Sistem Pengukuran Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Accounting Measurement Systems



I. Three Main Measurement Systems ■



Historic cost accounting system muncul setelah Wall Street mengalami kolaps di tahun 1929.







Di tahun 1960-an, dikembangkan dua sistem pengukuran baru yaitu current cost accounting (dikenalkan oleh Edwards & Bell, 1961) dan exit price accounting.







Edwards & Bell menjelaskan bahwa konsep current cost accounting berasal dari financial & physical capital maintenance.



II. Historical Cost Accounting Objective of Historical Cost Accounting ■



Critical point dari historical cost accounting terletak pada akuntabilitas & stewardship.







Tujuan dari historical cost ditekankan pada hubungan konservatif “kontraktual” antara perusahaan dan pihak-pihak yang menyediakan sumber daya.







Kritiknya: hanya melaporkan income tanpa adanya pengakuan atas perubahan nilai dari aset dan liabilitas sehingga dapat menyebabkan adanya informasi yang misleading dan kebijakan dividen yang tidak tepat.



Capital and Profit & Matching costs Theory ■



Untuk menentukan profit (historic cost), entitas melihat dari kenaikan dari biaya perolehan awal capital (aset minus liabilitas) dan capital akhir periode akuntansi.







Akuntan menentukan biaya yg menjadi beban dan menandingkannya dengan income pada income statement. Biaya yang belum menjadi beban disajikan pada neraca.



Arguments for Historical Cost Accounting ■



Relevant in making economic decisions







Based on actual, not merely possible, transactions







Data have been found to be useful







The best understood concept of profit







Must guard data against internal modifications







Profit based on alternatives may not be useful







Market prices can be supplementary data







Insufficient evidence to reject it



Critics for Historical Cost Accounting ■



Stewardship bukan tujuan utama, melainkan decision making, historic cost gagal menyediakan informasi yang relevan untuk decision making.







Tidak relevan saat mengevaluasi keputusan di masa lalu. Setelah akuisisi, data historic cost hanyalah fiksi.







Menghasilkan pengukuran profit yang tidak sempurna.







Asumsi going concern tidak relevan dengan historic cost accounting.







Faktanya, kasus penandingan beban dan pendapatan tidak mungkin dipraktikkan.







Neraca merupakan bagian penting tersendiri dan merupakan sumber utama informasi dari posisi keuangan perusahaan, dan bukan laba rugi yang terpenting.







Ada non aset yg disajikan sebagai aset dan non liabilitas yg disajikan sebagai liabilitas.







Historic cost hanya fokus pada net-profit sehingga terdapat penyimpangan atas pengungkapan informasi keuangan penting lain yg dibutuhkan oleh investor.







Investor tertarik pada return jangka panjang bukan hanya sekedar net profit dan dividen jangka pendek.



III. Current Cost Accounting Objective of Current Cost Accounting (CCA) CCA merupakan sistem akuntansi dimana aset dinilai pada current market buying prices dan profit ditentukan berdasarkan alokasi dari biaya sekarang. Tujuan dari CCA yaitu menyediakan informasi bagi user yang relevan untuk decision making, oleh karena itu user atau manager harus mengetahui dan mempertimbangkan keputusan seperti apa yang akan diambil. Tujuan dari data yg disajikan oleh CCA yaitu digunakan untuk: ■



Manajer mengevaluasi kejadian masa lalu untuk pengambilan keputusan lebih baik di masa depan.







Pemangku kepentingan, kreditor, dan pihak yang berkepentingan lainnya mengevaluasi kinerja manajer.



Concept of Business Profit and Financial Capital Berkaitan dengan profit, manajemen dihadapkan pada dua keputusan antara lain: ■



Holding decisions, keputusan antara memegang atau melepas aset dan liabilitas.







Operating decisions, bagaimana menggunakan dana dan mendanai kegiatan operasi entitas.



Edwards & Bell memberikan konsep “business profit” yang terdiri dari: ■



Current operating profit.







Realisable cost savings.



