211 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.2) Besarnya bobot masing-masing



elemen dapat diperoleh dengan persamaan 2.3. . . . . . X. .i .. . .W. i.Wi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3) Hasil yang diperoleh







) sebagai bobot elemen. Untuk mendapatkan eigenvalue maksimum merupakan eigenvector (X i ), koefisien yang didapat, hasil dari (λ pada matriks resiprokal dikalikan dengan bobot maks penjumlahan operasi matriks adalah nilai λ maks



dengan persamaan 2.4.



. λ. maks . . . =. . S . . a. ij. .X . . i. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4) dengan: λ maks : eigenvalue maksimum aij : nilai matriks perbandingan berpasangan eigenvector (bobot X i : elemen) Penilaian konsistensi matriks bobot yang diperoleh, dapat dilakukan



dengan menghitung nilai Consistency Index (CI), menggunakan persamaan 2.5.



  .n. n. 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5) dengan: λ CI .. . . . maks maks : eigenvalue maksimum n : ukuran matrik



28



Untuk mengetahui CI cukup baik atau tidak, perlu diketahui Consistency Ratio (CR) yang merupakan parameter untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Rumus CR adalah: CR 



RI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6) Nilai Random CI



Index (RI) tergantung ukuran matriks seperti pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Hubungan antara ukuran matriks dan nilai RI (Suryadi, 2002) Ukuran Matriks



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59



Pada Penetapan bobot komponen/elemen mcnggunakan model AHP ini,



syarat penyusunan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR65%), dengan NP = 100 (seratus). Sedangkan, bila tanpa kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan kondisi bangunan dalam keadaan baik, sekaligus memberikan nilai skala indeks kondisi sebesar 100 (seratus). Pada Bangunan Sekolah ini nilai pengurang tersebut dirinci menurut kondisi Sub Bangunan. Sub Bangunan terdiri dari Pagar, Halaman dan Gedung. Sub Bangunan Gedung terdiri dari komponen Arsitektur, Struktur dan Utilitas. Komponen Arsitektur dirinci lagi menjadi Sub Komponen Ruang Kantor, Ruang Penunjang dan Ruang Belajar. Kumpulan Sub Ruang yang dinilai kondisinya berdasarkan elemen dan sub elemen, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.12 sebagai berikut:



72



1) Bangunan Pagar: Tabel 4.8 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Bangunan Pagar Komponen Sub Komponen Jenis Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Pintu Gerbang Korosi, cat terkelupas



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Pasangan Bata Roboh, lepas



Dinding



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% Plesteran Lepas, retak > 65% 100 75



Cat Dinding Terkelupas, warna pudar



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Pondasi Turun > 65% 100



15% - 35% 50 >35% - 65% 75



2) Halaman Sekolah: Tabel 4.9 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Halaman Komponen Sub Komponen Jenis Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang Taman Tanaman Layu, bersemak (tidak tertata)



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Lapangan Upacara Permukaan Tanah Berlubang



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Retak > 65% 100 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 Lapangan Olah Raga (Basket) Lantai



< 15% 25 15% - 35% 50 Spalling > 65% 100 35% - 65% 75



73



3) Bangunan Gedung, terdiri dari Komponen Arsitektur, Struktur, Utilitas: Tabel 4.10 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur Elemen Sub Elemen Jenis



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Rangka Plafond Patah, lapuk



Plafond



Penutup Plafond Pecah/ lepas, retak



Cat Plafond Terkelupas, warna pudar



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Pasangan Bata Retak



Plesteran dinding Terkelupas/ lepas Dinding Plesteran Dinding Retak



Cat Dinding Terkelupas, warna pudar



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Kusen Pintu Patah/ pecah, lapuk



Pintu



Daun Pintu Pecah, lapuk, sambungan lepas



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% Engsel Pintu Karat/ lepas, kendur 75 > 65% 100



74



Tabel 4.10 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur (lanjutan) Elemen Sub Elemen Jenis



Handel/ Kunci Pintu Cat Pintu Terkelupas,



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang Pengunci rusak, handel lepas



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 warna pudar > 65% 100 >0% - < 15% 25



Kusen Jendela Patah/pecah, lapuk



Daun Jendela Pecah, lapuk, sambungan lepas



Jendela



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



Engsel Jendela Karat/lepas, kendur



Kait angin/ Pengunci Pengunci rusak, kait lepas



Cat Jendela Terkelupas, warna pudar



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Lepas/ pecah, 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 Pelapis Permukaan retak Lantai > 65% 100 >0% - < 15% 25 Lantai Dasar Lantai Turun 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100



75



Tabel 4.11 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Struktur Elemen Sub Elemen Jenis



Penutup Atap (genteng dan bubungan) Struktur Atap



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Lepas/ pecah, retak



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% Kuda-kuda Patah, lapuk > 65% 10075



Rangka Atap (nok, gording, usuk, reng)



Lepas/ pecah, retak



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Balok Spalling, retak Struktur Atas Kolom Spalling, retak



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



Sloof Spalling, retak Struktur Bawah Pondasi Turun > 65% 100



15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



Tabel 4.12 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas Elemen Sub Elemen Jenis



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Bak Air Bocor > 65% 100



Pipa Air Bocor , sumbat, Air Bersih Kran Air Lepas, bocor



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100



76



Tabel 4.12 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan) Elemen Sub Elemen Jenis



Instalasi Air Kotor



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Closed/ Urinoir Pecah, retak



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



Pipa Air Sumbat, bocor



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% Septictank Penuh, roboh > 65% 10075



>0% - < 15% 25 15% - 35% Peresapan Penuh, roboh > 65% 10050 >35% - 65% 75



Talang Lepas/pecah, bocor



Pipa Pembuangan Sumbat, Air Hujan Saluran bocor



Drainase Pecah, retak



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100 >0% - < 15% 25



15% - 35% Sakelar Lepas/ 50 >35% pecah,-retak 65% 75 Stop Kontak/



Kabel Listrik Putus > 65% 100 Listrik Lampu Putus/mati



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75 > 65% 100



77



Tabel 4.12 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan) Elemen Sub Elemen Jenis



Kerusakan Volume Kerusakan Nilai Pengurang



Pesawat Telepon Mati



>0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



Telepon Putus



> 65% 100 >0% - < 15% 25 15% - 35% 50 >35% - 65% 75



Telepon Kabel



> 65% 100



4.3.2. Faktor Koreksi Kombinasi Kerusakan Kerusakan atau berkurangnya fungsi komponen/elemen akan berakibat penurunan nilai kondisi. Setiap jenis kerusakan pada satu komponen/elemen akan menyumbangkan penurunan nilai pada komponen/elemen tersebut yang akhirnya mengurangi nilai kondisi keseluruhan (bangunan). Setiap jenis kerusakan mempunyai nilai pengurang maksimum 100 (seratus). Karena komponen/elemen dapat mempunyai lebih dari satu jenis kerusakan, maka agar komponen/elemen tidak bernilai negatif diperlukan koreksi kerusakan. Koreksi kerusakan dilakukan dengan memberikan Faktor Koreksi (FK) pada setiap jenis kerusakan, dimana jumlah nilai faktor koreksi adalah 1 (satu) pada setiap komponen/elemen (seperti ditunjukkan pada Tabel 2.8). Nilai faktor koreksi ditetapkan dengan mempertimbangkan prioritas bahaya kerusakan seperti ditunjukkan Tabel 4.13.



78



Tabel 4.13 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan No. Komponen/Elemen Jenis Kerusakan Prioritas



Bahaya Faktor Koreksi



Lepas/pecah I 0,7 1. Penutup Atap 2. Kuda-kuda, Nok/Gording, Usuk,



Retak II 0,3 Patah I 0,6



Reng Lapuk II 0,4 Spalling I 0,6 3. Kolom, Balok, Sloof Retak II 0,4 Patah I 0,7 4. Rangka Plafond Lapuk II 0,3 Lepas/pecah I 0,7 5. Penutup Plafond Retak II 0,3 Terkelupas I 0,7 6. Cat Plafond Warna pudar II 0,3 Terkelupas I 0,6 7. Plesteran Dinding Retak II 0,4 Tekelupas I 0,7 8. Cat Dinding Warna pudar II 0,3 Lapuk I 0,6 9. Kusen Pintu dan Jendela Patah/pecah II 0,4 Lapuk I 0,5 Patah/pecah II 0,3 10. Daun Pintu dan Jendela Sambungan lepas III 0,2 Patah/lepas I 0,7 11. Engsel Pintu dan Jendela Kendur II 0,3 Pengunci rusak I 0,7 12. Handle/Kait Angin/Pengunci 13. Cat Kusen dan Daun



Handel patah/lepas II 0,3 Terkelupas I 0,7



Pintu dan Jendela Warna pudar II 0,3 Lepas/pecah I 0,7 14. Pelapis Permukaan Lantai Retak II 0,3 Bocor I 0,7 15. Pipa Air Bersih Tersumbat II 0,3 Lepas I 0,7 16. Keran Air Bocor II 0,6 Pecah I 0,4 17. Closed/Urinoir Retak II 0,3 Tersumbat I 0,6 18. Pipa Air Kotor Bocor II 0,4 Lepas/pecah I 0,7 19. Talang Air Hujan Bocor/lobang II 0,3 Pecah I 0,7 20. Saluran Drainase Retak II 0,3 Spalling I 0,6 21. Lapangan Olah Raga Retak/aus II 0,4 Layu I 0,7 22. Taman Bersemak II 0,3 Korosi I 0,7 23. Pintu Gerbang Pagar Cat terkelupas II 0,3 Pecah I 0,7 24. Sakelar/Stop Kontak Retak II 0,3



79



4.3.3. Hasil Perhitungan Indeks Kondisi Input nilai kondisi ini berpedoman pada volume jenis kerusakan dan nilai pengurang pada Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.12. Kemudian, agar nilai pengurang kondisi kombinasi/gabungan kerusakan komponen/elemen tidak melebihi nilai maksimum 100 (seratus) maka harus dimasukkan nilai faktor koreksi kombinasi kerusakan pada Tabel 4.13. Dalam perhitungan tahap ini, bobot komponen/elemen bangunan sekolah belum dimasukkan dalam perhitungan. Berdasarkan data-data kerusakan bangunan sekolah yang dikumpulkan dari pengamatan di lapangan (SMKN 1 Singkawang) kemudian data-data tersebut dimasukkan dalam perhitungan indeks kondisi sesuai dengan urutan hirarki bangunan sekolah seperti ditunjukkan pada Tabel 4.14 sampai dengan Tabel 4.24 (hasil perhitungan indeks kondisi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B). 1) Sub Bangunan Pagar. Perhitungan untuk IKK pada Sub Bangunan Pagar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.14. Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.14 dapat diperoleh IKSB Pagar dengan menggunakan persamaan 2.12, sebagai berikut:



IKSB Pagar = S(Indeks Kondisi Komponen x Bobot Komponen) IKSB Pagar = (85 x 0,2299) + (96,42 x 0,3713) + (100 x 0,3989) = 95,22



80



Tabel 4.14 Perhitungan Indeks Kondisi Komponen pada Sub Bangunan Pagar Indeks Kondisi Bobot Komponen Bobot Sub- Komponen Jenis Kerusakan abcdefg= Korosi 0,7 0,00 0 Pintu 0,2299 Cat



