Sistem Rujukan Untuk Mahasiswa Kebidanan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM RUJUKAN Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.



1. Pengertian Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan kebidanan adalah suatu perlimpahan tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan vertikal maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya, dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C kerumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan personlianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar-unit yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak. Hal – hal yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :



1







B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten



dan



memiliki



kemampuan



untuk



melaksanakan



kegawatdaruratan 



A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop







K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.







S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)







O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk







K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat







U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan



2. Tujuan a. pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. b. dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna c. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu 3. Jenis a. Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:



2







Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.







Transfer



of



specimen.



Pengiriman



bahan



(spesimen)



untuk



pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap. 



Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.



b. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional



4. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan RUMAH SAKIT TIPE A



RUMAH SAKIT TIPE B



RUMAH SAKIT TIPE C/D



PUSKESMAS RAWAT INAP



PUSKESMAS/BP/RB/BKIA SWASTA



PUSKESMAS PEMBANTU/BIDAN



POSYANDU/KADER/DUKUN BAYI



3



5. Jalur Rujukan Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut : a. Dari Kader dapat langsung merujuk ke : 1. Puskesmas pembantu 2. Pondok bersalin / bidan desa 3. Puskesmas / puskesmas rawat inap 4. Rumah sakit pemerintah / swasta b. Dari Posyandu dapat langsung merujuk ke : 



Puskesmas pembantu







Pondok bersalin / bidan desa







Puskesmas / puskesmas rawat inap







Rumah sakit pemerintah / swasta



c. Dari Puskesmas Pembantu Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta d. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta



6. Mekanisme Rujukan 1. Stabilisasi Klien a. tingkat kader bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan. b. Pada tingkat bidan desa, pustu dan puskesmas Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus



4



menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita. Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Stabilitas penderita dan rujukan yang cepat dan tepat sangat penting dalam menyelamatkan pasien dari kasus kegawat-darurat, tidak peduli jenjang atau tingkat pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat pelayanan kesehatan untuk segera merujuk pasien ke jenjang pelayanan yang lebih tinggi amat menentukan upaya penyelamatan kehidupan pasien dengan kasus yang gawat. Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita. 2. Persiapan Administrasi Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau alat komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu dengan menyertai surat rujukan yang berisi data mengenai pasien dan tindakan yang sudah dilakukan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan. Contoh surat rujukan : SURAT RUJUKAN



KepadaYth. Bagian Anak RS. YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam) Bersama ini kami rujuk : 



Bayi Ny Kirana



5



    



Lahir tanggal 22 September 2011 pukul 10.00 WIB di rumah Jenis kelamin : laki-laki. Keadaan bayi waktu lahir : tidak menangis, tidak bernapas. Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 10.00 WIB. Langkah Resusitasi yang dilakukan : Setelah tali pusat dipotong dandijelaskan pada ibu, dilakukan enam langkah awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan Ventilasi 2 X, dinilai dada tidak berkembang. Setelah diperiksa letak sungkup dan dibetulkan posisi kepala dan lender diisap lagi, diulang Ventilasi 2 X. Dinilai, dada Bayi berkembang. DilakukanVentilasi 20 X dalam 30 detik.Bayi belum bernapas, diulangi lagi ventilasi 20 X dalam 30 detik lalu dihentikan dan dinilai, bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 20 X dalam 30 detik dan bayi belum bernafas. Diteruskan ventilasi 20 X dalam 30 detik dan bayi mulai belum bernafas.



Waktu bayi bernapas spontan : pukul 10.03 WIB. Mohon bantuan penanganan selanjutnya. Terimakasih



Desa Marunsu Kabupaten Bengkayang Bidan Neti



3. Melibatkan Keluarga Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit seperti keterlambatan untuk merujuk kefasilitas kesehatan yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan



6



dan hasil penilaian (termasuk patograp) yang telah dilakukan untuk dibawa kefasilitas rujukan. Jika ibu datang untuk mendapatkan ashan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka mambuat rencan rujukan pada saat awal persalinan. Jika bayi dilahirkan dengan kelainan bawaan, jelaskan masalahnya kepada ibu dan keluarganya,serta bantu mereka untuk merujuk bayi kefasilitas rujuakan yang sesuai. Bayi dengan kelainan bawaan hidrisepalus, mikrosepalus, megakolon, lanit-langit mulut yang terbelah, dan bibir sumbing harus segara dirujuk. Bayi dengan anensepalus tidak perlu dirujuk jaga bayi tersebut agar nyaman, lalu tentramkan hati ibu dan keluarganya. Rujuk setiap bayi yang menunjukan tanda-tanda infeksi, kelihatan tidak sehat, tidak memberi reaksi yang baik terhadap resusitasi, dan mengalami kesulita bernafas yang berkepanjangan. Lakukan pula rujukan terhadap bayi yang tidak dapat memulai dan melakukan upaya untuk menyusui. 4. Cara-Cara Merujuk Kasus Kebidanan 