Holding Gains and Losses ■



Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang aset dan liabilitas tertentu adalah salah satu cara manajer untuk meningkatkan posisi perusahaan di market. Manajer ingin tahu jika hal tersebut dapat berhasil. Dengan historical cost, gains akan dicatat hanya saat aset tersebut terjual. Dalam historical cost juga, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien* karena tidak adanya pemisahan yang jelas antara holding gain dan operating profit.



Why Holding Gains are a Component of Profit ■



Revsine (1973) menjelaskan keuntungan perusahaan yg berasal dari penambahan harga dari asetnya karena cash outflow lebih besar akan diperlukan jika aset tsb dibeli mereka sekarang. Cash saving yang dikarenakan pembelian saat timing tidak sengaja tersebut merupakan keuntungan yg real, dan dimasukkan dalam pendapatan. Hal ini merupakan opprtunity cost, salah satu komponen dari pendapatan yaitu cost saving. Juga hal tersebut merupakan opportunity gain karena perusahaan membeli aset tersebut di saat harga lebih rendah dibandingkan dengan waktu lain.



Financial Capital vs Physical Capital ■



Pada current cost accounting, terdapat dua pandangan pokok terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta bagaimana profit diukur, yaitu secara konsep financial (financial capital concept) dan konsep fisik (physical capital concept).



In Support of Physical Capital ■



Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus sebelumnya, awalnya perusahaan memiliki 100 unit maka seharusnya harus mampu membeli 100 unit pada akhir periode. Ketika harga unit naik sebesar $2 per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200 pada



akhir periode untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200 bukanlah merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal (capital maintenance adjustment). Valuation Principles Non-monetary Items ■



item non moneter seperti tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan ditampilkan pada current cost. Penilaian diperoleh dengan cara: 1. Harga pembelian saat ini di pasar, atau 2. Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau 3. Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.



Monetary Items and Loan Capital ■



Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada current cost dari barang atau jasa.



Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market ■



Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital gain.



Argument for and Against Current Cost ■



Recognition principle. Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost accounting melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan akan hanya diakui pada saat nonmonetary asset terjual. Namun pendukung current cost menunjukkan unrealised holding gains dapat diakui jika terdapat bukti objektif yang memadai bahwa adanya perubahan harga.







Objectivity of current cost.. Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost tidak didasarkan pada transaksi perusahaan yang sebenarnya.







Technological change. Current cost accounting dikritisi karena mengabaikan kemajuan teknologi. Lemke (1966) mencatat bahwa perhatian utama dari current operating profit adalah prospek jangka panjang perusahaan, namun timbul pertanyaan prospek jangka panjang tersebut ditunjukkan dengan kemungkinan dari cara produksi saat ini ketika telah usang. Jika operasi masa depan akan didasarkan pada beberapa teknik yang berbeda, maka operating profit sekarang tidak akan menjadi indikator valid dari operating profit masa depan.



More Specific Critism ■



Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada dasarnya dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah terkait yaitu subjektivitas dari penentuan peningkatan biaya.







Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.







Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang bervariasi. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi



IV. Exit Price Accounting Income and Capital Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Perbedaan dengan historical cost: ■



Nilai dari aset non-moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai unrealized gains.







Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi.



Objective of Accounting–Adaptive Decision Making ■



Tujuannya -> menyediakan data yg relevan untuk ‘adaptive decision making’. Asumsi yg dibangun adalah dunia usaha bergerak dinamis dan perusahaan harus beradaptasi untuk dapat bertahan.







Perusahaan akan terjun ke pasar untuk melakukan transaksi. Nilai moneter dari aset dan liabilitas dapat diukur secara objektif berdasarkan harga pasarnya (purchase & selling price).







Harga beli atau current cost tidak menunjukkan kemampuan perusahaan dalam market untuk beradaptasi dengan kondisi sekarang, namun harga jual lah yang menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut.







Harga jual dari aset non-moneter yaitu harga wajar dari aset apabila akan dilikuidasi, Chambers menyebutnya ‘current cash equivalent’.