FK Volume Nilai Kerusakan (%) Pengurang SubKomponen Komponen h= 100- S(f.d) S(g.bobot)



terkelupas 0,3 15,00 50



100 - ((0 x 0,7) + (50 x 0,3)) = 85



Pas. Bata Lepas/roboh 0,5 0,00 0 100 Plesteran 0,4655 0,3642 Lepas/retak 0,3 0,44 25 92,50 Dinding 0,3713 Cat dinding 0,1703 Pondasi 0,3989



Terkelupas/ pudar



(100x0,4655)+ (92,5x0,3642)+ (95x0,1703) = 96,42



0,2 9,36 25 95



Turun 1,0 0,00 0 100 - (0 x 1) = 100



2) Sub Bangunan Halaman. Perhitungan untuk IKK pada Sub Bangunan Halaman seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.15. Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.15 dapat diperoleh IKSB Halaman dengan menggunakan persamaan 2.12, yaitu:



IKSB Halaman = S(Indeks Kondisi Komponen x Bobot Komponen) IKSB Halaman = (100 x 0,4332) + (100 x 0,3132) + (85 x 0,2535) = 96,20 Tabel 4.15 Perhitungan Indeks Kondisi Komponen pada Sub Bangunan Halaman



Bobot Komponen Jenis Kerusakan Faktor Koreksi



Volume Nilai Pengurang Indeks Kondisi Kerusakan Komponen (%)



a b c d e f = 100-S(e . c) Spalling 0,6 0,00Retak 0 Lapangan Olah Raga 0,4332 0,4 0,00 0 100 - ((0 x 0,6) + (0 x 0,4)) = 100 Lapangan Upacara 0,3132 Berlubang 1,0 0,00 0 100 – (0 x 100) = 100 Layu, tidak 0,7 0,00 0 TamanBersemak 0,2535 0,3 15,54 50 100 - ((0 x 0,7) + segar



(50 x 0,3)) = 85



81



3) Sub Bangunan Gedung, terdiri dari: Komponen Arsitektur, Komponen Struktur dan Komponen Utilitas. a. Komponen Arsitektur. Komponen Arsitektur terdiri dari Sub Komponen Ruang Kantor, Ruang Penunjang dan Ruang Belajar. Kelompok Sub Ruang Kantor terdapat 4 (empat) buah ruang yang ditinjau, kelompok Sub Ruang Penunjang terdapat 20 (dua puluh) buah ruang yang ditinjau dan kelompok Sub Ruang Belajar terdapat 22 (dua puluh dua) buah ruang. Total jumlah ruang yang ditinjau adalah 46 (empat puluh enam) buah (dapat dilihat kembali pada Tabel 4.7). Sebagai contoh perhitungan Indeks Kondisi Elemen secara manual pada kelompok Sub Ruang Belajar untuk Ruang Gambar/Studio seperti ditunjukkan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Ruang Gambar/Studio



Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot Elemen Bobot (%) NP Sub- Elemen a b c d e f g = 100-S(f . d)



Indeks Kondisi Sub-Elemen



Patah 0,7 12,50 25 Lapuk Rangka 0,3 0,00 0,4402 0 100 - ((25 x 0,7) + (0 x 0,3)) = 82,50 Lepas/pecah 0,7 10,23 25 Plafond 0,1451



Penutup 0,4015



Retak 0,3 0,00 0 100 - ((25 x 0,7) + (0 x 0,3)) = 82,50 Terkelupas 0,7 14,32 25



Pudar 0,3 19,32 50 100 - ((25 x 0,7) + Cat (50 x 0,3)) = 67,50 Pas. Bata 0,1583 0,4655 Retak 1,0 0,00 0 100 – (0 x 100) = 100 0,6 0,00 0 Plesteran TerkelupasLepas 0,7 12,37 25 Dinding 0,3642 Retak 0,4 0,00 0 0,2477 Cat 0,1703 Pudar 0,3 10,00 25



100 - ((0 x 0,6) + x 0,4)) = 100 100 - ((25 x 0,7) + (25 x 0,3)) = 75,00



(0



82



Tabel 4.16 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Ruang Gambar/Studio (lanjutan) Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot Elemen Bobot (%) NP Sub- Elemen a b c d e f g = 100-S(f . d) Lapuk 0,6 0,00 0Patah/pecah Kusen 0,2518 0,4 0,00 0 100 - ((0 x 0,6) + (0 x 0,4)) = 100 Lapuk 0,5 0,00 0



Pintu 0,2276



Indeks Kondisi Sub-Elemen



Retak/pecah 0,3 0,00 0 Daun 0,2489 Samb. lepas 0,2 0,00 0



100 - ((0 x 0,5) + (0 x 0,3) + (0 x 0,2)) = 100



Patah/lepas 0,7 0,00 0 Engsel 0,1846 Kendor 0,3 0,00 0



100 - ((0 x 0,7) + x 0,3)) = 100



Kunci rusak 0,7 41,67 75 Handel/kunci 0,1925 Handel patah 0,3 66,67 100



100 - ((75 x 0,7) + (100 x 0,3)) = 17,50



Cat 0,1222



(0



Terkelupas 0,7 080,00 Pudar 0,3 0,00 100 -100 ((100 x 0,7) + (0 x 0,3)) = 30,00 Lepas/pecah 0,7 2,73 25



Permukaan Retak 0,3 0,00 0 100 - ((25 x 0,7) + 0,4167Lantai 0,1689 (0 x 0,3)) =82,50 Dasar Turun 1,0 0,00 0 100 – (0 x 100) = 100 Lapuk 0,6 0,00 0 0,5833 Patah/pecah 0,4 0,00 0 100 - ((0 x 0,6) + Kusen 0,3098 (0 x 0,4)) = 100 Lapuk 0,5 0,00 0



Jendela 0,2107



Kaca pecah 0,3 11,90 25 Daun 0,3012 Samb. lepas 0,2 0,00 0



100 - ((0 x 0,5) + (25 x 0,3) + (0 x 0,2)) = 92,50



Patah/lepas 0,7 9,52 25 Engsel 0,1404 Kendor 0,3 0,00 0



100 - ((25 x 0,7) + x 0,3)) = 82,50



Kunci rusak 0,7 29,76 50 Kait/kunci 0,1404 Kait patah 0,3 17,86 50



100 - ((50 x 0,7) + (50x 0,3)) = 50,00



Cat 0,1224



(0



Terkelupas 0,7 00,00 Pudar 0,3 0,00 1000- ((0 x 0,7) + (0 x 0,3)) = 100



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.16, kemudian dapat diperoleh IKE pada Ruang Gambar/Studio dengan menggunakan persamaan 2.9: IKE = S (Indeks Kondisi Sub Elemen x Bobot Sub Elemen)



83



IKE Plafond = (82,5 x 0,4402) + (82,5 x 0,4015) + (67,5 x 0,1583) = 80,12 IKE Dinding = (100 x 0,4655) + (100 x 0,3642) + (75 x 0,1703) = 95,74 IKE Pintu = (100 x 0,2518) + (100 x 0,24889) + (100 x 0,1846) + (17,5 x 0,1925) + (30 x 0,1222) = 75,57



IKE Lantai = (82,5 x 0,4167) + (100 x 0,5833) = 92,71 IKE Jendela = (100 x 0,3098) + (92,5 x 0,3012) + (82,5 x 0,1404) + (50 x 0,1404) + (100 x 0,1224) = 88,97 Dari hasil perhitungan IKE di atas dilanjutkan dengan menghitung Indeks Kondisi Sub Komponen Ruang Gambar/Studio dengan persamaan 2.10:



IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Ruang Gambar = (80,12 x 0,1451) + (95,74 x 0,2477) + (75,57 x 0,2276) + (92,71 x 0,1689) + (88,97 x 0,2107) = 86,95 Langkah-langkah perhitungan Indeks Kondisi Elemen untuk ruang-ruang yang lain selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. Adapun hasil perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen Ruang Kantor, Ruang Penunjang dan Ruang Belajar dari Komponen Arsitektur adalah sebagai berikut:



84



1. Indeks Kondisi Sub Komponen Ruang Kantor = 99,01 2. Indeks Kondisi Sub Komponen Ruang Penunjang = 93,60 3. Indeks Kondisi Sub Komponen Ruang Belajar = 88,90 Dari hasil perhitungan IKSK di atas, maka Indeks Kondisi Komponen Arsitektur yang dicari dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.11:



IKK = S(Indeks Kondisi Sub Komponen x Bobot Sub Komponen) IKK Arsitektur = (99,01 x 0,2566) + (93,60 x 0,3058) + (88,90 x 0,4376) = 92,93 b. Komponen Struktur. Komponen Struktur terdiri dari Sub Komponen Struktur Atap, Struktur Atas dan Struktur Bawah. Dalam perhitungan Indeks Kondisi Komponen Struktur dikelompokan dalam 3 (tiga) unit gedung yaitu: Unit Gedung Kantor, Unit Gedung Penunjang dan Unit Gedung Belajar. Sebagai contoh perhitungan Indeks Kondisi Elemen secara manual pada kelompok Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan pada Tabel 4.17 sampai dengan Tabel 4.19. 1. Sub Komponen Struktur Atap. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Struktur Atap Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.17.



85



Tabel 4.17 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Struktur Atap Unit Gedung Belajar Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot Elemen Bobot Indeks Kondisi Sub(%) NP Sub- Elemen Elemen/Elemen a b c d e f g = 100-S(f . d) Lepas/pecah 0,7 Retak 14,52 25 0,5500 0,3Genteng 1,19 25 100 - ((25 x 0,7) + Penutup (25 x 0,3)) = 75,00 Lepas/pecah 0,7 15,29 25 Atap Retak 0,3 1,20 50 100 - ((25 x 0,7) + Bubungan 0,2767 0,4500 (50 x 0,3)) = 57,50 Patah 0,6 0,44 25



Rangka Atap 0,2767



Nok/Gording 0,4094



Lapuk 0,4 0,00 0 100 - ((25 x 0,6) + (50 x 0,6)) = 85,00 Patah 0,6 0,33 25



Usuk 0,3083



Lapuk 0,4 0,00 0 100 - ((25 x 0,6) + (0 x 0,4)) = 85,00 Patah 0,6 0,73 25



Reng Lapuk 0,4 0,00 0 100 - ((25 x 0,6) + (0 x 0,4)) =0,2823 85,00 Patah 0,6 3,77 25 KudaLapuk 0,4 0,00 0 100 - ((25 x 0,6) +



kuda 0,4467



(0 x 0,4)) = 85,00



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.17 dapat diperoleh IKE pada Sub Komponen Struktur Atap dengan menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut: IKE = S (Indeks Kondisi Sub Elemen x Bobot Sub Elemen) IKE Penutup Atap = (75 x 0,5500) + (57,5 x 0,4500) = 67,13



IKE Rangka Atap = (85 x 0,4094) + (85 x 0,3083) + (85 x 0,2823) = 85,00 IKE Kuda-kuda = 85,00 Dari hasil perhitungan Indeks Kondisi Elemen di atas dilanjutkan dengan menghitung Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atap Unit Gedung Belajar dengan persamaan 2.10, sebagai berikut:



IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen)



86



IKSK Struktur Atap= (67,13 x 0,2767) + (85 x 0,2767) + (85 x 0,4467) = 80,05 2. Sub Komponen Struktur Atas. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Struktur Atas Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.18. Tabel 4.18 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen



Struktur Atas Unit Gedung Belajar Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot (%) NP Elemen a c d e f g = 100-S(f . d) Rontok/Spalling 0,6 0,00 0 100 Kolom Retak 0,4 - ((00,5745 x 0,6) + (25 x 0,4)) = 100 Rontok/Spalling 0,6 0,00 0 Balok 0,4255



Indeks Kondisi Elemen



Retak 0,4 0,00 0 100 - ((0 x 0,6) + (25 x 0,4)) = 100



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.18 dapat diperoleh Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atas Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Struktur Atas = (100 x 0,5745) + (100 x 0,4255) = 100,00 3. Sub Komponen Struktur Bawah. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Struktur Bawah Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.19.



