Sistem Stuktur Pada Bangunan Tinggi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan limpah Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Stuktur Pada Bangunan Tinggi (High Rise Building)” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Struktur dan konstruksi bangunan 4, Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Universitas Khairun Ternate. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, kalimat, tata letak dan desain. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membantu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akhir



Penyusun



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1



Daftar Isi



Kata Pengantar .................................................................................................................... 1 Daftar isi ............................................................................................................................. 2 BAB I Pendahuluan ........................................................................................................................ 3 BAB II Pembahasan ........................................................................................................................ 4 A. Pengertian struktur .................................................................................................. 4 B. Beban-beban pada struktur ..................................................................................... 4 1. Beban mati ....................................................................................................... 5 2. Beban hidup ..................................................................................................... 6 3. Beban angin ..................................................................................................... 7 4. Beban gempa .................................................................................................... 7 C. Struktur bangunan berlantai banyak ....................................................................... 7 1. Sistem struktur dinding pendukung sejajar ........................................................... 7 2. Facade bearing wall .......................................................................................... 8 3. Sistem struktur plat terkantilever (Cantilever slab) .......................................... 9 4. Struktur rangka kaku (rigid frame) .................................................................. 10 5. Sistem struktur inti dan dinding pendukung .................................................... 12 6. Sistem struktur plat rata (flat slab) ................................................................... 14 7. Sistem struktur gantung (suspension) .............................................................. 15 BAB III Kesimpulan ......................................................................................................................... 18 Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 19



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



2



BAB I PENDAHULUAN



Perencanaan struktur merupakah sebuah hal penting yang harus di rencanakan sebelum membangun sebuah bangunan. Perencanaan struktur bangunan adalah bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, awet dan memenuhi tujuan-tujuan seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu Struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring atau bergeser selama umur bangunan yang direncanakan. Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan komponen struktur yang paling penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini mengalami kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan struktur bengunan atas dari gedung secara keseluruhan (Asroni,A., 2008). Suatu struktur bisa dikatakan sebagai sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaannya dan atau kehadiran bangunan di dalam tanah (Scodek., 1998) Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat tinggi adalah kekuatan struktur bangunan, dimana faktor ini sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan dan menampung beban yang bekerja pada struktur. Oleh karena itu dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi harus direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan sebaik-baiknya, nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai.



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian struktur bangunan Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, elemen struktur berfungsi untuk memberikan kekuatan dan kekakuan untuk menjaga sebuah bangunan agar tetap berdiri dengan kokoh. Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas (atap) menuju bagian bangunan bawah (pondasi), lalu menyebarkannya ke tanah. Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup untuk memikul beban yag bekerja pada sebuah bangunan yaitu berupa beban mati, beban hidup, beban angin, beban konstruksi dan beban lainnya. mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan, kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman. Terdapat tiga bagian dari struktur bangunan antara lain : 



Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof.







Struktur tengah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di atas permukaan tanah dan di bawah atap, serta layak ditinggali oleh manusia. Yang dimaksud struktur tengah di antaranya dinding, kolom, dan ring.







Struktur atas (superstruktur) yaitu bagian-bagian bangunan yang terbentuk memanjang ke atas untuk menopang atap. Struktur atas bangunan antara lain rangka dan kuda-kuda.



B. Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat Pada perencanaan konstruksi bangunan bertingkat ini, beban-beban yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup, beban air hujan pada atap, beban angin pada atap, dan beban gempa. Berikut merupakan beberapa uraiannya:



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



4



1. Beban mati Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut. (SNI 03-2847-2002, Pasal 3.10) Beban mati yang di perhitungkan terdiri dari : 



Berat kolom sendiri







Berat sendiri balok induk, balok sloof, balok anak, balok ring.







