Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN I KEHAMILAN PERUBAHAN ANATOMIS DAN ADAPTASI FISISOLOGIS PADA SISTEM PERKEMIHAN



Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Mustika Diana Pratiwi Nensi Risky Felani Nurul Aprilia Iriani S Ondiana Isabela Kase Putri Cholifah Ratri Yanuartining Risky Ayu P Rosalia De Araujo Man



PROGAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI TAHUN 2013 – 2014



1



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ PERUBAHAN ANATOMIS DAN ADAPTASI FISISOLOGIS PADA SISTEM PERKEMIHAN “ Penyusunan laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas “ ASUHAN KEBIDANAN I KEHAMILAN “ sejak dari awal hingga akhir selesainya penyusunan makalah ini penulis telah menerima bantuan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1



Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayat dan taufik-Nya.



2



Ibu Dosen matakuliah



3



Teman-teman STIKES Surya Mitra Husada Kediri, khususnya teman-teman prodi kebidananyang selalu memberikan dukungan dan masukan dalam segala hal.



4



Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir



kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan



manfaat bagi semua pihak yang membuat. Dan penulis juga menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini kedepannya.



Kediri, 28 Oktober 2014



Kelompok Penyusun



2



DAFTAR ISI Halaman Judul..................................................................................................



i



Kata Pengantar..................................................................................................



ii



Daftar Isi...........................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN.................................................................................



1



1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................



1 1 2 2



BAB II PEMBAHASAN..................................................................................



3



2.1. Definisi Sistem Perkemihan....................................................................



3



2.2. Fisiologi Miksi.........................................................................................



9



2.3. Fisiologi Perkemihan Kehamilan............................................................



10



BAB III PENUTUP..........................................................................................



11



3.1 Kesimpulan.................................................................................................



11



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi. Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-perubahan anatomi serta adaptasi fisiologis pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi dan adapatsi fisiologis tersebut meliputi beberapa sistem tubuh, seperti sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem perkemihan, dll Perubahan pada sistem perkemihan seperti ibu hamil sering buang air kecil karena adanya desakan oleh fetus yang semakin besar dalam uterus. Memang adakalanya perubahan yang terjadi tak begitu nyaman dirasakan. Namun demikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proses kehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal. Sebaliknya bila gejala-gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengganggu aktivitas dan bahkan sampai dehidrasi tentu bukan hal yang normal lagi. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa pengertian perkemihan ? b. Apa saja struktur anatomis yang membentuk sistem perkemihan? c. Apa Fungsi Sistem Perkemihan ? d. Bagaimana Perubahan struktur anatomi sistem Perkemihan pada kehamilan e. Bagaimana Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan Sampai Persalinan Pada Sistem Perkemihan f. Bagaimana Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III pada system Perkemihan.



1.3. Tujuan



1



Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memperdalam pengetahuan mengenai perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis sistem perkemihan pada ibu hamil 1.4. Manfaat Bagi Penulis  



Sebagai bahan suatu pembelajaran Sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan



Bagi Pembaca  



Sebagai literatur Sebagai bahan suatu pertimbangan dalam pembuatan makalah



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan berperan penting dalam eliminasi sampah dari tubuh, dan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem perkemihan melakukan fungsi ini dengan mengatur komposisi, volume, dan tekanan darah yang melewati ginjal. Sistem ini secara continue membuang dan mereabsosi air dan subdtansi terlarut dalam darah, mengeliminasi setiap substansi yang tidak dibutuhkan atau yang menyebabkan ketidak seimbangan dalam tubuh, sementara substansi lain yang berguna untuk tubuh tetap dipertahankan. Selama kehamilan, fungsi sitem perkemihan mengalami perubahan karena adanya faktor seperti kadar hormon, pembesaran uterus, dan perubahan volume cairan yang bersirkulasi dalam sistem kardiovaskular dan sistem limfatik. Tubuh tetap dapat berfungsi secara efektif walaupun terjadi perubahan tersebut sehingga kehamilan tetap berada dalam parameter normal. Produk sisa metabolisme pada janin dibuang dari darah melalui plasenta. Akan tetapi, urine tetap diproduksi dan diekskresi, dan berperan dalam cairan amnion sekitar janin. Setelah pelahiran, sistem perkemihan bayi sudah cukup matur untuk membuang smapah metabolisme dari darah dan untuk keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh bayi. a. Struktur Anatomis yang Menbentuk Sistem Perkemihan Struktur anatomis yang membentuk sistem perkemihan yaitu: 1) Dua ginjal, yang membentuk urine 2) Dua ureter, yang menyelurkan urine kekandung kemih 3) Kandung kemih, yang menyimpan urine 4) Uretra, saluran yang mengeluarkan urine dari dalam tubuh 1) Ginjal Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak disetiap sisi kolumna vertebrata di dinding posterior rongga abdomen, ginjal terletak dibelakang peritoneum, setinggi vertebra toraks ke-12 hingga vertebra lumbal ke-3, dan letaknya dipertahankan oleh massa lemak. Ginjal kanan letaknya sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena adanya hati. a) Makrostruktur Ginjal : Ginjal memiliki panjang ± 10 cm, lebar 6,5 cm, dan tebal 3 cm. Setiap ginjal memiliki berat sekitar 120 g. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan adanya tiga daerah utama ginjal yaitu:  Kapsul ginjal, terbentuk dari jaringan fibrosa padat.



