Siti Sholehani (PKR) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEMBAR TUGAS



UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER Kode MK Nama MK Prodi / Semester



: PDGK 4302 : PKR : S1 PGSD BI / 3



NIM : 858 933 112 NAMA : SITI SHOLEHANI Pokjar : SAQO



Jawaban dari pertanyaan pada Modul 1 Kegiatan Belajar 2 Halaman 1.21 : 1.Terdorongkah murid untuk bekerja? Tidak. Jika saya sendiri selaku murid, pembelajaran di kelas ini terasa sangat membosankan/tidak efektif. Bahkan murid-murid tidak akan berkembang,tidak akan tercipta murid yang berfikiran kritis. 2.Akan bertahankah murid sampai lulus? Murid akan bertahan sampai lulus. Oleh karena itu sekolah merupakan suatu wadah atau kewajiban serta tuntutan dari orang tua. Untuk mendapatkan ilmu walaupun tidak maksimal yang mereka peroleh. 3.Berapa banyakkah yang dapat dipelajari murid? Sesuai pengamatan saya dari cerita tersebut, sangat sedikit sekali yang dapat dipelajari oleh murid. Bahkan materinya tidak sampai tuntas dengan berjalanny waktu dan lain-lain. 4.Bukankah suasana ini yang menyebabkan terjadinya pengulangan kelas dan putus sekolah yang masih cukup tinggi? Ya benar sekali, suasana seperti ini salah satu faktor yang menyebabkan pengulangan kelas. Putus sekolah juga bisa disebabkan oleh hal lain. Karena keterbatasan media pembelajaran dan lain-lain akan berpengaruh terhadap IQ siswa. 5.Mengapa Pak Ajung tampaknya begitu pasrah? Pak Ajung termasuk guru yang malas bisa jadi pak ajung ini guru kontrak yg berpuluhan tahun belum terekrut ASN di kerenakan ijazahnya tidak linier. Jadi semangat pak Ajung berkurang dengan keterbatasan media bahan ajar. 6.Apa sebenarnya yang menyebabkan Pak Ajung tak bersedia menggunakan buku bacaan yang dikirim oleh Kancam Depdikbud? Buku yang didapatkan dari Kancam Depdikbud merupakan buku baru yang dikirim tahun lalu. Yang artinya kemungkinan isinya juga sama dengan buku yang lama, mungkin hanya ada perubahan-perubahan rolling Bab. Pak Ajung juga bosen karena kurikulum di indonesia terlalu sering dirubah ubah. Jangankan muridnya, gurunya bahkan setres dengan keadaan gonta ganti kurikulum saat ini (guru buta IT)



Soal 1. Masalah pendidikan yang sering terjadi dalam daerah terpencil/pelosok sampai saat ini masih belum dapat ditangani dengan baik oleh pemerintah. Beberapa masalah biasanya terjadi seperti ruang kelas yang hanya menggunakan bangunan seadanya sehingga sering mengalami kebocoran pada musim hujan, atau mudah roboh ketika ada angin kencang. Akibatnya ruang kelas menjadi rusak berat, tidak layak, sehingga jumlah ruang kelas yang akan digunakan untuk belajar menjadi berkurang. Kondisi ini menimbulkan masalah lain juga bagi sekolah terutama ketersediaan guru untuk mengajar. Guru-guru yang berasal dari luar daerah biasanya tidak bertahan lama, karena banyaknya masalah yang harus dihadapi, seperti beratnya medan menuju sekolah, serta sistem penggajian yang kurang layak. Dampak dari kondisi ini, banyak kelas yang kehilangan guru, sehingga dalam pembelajaran sering mengandalkan guru generasi lama yang berasal dari daerah asal. Pertanyaan: Dengan memperhatikan kondisi yang terjadi seperti yang digambarkan pada uraian di atas, buatlah analisis Anda tentang alasan diterapkannya PKR sesuai dengan kondisi/fenomena tersebut dengan mengaitkan mengapa PKR diperlukan dalam suatu sekolah? Pembahasan: Ada beberapa faktor yang dapat kita analisis mengenai alasan diterapkannya Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) sesuai uraian di atas. Faktor tersebut meliputi: a. Terbatasnya ruang kelas. Dalam uraian, disebutkan bahwa banyak ruang kelas yang mengalami kebocoran sehingga rusak berat dan tidak layak pakai. b. Kurangnya jumlah tenaga pengajar (guru). Dalam uraian disebutkan ketersediaan guru di sekolah tersebut sangat terbatas. Penyebabnya banyak guru yang berasal dari luar daerah memilih berhenti atau mengajar di tempat lain karena berbagai alasan. Dari dua faktor tersebut sudah tentu jumlah siswa tidak sesuai dengan jumlah kelas dan guru. Oleh sebab itu, pembelajaran kelas rangkap (PKR) merupakan salah satu solusi agar proses pembelajaran di sekolah dengan kondisi sesuai uraian dapat berjalan.