87



Tabel 4.19 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Struktur Bawah Unit Gedung Belajar Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot (%) NP Elemen a c d e f g = 100-S(f . d) Rontok/Spalling 0,6 0,00 0 100 Sloof- ((0 0,4073 Retak 0,4 x 0,6) + (25 x 0,4)) = 100 Pondasi



Indeks Kondisi Elemen



0,5927 Turun 1,0 0,00 0 100 - (0 x 1,0) = 100



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.19 dapat diperoleh Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Bawah Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Struktur Bawah = (100 x 0,4073) + (100 x 0,5927) = 100,00 Langkah-langkah perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atap, Struktur Atas dan Struktur Bawah untuk Unit Gedung Kantor dan Unit Gedung Penunjang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. Adapun hasil perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atap, Struktur Atas dan Struktur Bawah keseluruhan dari Komponen Struktur adalah sebagai berikut: 1. Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atap = 87,74 2. Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Atas = 100,00 3. Indeks Kondisi Sub Komponen Struktur Bawah = 100,00 Dari hasil perhitungan IKSK di atas, maka Indeks Kondisi Komponen Struktur yang dicari dapat diperoleh dengan Persamaan 2.11:



IKK = S(Indeks Kondisi Sub Komponen x Bobot Sub Komponen)



88



IKK Struktur = (87,74 x 0,2024) + (100 x 0,3923) + (100 x 0,4052) = 97,52 c. Komponen Utilitas. Komponen Utilitas terdiri dari Sub Komponen Air Bersih, Air Kotor, Air Hujan, Instalasi Listrik dan Instalasi Telepon. Dalam perhitungan Komponen Utilitas juga dikelompokan dalam 3 (tiga) unit gedung yaitu: Unit Gedung Kantor, Unit Gedung Penunjang dan Unit Gedung Belajar. Sebagai contoh perhitungan Indeks Kondisi Elemen secara manual pada kelompok Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan pada Tabel 4.20 sampai dengan Tabel 4.24. 1. Sub Komponen Air Bersih. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Air Bersih Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.20. Tabel 4.20 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen



Air Bersih Unit Gedung Belajar Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot (%) NP Elemen a c d e f g = 100-S(f . d) Bocor 1,0 21,43 50 100 - (50 x 1,0) = Bak Air 50,00 Bocor (pecah/patah) 0,7 0,00 0 0,5321 Pipa Air Tersumbat 0,3 0,00 0 100 – ((0 x 0,7) + (0 x 0,3)) = 100 Lepas 0,7 39,,29 75 0,3178 Keran Air 0,1501



Indeks Kondisi Elemen



Bocor 0,3 5,95 25 100 – ((75 x 0,7) + (25 x 0,3)) = 40,00



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.20 dapat diperoleh Indeks Kondisi Air Bersih Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen)



89



IKSK Air Bersih = (50 x 0,5321) + (100 x 0,3178) + (40 x 0,1501) = 64,39 2. Sub Komponen Air Kotor. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Air Kotor Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.21. Tabel 4.21 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen



Air Kotor Unit Gedung Belajar Jenis Kerusakan FK Rusak Bobot (%) NP Elemen a c d e f g = 100-S(f . d) Pecah 0,6 21,43 50 Closed 0,1970 Retak 0,4 0,00 0



100 – ((50 x 0,6) + x 0,4)) = 70,00



Tersumbat 0,6 0,00 0 Pipa Air 0,2006 Bocor (pecah/patah) 0,4 11,31 25



100 – ((0 x 0,6) + (25 x 0,4)) = 90,00



Septictank Roboh 0,6 0,00 0 0,3538 Penuh 0,4 0,00 0 Peresapan Penuh 1,0 0,00 0 100 - (0 x 1,0) = 100 0,2486



100 – ((0 x 0,6) + x 0,4)) = 100



Indeks Kondisi Elemen (0



(0



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.21 dapat diperoleh Indeks Kondisi Air Kotor Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Air Kotor = (70 x 0,1970) + (90 x 0,2006) + (100 x 0,3538) + (100 x 0,2486) = 92,08 3. Sub Komponen Air Hujan. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Air Hujan Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.22.



90



Tabel 4.22 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen Air Hujan Unit Gedung Belajar Bobot Elemen Jenis Kerusakan FK Rusak



(%) NP



Indeks Kondisi Elemen



a c d e f g = 100-S(f . d) Lepas/pecah 0,7Bocor 29,960,3 50 10,02 Talang25Air 1000,4977 – ((50 x 0,7) + (25 x 0,3)) = 57,50 Tersumbat 0,5 5,58 25 Pipa Buangan Bocor (pecah/patah) 0,5 9,30 25 100 – ((25 x 0,5) + 0,3382 (25 x 0,5)) = 75,00 Pecah 0,6 3,10 25 Sal. Drainase Retak 0,4 1,96 25 100 – ((25 x 0,6) + 0,1641



(25 x 0,4)) = 75,00



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.22 dapat diperoleh Indeks Kondisi Air Hujan Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Air Hujan = (57,5 x 0,4977) + (75 x 0,3382) + (75 x 0,1641) = 66,29 4. Sub Komponen Instalasi Listrik. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Instalasi Listrik Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.23. Tabel 4.23 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen



Instalasi Listrik Unit Gedung Belajar Bobot Elemen Jenis Kerusakan FK Rusak



(%) NP Indeks Kondisi Elemen



a c d e f g = 100-S(f . d) Pecah 0,7 28,41Retak 50 Sakelar/Stop 0,3 4,55 25kontak 100 – 0,3126 ((50 x 0,7) + (25 x 0,3)) = 57,50 Kabel Listrik 0,5563 Putus 1,0 3,41 25 100-(25 x 1,0) = 75,00 Lampu 0,1311



Mati 1,0 14,92 25 100-(25 x 1,0) = 75,00



91



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.23 dapat diperoleh Indeks Kondisi Sub Komponen Instalasi Listrik Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Instalasi Listrik = (57,5 x 0,3126)+(75 x 0,5563)+(75 x 0,1311) = 69,53 5. Sub Komponen Instalasi Telepon. Perhitungan untuk IKE pada Sub Komponen Instalasi Telepon Unit Gedung Belajar seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.24. Tabel 4.24 Perhitungan Indeks Kondisi Elemen pada Sub Komponen



Instalasi Telepon Unit Gedung Belajar Bobot Elemen Jenis Kerusakan FK Rusak



(%) NP



Indeks Kondisi Elemen



a c d e f g = 100-S(f . d) Pesawat Telepon Mati 1,0 0,00 0 100 - (0 x 1,0) = 100 KabelTelepon 0,4583 0,5417 Putus 1,0 0,00 0 100 - (0 x 1,0) = 100



Berdasarkan hasil dari perhitungan Tabel 4.24 dapat diperoleh Indeks Kondisi Sub Komponen Instalasi Telepon Unit Gedung Belajar dengan menggunakan persamaan 2.10, sebagai berikut: IKSK = S(Indeks Kondisi Elemen x Bobot Elemen) IKSK Instalasi Telepon = (100 x 0,4583) + (100 x 0,5417) = 100,00 Langkah-langkah perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen Air Bersih, Air Kotor, Air Hujan, Instalasi Listrik dan Instalasi Telepon untuk Unit



92



Gedung Kantor dan Unit Gedung Penunjang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. Adapun hasil perhitungan Indeks Kondisi Sub Komponen Air Bersih, Air Kotor, Air Hujan, Instalasi Listrik dan Instalasi Telepon keseluruhan dari Komponen Utilitas adalah sebagai berikut: 1. Indeks Kondisi Sub Komponen Air Bersih = 83,15 2. Indeks Kondisi Sub Komponen Air Kotor = 95,63 3. Indeks Kondisi Sub Komponen Air Hujan = 79,40 4. Indeks Kondisi Sub Komponen Instalasi Listrik = 77,67 5. Indeks Kondisi Sub Komponen Instalasi Telepon = 100,00 Dari hasil perhitungan IKSK di atas, maka Indeks Kondisi Komponen Utilitas yang dicari dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.11:



IKK = S(Indeks Kondisi Sub Komponen x Bobot Sub Komponen) IKK Utilitas = (83,15 x 0,2793) + (95,63 x 0,2499) + (79,40 x 0,1440) + (77,67 x 0,2018) + (100 x 0,5417) = 86,73 Rangkuman hasil dari perhitungan Indeks Kondisi Komponen Arsitektur, Struktur dan Utilitas adalah sebagai berikut: a. Indeks Kondisi Komponen Arsitektur = 92,93 b. Indeks Kondisi Komponen Struktur = 97,52 c. Indeks Kondisi Komponen Utilitas = 86,73 Dari hasil perhitungan IKK, maka Indeks Kondisi Sub Bangunan Gedung yang dicari dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.12:



93



IKSB = S(Indeks Kondisi Komponen x Bobot Komponen) IKSB Gedung = (92,93 x 0,3536) + (97,52 x 0,4586) + (86,73 x 0,1878) = 93,87 Hasil dari perhitungan Indeks Kondisi Sub Bangunan Pagar, Halaman dan Gedung dapat dirangkum sebagai berikut: 1) IKSB Pagar = 95,22 2) IKSB Halaman = 96,20 3) IKSB Gedung = 93,87 Selanjutnya dapat diketahui Indeks Kondisi Bangunan Sekolah yang dicari dengan dengan Persamaan 2.13:



IKB = S (Indeks Kondisi Sub Bangunan x Bobot Sub Bangunan) IKB Sekolah = (95,22 x 0,0786) + (96,20 x 0,1879) + (93,87 x 0,7336) = 94,41 Hasil perhitungan Indeks Kondisi secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.25 dan Gambar 4.7 (dapat juga dilihat pada Lampiran B).