3



 



Korteks, berwarna gelap karena mengandung pembuluh darah. Medula, tampak sebagai daerah berbentuk kerucut (piramid ginjal) yang mengandung nefron. Nefron merupakan tempat dibentuknya urine. Permukaan cekung ginjal disebut sebagai hilum, yang merupakan



tempat masuknya pembuluh darah dan saraf ginjal dan tempat keluarnya ureter. Area yang terletak dibawah medula dan mengelilingi hilum disebut sebagai pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan tempat berkumpulnya urine dari piramid ginjal dan mengarahkan urine masuk ke ureter. b) Mikrostruktur ginjal : Ginjal orang dewasa tersusun atas sekitar 1 juta nefron tempat pembentukan urine, dan ribuan duktus koligentes, yang membawa urine ke ureter. Setiap nefron dikelilingi oleh jaringan kapiler darah tempat terjadinya pertukaran cairan dan substansi terlarut yang diperlukan untuk membentuk urine.nefron dapat dibagi menjadi empat bagian anatomis yang memiliki fungsi yang berbeda : a) Simpai bowman, merupakan daerah yang berbentuk mangkok yang dikelilingi oleh massa kapiler, yang dikenla sebagai glomelurus. b) Tubulus konturtus proksimal, bagian nefron yang berbelok dekat dengan simpai bowman. c) Ansa henle, ketika tubulus menurun kedalam medula ginjal. d) Tubulus kontortus distal, bagian nefron distal yang berkelok – kelok menjauhi simpai bowman dan menuju ke duktus koligentes. Duktus koligentes merupakan tubulus lurus yang mengumpulkan urine dari beberapa nefron, dan mengarahkan masuk keureter. c) Fisiologi pembentukan urine Urine dibentuk dalam nefron secara terus menerus melalui tiga proses : a) Filtrasi glomerulus Filtrasi adalah proses ketika air dan substansi terlarut bergerak menembus membran pada tekanan tertentu. Di Simpai Bowman terdapat massa kapiler (glomerulus), yaitu berasal dari arteri renalis yang masuk kehilum ginjal. Arterior aferen yang menuju



glomerulus



memiliki



diameter



yang



lebih



besar



dibandingkan dengan arteriol aferen yang keluar dari glomerulus. Tekanan ini membuat plasma dan molekul kecil terdorong



4



menembus dinding dan masuk ke Simpai Bowman. Glomerulus dan simpai bowman dipisahkan oleh dua lapisan membran sel yang berbentuk dari sel tunggl, yang membantu proses filtrasi. Hanya substansi yang cukup kecil saja yang dapat melalui dinding arteriol dan simpai Bowman yang dpat difiltrasi. Substansi tersebut biasanya termasuk semua unsur darah kecuali sel darah merah, sle darah putih, serta protein plasma. Pada simpai Bowman, 10% dari seluruh darah yang memasuki glomerulus akan difiltrasi. Faktor yang memfasilitasi proses filtrasi yaitu:  Luasnya area permukaan yang dihasilkan akibat panjangnya 