Berat dinding precast







Berat pelat lantai







Berat penutup lantai



Besarnya beban mati pada suatu gedung dapat di lihat pada tabel di bawah ini



(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



5



2. Beban Hidup Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/ atau beban akibat air hujan pada atap. (SNI 03-2847-2002, Pasal 3.8)



(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



6



3. Beban angin Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau. Besarnya tekanan negatif di nyatakan dalam kg/m2. (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Pasal 4.1)



4. Beban gempa Beban gempa adalah semua beban statistic ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung di tentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang di artikan dengan beban gempa di sini adalah gaya – gaya dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.



C. Struktur pada bangunan berlantai banyak/tinggi Berikut merupakan ulasan dari beberapa struktur yang biasa digunakan pada bangunan tinggi (high rise building) di indonesia.



1. Sistem struktur dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls) Struktur Paralell bearing wall dapat dibiliang sebagai struktur yang sistemnya paling tradisional yang telah digunakan pada bangunan high rise. Struktur ini terdiri dari elemenelemen struktur vertical yang mengangkut semua beban langsung menuju pondasi. Pada beberapa titik, daya tekan yang dikarenakan beban dinding, beban mati, dan beban hidup melampaui daya tahan dari dinding itu sendiri. Dindingnya menjadi sangat tebal sehingga lantai bawah menjadi tidak berguna.



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



7



Gambar 7.1 Parallel bearing Wall Sumber: haryanto, 2007



Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertical yang di pra-tekan oleh beratnya sendiri sehingga dapat menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Oleh karena sistem tersebut, denah per lantai pada bangunan yang menggunakan sistem dinding pendukung adalah seragam (typical), serta tidak memerlukan ruang bebas yang luas sehingga sistem struktur bangunan tinggi ini cocok jika digunakan untuk bangunan residensial seperti hotel dan apartemen. Melihat ciri khas sistem struktur dinding pendukung, dimana dindingnya berperan sebagai penopang, maka penentuan ketebalan dinding juga menjadi bagian yang penting karena berkaitan dengan berapa beban yang dipikul oleh dinding per lantai. Jika dipraktekan dalam bangunan tinggi, dinding di lantai paling bawah biasanya memiliki ketebalan yang paling besar dikarenakan dinding tersebut menerima paling banyak beban dari lantai-lantai diatasnya. Semakin ke atas, ketebalan dinding juga biasanya menjadi semakin menipis. Bukaan dinding seharusnya ditempatkan pada sumbu vertikal yang sama agar dapat terhindar dari tegangan beban. Beban vertikal diteruskan sebagai momen melalui struktur lantai langsung ke dinding. Dinding tersebut berperan seperti kolom tipis yang memanjang. Contoh bangunan yang menerapkan sistem struktur dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls) yang ada di indonesia adalah bangunan Hotel Sultan jakarta



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



8



Bangunan the sultan hotel Jakarta



2. Facade bearing wall Facade bearing wall adalah suatu sistem dinding struktur yang diletakkan pada facade bangunan, sistem ini digunakan untuk menahan gaya-gaya lateral, digunakan untuk mengantisipasi adanya getaran gempa bumi, dan biasa digunakan untuk meperkecil besar kolom yang besar. Bangunan yang menggunakan sistem ini akan benar-benar rigid dan kuat karena sekeliling fasad di kelilingi dengan struktur yang kuat pula.



Contoh bangunan dengan struktur facade bearing wall :



Bangunan Leiter zum Wasser, Mühlendammschleuse, Berlin



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



9



Leiter zum Wasser, Mühlendammschleuse, Berlin



3. Sistem struktur plat terkantilever (Cantilever slab) Struktur cantilever slab atau plat cantilever adalah suatu sistem struktur dimana pemikulan sistem lantai dari pusat inti pusat bangunan tinggi (core) akan memungkinkan sebuah ruang dalam bangunan bebas dari kolom. batas kekuatannya adalah batas terbesar ukuran bangunan dimana perhitungan dan pemilihan material yang digunakan adalah meterial yang kaku. Cantilever Slab adalah hubungan struktur antara bidang penjepit dengan yang dijepit, terjadi pada salah satu pangkalnya saja, sehingga cenderung ujung yang lain menggantung sehingga memungkinkan ruang yang lebar dan bebas kolom. Namun demikian struktur ini mempunyai keterbatasan, dalam hal beban yang ditimbulkan oleh bidang yang menggantung dan berhubungan dimensi bidang tersebut (tebal, panjang, lebar, dan lainlain). Contoh bangunan yang menerapkan sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab) adalah China Central Television Headquarters by OMA