94



Tabel 4.25 Rangkuman hasil perhitungan Indeks Kondisi INDEKS KONDISI Sub-Komponen U R A I A N KomponenBangunan Komponen SubSubBangunan BangunanSub-Komponen Bangunan Pintu 85,00 Pas. Bata 100,00 Plesteran Cat DindingPagar 92,50 95,00



96,42 95,22



Pondasi 100,00 Lap. O.R. 100,00 Lap. Upacara 100,00 Halaman



96,20 Taman 85,00 R. Kepsek dan Wakil 100,00 R. Dewan Guru 98,58 R. Tata Usaha (TU) 98,58 R. Tamu 100,00 Ruang 99,01 Kantor R. Pantry/Kantin 90,02 R. UKS/OSIS 94,84 R. BP/BK 97,70 R. KM/WC 67,04 R. Aula 98,10 R. Repro 92,28 R. Gudang 89,44 R. Pemeliharaan Alat 94,13 R. Genset 94,41 Rumah Penjaga 95,72 Pos Jaga 100,00 Musholla 96,88 Ruang Ruang Selasar 96,31 R. Parkir Kendaraan 93,60 Penunjang 97,91



Bangunan Sekolah



R. Kelas I-A 96,28 R. Kelas I-B 95,32 R. Kelas I-C 92,24 R. Kelas I-D 95,47 R. Kelas I-E 94,39 R. Kelas I-F 97,54 R. Kelas II-A 98,27



Arsitektur



94,41



92,93



Gedung



93,87 R. Kelas II-B 93,66 R. Kelas II-C 98,67 R. Kelas II-D 98,47 Ruang Belajar



R. Kelas II-E 97,54 R. Kelas II-F 88,90 96,77 R. Kelas III-A 99,07 R. Kelas III-B 97,02 R. Kelas III-C 96,77



R. Kelas III-D 98,08 R. Perpustakaan 96,48 R. Gambar/Studio 86,95 Bengkel Bangunan 75,64 Bengkel Mesin 78,80 Bengkel Otomotif 85,59 Bengkel Elektronik 87,83



Struktur



Struktur Atap Struktur Atas Struktur Bawah



87,74 100,00 100,00



Air Bersih 95,63Air Kotor 79,40Air Hujan



83,15



Listrik Telepon



77,67 100,00



Utilitas



97,52



86,73



95 GRAFIK HASIL PERHITUNGAN INDEKS KONDISI 0,00 10,00 100,00 100,00 100,00 100,00 98,58 98,58 100,00 99,01 20,00 96,42 100,00 100,00 92,50 95,00 100,00 100,00 95,63 95,22 96,20 93,87 92,93 97,52 93,60 88,90 Nilai 30,00 87,74 86,73 85,00 85,00 83,15 Indek 79,40 77,67 40,00 s 50,00 60,00 Kondi si 70,00 80,00 90,00 100,00 Pagar Halam Gedun Pintu an g



Ranking



Dindin Pondas Pas. g i Bata



Plester Cat an



Lap. Upacar Taman Arsitek Struktu Utilitas Kantor Penunj Belajar Struktu Struktu Struktu Air Air Listrik TelepoR. dan R. R. Usaha Tata(TU)R. Ruang Ruang BawahAir Ruang Guru O.R. Lap.a tur r ang r Atapr Atasr Bersih Kotor Hujan n Kepsek Wakil Dewan Tamu



2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 2 1 2 3 1 3 2 1 1 3 2 3 4 2 1 5 3 1 1 3 Bangunan Sekolah Pagar Dinding Pagar Halaman Gedung Arsitektur Struktur Utilitas Ruang Kantor



Komponen/Elemen Bangunan Sekolah



GRAFIK HASIL PERHITUNGAN INDEKS KONDISI 0,00 10,00 100,0096,88 98,10 97,70 96,31 97,91 96,28 95,32 92,24 95,47 94,39 97,54 98,27 93,66 98,67 98,47 97,54 96,77 99,07 97,02 96,77 98,08 96,48 Nilai20,00 92,28 89,44 94,13 94,41 95,72 90,02 94,84 30,00 86,95 85,59 87,83 Indek 40,00 75,64 78,80 s 50,00 67,04 Kondi 60,00 si 70,00 80,00 90,00 100,00 Elektro Pantry/ R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. R. PerpustGamba Pemeli RumahPos MusholRuang Otomot Bangun Bengke R. R. R. AulaR. R. Bengke Bengke Bengke R. Kendar Kantin UKS/OBP/BKKM/W Repro Gudang haraan Selasar GensetPenjaga Jaga la aan Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas akaan r/Studi l if l nik l an l Mesin Parkir R. SIS I-A I-B I-C I-D I-E I-F II-A II-B II-C II-D II-E II-F III-A III-B III-C III-D R. R. C R. o



Ranking



3 7 11 1 13 4 2 5 6 8 14 10 9 12 11 9 6 10 8 16 19 7 21 20 16 13 22 15 13 18 12 4 1 2 3 5 Ruang Penunjang Ruang Belajar



Komponen/Elemen Bangunan Sekolah



Gambar 4.6 Grafik perbandingan hasil perhitungan Indeks Kondisi



95



96



4.4. Perhitungan Biaya Besarnya Biaya Pemeliharaan (BP) bangunan gedung tergantung pada fungsi dan klasifikasi bangunan. Biaya pemeliharaan dihitung dengan pedoman Standar Nasional Indonesia Edisi Revisi mengenai Analisa Biaya Konstruksi (ABK) bangunan gedung dan perumahan (SNI 03-2386-2002, SNI 03-2837-2002, SNI 03-2838-2002, SNI 033434-2002, SNI 03-3436-2002). Perhitungan biaya pemeliharaan adalah jumlah perkalian volume pekerjaan tindakan pemeliharaan yang akan dilakukan dengan harga satuan pekerjaan per satuan volume pekerjaan.



4.4.1. Tindakan Pemeliharaan Pada penelitian ini, tindakan pemeliharaan dibatasi untuk struktur asli bangunan yang ada yaitu terhadap perubahan/penurunan kondisi dalam rangka pemeliharaan bangunan. Tindakan pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar bangunan dalam kondisi layak pakai. Volume pekerjaan dihitung dengan berpedoman jumlah kerusakan hasil pengamatan dilapangan sesuai dengan tindakan pemeliharaan yang akan dilakukan yaitu seperti yang akan ditunjukkan pada Tabel 4.26 sampai dengan Tabel 4.40. Volume pekerjaan ini yang nantinya akan dipergunakan untuk menghitung jumlah biaya pemeliharaan yang diperlukan. Tindakan pemeliharaan diklasifikasikan dalam Sub Bangunan Pagar, Halaman dan Gedung, sebagai berikut:



97



1) Sub Bangunan Pagar. Tabel 4.26 Tindakan pemeliharaan pada Sub Bangunan Pagar Komponen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Korosi Las, mengganti bagian yang korosi, cat Luas bidang korosi Pintu Gerbang Cat terkelupas Pengecatan kembali 2 x Luas bidang pintu Pasang bata baru Area dinding rusak Plester 2 x Area dinding rusak Bata lepas Cat ulang 2 x Area dinding rusak Plester Area plester lepas/retakPlester lepas/ retak Cat ulang Area plester lepas Dinding Cat terkelupas Cat ulang Area plester lepas Pondasi Turun Mengisi celah pondasi Volume rongga



2) Sub Bangunan Halaman. Tabel 4.27 Tindakan pemeliharaan pada Sub Bangunan Halaman Komponen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Spalling Ganti conblock Luas permukaan lantai rusak Lapangan Olah Raga Retak Ganti conblock Luas permukaan lantai rusak Lapangan (Basket) Upacara Berlubang Urug tanah Luas x dalam (isi) Layu Tanah disiangi, gemburkan Luas taman rusak Taman Bersemak/ tidak tertata Pangkas dan bentuk tanaman, Luas taman rusak bersihkan



3) Sub Bangunan Gedung. Tabel 4.28 Tindakan pemeliharaan pada Elemen Plafond Sub Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Patah menutup plafond Luas rangka yang rusak + Lapuk/retak Mengganti rangka dan penutup plafond + cat semua bidang plafond ruang yang bersangkutan Luas penutp plafond yang Pecah/lepas Pentup Mengganti penutup rusak + cat semua bidang plafond Plafond Retak plafond ruang bersangkutan Terkelupas Total luas bidang plafond Cat pudar Cat ulang ruang bersangkutan Rangka Plafond



98



Tabel 4.29 Tindakan pemeliharaan pada Elemen Dinding Sub Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Pasangan Satu titik injeksi per 50 cm panjang retakan,



Bata Retak Injeksi Plesteran RetakSpalling



Plester ulang, dempul dan cat Luas plesteran lepas + luas satuan bidang cat



Terkelupas Cat ulang Cat Pudar Cat ulang tanpa plamur Luas semua bidang dinding



Tabel 4.30 Tindakan pemeliharaan pada Elemen Pintu Sub Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Lapuk Ganti bagian kusen yang rusak, cat ulang



Kusen Pecah



Volume kayu kusen/daun pintu yang diganti, cat = luas permukaan semua kusen dan



Lapuk Pecah Ganti bagian kayu daun daun pintu Daun Pintu yang rusak, cat ulang Sambungan lepas Pasang klem plat logam pada sambungan lepas Jumlah sambungan yang lepas Karat/lepas Ganti engsel Jumlah engsel yang rusak Engsel Kendur Kencangkan sekrup Jumlah engsel yang kendur



Handle patah Ganti Jumlah handle yang rusakHandle/ Kunci Pengunci rusak Ganti Jumlah kunci yang rusak Pudar Cat ulang Cat ulang Luas Terkelupas Kupas cat lama, catpermukaan kusen dan daun pintu



Tabel 4.31 Tindakan pemeliharaan pada Elemen Jendela Sub Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Lapuk bagian kusen yangpermukaan semua kusen dan daun Volume kayu kusen/daun jendela Ganti yang diganti, cat = luas Kusen Pecah rusak, ulang pintu Luas bidang kaca yang pecah Dauncat Jendela Lapuk Kaca pecah Ganti bagian kayu daun yang rusak, cat ulang. Ganti kaca yang pecah Sambungan lepas Pasang klem plat logam pada sambungan lepas Jumlah sambungan yang lepas Karat/lepas Ganti engsel Jumlah engsel yang rusak Engsel Kendur Kencangkan sekrup Jumlah engsel yang kendur Pengunci lepas Ganti Jumlah kunci yang rusakPengunci/ Kait Angin Pengait patah Ganti Jumlah pengait yang rusak Pudar Cat ulang Cat Terkelupas



Kupas cat lama, cat ulang



Luas permukaan kusen dan daun jendela



99



Tabel 4.32 Tindakan pemeliharaan pada Elemen Lantai Sub Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Lepas/pecah Permukaan/ Retak Ganti penutup lantai yang rusak Luas permukaan lantai rusak Penutup Lantai



Dasar Lantai



Turun Buka penutup lantai Urug tanah = luas lantai yang yang turun, tambah tanah turun x tebal urugan, pasang tegel urug, pasang kembali = luas daerah yang turun penutup lantai



Tabel 4.33 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Atap Elemen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Lepas/pecah Genteng Retak Mengganti genteng



Luas penutup atap/genteng yang rusak



Lepas/pecah Bubungan Retak Mengganti bubungan Panjang bubungan yang rusak patah dan atau lapuk Luasan bidang atap yang Lapuk/retak Mengganti reng yang rusak rengnya diganti + bongkar pasang genteng luasan yang sama patah dan atau lapuk Luasan bidang atap yang Patah Usuk Lapuk/retak Mengganti usuk yang rusak usuknya diganti + bongkar pasang reng dan genteng luasan yang sama Volume nok/gording yang diganti Patah Nok, Gording + bongkar pasang usuk, reng dan Lapuk/retak Menggant nok/gording genteng seluas panjang gording yang patah dan atau yang diganti x jarak antar gording lapuk Patah Reng



Patah



Kuda-kuda Lapuk/retak



Mengganti batang/ balok kuda-kuda yang patah dan atau lapuk. Gording, usuk, dan reng tidak dibongkar. Pada gording yang perlu tambahan penopang genteng dilepas.



Bongkar balok rusak, pasang balok rusak. Pasang penopang nok/gording, bongkar pasang genteng seluas genteng yang ditopang dan ganti eternit yang rusak karena penopang.