kapiler glomerulus Membran penyaring yang sangat berpori dan sangat tipis







(0,1μm) Tekanan neto filtrasi Tekanan neto filtrasi merupakan penggerak filtrasi



glomelurus, dan tercipta akibat adanya perbedaan diameter arteriol aferen dan arteriol eferen. Ada tiga macam tekanan yang berbeda pada simpai Bowman : 1) Tekanan hidrostatik dari arteriol 2) Tekanan osmotik 3) Tekanan kapsular dari simpai Bowman Tiga tekanan tersebut dipengaruhi seperti yang ditunjukkan dibawah ini untuk menciptakan tekanan neto filtrasi : Tekanan hidrostatik – (tekanan osmotik + tekanan kapsular)= tekanan neto filtrasi. Filtrasi glomerulus menghasilkan filtrat yang sangat encer dan mengandung banyak substansi terlarut dari darah, ada beberapa substansi yang harus dieliminasi dan ada substansi lain yang berguna bagi tubuh. Reabsorbsi tubular selektif berguna untuk mempertahankan substansi yang masih berguna. b) Reabsorbsi tubulus selektif Reabsrbsi tubulus terjadi disepanjang tubulus nefron, namun prosesnya berbeda – beda ditiap bagian tubulus. Tubulus kontortus proksimal Di tubulus kontroktus proksimal (proximal convoluted tubule,PCT), sebagian besar air dan substansi terlarut (solut) direabsorbsi masuk kembali ke aliran darah. Air diabsorbsi secara pasif



melalui



omosis, 5



sedangkan



solut



direabsorbsi



bila



dibutuhkan melalui proses aktif dan pasif. Sebanyak 80% filtrat direabsorbsi dalam PCT. Dalam keadaan normal, substansi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti glukosa, direabsorbsi sepenuhnya selama di PTC. Namun jumlah yang dapat direabsorbsi terbatas. Hal ini dikenal sebagai ambang batas ginjal, dan tingkat batas ambang ginjal berbeda untuk setipa substansi. Jika proses reabsorbsi tubular melebihi ambang batas ginjal, maka beberapa substansi di tahan di tubulus, dan akan terbuag ke urine. Ansa Henle Ansa Hendi berjalan jauh ke arah medula ginjal lalu kembali ke korteks ginjal. Duktus koligentes berjalan parelel dengan bagian tubulus saat memasuki medula ginjal. Hal ini membuat medula sebagai area yang konsentrasinya tinggi karena sebagian besar substansi terlarut yang telah difiltrasi dapat direabsorbsi tanpa kehilangan banyak cairan. Cara ini merupakan metode pemekaan urine. Tubulus kortortus distal Saat filtrat mencapai tubulus kontortus distal (distal convoluted tubule,DCT), 95% air dan substansi terlarut telah direabsorbsi kembali kealiran darah. Reabsorbsi substansi yang dibutuhkan tubuh selanjutnya terjadi di DCT dan duktus koligentes. Di tempat tersebut pula keseimbangan cairan dicapai. Keseimbangan cairan dan elektrolit diatur oleh dua hormon yaitu



aldosteron



dan



hormon



antiuretik



(



antidiuretic



hormone,ADH). Aldosteron menimbulkan reabsorbsi natrium ditubulus distal dan ADH mengatur reabsorbsi air dengan cara meningkatkan permeabilitas DCT dan duktus koligentes. c) Sekresi tubular Pada sekresi tubular, setiap substansi berbahaya dibuang dari tubulus ke dalam aliran darah. Kelebihan ion hidrogen dan kalium, serta beberapa otot yang lolos dari proses filtrasi, dibuang keluar tubuh melalui urine. Sekresi tubular juga berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam – basa. 2) URETER



6



Ureter berada dalam rongga peritoneal, dan masuk dari pelvis ginjal menuju kandung kemih. Terdapat dua ureter pada setiap ginjal. Ureter tersusun atas jaringan fibrosa dan lapisan luar, lapisan otot di tengah, dan lapisan dalam ureter dilapisi oleh epitel transional memastikan tidak tembus air. Lapisan epitel transional memastikan tidak ada air dari pembuluh darah disekitar ureter yang dapat memasuki ureter (kemungkinan karna adanya perbedaan tekanan osmotik). Ureter memasuki kandung kemih pada sudut miring (oblik) sehingga saat kandung kemih terdistensi (besar) karena urine, jalan masuk ke ureter tertutup untuk mencegah aliran balik urine kembali ke ginjal. Dalam ureter, urine dialirkan melalui gerakan peristaltis. 3) KANDUNG KEMIH Kandung kemih terletak dirongga panggul namun jika terisi penuh dengan urine, kandung kemih akan naik hhingga kerongga abdomen sehingga dapat dipalpasi diatas simfisis pubis. Dibelakang kandung kemih terdapat uterus pada perempuan, dan usus pada laki – laki. Ureter memasuki kandung kemih dipertengahan bawah korpus kandung kemih. Dari dasar kandung kemih, uretra mengalirkan urine untuk dikeluarkan dari tubuh. 1) Makrostruktur kandung kemih Kandung kemiih berbentuk seperti buah pir bila sedang kosong, dan berbentuk menyerupai bola saat penuh dengan urine. Kandung kemih dapat menampung sampai 600 ml urine, namun keinginan berkemih akan dihantarkan ke sistem saraf saat kandung kemih berisi sekitar 30 ml urine. Bagian atas kandung kemih disebut sebagai fundus, dan diselimuti olleh peritoneum secara ongggar agar mudah mengembang bila kandung kemih terisi banyak urine. Ruang yang dibentuk antara kandung kemih dan uterus disebut sebagai kavum uterovesikular.bagian dasar kandung kemih disebut sebagai leher kandung kemih, dan didalamnya terbentuk segitiga atau trigonum dengan jalur masuknya dari ureter. 2) Mikrostruktur kandung kemih Dinding kandung kemiih tersusun atas tiga lapisan : a) Lapisan luar berupa jaringan ikat b) Lapisan tengah berupa otot polos, otot detrusor, yang saling bersilangan dengan serabut elastik sehingga memungkinkan