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 0



China Central Television Headquarters by OMA



4. Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri atas elemen-elemen linear, seperti kolom dan balok yang ujung ujungnya dihubungkan dengan joints (titik hubung) yang bersifat kaku atau rigid, berbeda dengan struktur pos-and-beam yang titik hubungnya bersifat sendi atau roll. Aksi lateral pada rangka menimbulkan lentur, gaya geser, dan gaya aksial pada semua elemen (balok dan kolom). Momen lentur akibat lateral akan mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Sehingga ukuran elemen struktur didekat titik hubung harus dibuat lebih besar atau diperkuat. Efek beban lateral yang bekerja pada struktur rangka kaku gedung bertingkat banyak, dimana semakin tinggi gedung semakin besar momen dan gaya-gaya pada setiap elemen. Apabila gaya yang bekerja sudah sedemikian besar, maka diperlukan kontribusi struktur lain, seperti bracing, sistim core ataupun dinding geser.



Distribusi gaya pada struktur rangka pada gedung tingkat banyak, apabila gedung mengalami gaya lateral maka akan terjadi kolom yang mengalami gaya tarik dan mengalami gaya tekan. Struktur rangka (rigid frame) merupakan struktur yang terdiri atas elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom, yang ujungujungnya dihubungkan dengan joints (titik hubung) yang dapat mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur yang dihubungkannya. Dan untuk memahami perilaku struktur rangka sederhana adalah dengan membandingkan perilakunya terhadap beban dengan struktur post-and-beam. Kerangka terdiri atas komposisi kolom-kolom dan balok-balok.Unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya-gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal sebagai pemegang dan media pembagi beban dan gaya menuju kolom. Efek Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 1



turunnya tumpuan (support settlement) pada struktur rangka, karena adanya perbedaan penurunan tumpuan.



Contoh bangunan yang menggunakan sistem struktur rangka kaku adalahGedung John Hancock Center, Chicago Gedung John Hancock Center, merupakan gabungan struktur kerangka kotak (tube) sebagai penahan beban gravitasi dan truss-x sebagai pengaku lateral.



kolom & balok bangunan bangunan menggunakan baja Bangunan menggunakan sambungan silang (braced frames): menggunakan sambungan sendi. ‘ Bracing ’ digunakan untuk meminimalkan gerakan lateral atau geser



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 2



5. Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)



Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan mengelilingi sebuah struktur inti. Hal ini memungkinkan ruang interior terbuka yang bergantung pada kemampuan bentangan dari struktur lantai. Sistem ini memuat sistem-sistem transportasi mekanis vertikal serta menambah kekakuan bangunan. Pada dasarnya core maupun façade bearing wall tersusun dari shear wall dengan peletakan dan sistem yang berbeda beda. Shear wall sendiri merupakan dinding samping yang berfungsi sebagai pengaku yang menerus sampai ke pondasi dan juga merupakan dinding inti untuk memperkaku seluruh bangunan untuk menahan gaya lateral. Biasanya digunakan pada bangunan tinggi untuk mencegah terjadinya torsi akibat gaya angin. Atau Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 3