100



Tabel 4.34 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Atas Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Spalling Balok Beton



Menutup bagian yang spalling dengan mortar < 1 mm, injeksi 1-



2 mm, injeksi Retak > 2 mm, strengthening



Spalling



Volume spalling Jumlah titik injeksi. Jarak titik tiap 25 panjang rusak Cor beton bertulang pada sisi samping dan bawah balok, tebal 75 mm, tulangan 2 Ø 12 mm, begel Ø 10-150 mm



Menutupdengan bagian mortar yang Volume spalling spalling



< 1 mm, injeksi 1-2 mm, injeksi Jumlah titik injeksi. titik tiap 25 panjang rusak Kolom Jarak Beton Retak > 2 mm, strengthening Cor beton bertulang keliling kolom, tebal 75 mm, tulangan 2 Ø 12 mm, begel Ø 10-150 mm



Tabel 4.35 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Struktur Bawah Elemen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Spalling Sloof Retak Injeksi Pondasi Turun Isi rongga dengan



Menutup bagian yang spalling dengan mortar



Volume s palling Injeksi tiap 25 cm panjang retak



mortar Volume rongga



Tabel 4.36 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Air Bersih Elemen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Bak Air Bocor Bongkar plesteran, plester ulang, pasang keramik



Luas permukaan bak, bongkar pasang plester keramik yang bocor Bongkar pasang plesteran dan Bocor Pipa AirTersumbat Perbaikan bagian pipa porselin (0,2m x panjang pipa rusak), bongkar pasang pipa PVC ¾” Lepas/hilang Keran Air Bocor Mengganti keran air Jumlah kerak yang rusak



101



Tabel 4.37 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Air Kotor Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan Pecah Closed Retak Ganti closed yang rusak



Bongkar dan pasang unit closed yang rusak



Tersumbat Perbaiki Bocor/pecah saluran Tambal/ganti Pipa Air pipa Bongkar dan pasang pipa PVC 10” sepanjang pipa rusak Penuh Penyedotan tinja Volume septictank Septictank Pecah/roboh Buat septicktank baru Volume septictank/unit Peresapan Penuh/jenuh Ganti peresapan baru Volume peresapan



Tabel 4.38 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Air Hujan Elemen Jenis



Kerusakan Tindakan Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Ringan: ditambal Jumlah titik bocor Talang Bocor Berat: diganti 1 lembar seng per satu lokasi bocor Tersumbat Bersihkan bagian yang tersumbat Satu tempat sumbat diasumsikan pasang 3 m pipa Pipa Pembuang Bocor/pecah Tambal atausumbat/bocor ganti pipa Tiap tempat sumbat/bocor diasumsikan yang pasang 1 m pipa Pecah Ganti saluran yang pecah Jumlah buis beton yang pecah Saluran Drainase Retak Ditutup semen Jumlah buis beton yang retak



Tabel 4.39 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Instalasi Listrik Elemen Jenis Kerusakan Tindakan Lepas/pecah Sakelar/Stop Kontak Retak



Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Ganti sakelar/stop kontak Unit sakelar/stop kontak yang rusak



Kabel Terkelupas/putus Ganti kabel yang putus Panjang kabel yang diganti Titik Lampu Putus/mati Ganti lampu yang mati Unit lampu yang mati



Tabel 4.40 Tindakan pemeliharaan pada Sub Komponen Instalasi Telepon Elemen Jenis Kerusakan Tindakan



Pemeliharaan Volume Pekerjaan



Pesawat Mati Ganti pesawat Unit pesawat yang mati Kabel Terkelupas/putus Ganti kabel yang putus Panjang kabel yang diganti



102



4.4.2. Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan pekerjaan per satuan ukuran volume pekerjaan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian indeks dengan harga satuan bahan dan upah yang digunakan pada setiap pekerjaan. Harga satuan bahan dan upah diperoleh dari Standar Harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Singkawang. Perhitungan harga satuan perkerjaan dihitung dengan pedoman Standar Nasional Indonesia Edisi Revisi mengenai Analisa Biaya Konstruksi (2002). Harga satuan upah tenaga dihitung dengan satuan hari orang kerja (HO). Contoh perhitungan Analisa Harga Satuan Pekerjaan dilakukan sebagai berikut: 1) Pekerjaan dinding batu bata dan plesteran a. 1 m



2



pasang dinding batu bata ½ bata, 1 PC : 3 Kp : 10 Ps



PC 4,500 kg x Rp. 1.750,00 = Rp. 7.875,00 Kapur 0,015 m3 x Rp. 160.000,00 = Rp. 2.400,00 Pasir pasang 0,050 m3 x Rp. 95.000,00 = Rp. 4.750,00 Batu bata 70,000 bh x Rp. 1.900,00 = Rp. 133.000,00 Mandor 0,015 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 870,00 Kepala Tukang 0,010 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 600,00 Tukang 0,100 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 4.500,00 Pembantu Tukang 0,320 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 12.800,00 Jumlah Rp. 166.795,00



b. 1 m



3



membongkar pasang batu merah dan membersihkan



Tukang Batu 2,000 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 90.000,00 Pembantu Tukang 0,100 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 4.000,00 Jumlah Rp. 94.000,00



103



c. 1 m



2



plesteran, 1 PC : 3 Kp : 10 Ps tebal 15 mm



PC 1,840 kg x Rp. 1.750,00 = Rp. 3.220,00 Kapur 0,006 m3 x Rp. 160.000,00 = Rp. 960,00 Pasir pasang 0,014 m3 x Rp. 95.000,00 = Rp. 1.330,00 Mandor 0,010 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 580,00 Kepala Tukang 0,015 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 900,00 Tukang 0,150 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 6.750,00 Pembantu Tukang 0,200 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 8.000,00 Jumlah Rp. 21.740,00



2



d. 10 m



mengupas plesteran lama



Mandor 0,025 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 1.125,00 Pembantu Tukang 0,500 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 20.000,00 Jumlah Rp. 21.125,00



2) Pekerjaan kusen dan pintu a. 1 3



m



kusen pintu/jendela kayu bengkirai



Kayu Kls. I 1,200 kg x Rp. 5.830.000,00 = Rp. 6.996.000,00 Mandor 0,300 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 17.400,00 Kepala Tukang 2,000 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 120.000,00 Tukang 20,000 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 900.000,00 Pembantu Tukang 6,000 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 240.000,00 Jumlah Rp. 8.273.400,00



b. 1 m



2



pintu/jendela panel kayu kamfer



Papan Kls. I 0,040 kg x Rp. 7.400.000,00 = Rp. 296.000,00 Mandor 0,050 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 2.900,00 Kepala Tukang 0,250 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 15.000,00 Tukang 2,500 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 112.500,00 Pembantu Tukang 1,000 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 40.000,00 Jumlah Rp. 466.400,00



104



2



c. 1 m



pintu/jendela kaca kayu kamfer



Kayu Kls. I 0,035 kg x Rp. 5.830.000,00 = Rp. 204.050,00 Mandor 0,040 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 2.320,00 Kepala Tukang 0,200 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 12.000,00 Tukang 2,000 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 90.000,00 Pembantu Tukang 0,800 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 32.000,00 Jumlah Rp. 340.370,00



2



d. 1 m



pasang kaca



Kaca bening 1,100 kg x Rp. 123.000,00 = Rp. 135.300,00 Mandor 0,00075 HO x Rp. 58.000,00 = Rp. 43,50 Kepala Tukang 0,015 HO x Rp. 60.000,00 = Rp. 900,00 Tukang 0,150 HO x Rp. 45.000,00 = Rp. 6.750,00 Pembantu Tukang 0,015 HO x Rp. 40.000,00 = Rp. 600,00 Jumlah Rp. 143.593,50



Contoh perhitungan Harga Satuan Pekerjaan ditampilkan dalam Tabel 4.41. Rangkuman hasil perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.42 dan Lampiran C. Tabel 4.41 Contoh perhitungan Harga Satuan Pekerjaan



Harga Satuan Pekerjaan Dinding dan HARGA NO. JENIS PEKERJAAN



VOLUME BAHAN



INDEKS TENAGA KERJA



1 2 3 4 5 6 7 8 BAHAN UPAH TOTAL (kg) (m3) (m



3)



(bh) (HO) (HO) (HO) (HO) (Rp.) (Rp.) (Rp.)



11m



2



pasangan dinding 1/2 bata (1PC:3Kp:10Ps) 4,500 0,015 0,050 70 0,015 0,010 0,100 0,320 148.025,00 18.770,00



21m



2



pasangan dinding 1/2 bata (1PC:3Ps) 14,370 -



31m



2



plesteran 1PC:3Kp:10Ps tebal 15 mm 1,840 0,006 0,014 -



41m



2



plesteran 1PC:3Ps tebal 15 mm 6,480 0,019 -



5-



0,040 70 0,015 0,010 0,100 0,320 161.947,50 18.770,00



1membongkar m3 pasangan bata merah dan 2,000 0,100 membersihkan kembali



61m



2



mengupas plesteran lama -



-



0,010 0,015 0,150 0,200 5.510,00



0,010 0,015 0,150 0,200 13.145,00 94.000,00



-



-



0,025 -



-



16.230,00



16.230,00



166.795,00



180.717,50 21.740,00



29.375,00



94.000,00 0,500 -



21.450,00



21.450,00



Keterangan: 1. PC 3. Pasir Pasang 5. Mandor 7. Tukang 2. Kapur 4. Bata Merah 6. Kepala Tukang 8. Pembantu Tukang Harga Satuan Pekerjaan Kusen Pintu dan HARGA NO. VOLUME BAHAN INDEKS TENAGA KERJA JENIS PEKERJAAN



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 BAHAN UPAH TOTAL (m 3)



2)



(bh) (bh) (bh) (bh) (m



(HO) (HO) (HO) (HO) (Rp.) (Rp.) (Rp.)



11m



3



kusen pintu/jendela bengkirai 1,100 -



21m



2



pintu/jendela panil kamfer 0,040 -



-



-



-



-



0,050 0,250 2,500 1,000 296.000,00 170.400,00 466.400,00



31m



2



pintu/jendela kaca kamfer 0,035 -



-



-



-



-



0,040 0,200 2,000 0,800 204.050,00 136.320,00 340.370,00



41m



2



pasang kaca tebal 5 mm -



5 1 bh pasang engsel pintu -



1-



6 1 bh pasang engsel jendela 7 1 bh pasang kunci slot 8 1 bh pasang handel 9 1 bh pasang kait angin -



-



-



-



-



-



-



1-



-



-



1-



-



-



-



1-



-



-



-



-



-



-



-



0,300 2,000 20,000 6,000 6.413.000,00 1.277.400,00 7.690.400,00



1,100 0,00075 0,015 0,150 0,015 135.300,00 8.293,50 0,00075 0,015 0,150 0,015 23.000,00



-



0,0005 0,010 0,100 0,010 23.000,00 0,001 0,020 0,200 0,020 11.500,00



0,0005 0,010 0,100 0,010 9.400,00 1-



8.293,50 5.529,00



11.058,00 5.529,00



0,00075 0,015 0,150 0,015 15.000,00



8.293,50



143.593,50



31.293,50 28.529,00



22.558,00 14.929,00 23.293,50



Keterangan: 1. Kayu 3. Kunci Selot 5. Kait Angin 7. Mandor 9. Tukang 2. Engsel 4. Handel 6. Kaca 8. Kepala Tukang 10. Pembantu Tukang



105



Tabel 4.42 Rangkuman hasil perhitungan Harga Satuan Pekerjaan NO. HARGA (Rp.)JENIS PEKERJAAN 1. Harga Satuan Pekerjaan Pondasi 1 1 m3 galian tanah biasa sedalam 1 m 18.320,00 3 1 m3 urugan tanah datang 84.580,00