7



kandung kemih berkontraksi dan kembali kebentuk asalnya bila sedang kosong. c) Lapisan dalam berupa lapisan epitel transisional, yang berlipat – lipat disebut rugae, sehingga memungkinkan kandung kemih mengembang. 4) URETRA Uretra meninggalkan kandung kemih dari bagian dasar trigonum dan melalui otot pereneum menuju orifisium uretra. Panjang uretra berbeda pada setiap jenis kelamin, pada laki laki panjang uretra 20 mm, pada perempuan sekitar 4 mm. Pendeknya uretra pada perempuan merupakan



prediposisi



terjadinya



infeksi



saluran



kemih.



Uretra



perempuan terletak dibelakang simfisis pubis, didepan vagina, dan menuju vestibulum vulva. Uterus tersususn atas tiga lapisan jaringan yaitu :  Lapisan otot dibagian luar  Lapisan tengah jaringan spongiosa yang mengandung pembuluh darah  Lapisan dalam adlah lapisan epitel transisional. Orifisium uretra dikelilingi oleh lapisan otot yang lebih tebal yang terletak diantara lapisan otot superfisial dan profundus dasar panggul, sehingga membentuk sfringter eksternal. Diantara sfringter internal dan eksternal, terdpat area yang memiliki lapisan otot dan serabut elastik dibawah kendali volunter maupun infolunter. Area ini memperkuat kontinensia [menahan kencing] saata tekanan abdomen meningkat, seperti saat tertawa, batuk, atau bersin.



2.2. FISIOLOGI MIKSI Miksi (kencing) adalah mengalirnya urinemdikontrol secara volunter maupun involunter. Ketika kandung kemih terisi sekitar 30 ml urine, reseptor regang pada dinding kandung kemih terangsang untuk mengirimkan sensasi tersebut kemedula spinalis, yang menyebabkan reflek spinal m,embuka sfringter internal uretra, yang memungkinkan urine mengalir keluar. Hal ini merupakan proses involunter. Jika orang tersebut belum dapat buang air kecil pada waktu tersebut, kontraksi sfingter uretra eksternal secara volunter akan mengarah keluarnya kencing. Kandung kemih akan terisi urine sampai kandung kemih menjadi sangat mengembang, sehingga kontrol volunter sudah tidak dapat menahan kencing lagi dan akhirnya sfingter uretra eksterna terbuka dan terjadi kencing. Dalam keadaan yang demikian, aliran keluar urine juga terdorong oleh kontraksi otot detrusor. 8



Pengosongan kandung kemih juga dibantu oleh penggunaan otot diafragma dan otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam rongga abdomen. Bentuk, tertawa, juga meningkatkan tekanan kandung kemih, dan bagi beberapa orang terutama pada wanita hamil (multipara). Hal ini menyebabkan keluarnya sedikit urine secara tidak sadar, kondisi yang dikenal dengan inkontinensia stress (DICK ET AL:202). Latihan dasar panggul selama masa nifas dan setelahnya akan memperbaiki ondisi ini (laiton,2004) FUNGSI SISTEM PERKEMIHAN Membuang sisa metabolisme : 1) Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid. 2) Racun-racun/Toxins 3) Obat-obat/Drug Pengaturan homeostasis : 1) Keseimbangan air 2) Elektrolit 3) Keseimbangan asam-basa darah 4) Tekanan darah 5) Produksi darah merah 6) Mengaktifkan vitamin D