digunakan pula pada bangunan tinggi yang berbentuk slab maupun bangunan tinggi berbentuk tower untuk memperkokoh sistem bangunan terhadap gaya lateral. Pengaruh struktur dinding pendukung oleh pembebanannya tergantung dari jenis bahandan jenis interaksi antara bidang lantai horizontal dan bidang dinding vertikal. Pada konstruksi batu bata dan sistem prefabrikasi beton terjadi struktur lantai yang bersendi pada dinding menerus. Sedangkan pada bangunan cetak di tempat (castin-place)pelat-pelat lantai dan dinding merupakan kesatuan menerus. Pada struktur dinding pendukung, beban vertikal disalurkan langsung ke struktur lantai. Rentang lantai berkisar antara 4 – 8 meter, bergantung kemampuan dukung dan kekakuan lateral dari sistem lantai. Gaya-gaya horizontal disalurkan ke struktur lantai (sebagai diafragma horizontal) ke dinding geser (shear wall) parallel terhadap aksi gaya. Dinding geser ini mendukung beban yang diterima oleh tinggi oleh tingginya kekakuan sebagai balok yang tebal, mewadahi beban geser dan lenturan melawan runtuh. Pada bangunan beton cast-in-place kestabilan didukung oleh gaya portal system lantai dan dinding yang monolitik yang bekerja sebagai kotak terhadap pengaruh lentur.



Sangat jarang terwujud bentuk dinding geser yang massif (bebas perlubangan) karena selalu dibutuhkan perlubangan pada bidang tersebut yang hal ini merupakan titik perlemahan. Perlubangan tersebut digunakan sebagai jendela/pintu/koridor/jalur fasilitasfasilitas yang bersifat mekanik dan elektrik/listrik dan lain-lain.



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 4



Contoh bangunan dengan Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls) adalah Connaught Center (Jardine House) Di Hongkong.



Gedung Connaught Center (Jardine House) Di Hongkong.



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 5



6. Sistem struktur plat rata (flat slab) Flat slab merupakan salah satu metode konstruksi yang hanya mengguakan kolom dan slab sebagai media pemikul beban dari bangunan. Untuk



bangunan tinggi yang



menggunakan sistem flat slab yang terdiri atas pelat beton padat jenis wafel sehingga tidak memerlukan pembalokan lantai. Hal ini mengurangi jarak lantai ke lantai berikutnya sehingga menghemat ruang. Pada mulannya sistem bangunan flat slab banyak digunakan pada bangunan rendah yang beresiko rendahterhadap angin dan gempa. Namun dengan kemajuan teknologi sekarang ini dengan menggunakan beton dan baja dengan mutu yang tinggi, sistem bangunan flat slab sudah banyak diterapkan pada bangunan tinggi. Pada perencanaan bangunan



tinggi yang



tidak menggunakan balok, geseran merupakan



pertimbangan kritis terutama pada bagian pertemuan antara pelat dan kolom. Apabila bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka kolom-kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons yang hendak menembus pelat ke atas yang dapat mengakibatkan timbulnya tegangan geser cukup besar pada area sekitar kolom yang dapat menimbulkan keruntuhan pons. Keruntuhan pons ditandai dengan timbulnya retak-retak pada pelat atau bahkan tertembus oleh kolom. Antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi keruntuhan pons ini adalah dengan memberikan perkuatan geser yang cukup pada daerah pertemuan antara pelat dan kolom yaitu dengan pemasangan drop panel.



Flat slab termasuk pelat beton dua arah dengan kapital, drop panel, atau juga keduanya. Flat slab sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang, flat slab akan memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan struktur bangunan yang menggunakan balok. Pada struktur flat slab, transfer beban kolom diselesaikan oleh ketebalan pelat di dekat kolom menggunakan drop panel atau mengembangkan bagian atas kolom mmembentuk coloum capital. Drop panel biasanya sampai 1/6 dari panjang tiap arah bentang dari tiap kolom, memberikan kekuatan lebih pada daerah kolom sehingga meminimalkan jumlah beton di bangian tengah. Contoh gambar struktur flat slab dapat dilihat pada gambar di bawah ini :



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 6



Model struktur yang mengunakan Flat Slab merupakan model struktur tanpa balok. Ada penebalan pada kepala kolom yang disebut drop panel, akibatnya semua beban pada plat lantai akan didistribusikan lansung ke kolom. Pengunaan system drop panel ini akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan dilapangan terutama pekerjaan bekisting/formwork, plat mayoritas datar dan tidak ada gangguan balok. Tipe formwork yang terapkan biasanya sytem table form, dengan system ini siklus pengerjaan akan lebih mudah diprediksi.