2 1 m3 urugan tanah kembali 8.782,00



4 1 m3 urugan pasir bawah pondasi 95.380,00



5 1 m3 pasang batu kosong (aanstamping) 244.257,00 (1PC:3Kp:10Ps) 442.460,00



6 1 m3 pasang pondasi batu kali



2. Harga Satuan Pekerjaan Dinding dan Plesteran 1 1 m2 pasangan dinding 1/2 bata (1PC:3Kp:10Ps) 166.795,00 bata (1PC:3Ps) 180.717,50 3 1 m2 plesteran 1PC:3Kp:10Ps tebal 15 mm 21.740,00 mm 29.375,00 1 m3 membongkar pasangan bata merah dan 5 94.000,00 membersihkan kembali



2 1 m2 pasangan dinding 1/2



4 1 m2 plesteran 1PC:3Ps tebal 15



6 1 m2 mengupas plesteran lama 21.450,00 3. Harga Satuan Pekerjaan Beton Bertulang 1 1 m3 membuat beton campuran 1PC:2Ps:3Kr 1.066.500,00 2 1 kg pembesian dengan besi polos 13.249,90 3 1 m3 membongkar beton dan membersihkan 334.800,00 4. Harga Satuan Pekerjaan Bekisting Beton Bertulang 1 1 m2 pasang bekisting untuk kolom 108.478,00 2 1 m2 pasang bekisting untuk balok 104.478,00 3 1 m2 pasang bekisting untuk sloof 48.400,00 5. Harga Satuan Pekerjaan Injeksi Beton Harga Satuan Pekerjaan 1 Injeksi Conbextra EP 10/titik 85.157,50 6. Injeksi Dinding Batu Bata 1 Injeksi Cement Base/titik 93.265,00 7. Harga Satuan Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 1 1 m3 kusen pintu/jendela bengkirai 7.690.400,00 2 1 m2 pintu/jendela panil kamfer 466.400,00 3 1 m2 pintu/jendela kaca kamfer 340.370,00 5 1 bh pasang engsel pintu 31.293,50 7 1 bh pasang kunci slot 22.558,00



4 1 m2 pasang kaca tebal 5 mm 143.593,50



6 1 bh pasang engsel jendela 28.529,00 8 1 bh pasang handel 14.929,00



9 1 bh pasang kait angin 23.293,50 8. Harga Satuan Pekerjaan Kuda-kuda dan Rangka Atap 1 1 m3 kuda-kuda bentang 6-9 m bahan kayu kls. II 6.667.200,00 2 1 m2 rangka atap usuk 5/7 dan reng 2/3 84.135,00 4 10 m2 bongkar usuk dan reng tidak dipakai 3 1 m3 membongkar kayu kuda-kuda 51.600,00 lagi 85.800,00 5 10 m2 bongkar usuk dan reng dipakai lagi 116.400,00 9. Harga Satuan Pekerjaan Penutup Atap 1 1 m2 penutup atap genteng metal 106.658,00 2 1 m1 genteng bubungan metal 90.879,00 3 10 m2 bongkar genteng untuk dipakai lagi 85.800,00 4 10 m2 bongkar atap seng/talang 62.500,00



5 1 m1 talang miring seng bjls 30 37.591,00



6 1 titik lubang tambal talang 7.500,00 10. Harga Satuan Pekerjaan Besi dan Alumunium 1 1 m2 pasang pintu besi 236.006,00



106



Tabel 4.42 Rangkuman hasil perhitungan Harga Satuan Pekerjaan (lanjutan) NO. JENIS PEKERJAAN HARGA (Rp.) 11. Harga Satuan Pekerjaan Langit-langit (Plafond) 1 1 m2 rangka plafond (30 x 60) cm bahan kayu kls. II 144.795,00



2 1 m2 plafond tripleks (60 x 120) cm



tebal 3 mm 117.775,50 3 1 m1 list plafond dari kayu/papan 1 x 4 cm 6.196,00 12.



4 1 unit stegger dari bambu Ø6-8/6m 21.014,00



Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Sanitasi



1 Memasang 1 buah closed jongkok porselen 449.230,00 limbah 47.259,00 3 Memasang 1 m pipa PVC Ø 3/4" 9.404,40



2 Memasang 1 m pipa tanah Ø 15cm penyalur air



4 Memasang 1 m pipa PVC Ø 4" 49.154,40



5 Memasang 1 buah keran air ukuran 1/2" atau 3/4" 25.563,15



6 Sedot tinja per 2000 Liter 150.000,00



13. Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Saluran Air Hujan 1 1 m pasang buis beton 1/2 Ø 25 cm 103.709,50 2 1 m membongkar buis beton 33.450,00 14.



Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Sumur Peresapan



1 1 m3 galian tanah biasa sedalam 1-2 m 24.114,00 3 1 m3 urugan kerikil 485.450,00



2 1 m3 urugan batu 234.500,00



4 1 m3 urugan pasir 126.580,00



5 1 m3 pemasangan lapisan ijuk



426.870,00 15. Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Lantai 1 1 m3 urugan pasir bawah lantai 95.380,00 1 m2 pasangan lantai ubin PC abu-abu ukuran 20 x 20 cm adukan 1PC:3Ps tebal 90.710,50 3 2 2cm 1 m2 pasangan lantai keramik ukuran 30 x 30 cm termasuk lantai kerja adukan 1PC:5Ps tebal 5cm 4 1 m2 pasang dinding porselin ukuran 10 x 10 cm 142.775,00 abu 8 112.650,00



115.859,75



5 1 m2 pasang conblok tipe segienam abu-



6 10 m2 bongkar lantai lama 85.800,00 16.



Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Pengecatan Tembok dan Langit- langit (Plafond)



1 1 m2 pengecatan tembok baru (1 lapis plamir, 1 lapis cat 11.803,00 dasar, 2 lapis cat penutup) 1 m2 pengecatan tembok lama (1 lapis cat dasar, 2 lapis penutup) cat 2



3 17.



9.242,00



15.042,00



1 m2 pengecatan lamgit-langit dengan cat tembok 2 lapis, menggunakan kuas termasuk plamir Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Pengecatan Kayu dan Besi



1 1 m2 pengecatan bidang kayu lama 20.445,00 28.340,00



2 1 m2 pengecatan bidang kayu baru penutup 2 lapis



1 m2 pengecatan permukaan besi lapis seng secara manual 1 lapis cat mutakhir 3 17.808,00 18. Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Instalasi Listrik 1 1 unit pasang sakelar 24.700,00 2 1 unit pasang stop kontak 36.700,00 lampu 73.700,00



3 1 unit pasang fitting dan



4 1 m pasang kabel NYM 2 x 2,5 sqmm 9.640,00 19. Harga Satuan Pekerjaan Pekerjaan Instalasi Telepon Harga Satuan 1 1 unit pasang pesawat telepon 201.700,00 2 1 unit pasang kabel telepon 37.465,00 20.



Pekerjaan Pekerjaan Taman 1000 m2 penyiangan dan penggemburan tanah 220.719,00 383.560,00



1000 m2 pangkas bentuk tanaman perdu



107



4.4.3. Hasil Perhitungan Biaya Biaya pemeliharaan dihitung dengan cara mengalikan jumlah volume pekerjaan pemeliharaan dengan Harga Satuan Pekerjaan. Volume pekerjaan pemeliharaan dihitung berdasarkan data-data volume kerusakan bangunan sekolah yang dikumpulkan dari pengamatan di lapangan (SMKN 1 Singkawang). Satuan volume kerusakan disesuaikan dengan satuan volume per Harga Satuan Pekerjaan (Tabel 4.42). Kemudian data-data tersebut dimasukkan dalam perhitungan biaya pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan urutan hirarki bangunan sekolah. Perhitungan biaya ditunjukkan pada Tabel 4.43 sampai dengan Tabel 4.47 (hasil perhitungan biaya pemeliharan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D). 1) Sub Bangunan Pagar. Perhitungan kebutuhan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Pagar ditunjukkan Tabel 4.43. Tabel 4.43 Perhitungan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Pagar



Kerusakan Biaya Sub- (Rp.) Komponen Komponen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Korosi 0,00 17.808,00 Pintu Cat terkelupas 1,50- m 2 18.484,00 27.726,00 Pas. Bata Lepas/roboh 0,00 180.717,00 - Plesteran Lepas/retak 25,00 58.750,00 1.468.750,00 Dinding Cat dinding Terkelupas/pudar 535,00 m 2



18.484,00 9.888.940,00 Pondasi Turun 0,00 m 3



442.460,00 -



Total Biaya 11.385.416,00



Total biaya pemeliharaan Sub Bangunan Pagar adalah Rp. 11.385.416,00,-



108



2) Sub Bangunan Halaman. Perhitungan kebutuhan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Halaman ditunjukkan Tabel 4.44. Tabel 4.44 Perhitungan biaya pemeliharaan pada Sub Bangunan Halaman



Kerusakan Biaya (Rp.) Komponen SubKomponen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Spalling 0,00 112.650,00Retak - Lap.0,00 OlahmRaga 2 112.650,00 - Lapangan 2 Upacara Berlubang 0,00 84.580,00 m - Layu, tidak segar 0,00 6.621,00 Taman Bersemak 1575,00 m



2



3.068,48 4.832.856,00 Total Biaya 4.832.856,00



Total biaya pemeliharaan Sub Bangunan Halaman adalah Rp. 4.832.856,00,- 3) Sub Bangunan Gedung, terdiri dari: Komponen Arsitektur, Komponen Struktur dan Komponen Utilitas. a. Komponen Arsitektur. Sebagai contoh perhitungan secara manual biaya pemeliharaan Komponen Arsitektur untuk kelompok Sub Ruang Belajar pada Ruang Gambar/Studio ditunjukkan pada Tabel 4.45: Tabel 4.45 Perhitungan biaya pemeliharaan Arsitektur pada Ruang Gambar/Studio



Jenis Kerusakan Sub- Biaya (Rp.) Elemen Elemen Rangka Plafond CatPenutup



Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Patah 55,00 Lapuk 0,00 15.609.467,50 Lepas/pecah 283.808,50 m2 45,00 Retak 0,00 5.976.787,50 Terkelupas 132.817,50 m2 63,00 Pudar 85,00 m



2



15.042,00 2.226.216,00



109



Tabel 4.45 Perhitungan biaya pemeliharaan Arsitektur pada Ruang Gambar/Studio (lanjutan) Jenis Kerusakan Biaya (Rp.) Elemen SubElemen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Pas. Bata Retak 0,00 m 1



46.632,50 Lepas 0,00



Plesteran Retak 0,00 - Terkelupas 47,00 41.178,00 m211.803,00 554.741,00 Dinding Cat Pudar 38,00 m 2 9.242,00 351.196,00 Lapuk 0,00 Kusen



Patah/pecah 0,00 bh 501.718,10 -



Lapuk 0,00 Retak/pecah 0,00 Daun



Samb. lepas 0,00 bh 836.928,00 -



Patah/lepas 0,00 Engsel Kendor 0,00 bh 31.293,00 -



Pintu



Kunci rusak 5,00 22.558,00 112.790,00 Handel/ bh 14.929,00 119.432,00 pengunci Handel patah 8,00 Cat