Ketika perusahaan membeli aset non-moneter, maka akan mengubah kemampuannya dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara kas maka saldo kas perusahaan akan turun sehingga membatasi perusahaan mengeluarkan kas untuk investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan pengambilan kredit perusahaan di masa datang



Arguments for Exit Price Accounting Providing useful information Di abad 20 akuntansi memiliki fungsi penyedia informasi yg penting untuk shareholders. MacNeal berpendapat akuntansi konvensional (historical cost) berpotensi menyesatkan informasi dalam laporan keuangan. Solusi ideal menurut MacNeal adalah akuntan melaporkan profit dan rugi serta menilainya sesuai dengan yang ditentukan dalam pasar kompetitif. MacNeal menyarankan: 1. Marketable assets dinilai pada harga pasar (exit price) 2. Non-marketable reproducible assets dinilai pada replacement cost 3. Occasional non-marketable, non reproductible assets dinilai pada biaya perolehan. Relevant and reliable information Agar relevan, informasi harus berguna dalam pengambilan keputusan user sehingga memungkinkan pengguna untuk memutuskan yang mana merupakan aksi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana saja yang relevan terhadap masalah yang dihadapi dan model keputusan. Masalahnya terletak pada pemilihan model keputusan yang tepat dengan meng-assess kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari alternatif aksi sekarang yg tersedia Additivity Produk utama dari sistem akuntansi adalah laporan akuntansi. Jika kita memberikan nilai yang berbeda pada berbagai karakteristik yang berbeda juga, maka tidak dapat secara logis dapat ditambahkan bersama-sama. Contohnya kita tidak dapat menilai liabilitas pada biaya perolehan, persediaan pada replacement cost, aset lain pada present value. Namun Chambers berpendapat bahwa penilaian seluruh elemen di laporan keuangan berdasarkan exit values, menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara konsisten di seluruh perusahaan. Allocation Thomas (1974) menyesalkan fakta bahwa sistem akuntansi historical & current cost mengandalkan alokasi biaya untuk penilaian aset dan penentuan profit. Dia berpendapat kelebihan dari exit price accounting adalah laporan keuangannya bebas dari unsur alokasi. Laporan laba rugi bukan laporan perubahan jumlah alokasi, namun aliran masuk aset dan perubahan exit values dari aset dan liabilitas perusahaan di suatu periode. Profit menggambarkan jumlah perubahan dari daya beli aset berish yang nyata, kecuali tambahan investasi pemilik. Reality Exit price accounting melibatkan referensi dari dunia nyata karena memang menggunakan harga pasar aktual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-item dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia. Objectivity



Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada kenyataannya harga pasar relatif lebih mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker (1975) melakukan penelitian tentang komparasi relatif dan objektivitas exit price dengan historical cost. Hasilnya menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi yang lebih sedikit dibandingkan dari jumlah tercatatnya. Penyebab utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa. A measure risk Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai risiko dan kinerja dalam mengelola risiko finansial yang signifikan, akan membutuhkan: 1. deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut; 2. Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja keuangan; 3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar instrumen keuangan. Arguments Against Exit Price Accounting Profit concept Konsep pengukuran profit dalam exit price selalu memaksimalkan cash equivalent dari aset bersih selama periode jangka pendek secara berturut-turut. Argumen yang menentang exit price adalah akuntansi harus mengukur kejadian masa lalu, yang benar-benar terjadi, dari pada kejadian yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan sesuatu lain dari apa yang telah direncanakan. Weston (1970) berpendapat bahwa exit price accounting menyediakan informasi yang relevan jika perusahaan berencana akan melikuidasi asetnya, jika perusahaan berencana untuk melanjutkan usahanya, informasi yang disajikan tidak relevan. Additivity Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi harus berdasarkan hanya pada kejadian masa lalu dan sekarang. Kritik muncul, current cash equivalent (CCE) aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi secara bertahap dan teratur. Jika itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan CCE tercatat sesuai tanggal neraca. Nilai realisasi untuk aset yg segera dijual (forced liquidation) dapat menyimpang jauh dari nilai berdasarkan asumsi likuidasi secara bertahap dan teratur. The valuation of liabilities Chambers (1970) berpendapat utang obligasi secara efektif merupakan bentuk dari modal dan seharusnya dinyatakan pada face value daripada market value. Hal ini menunjukkan inkonsistensi, karena obligasi sebagai aset harus dinyatakan pada market value. Current cost or exit price