Kaji kebutuhan klien untuk pelayanan dirumah sakit lain







komunikasikan dengan departemen yang bersangkutan tentang kebutuhan dilakukannya rujukan







Jelaskan pada klien bahwa akan mendapatkan pelayanan dari rumah sakit rujukan







Konsultasikan dengan pelayanan rujukan tentang implikasi perawatan yang berhubunagan dengan tindakan yang diharuskan







Catat informasi tentang rujukan



7. Indikasi Perujukan a. Riwayat seksio sesaria b. Perdarahan per vaginam c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)



7



d. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental e. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam) f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan g. Ikterus h. Anemia berat i. Tanda/gejala infeksi j. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan k. TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih l. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5 m. Presentasi bukan belakang kepala n. Kehamilan gemeli o. Presentasi majemuk p. Tali pusat menumbung q. Syok



Tabel Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau Rujukan Segera Selama Kala Satu persalinan Temuan-temuan anamnesis



Rencana untuk Asuhan atau Perawatan dan/atau



pemeriksaan Riwayat bedah sesar



1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.



Perdarahan per vaginam Jangan melakukan pemeriksaan dalam. selain lendir bercampur darah (‘show’)



1. Baringkan ibu ke sisi kiri. 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter



8



besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS). 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki (persalinan kurang bulan)



kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.



Ketuban dengan



disertai 1. Baringkan ibu miring ke kiri.



pecah



keluarnya



mekonium kental



2. Dengarkan DJJ. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah sesar. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir De Lee, handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan di perjalanan.



Ketuban pecah dan air 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat ketuban berampur dengan janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di sedikit mekonium disertai bawah). tanda-tanda gawat janin Ketuban pecah (lebih dari 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki 24 jam)



kemampuan obstetri.



9



penatalaksanaan



gawatdarurat



2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan



atau



dukungan serta semangat. Ketuban



pecah



pada



kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) Tanda-tanda atau gejala- 1. Baringkan ibu miring ke kiri. gejala infeksi: 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter · temperatur > 38 0 C



besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan



· menggigil · nyeri abdomen · cairan ketuban berbau



125 cc/jam. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetri. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan serta semangat.



Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (preeklampsia berat)



2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer laktat atau garam fisiologi (NS). 3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit. 4. Suntikan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM pada bokong kiri dan kanan). 5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan



10



dukungan dan semangat Tinggi fundus 40 cm atau 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki (makrosomia, kemampuan untuk melakukan bedah sesar.



lebih



polihidramnion, 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan



kehamilan ganda)



dukungan dan semangat Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya.



Makrosomia



dapat



menyebabkan



distosia bahu dan risiko tinggi untuk perdarahan pascapersalinan. DJJ kurang dari 100 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk lebih



dari



x/menit bernafas secara teratur.



180



pada dua kali penilaian dengan



jarak



5



menit



2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer



(gawat janin)



Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Primipara dalam fase aktif 1. Baringkan ibu miring ke kiri. kala



satu



persalinan



dengan penurunan kepala janin 5/5



2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.



11



Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri. kepala



(sungsang,



letak 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki



lintang, dll.)



kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. ganda 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke



Presentasi



(majemuk) (adanya bagian dada atau miring ke kiri. lain dari janin, misalnya: lengan



atau



bersamaan presentasi



tangan, dengan belakang



kepala)



2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.



Tali pusat menumbung



1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala



(Jika tali pusat masih berdenyut)



janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu). 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat ATAU 1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud



12



dimana posisi bokong berada jauh diatas kepala ibu dan pertahankan posisi ini hingga tiba di tempat rujukan. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Tanda dan gejala syok:



1. Baringkan ibu miring ke kiri.



· Nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk dari 110 x/menit)



meningkatkan aliran darah ke jantung.