Terkelupas Pudar 0,00 set 8,00 40.890,00 327.120,00



Lepas/pecah 12,00 Permukaan 90.710,50 1.088.526,00Retak Lantai0,00 m



2 2



Dasar



Turun 271.890,50 0,00 m - Lapuk 0,00



Kusen



Patah/pecah 0,00 bh 385.937,00 -



Lapuk 0,00 Kaca pecah 5,00 Daun Samb. lepas 0,00 bh 214.734,75 1.073.673,75 Jendela



Patah/lepas 8,00 Engsel Kendor 0,00 bh 28.529,00 228.232,00 Kunci rusak 25,00 23.293,50 582.337,50 Kait/kunci Kait patah 15,00 bh 14.929,00 223.935,00 Cat



Terkelupas Pudar 0,00 set 0,00 30.667,50 Total Biaya 28.474.454,25



Total biaya pemeliharaan Komponen Arsitektur pada contoh Ruang Gambar/Studio adalah sebesar Rp. 28.474.454,25,-



110



b. Komponen Struktur. Perhitungan biaya pemeliharaan Komponen Struktur dikelompokan dalam 3 (tiga) unit gedung yaitu: Unit Gedung Kantor, Unit Gedung Penunjang dan Unit Gedung Belajar. Sebagai contoh perhitungan secara manual biaya pemeliharaan Komponen Struktur untuk Unit Gedung Belajar ditunjukkan pada Tabel 4.46: Tabel 4.46 Perhitungan biaya pemeliharaan Struktur pada Unit Gedung Belajar



Jenis Kerusakan Biaya (Rp.) Sub Komponen Elemen/Sub Elemen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Rontok 0,00 m 196.812,50 0,00 Kolom 3 Struktur Atas



Retak 0,00 m Balok Lapuk 0,00 m Rontok 0,00 m



1 3 1



Struktur Bawah



196.812,50 0,00 SloofRontok 0,00 m Retak 0,00 m



34.063,00 0,00 196.812,50 0,00 34.063,00 0,00



3 1



34.063,00 0,00



3



442.460,00 0,00



Pondasi Turun 0,00 m Lepas 1340,00 Genteng Retak 110,00 m 2 106.658,00 154.654.100,00 Lepas 127,00 Penutup Atap Bubungan Retak 10,00 12.450.423,00 m 2 90.879,00 Patah 22,00 Nok/ Gording Rangka Usuk Atap Struktur Atap



Reng



1 Lapuk 0,00 5.901.984,00 m 268.272,00 Patah 30,00



Lapuk 0,00 m 3.130.650,00 Patah 2 104.355,00 67,00 Lapuk 0,00 m6.786.765,00 Patah 2 101.295,00 4,00 Lapuk 0,00 unit 3.296.142,00 13.184.568,00



Kudakuda



Keterangan: Jumlah titik lokasi penyangga gording (bongkar pasang 6m 2 & ganti genteng eternit 2m 2 per titik)



4,00 titik 133.344,00 533.376,00



Total Biaya 196.641.866,00



111



Maka total biaya pemeliharaan Komponen Struktur pada contoh Unit Gedung Belajar, yaitu: BP Unit Gedung Belajar = BP Struktur Atas + BP Struktur Bawah + BP Struktur Atap = Rp. 196.641.866,00,- c. Komponen Utilitas. Komponen Utilitas terdiri dari Sub Komponen Air Bersih, Air Kotor, Air Hujan, Instalasi Listrik dan Instalasi Telepon. Dalam perhitungan biaya pemeliharaan Utilitas juga dikelompokan dalam 3 (tiga) unit gedung yaitu: Unit Gedung Kantor, Unit Gedung Penunjang dan Unit Gedung Belajar. Sebagai contoh perhitungan Indeks Kondisi Elemen secara manual pada kelompok Unit Gedung Belajar ditunjukkan pada Tabel 4.47: Tabel 4.47 Perhitungan biaya pemeliharaan Utilitas pada Unit Gedung Belajar



Jenis Kerusakan Biaya (Rp.) Sub Komponen Elemen/ Sub Elemen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Bak Air Bocor 9,00 unit 246.337,50 2.217.037,50 Bocor 0,00 Pipa Air Tersumbat 0,00 m 51.653,80 - Lepas 33,00 Air Bersih Keran Air



1



Bocor 5,00 unit 25.563,15 971.399,70 Closed



Air Kotor



Pecah 0,00 9,00 unit 449.230,00 4.043.070,00 Retak



Tersumbat 0,00 Pipa Air Bocor 19,00 m 1 49.154,00 933.933,60 Roboh/pecah 0,00 unit 4.557.083,70 150.000,00 3 Penuh 0,00 m Peresapan Penuh 0,00 unit 3.892.542,00 - Lepas/pecah 290,00 m 56.341,00 16.388.890,00 Talang Air 1 Septictank



Pipa Air Hujan Saluran Buangan



Bocor 134,00 titik 7.500,00 1.005.000,00 Tersumbat 27,00 16.384,00 442.389,00 1 Bocor 45,00 m 49.154,40 2.211.948,00 Pecah 30,00 137.159,50 4.114.785,00



Drainase Retak 19,00



m1



29.375,00 558.125,00



112



Tabel 4.47 Perhitungan biaya pemeliharaan Utilitas pada Unit Gedung Belajar (lanjutan) Jenis Kerusakan Biaya (Rp.) Sub Komponen Elemen/ Sub Elemen Jenis Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Pecah 75,00 24.700,00 1.852.500,00 unit 36.700,00 440.400,00 Sakelar/ Stop kontak Retak 12,00 9.640,00 867.600,00 Listrik 1 Kabel Putus 90,00 m Lampu Mati 130,00 unit 73.700,00 9.581.000,00 Pesawat Mati 0,00 unit Telepon Kabel201.700,00 Putus 0,00- m 1



37.465,00 -



Total Biaya 45.578.078,40



Maka total biaya pemeliharaan Komponen Utilitas pada contoh Unit Gedung Belajar, yaitu: BP Unit Gedung Belajar = BP Air Bersih + BP Air Kotor + BP Air Hujan +BP Listrik + BP Telepon = Rp. 45.578.078,40,- Rangkuman hasil dari perhitungan Biaya Pemeliharaan Komponen seluruh Unit Gedung Kantor, Penunjang dan Belajar adalah sebagai berikut: a. BP Komponen Arsitektur = S(BP Komponen Arsitektur Ruang)



= Rp. 1.053.358.215,17,- b. BP Komponen Struktur = S(BP Komponen Struktur Unit Gedung) = Rp. 201.774.085,00,- c. BP Komponen Utilitas = S(BP Kompon en Utilitas Unit Gedung) = Rp. 53.649.376,00,- Maka total Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan Gedung dapat dihitung dengan menjumlah semua BP Komponen Arsitektur, Struktur dan Utilitas yaitu sebesar: Rp. 1.308.781.676,87,00,-



113



Hasil dari perhitungan Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan Pagar, Halaman dan Gedung adalah sebagai berikut: 1) Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan Pagar = Rp. 11.385.416,00,- 2) Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan Halaman = Rp. 4.832.856,00,- 3) Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan Gedung = Rp. 1.308.781.676,87,Total Biaya Pemeliharaan Bangunan Sekolah adalah jumlah total Biaya Pemeliharaan Sub Bangunan diatas yaitu sebesar: Rp. 1.324.999.948,87,- Hasil perhitungan total biaya pemeliharaan secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.48 (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D).



114



Tabel 4.48 Rangkuman hasil perhitungan Biaya Pemeliharaan TOTAL BIAYA (Rp.)U R A I A N Komp Bangu Bangu nan Subnan onen



Komponen Komponen)= Sub Bangunan Komponen) = Bangunan = S(Biay a Sub S(Biay a sub S(Biaya Bangunan)



Sub Komponen Sub Komponen



Pintu Pas.-Bata DindinCat PagarH Plesteran g alaman



27.726,00 11.357.690,00



1.468.750,00 9.888.940,00



Pondasi Lap. O.R. Lap. Upacara Taman



-



4.832.856,00



R. Kepsek dan Wakil -



11.385.416,00



4.832.856,00



319.376,52 R. Dewan RuangGuru 106.458,84 R. Tata Usaha (TU) 212.917,68 R. Tamu Kantor R. Pantry/Kantin 3.243.875,75 R. UKS/OSIS 495.243,50 R. BP/BK 22.558,00 R. KM/WC 111.750.020,90 R. Aula 394.246,50 R. Repro 815.930,50 R. Gudang 9.046.849,50 R. Pemeliharaan Ruang R. Genset 919.105,50130.750.769,65 Penunjang Alat 611.708,00 Rumah Penjaga 334.319,50 Pos Jaga Musholla 214.735,00 Ruang Selasar 2.719.628,00 R. Parkir Kendaraan 182.549,00 R. Kelas I-A 340.835,00 Arsitek tur



R. Kelas I-B 518.004,75 R. Kelas I-C 1.763.464,25 R. Kelas I-D 2.358.255,00 R. Kelas I-E 655.429,50



1.053.358.215,17



R. Kelas I-F 115.732,00 R. Kelas II-A 168.045,00 R. Kelas II-B 2.820.137,00 R. Kelas II-C 292.651,00 R. Kelas II-D 22.558,00 R. Kelas II-E 92.438,50 R. Kelas II-F 114.996,50 R. Kelas III-A 69.880,50 R. Kelas III-B 149.496,50 Ruang R. Kelas III-C 114.996,50 R. Kelas III-922.288.069,00 1.308.781.676,87 Belajar D 99.738,50 R. Perpustakaan 1.046.781,50 R. Gambar/Studio Gedun 28.474.454,25 Bengkel Bangunan g 337.568.730,25 Bengkel Mesin 249.897.981,50 Bengkel Otomotif 108.677.577,25 Bengkel Elektronik 186.925.885,75 Struktur Atap Struktur Atas Struktur Bawah Struktur Atap 5.132.219,00 Struktur Atas Struktur Bawah Struktur Unit GedungAtap 196.641.866,00 Struktur Atas Struktur Bawah Air BersihKantor 76.689,45 Air Kotor Air Hujan 206.654,40 Listrik Unit Gedung344.600,00 Struktu Telepon Penunjang Air Bersih 76.689,45 r 201.774.085,00 5.132.219,00 Air Kotor 449.230,00 Air Hujan 2.616.935,00 Unit GedungListrik 4.300.500,00 Telepon Belajar Air Bersih 3.188.437,20 Air Kotor 196.641.866,00 4.977.003,60 Air Hujan 24.671.137,60 Listrik 12.741.500,00 Telepon Unit Gedung Kantor 627.943,85



BANG UNAN SEKO LAH



Unit Gedung Utilitas Penunjang



Unit Gedung Belajar 45.578.078,40



7.443.354,45



53.649.376,70



1.324.999.948,87



115



4.5. Perhitungan Skala Prioritas dan Pembahasan Penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan sekolah pada penelitian ini didasarkan pada hasil perhitungan nilai Indeks Kondisi Bangunan Sekolah dan Biaya Pemeliharaan. Nilai Indeks Kondisi didasarkan pada hasil penilaian kondisi kerusakan komponen/elemen dikalikan dengan bobot fungsionalnya masing- masing, sedangkan Biaya Pemeliharaan adalah hasil perkalian antara volume kondisi kerusakan komponen/elemen Bangunan Sekolah dengan harga satuan pekerjaan. Penyusunan urutan skala prioritas pemeliharaan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Mengurutkan nilai Indeks Kondisi ( IK) dari nilai terkecil sampai dengan nilai terbesar, dimana nilai yang terkecil menjadi prioritas pertama. 2) Mengurutkan nilai Biaya Pemeliharaan ( BP) dari nilai terbesar sampai dengan nilai terkecil, dimana nilai yang terbesar menjadi prioritas pertama. 3) Mengurutkan nilai Indeks Efisiensi Biaya ( IEB) yaitu dengan menghitung nilai Selisih Indeks Kondisi ( ΔIK) dibagi Biaya Pemeliharaan (BP), dimana nilai yang terkecil menjadi prioritas pertama.