Edwards (1975) menyebutkan ahli teori current cost memperdebatkan bahwa entry price adalah metode penilaian yang ‘normal’ berdasarkan alasan: 1. Menggunakan exit price menyebabkan revaluasi yang ganjil karena sesaat setelah akuisisi nilai pembelian biasanya turun sehingga kurang dari biaya akuisisi. 2. Exit price menyiratkan pendekatan jangka pendek pada kegiatan usaha karena berfokus pada nilai pelepasan dan likuidasi 3. Menggunakan exit price untuk barang jadi persediaan menyebabkan mendahului oprating profit sebelum point of sale karena persediaan dinilai melebihi biaya sekarang. V. Value in Use vs Value in Exchange Sebuah aset memiliki nilai karena kegunaannya dalam usaha daripada penjualannya. Selain itu, aset dapat memiliki dua komponen penting yaitu 1. Value in use, menekankan pada pendekatan jangka panjang. Pendekatan ini menggunakan investor eksternal atau entitas yang berorientasi pada produksi sebagai benchmark karena keduanya berfokus pada prospek aliran kas masa depan. 2. Value in exchange, yang berkonsentrasi pada pendekatan penilaian jangka pendek. Pendekatan ini mengambil sudut pandang manajer internal dan kreditor yang membuat keputusan berkaitan dengan likuiditas perusahaan yang berpengaruh pada kinerja jangka pendek perusahaan. Barton (2000) melihat keduanya saling melengkapi bukan saling menggantikan. Hubungannya dapat dilihat sebagai berikut: 1. Jika CCA > EXA dan CCA > NPV maka aset memiliki value in use – maintain current operations 2. Jika EXA > CCA dan CCA > NPV likuidasi aset yg digunakan – continually adapt assets to other alternative investments 3. Jika EXA > CCA dan CCA < NPV, maka likuidasi dan hentikan seluruh operasi VI. A Global Perspective and International Financial Reporting Standards Current cost accross the world ■



Current cost in the United States – an experiment but abandoned (1976 -1984)







Current cost in the United Kingdom – implemented but abandoned (1975 – 1985)







Current cost in Australia – recommended but abandoned (1976 – 1980’s)



International Accounting Standards and Current Costs ■



IASB dan FASB pada tahun 2004 sepakat bahwa fair value (nilai wajar) merupakan basis pengukuran yang terbaik.







Fair value dijabarkan sebagai jumlah yang dapat ditukarkan untuk sebuah aset, atau melunasi liabilitas, dengan sama-sama memiliki pengetahuan, kemauan antar pihak dalam transaksi



perpanjangan tangan. Dalam pasar aktif fair value normalnya harga transaksi saat ini dan jika tidak ada pasar aktif maka nominal pengganti fair value dapat digunakan seperti discounted cash flow, option pricing models, depreciated replacement cost, market indexes, & appraisal value ■



Historic cost accounting masih digunakan secara umum.







IASB condong pada exit prices di tahun 2004







Masih banyak pendekatan penilaian campuran



A Mixed Measurement System and International Standards ■



Market value dan exit price berimplikasi pada pendekatan fair value yang digunakan dalam International Financial Reporting Standards.







Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari biaya historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah standar internasional



VII. Issues for Auditors ■



Model pengukuran campuran menghasilkan informasi yang salah saji sehingga auditor berjuang untuk menemukan tujuan utama dari klien.







Tiap model pengukuran memiliki risiko salah saji.