7. Sistem struktur gantung (suspension) Yaitu sistem struktur yang menggunakan kabel Baja sebagai penggantung (menahan gaya tarik) suatu konstruksi. Sistem gantung ini memanfaatkan bahan secara efisien dengan memanfaatkan penggantung untuk mendukung beban. Beban grafitasi didukung oleh



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 7



kabel-kabel untuk membentuk rangka konsol pada core pusat.Pada dasarnya sistem gantung ini meniru konstruksi jembatan gantung pada umunya. Pada dasaranya sistem sruktur gantung adalah milik jembatan namun dengan berkembangnya teknologi , maka sang arsitek dan para insinyur ingin menerapkan sesutau yang baru pada waktu itu dan akhirnya sistem struktur gantung diterapkan pada bangunan. Baja digunakan untuk



bangunan karna baja dianggap paling tepat untuk struktur



gantungpada bangunan. Dikarnakana baja mempunya daya tarik kuat dan sifat baja yang liat atau tidak kaku dapat menyesuaikan terhadap kondisi bangunan saat menerima beban luar. Jika kabel baja biasa nya digunakan untuk jembatan , namun tak menutup kemungkinan kabel baja dapat digunakan di bangunan gedung. 



Kelemahan sistem struktur gantung Pembebanan yang berbahaya untuk struktur gantung adalah getaran. Struktur ini dapat bertahan dengan sempuna terhadap gaya tarik dan tidak mempunyai kemantapan yang disebabkan oleh pembengkokan, tetapi struktur dapat bergetar dan dapat mengakibatkan robohnya bangunan







Kelebihan sistem struktur gantung -



Elemen gantung merupakan elemen konstruksi paling ekonomis untuk menutup permukaan yang luas



-



Ringan, meminimalisasi beban sendiri sebuah konstruksi



-



Memiliki daya tahan yang besar terhadap gaya tarik, untuk bentangan mengungguli semua sistem lain



-



Memberikan efisiensi ruang lebih besar



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 8



-



pada saat terjadi penurunan penopang, kabel segera menyesuaikan diri pada kondisi keseimbangan yang baru, tanpa adanya perubahan yang berarti dari tegangan



Contoh bangunan dengan sistem struktur gantung



Westcoast transmission tower, Vancouver (1969)



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



1 9



BAB III KESIMPULAN



Struktur menjadi sebuah elemen yang harus dipertimbangkan sebelum membangun sebuah bangunan, khsusnya pada bangunan bertingkat tinggi. Semakin tinggi bangunan itu berdiri maka sebuah bangunan membutuhkan struktur yang kuat pula. Beban yang bekerja pada bangunan tinggi juga semakin beragam dan seakin besar, mulai dari beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin. Berikut merupakan beberapa struktur konstruksi bangunan tinggi yang lazim/biasa digunakan di indonesia o Sistem struktur dinding pendukung sejajar o Facade bearing wall o Sistem struktur plat terkantilever (Cantilever slab) o Struktur rangka kaku (rigid frame) o Sistem struktur inti dan dinding pendukung o Sistem struktur plat rata (flat slab) o Sistem struktur gantung (suspension)



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



2 0



DAFTAR PUSTAKA 



Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983







Schodeck, Daniel L; 1980, Structure, USAPrantise Hall- Inc







Asroni, A. 2008. Kolom Pondasi dan Balok T Beton Bertulang. Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.







Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002, Jakarta.







Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002, Jakarta.



Struktur Bangunan Tinggi (High Rise Building)



2 1