2.3. Fisiologi Perkemihan Kehamilan Adanya peningkatan 60% aliran darah sampai akhir trimester pertama yang kemudian secara bertahap turun sampai akhir kehamilan. GFR meningkat 50% selama kehamilan yang dimulai segera setelah konsepsi dan berakhir minggu ke-9 sampai 16. Kadar glukosa urin dapat meningkat selama kehmailan. Tubulus mengalami penurunan kemampuan dalam mengabsorbsi glukosa. Glukosuria umumnya terjadi pada kehamilan. Proteinuria juga umum terjadi selama kehamilan karena ada eksresi berlebih asam amino, namun proteinuria dengan hipertensi merupakan masalah serius. a. Perubahan struktur anatomi sistem Perkemihan pada kehamilan Selama kehamilan Sistem Perkemihan mengalami berbagai perubahan structural dan fungsional dengan banyaknya perubahan structural yang bertahan dengan baik sampai periode postpartum. Perubahan utama selama kehamilan adalah retensi natrium dan peningkatan cairan ekstraseluler. BAK cenderung menetapkan frekuensinya mulai dari kehamilan 6-12 minggu, pada 9



usia kehamilan selanjutnya perubahan jaringan bagian bawah rongga panggul akan meningkatkan frekuensi BAK dari biasanya. Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan membuat ureter menjadi dilatasi untuk menampung banyaknya urin. b. Ginjal Ginjal ibu hamil harus bekerja sebagai organ ekskresi primer bagi janin, disamping beruhubungan dengan peningkatan volume dan metabolisme intravascular dan ekstraseluler. Perubahan ginjal secara fisiologis selama kehamilan berhubungan dengan efek progesterone dalam merelaksasikan otot serta tekanan dari perubahan uterus dan perubahan system kardiovaskuler. Peningkatan panjang ginjal mencapai 1,5cm, hal ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah, volume pembuluh darah serta peningkatan cairan ruang interstitial. Ukuran glomerulus bertambah namun jumlah selnya tidak berubah. Secara keseluruhan, struktur mikroskopik ginjal wanita hamil dan tidak hamil sama saja. c. Ureter Bagian-bagian ginjal seperti calix renal, pelvis renal dan ureter mengalami dilatasi, perpanjangan, peningkatan tonus otot dan penurunan gerak peristaltic. Perubahan tersebut mengiringi terjadinya hemodinamik, filtrasi glomerulus dan kinerja tubular. Dilatasi calix renal, pelvis renal dan ureter dimulai pada trimester pertama dan menetap sampai trimester ketiga pada lebih dari 90% wanita. Pada 85% wanita, ureter yang berdilatasi ke arah kanan lebih banyak daripada ke arah kiri, mungkin disebabkan oleh dextrorotasi uterus karena adanya kolon sigmoid di kuadran kiri rongga pelvik. d. Vesica Urinaria Kapasitas vesica urinaria meningkat pada kehamilan mencapai 1000ml. Estrogen mempengaruhi hipertropi lapisan vesica urinaria. Mukosa vesica urinaria menjadi hiperemis karena peningkatan ukurannya. Mukosa juga menjadi oedema, makanya rentan terkena trauma atau serangan infeksi. Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan Sampai Persalinan Pada Sistem Perkemihan a. Kehamilan 10