2. SD Pertiwi merupakan salah satu SD yang telah menerapkan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) selama hampir 1 tahun, karena kekurangan guru. Bu Heni diberikan tugas untuk mengajar kelas rangkap tersebut. Bu Heni harus mengajar 3 kelas sekaligus, dengan mata pelajaran yang berbeda dalam satu waktu. Kelas dan mata pelajaran yang diajarkan oleh Bu Heni adalah kelas 3, 4, 5 dengan mata pelajaran Matematika (perkalian dan pembagian) untuk kelas 3, IPA (rangka manusia, fungsi dan pemeliharaannya) kelas 4, dan Bahasa Indonesia (Persahabatan) kelas 5. Jumlah siswa di kelas 3 sebanyak 22 orang, kelas 4 berjumlah 21 orang dan kelas 5 berjumlah 24 orang. Berikut contoh langkah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bu Heni: Pada kegiatan pendahuluan, Bu Heni membuka kelas di setiap kelas, masing-masing selama 10 menit, karena mata pelajaran pada setiap kelas berbeda. Bu Heni memberikan pengantar dan pengarahan agar siswa memahami kegiatan belajar yang akan dipelajari selama 80 menit. Pada kegiatan inti, Bu Heni mulai menjelaskan kelas 3 untuk materi tentang perkalian selama 10 menit, sementara itu kelas 4 dan kelas 5 menunggu Bu Heni. Tetapi karena sejumlah siswa banyak yang belum paham, maka Bu Heni memperpanjang waktu menjadi 15 menit. Setelah mengajar di kelas 3, dan memberikan tugas, Bu Heni pergi ke kelas 4 untuk mengajarkan materi IPA selama 15 menit juga, dan dilanjutkan dengan pemberian tugas di LKS. Selanjutnya, Bu Heni ke kelas 5 untuk mengajar materi bahasa Indonesia selama 10 menit. Pada kegiatan penutup, Bu Heni kembali ke kelas 3 untuk menjelaskan tugas berupa pekerjaan rumah, sekaligus menutup pelajaran untuk kelas 3 selama 10 menit. Bu Heni



melanjutkan pergi ke kelas 4 untuk menjelaskan tugas selama 10 menit. Terakhir, Bu Heni pergi ke kelas 5 untuk menjelaskan tugas selama 10 menit. Pertanyaan: a. Dengan memperhatikan pelaksanaan PKR pada ketiga kelas tersebut di atas, sudah efektifkah pelaksanaan PKR yang dilakukan oleh Bu Heni? Berilah alasan Anda dengan mengaitkannya pada salah satu model PKR yang ada. b. Berdasarkan langkah ketiga kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup), analisalah kelemahan dari setiap langkah pembelajaran tersebut, dengan mengaitkannya pada petunjuk salah satu model PKR. Pembahasan: a. Model PKR yang diterapkan oleh Bu Heni adalah Model PKR 333. Bu Heni mengajar 3 kelas yang berbeda (kelas 3, 4, 5) di tiga ruang kelas yang berbeda (karena jumlah siswa satu kelas lebih dari 20), dan 3 materi yang berbeda. Menurut saya pelaksanaan model PKR yang ada sudah sangat efektif dengan kondisi jumlah siswa dan materi yang diajarkan. b. Dalam kegiatan pendahuluan, Bu Heni membuka kelas di setiap kelas. Menurut saya sangat tidak efektif. Akan lebih efektif jika Bu Heni membuka kelas sekaligus. Dengan membuka kelas di setiap kelas dengan durasi 10 menit, maka Bu Heni sudah menghabiskan waktu 30 menit hanya untuk membuka pembelajaran. Dalam kegiatan inti, tidak merancang kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat pada saat Bu Heni menjelaskan di kelas 3, kelas yang lain (kelas 4 dan 5) dibiarkan menunggu tanpa ada kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan penutup, Bu Heni juga menghabiskan waktu 30 menit. Jika ditotal jumlah waktu yang dipergunakan oleh BU Heni mulai pendahuluan (30 menit), inti (50 menit), dan penutup (30 menit) melebih batas waktu pembelajaran yang ditarget selama 80 menit. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Bu Heni sangat tidak efektif.



