Sitor Situmorang - Dia Dan Aku - Maya Intan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA



: MAYA INTAN



NIM



: 1751042003



KELAS



: PBSI A 2017 PERASAAN PADA UNSUR BATIN PUISI “DIA DAN AKU” KARYA SITOR SITUMORANG



Dalam sastra imajinatif ada dua yang digolongkan yaitu salah satunya adalah puisi . Dilihat dari segi wujudnya, puisi merupakan salah satu karya seni verbal yang mengungkapkan realitas kehidupan dan makna dari realitas tersebut dengan berbagai perspektif. Penyair tidak sekedar memotret realitas kehidupan secara verbal melainkan juga berusaha mengungkapkan alam pikiran, perasaan , dan obsesi realitas yang diungkapkannya. Pengertian tersebut selaras dengan pendapat walujo (1987 : 25) yang menyatakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa pada struktur fisik dan struktur batinnya. Struktur batin puisi terdiri atas : tema,nada,perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata kongkrit, majas, verifikasi, dan tipografi puisi . seperti dalam majas terdiri atas lambang dan kiasan, sedangkan verifikasi terdiri dari rima ,ritma dan metrum. Seluruh kekuatan tersebut dituangkan dalam susunan kata yang menggunakan bahasa konotatif dan multiinterpretatif. Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1940-an, para penyair mulai mengenal dan dan menulis puisi modern .Seperti penyair Sitor Situmorang lewat puisinya “aku dan dia”. Penyair mulai mengeksperesikan penggunaan bahasanya melalui pengalamannya, pikiran serta perasaannya. Dalam hal ini saya menganalisis pada bagian struktur batin merujuk pada perasaan. Dapat kita lihat dibawah ini DIA DAN AKU Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta ? - Bukankah udara penuh hampa ingin harga ? - Mari, Dik, dekatkan hatimu pada api ini Tapi jangan sampai terbakar sekali Akankah kita utamakan percakapan begini ?



-



-



Bukankah bumi penuh suara inginkan isi ?



Mari, dik, dekatkan bibirmu pada bisikan hati Tapi jangan sampai megap napas bernyanyi Bukankah dada hamparkan warna Di pelaminan musim silih berganti Padamu jua kelupaan dan janji Akan kepermainan rahasia Permainan cumbu-dendam silih berganti Kemasygulan tangkap dan lari



Pada puisi “dia dan aku” termasuk dalam puisi naratif. Puisi naratif (objektif) puisi yang mengungkapkan suatu rangkaian peristiwa yang membentuk alur suatu kisah, baik pelaku manusia dengan mahluk lainnya. Pada puisi tersebut penyair melukiskan pada peristiwa-peristiwa yang seakan-akan terputus biasanya dirangkaikan dengan peristiwa yang memilukan. Puisi ini melukiskann pada kisah cintanya yang tak tersampaikan. Dalam bait pertama dan kedua terdapat kata-kata yang teputus seperti penyair ingin menyampaikan perasaannya pada si “Dia” tapi dibarengi oleh perasaan yang bertanya-tanya dan Si “Aku” kadang menimbulkan rasa penasaran biasanya diperoleh dengan variasi-variasi perulangan . Pada kata” Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta?” pada larik si aku mengajak si adik bercinta dalam kelegahan dunia, larik ketiga pada kata “api” disimbolkan sebagai gairah bercinta artinya bukan dalam simbol gairah bercinta (seksual). Tetapi bisa saja dia melambangkan gairah kehidup itu , tapi lewat api tesebut, jangan keterlaluan memendam api. Pada bait ketiga penayair menyampaikan bahwa kata ”hamparkan warna ” seolaholah dia sedang memberikan perjalanan perasaan panjang sampai berjuang pada titik kebahagiaan . Dan pada kata “kemasygulan” penyair merasakan kesedihan hati yang mendalam, akibat cinta si adik yang di dambakan hilang dan pergi begitu saja. Itulah analisis saya mengenai usur batin puisi khususnya perasaan yang diungkapkan penyair atau kesan batin yang muncul pada imajinasi seseorang karena suatu ungkapan pada sebuah karya sastra,seperti puisi. Adapun amanat yang bisa saya sampaiakan dalam puisi tersebut jangan menyerahkan diri pada cinta yang belum tentu menjanjikan, sebab suatu kesusahan akan menghampirimu.