Peningkatan limbak pada uterus yang hamil dapat berdampak pada penghambatan aliran urin melalui sistem perkemian dan penyimpanan urin dalam jumlah besar di kandung kemih. Akibatnya, wanita hamil akan mengalami peningkatan frekuensi kencing, di awal kehamilan akibat pembasarannya uterus dalam rongga panggul, dan saat akhir keamilan akibat uterus memenuhi rongga abdomen (Baston, 2003). Peningkatan jumlah hormon yang bersirkulasi, terutama progesteron, menyebabkan dilatasi pelvis ginjal dan kaliks ginjal, menyebabkan obstruksi ureter, terutama ureter sebalah kanan. Dilatasi pembulu darah juga memperlambat aliran urine (Coad, 2002). Faktor ini menjadi predisporsi wanita hamil mengalami infeksi saluran kemih yang sering mengenai ginjal pada (Kotak 11.2). Wanita hamil sering terbangun tengah malam untuk kencing. Hal ini disebut nokturia dan terjadi akibat aliran balik vena (venous return) yang kurang baik selama berdiri atau tegak sehariaan, yang tentu saja menghambat pasase urine. Natrium diretensi oleh tubuh. Setelah aliran balik vena lebih lancar karena berbaring saat tidur malam, peningkatan kadar natrium dara sedikit meningkatkan produksi urine, sehingga wanita tersebut menjadi lebih sering ingin kencing. Peningkatan cairan sirkulasi pada sistem kardiovaskuler maupun sistem limfatik meningkatkan laju filtrasi glomerumus ginjal. Akibatnya, ginjal menjadi tidak mampu mereabsorbsi beberapa substansi sepenuhnya, dan sisa-sisa substansi tersebut akan diekresi ke urine. Hal ini merupakan fenomena fisiologis selama kehamilan, dan disebut sebagai penurunan ambang batas ginjal. Glukosa dapat ditemukan dalam urine wanita yang memiliki kadar gula darah normal. b. Persalinan Selama persalinan, kandung kemh sedikit naik diatas simfisis pubis, seiring dengan makin masuknya janin ke panggul. Hal ini dapat menyebabkan restriksi utetra, dan menyebabkan retensi urine. Jika karena retensi urine, kandung kemih sangat membesar sehingga hal tersebut dapat mengganggu kemajuan persalinan. Tonus kandung kemih dapat menghilang dan terjadi luka pada uretra, menyebabkan disuria (Stables, 1999). Pemeriksaan kondisi wanita yang bersalin meliputi urinalisis rutin untuk memastikan ibu dapat beradaptasi dengan meningkatnya kebutuhan fisiologis. Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan fisiologis ini, laju metabolisme akan meningkat. Energi ekstra yang diperlukan selama persalinan didapatkan dari cadangan glukosa, namun jika seiring kemajuan persalinan, cadangan glukosa ini tidak digantian oleh nutrisi yang cukup, lemak akan dipecah sebagai sumber energi. Hasil samping metabolisme lemak adalah keton. Keton diekresi oleh ginjal sehingga dapat ditemukan pada urinalis, kondisi ini disebut ketonuria. Biasanya asupan makanan dan minuman wanita yang bersalin dibatasi, 11



sehingga ketonuria sering terjadi (Enkin et al, 2000). Ketonuria dapat mempengaruhi kemajuan persalinan. c. Pasca persalinan Keluaran urin meningkat selama 7 hari setelah pelahiran, karena jumlah cairan sirkulasi menurun dan produk sisa metabolisme terkait involusi uterus (kembalinya uterus ke ukuran semula) sudah kembali ke keadaan seperti sebelum hamil (Harrison, 2003). Kadang fungsi kandung kemih kembalinormal secarapelahan karena beberapa faktor seperti lamanya persalinan yang lama dan terjadi kerusakan dasar panggul selama pelahiran. Adanya jahitan dan lebam dapat menimbulkan ketakutan psikologis pada wanita untuk berkemioh secara normal. Pelahiran dengan penyulit seperti pendarahan dapat lebih memperberat kerusakan sistem perkemihan (Kotak 11.3). Sistem perkemihan memerlukan waktu sekitar 6 minggu untuk kembali ke keadaan seperti sebelum hamil. Infeksi saluran kemih terjadi pada 24% ibu. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III pada system Perkemihan. a. Trimester I Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul dan ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga mengekresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormone kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktifitas fisik dan asupan makanan. Sejak minggu ke-10 gestasi pelvic ginjal dan ureter berdilatasi. Ginjal pada kehamilan sedikit bertambah besar panjang bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil. Protein urine secara normal disekresikan 200-300mg/hari, bila melebihi 300 mg/perhari maka harus diwaspadai terjadi komplikasi. b. Trimester II Kandung kemih tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, Karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester kedua, kandungan kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah ke atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukan oleh hyperemia kandung kemih



12



dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemi,menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih berisi sedikit urine. c. Trimester III Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu manampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.



13



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan anatomi sesuai tingkat usia kehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut dimulai pada trimester awal sampai trimester terakhir kehamilan yaitu trimester III. Pada sistem perkemihan pada awal trimester sudah menunjukkan gejala sering buang air kecil akibat didesak oleh fetus dan berlangsung sampai trimester III. Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan membuat ureter menjadi dilatasi untuk menampung banyaknya urin. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar, vaskularisasi meningkat karena pengaruh progesterone. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir kehamilan . Glukosaria (kadar glukosa dalam urin) meningkat pada kehamilan. Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal (estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.



14