· Tekanan darah menurun 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter (sistolik kurang dari 90 besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer mmHg)



Laktat atau garam fisiologis (NS). Infuskan 1 lt dalam waktu 15-20 menit; dilanjutkan dengan 2 lt



· Pucat · Berkeringat atau kulit lembab, dingin · Nafas cepat (lebih dari 30 x per menit) · Cemas, bingung atau tidak sadar.



dalam satu jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam. 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat



· Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam) Tanda dan gejala



13



fase laten berkepanjangan: ·



pembukaan



serviks 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri



kurang



dan bayi baru lahir. dari 4 cm setelah 8 jam 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan · kontraksi teratur (lebih



dukungan dan semangat.



dari 2 dalam 10 menit) Tanda dan gejala



1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.



belum in partu:



2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas.



·



Frekuensi



kontraksi 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada



kurang dari 2 kali dalam perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada 10 menit dan lamanya tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin, kurang dari 20 detik



persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk:



· tidak ada perubahan · Menjaga cukup makan dan minum. pada serviks dalam waktu · Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi



1 hingga 2 jam



peningkatan frekuensi dan lama kontraksi. 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki



Tanda dan gejala



kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri partus lama: ·



dan bayi baru lahir.



pembukaan



mengarah kanan



ke



garis



serviks sebelah



2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.



waspada



partograf ·



pembukaan



serviks



kurang dari 1 cm per jam ·



frekuensi



kontraksi



14



kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik



Kasus Perdarahan Plasenta Previa NY. Y, 30 tahun, periksa tanggal 7 Maret 2012, jam 08.00 # Subjektif: 



Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga dan 2 anak lahir hidup







Ibu mengatakan HPHT tanggal 25-07-2011







Ibu mengatakan saat ini usia kehamilannya 32 minggu







Ibu mengatakan ada merasakan gerakan janin







Ibu mengeluh keluar darah berwarna merah segar melalui alat kelamin sejak jam 22.00 wib pada tanggal 06-03-2012







Ibu mengatakan saat darah keluar tidak terasa nyeri







Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya



# Objektif: 



KU: Lemah







Kesadaran : Composmentis







TTV : TD: 90/70mmHg, N: 92x/m, R: 24x/m, S: 36,5C







TB: 150cm







BB: 60kg (Sebelum hamil: 50kg)







Inspeksi : terlihat pengeluaran darah pervaginam sebanyak 150cc.







Palpasi : -



Leopold I : TFU ½ pusat-px (30cm), pada fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting yakni bokong.



-



Leopold II : Pada bagian kiri perut teraba bagian keras dan memanjang yakni punggung janin dan pada bagian kanan teraba bagian bagian kecil yakni ektremitas janin.



15



-



Leopold III : Pada terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.



-



Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.







Auskultasi : DJJ : 144x/m







Perkusi : reflex patella kiri – kanan : (+)







TP : 02-05-2012







TBBJ : (30-12) X 155 = 2790 gram







Pemeriksaan Laboratorium : Hb :10,5 gr



# Assesment: Ny. Y, 30 tahun, GIIIPIIA0M0, hamil 32 minggu, punggung kiri, kedudukan kepala, bagian terbawah janin belum masih PAP, janin intra uteri tunggal hidup. Ibu dengan plasenta previa. Masalah : Ibu cemas dengan kehamilannya Kebutuhan : atasi kecemasan ibu dengan memberikan penjelasan tentang keadaan janin dan keadaan ibu. Diagnosa Potensial : - Terjadinya perdarahan antepartum - Terjadinya gawat janin - Terjadinya aspiksia Antisipasi : - Melakukan kolaborasi dengan Dokter Obgyn - Penatalaksanaan perdarahan antepartum - Penatalaksaan aspiksia pada BBL



# Planning:



16







Jelaskan keadaan ibu saat ini dan hasil pemeriksaan yaitu kehamilan ibu mengalami komplikasi dimana ari-ari berada pada bagian bawah rahim dan ibu harus dirujuk







Lakukan observasi ttv, perdarahan, dan djj







Anjurkan ibu melakukan beristirahat total dan mengurangi aktivitas yang berat







Lakukan pemasangan infuse RL 20 tpm







Lakukan pemasangan oksigen 2 liter







Lakukan persetujuan tindakan







Berikan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil







Siapkan keperluan rujukan







Tanggal 07-03-2012, jam 08.30 Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan. Keadaan ibu lemah, TD: 100/70, N: 86 x/m, R : 22 x/m, S : 36,6. DJJ 144X/m. Masih terlihat pengeluaran darah merah segar pervaginam. Ibu terpasang infuse RL 20 tpm dan oksigen 2 liter. Ibu sudah dirujuk untuk penanganan lebih lanjut



17