3. SD Melati merupakan salah satu sekolah yang memiliki jumlah siswa rata-rata per kelas sebanyak 25 orang. Jika dilihat dari jumlah ketersediaan guru, SD Melati termasuk dalam sekolah yang kekurangan guru, maka beberapa kelas sering digabung agar pembelajaran tetap berlangsung dengan lancar. Pak Iwan harus menjadi guru dalam Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tersebut. Pak Iwan harus menggabungkan kelas 4 dan kelas 5. Selama pelaksanaan PKR, Pak Iwan masih mengalami kesulitan. Sebagai contoh, Pak Iwan harus mengajar kelas 4 pelajaran Matematika dengan topik Satuan Ukur, dan kelas 5 harus belajar Bahasa Indonesia dengan topik Menuliskan Pengalaman dalam satu waktu yang bersamaan, dalam ruangan kelas yang berbeda sementara waktu yang tersedia hanya 80 menit. Pertanyaan: a. Berdasarkan kasus Pak Iwan, model pengelolaan PKR manakah yang paling sesuai diterapkan dalam kedua kelas tersebut? Jelaskan alasan dari jawaban Anda dengan mengacu kepada model-model pengelolaan PKR di SD. b. Dengan memperhatikan model pengelolaan PKR yang Anda pilih, rancanglah pengelolaan kelas Pak Iwan dalam bentuk sebuah bagan yang menggambarkan langkah dan waktu pembelajaran. Jelaskan jawaban Anda dengan mengacu kepada salah satu contoh rancangan model pengelolaan PKR. Pembahasan: a. Model PKR yang paling sesuai diterapkan dalam kedua kelas tersebut adalah Model PKR 222. Alasannya adalah karena Pak Iwan akan mengajar dua kelas yaitu kelas 4 dan kelas 5, dalam 2 ruang kelas yang berbeda karena jumlah siswa satu kelas lebih dari 20 sehingga tidak mungkin ditampung dalam satu ruang kelas, serta mengajarkan 2 materi yang berbeda yaitu kelas 4 pelajaran Matematika dengan topik satuan ukur dan untuk kelas 5 mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan topik menuliskan pengalaman. b. Bagan rancangan pengelolaan kelas Pak iwan



Penjelasan bagan: 1. Kegiatan pendahuluan (10 menit) pertama siswa kelas 4 dan kelas 5 diberikan pengantar dan pengarahan umum bersama di halaman sekolah. 2. Pada kegiatan inti I (15 menit) kelas 5 diberikan tugas membuat cerita pengalaman liburan sekolah, sementara guru masuk ke kelas 4 untuk mejelaskan satuan ukur. 3. Pada kegiatan inti II (15 menit) guru masih di kelas 4 untuk melakukan diskusi mengenai penjelasan guru tentang satuan ukur. Sementara siswa kelas 5 masih membuat cerita pengalaman. 4. Pada kegiatan inti III (15 menit) siswa kelas 4 diberikan tugas mengerjakan soal yang berkaitan dengan satuan ukur. Guru ke kelas 5 untuk mendengarkan cerita pengalaman yang dibacakan di depan kelas. 5. Pada kegiatan inti IV (15 menit) guru masih di kelas 5 mendengarkan cerita pengalaman yang dibacakan siswa di depan kelas, sementara siswa kelas 4 masih mengerjakan soal. 6. Kegiatan penutup (10 menit) guru melakukan riveu pembelajaran yang sudah dilakukan dan memberikan tindak lanjut melalui pintu penghubung.