4.5.1. Skala Prioritas Berdasarkan Indeks Kondisi Skala prioritas berdasarkan nilai Indeks Kondisi mengutamakan penanganan pada komponen/elemen bangunan yang paling besar tingkat kerusakannya. Komponen/elemen bangunan yang memiliki nilai Indeks Kondisi terkecil menunjukkan tingkat kebutuhan penanganan pemeliharaan yang lebih besar daripada komponen/elemen lainnya. Urutan hasil penentuan skala prioritas



116



pemeliharaan berdasarkan Indeks Kondisi ditunjukkan pada Tabel 4.49 sampai dengan Tabel 4.52. Tabel 4.49 Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi



pada Sub Bangunan Sekolah Bangunan Skala Prioritas Sub Bangunan Indeks Kondisi Gedung 93,87 1 Pagar 95,22 2 Halaman 96,20 3 BANGUNAN SEKOLAH



Tabel 4.50 Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada Komponen Bangunan Sekolah Prioritas Sub Banguan Indeks Komponen Skala Kondisi Utilitas 86,73 1 Arsitektur 92,93 2 Gedung Struktur 97,52 3 Pintu 85,00 1 Dinding 96,42 2 Pondasi 100,00 3 Taman 85,00 1 Lap. Upacara 100,00 2 Lap. O.R. 100,00 3



Pagar



Halaman



Tabel 4.51 Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada Sub Komponen Bangunan Sekolah Komponen Skala



Prioritas Sub Komponen Indeks Kondisi Listrik 77,67 1 Air Hujan 79,40 2 Air Bersih 83,15 3



Utilitas Air Kotor 95,63 4 Telepon 100,00 5 Ruang Belajar 88,90 1 Ruang Penunjang 93,60 2 Ruang Kantor 99,01 3 Struktur Atap 87,74 1 Arsitektur



Struktur Dinding



Struktur Bawah 100,00 2 Struktur Atas 100,00 3 Plesteran 92,50 1



Pagar



Cat 95,00 2 Pas. Bata 100,00 3



117



Tabel 4.52 Urutan skala prioritas berdasarkan Indeks Kondisi pada ruang disusun per kelompok ruang Kelompok Ruang Skala PrioritasRuang Indeks Kondisi Bengkel Bangunan 75,64 1 Bengkel Mesin 78,80 2 Bengkel Otomotif 85,59 3 R. Gambar/Studio 86,95 4 Bengkel Elektronik 87,83 5 R. Kelas I-C 92,24 6 R. Kelas II-B 93,66 7 R. Kelas I-E 94,39 8 R. Kelas I-B 95,32 9 R. Kelas I-D 95,47 10



Ruang Belajar



R. Kelas I-A 96,28 11 R. Perpustakaan 96,48 12 R. Kelas III-C 96,77 13 R. Kelas II-F 96,77 14 R. Kelas III-B 97,02 15 R. Kelas I-F 97,54 16 R. Kelas II-E 97,54 17 R. Kelas III-D 98,08 18 R. Kelas II-A 98,27 19



R. Kelas II-D 98,47 20 R. Kelas II-C 98,67 21 R. Kelas III-A 99,07 22 R. KM/WC 67,04 1 R. Gudang 89,44 2 R. Pantry/Kantin 90,02 3 R. Repro 92,28 4 R. Pemeliharaan Alat 94,13 5



Ruang Penunjang



R. Genset 94,41 6 R. UKS/OSIS 94,84 7 Rumah Penjaga 95,72 8 Ruang Selasar 96,31 9 Musholla 96,88 10 R. BP/BK 97,70 11



R. Parkir Kendaraan 97,91 12 R. Aula 98,10 13 Pos Jaga 100,00 14 R. Dewan Guru 98,58 1 Ruang Kantor



R. Tata Usaha (TU) 98,58 2 R. Kepsek dan Wakil 100,00 3 R. Tamu 100,00 4



118



4.5.2. Skala Prioritas Berdasarkan Biaya Pemeliharaan Skala prioritas berdasarkan nilai Biaya Pemeliharaan mengutamakan penanganan pada komponen/elemen bangunan yang paling besar membutuhkan biaya pemeliharaan dan juga sekaligus tingkat kerusakannya. Komponen/elemen bangunan yang memiliki nilai Biaya Pemeliharaan terbesar menjadi urutan skala prioritas pertama dan seterusnya untuk komponen/elemen lainnya. Besarnya nilai Biaya Pemeliharaan dipengaruhi oleh besarnya volume pekerjaan yang diakibatkan oleh tingginya tingkat kerusakan pada komponen/elemen bangunaan sekolah dikalikan harga satuan pekerjaan. Dari hasil perhitungan bisa diketahui bahwa volume pekerjaan yang besar (tingkat kerusakan tinggi) belum tentu menghasilkan nilai Biaya Pemeliharaan yang lebih besar dari volume pekerjaan yang kecil, hal ini disebabkan perbedaan besar kecilnya harga satuan pekerjaan. Sebagai contoh pada pekerjaan rangka kayu plafond dan cat plafond, walaupun pekerjaan rangka kayu plafond lebih kecil volumenya dari cat plafond tetapi nilai Biaya Pemeliharaan rangka kayu plafond lebih besar daripada cat plafond (lihat Lampiran D-12, Bengkel Otomotif). Hal ini juga menjadi pertimbangan dalam penentuan Skala Prioritas berdasarkan besarnya nilai Biaya Pemeliharaan. Urutan skala prioritas pemeliharaan berdasarkan Biaya Pemeliharaan ditunjukkan pada Tabel 4.53 sampai dengan Tabel 4.56.



119



Tabel 4.53 Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Sub Bangunan Sekolah Bangunan Skala



Prioritas Sub Bangunan Biaya Pemeliharaan (Rp.)



Gedung 1.308.781.676,87 BANGUNAN SEKOLAH2 Halaman 4.832.856,00



1 Pagar 11.385.416,00 3



Tabel 4.54 Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Komponen Bagunan Sekolah Sub Banguan Skala



Prioritas Komponen Biaya Pemeliharaan (Rp.)



Arsitektur 1.053.358.215,17 201.774.085,00 2 Utilitas 53.649.376,70 1 Pintu 27.726,00 3 Taman 4.832.856,00



Gedung



Pagar



Halaman



Lap. Upacara 3



1 Struktur 3 Dinding 11.357.690,00 2 Pondasi 1



2 Lap. O.R. -



Tabel 4.55 Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada Sub Komponen Bangunan Sekolah Komponen Skala



Arsitektur



Struktur



Utilitas



Dinding Pagar



Prioritas Sub Komponen Biaya Pemeliharaan (Rp.) Ruang Belajar 922.288.069,00 1 Ruang Penunjang 130.750.769,65 2 Ruang Kantor 319.376,52 3 Struktur Atap 201.774.085,00 1 Struktur Atas 2 Struktur Bawah 3 Air Hujan 27.494.727,00 1 Listrik 17.386.600,00 2 Air Kotor 5.426.233,60 3.341.816,10 5 Cat 9.888.940,00 2 Pas. Bata -



3 Air Bersih 4 Telepon 1 Plesteran 1.468.750,00 3



120



Tabel 4.56 Urutan skala prioritas berdasarkan Biaya Pemeliharaan pada ruang disusun per kelompok ruang Kelompok Ruang Skala PrioritasRuang Biaya Pemeliharaan (Rp.) Bengkel Bangunan 337.568.730,25 1 Bengkel Mesin 249.897.981,50 2 Bengkel Elektronik 186.925.885,75 3 Bengkel Otomotif 108.677.577,25 4 R. Gambar/Studio 28.474.454,25 5



Ruang Belajar



R. Kelas II-B 2.820.137,00 6 R. Kelas I-D 2.358.255,00 7 R. Kelas I-C 1.763.464,25 8 R. Perpustakaan 1.046.781,50 9 R. Kelas I-E 655.429,50 10 R. Kelas I-B 518.004,75 11 R. Kelas I-A 340.835,00 12 R. Kelas II-C 292.651,00 13 R. Kelas II-A 168.045,00 14 R. Kelas III-B 149.496,50 15



R. Kelas I-F 115.732,00 17 R. Kelas II-F 114.996,50 99.738,50 19 R. Kelas II-E 92.438,50 21 R. Kelas II-D 22.558,00 111.750.020,90



Ruang Penunjang



Ruang Kantor



16 R. Kelas III-C 114.996,50 18 R. Kelas III-D



20 R. Kelas III-A 69.880,50 22 R. KM/WC 1 R. Gudang 9.046.849,50



2



R. Pantry/Kantin 3.243.875,75 3 Ruang Selasar 2.719.628,00 4 R. Genset 919.105,50 5 R. Repro 815.930,50 6 R. Pemeliharaan Alat 611.708,00 7 R. UKS/OSIS 495.243,50 8 R. Aula 394.246,50 9 Rumah Penjaga 334.319,50 10 Musholla 214.735,00 11 R. Parkir Kendaraan 182.549,00 12



R. BP/BK 22.558,00 14 R. Tata Usaha (TU) 212.917,68



13 Pos Jaga 1



R. Dewan Guru 106.458,84 3 R. Tamu -



4



2 R. Kepsek dan Wakil -



121



4.5.3. Skala Prioritas Berdasarkan Δ IK dibagi BP Penentuan skala prioritas berdasarkan nilai indeks efisiensi biaya lebih mengutamakan efisiensi pengunaan dana (biaya yang ada) yaitu untuk meningkatkan nilai satu satuan indeks kondisi pada komponen/elemen bangunan. Nilai indeks efisiensi biaya dihitung dengan cara ΔIK dibagi BP, maka nilai indeks efisiensi biaya yang terkecil akan menjadi prioritas pertama karena tingkat efisiensinya tertinggi. Hasil perhitungan skala prioritas berdasarkan nilai ΔIK/BP seperti ditunjukkan pada Tabel 4.57 sampai dengan Tabel 4.61. Tabel 4.57 Perbandingan urutan skala prioritas berdasarkan ΔIK/BP



pada Sub Bangunan Sekolah Bangunan Sub Bangunan Indeks Kondisi Biaya Pemeliharaan ΔIK/BP Nilai Prioritas Nilai Prioritas Nilai Prioritas Gedung 93,87 1 1.308.781.676,87 1 4,68E-09 1 Pagar 95,22 2 11.385.416,00 BANGUNAN 2 4,20E-07 2 Halaman 96,20 3 4.832.856,00 3 7,87E-07 3 SEKOLAH



Pada Tabel 4.57 menunjukkan hasil Sub Bangunan Gedung yang tetap memperoleh urutan pertama Skala Prioritas berdasarkan IK, BP maupun ΔIK/BP. Pada Tabel 4.58 memperlihatkan perbandingan urutan skala prioritas komponen/elemen bangunan sekolah, dimana Komponen Arsitektur memperoleh urutan pertama Skala Prioritas berdasarkan BP dan ΔIK /BP dibandingkan Komponen Struktur dan Utilitas ( ΔIK/BP ), walaupun berdasarkan IK Komponen Arsitektur memperoleh