SKENARIO 1h [PDF]

  • Author / Uploaded
  • wafi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1



Oleh : Kelompok 4



Nama Tutor



: dr. Ana Rachmawati, M.Biomed



Ketua Kelompok



: Muhammad Farid Wafi



(16910023)



Sekretaris 1



: Siti Roziah Ria Famuji



(16910018)



Sekretaris 2



: Nike Aprilia



(16910017)



Anggota



: Indriana Mukhtar



(16910007)



Rislan Faiz Muhammad



(16910008)



Taufiq Basuki Putra



(16910022)



Norma Hanifah Sumarta (16910028) Ira Resmi Melani



(16910045)



Rido Angger Kurniawan (16910049) Firnanda Salza Asmara



(16910050)



FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN



UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii Skenario 1 .................................................................................................................................. 1 Step 1 Kata Sulit ...................................................................................................................... 3 Step 2 Daftar Masalah dalam Skenario ............................................................................. 4 Step 3 Jawaban Daftar Masalah .......................................................................................... 5 Step 4 Peta Masalah ................................................................................................................ 9 Step 5 Tujuan Pembelajaran (LO) ...................................................................................... 10 Step 6 Self Directed Learning .............................................................................................. 11 Step 7 Pembahasan LO dan Peta Konsep ......................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 29



ii



SKENARIO 1 Pasien yang Merasa Kecewa Dr. H. A merupakan seorang dokter dengan jadwal praktik yang padat. Hari Selasa malam beliau praktik di poliklinik Rs. Islam Hasanah Medica. Seorang paisen laki-laki berusia 30 tahun datang ke tempat praktik dr. A. Saat akan masuk ruangan, pasien tersebut memberikan salam “Assalamualaikum”. dr. A tidak menjawab salam dari pasien dan langsung mempersilahkan pasien untuk duduk . dr. A menyambut pasien dengan wajah cemberut dan tidak senyum sama sekali. Pasien langsung menceritakan keluhannya bahwa dia sakit perut. Pasien berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Madura yang tidak dipahami sama sekali oleh sang dokter sehingga dokter langsung memeriksa pasien tanpa banyak bertanya. Saat pasien bertanya dia sakit apa, dokter menjawab “paling sakit maag bu”. Pasien merasa tidak pernah telat makan dan ulu hatinya juga tidak sakit. Tidak puas akan jawaban dokter kemudian pasien menanyakan kembali kenapa hal itu bisa terjadi. Tetapi sang dokter tidak mau memberikan penjelasan dan langsung menyerahkan resep. Pasien merasa kecewa dengan dr. A. Menurutnya dr. A tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada pasien. Akhirnya pasien ini pergi mencari dokter yang lain.



1



Step 1 Kata Sulit 1. Pasien adalah orang yang sakit atau orang yang dirawat oleh dokter (KBBI). 2. Kecewa merupakan perasaan tidak puas karena kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan (Pengetahuan Umum). 3. Praktik merupakan pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori (KBBI). Praktik juga merupakan penerapan teori dalam kehidupan sehari-hari (Pengetahuan Umum). 4. Komunikasi secara istilah berasal dari Bahasa Inggris, communication. Communication sendiri berasal dari bahasa latin, yakni “communicatio” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Maksudnya adalah pihak pembicara yang melontarkan pertanyaan atau pernyataan mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran ide, perasaan, dan pikiran diantara dua orang atau lebih. Komunikasi bertujuan untuk menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku, serta penyesuaian yang dinamis di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi (Suryani, 2013). 5. Maag (tukak lambung) adalah luka pada lapisan lambung atau usus dua belas jari (Saktiyono, 2004). Penyakit maag disebabkan oleh robeknya mukosa (selaput lender yang melapisi lambung) karena serangan asam lambung dan penyebab utamanya adalah pola makan yang tidak teratur dan stress (Maksum dan El-Kaysi, 2009). Menurut Tim Sains Eduka (2015), maag adalah luka pada lambung akibat sering terlambat makan dan infeksi dari bakteri Helicobacter pylori. 6. Sakit Perut adalah gangguan yang berasal dari dalam perut itu sendiri akibat makanan dan minuman yang tidak terjaga. Penyakit ini bisa disertai dengan muntah, batuk, sesak, pusing dan lain-lain (Sitompul, 2014). 7. Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan kepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan, meracik, membuat, dan menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006). 8. Epigastrium (Ulu hati): daerah perut bagian tengah dan atas yang terletak diantara angulus sterni, ks. Epigastric (Dorland, 2008). 9. Poliklinik merupakan balai pengobatan umum (tidak untuk perawatan atau pasien menginap) (KBBI). Poliklinik Umum



merupakan balai pengobatan umum yang



memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum sesuai dengan standar pelayanan medis yang ditetapkan. 10. Keluhan adalah ungkapan akan beban atau rasa sakit baik melalui kata-kata maupun pergerakan anggota tubuh. Keluhan pasien terdiri dari keluhan utama dan keluhan tambahan yang diungkapkan ketika dokter melakukan anamnesis (Pengetahuan Umum). 2



11. Dokter adalah tenaga kesehatan dalam mengobati pasien dengan ilmu kedokteran yang ia miliki (Pengetahuan Umum).



3



Step 2 Daftar Masalah dalam Skenario 1. Mengapa dokter A tidak menjawab salam dari pasien? 2. Mengapa dokter A menyambut pasien dengan wajah cemberut? 3. Apakah dokter A sudah memenuhi kode etik kedokteran khususnya cara berkomunikasi yang baik dengan pasien? 4. Bagaimana cara dokter menyikapi pasien yang beda bahasa? 5. Mengapa dokter A tidak menggali informasi yang lebih dalam kepada pasien? 6. Bagaimana seharusnya pasien dalam menyampakan keluhan penyakitnya kepada dokter? 7. Mengapa dokter A langsung memeriksa pasien tanpa banyak bertanya? 8. Mengapa dokter langsung mendiagnosa pasien mengidap penyakit maag? 9. Mengapa dokter A tidak menjelaskan tentang penyakit maag kepada pasien sehingga menyebabkan pengetahuan pasien menjadi sangat minim? 10. Mengapa pasien kecewa dengan dokter A? 11. Mengapa pasien mencari dokter lain?



4



Step 3 Jawaban Daftar Masalah 1.



Dr. H. A tidak menjawab salam karena banyak faktor yaitu yang pertama tidak mendengar salam karena mugkin dr. H. A terlalu fokus dengan aktivitas nya seperti melihat rekam medis dari pasien sebelumnya atau pasien saat ini, sedang asyik atau sibuk dengan perlengkap elekrtoniknya (Handphone, laptop, tablet), atau mungkin sedang sibuk dengan penelitiannya (bagi dokter yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3). Yang kedua mungkin dr. H. A tidak menyadari apabila pasien sudah datang karena mugkin pasien tidak mengetuk pintu atau salam dengan keras, atau karena terlalu fokus dengan aktivitasnya sendiri sehingga membuat dr. H. A tidak menjawab salam. Yang ketiga mungkin dr. H. A sedang banyak pikiran karena bisa jadi beliau sedang ada masalah keluarga atau pribadi, atau mungkin sedang memikirkan sesuatu misalnya bisnisnya, penelitiannya, dan lain-lain.



2.



Ada beberapa kemungkinan yang meneybabkan dokter A menyambut pasien dengan wajah cemberut, diantaranya:  Lelah, mungkin saja pada saat menyambut pasien, dokter A sedang lelah karena jadwal praktek yang dimilikinya sangat padat.







 Banyak Masalah, dokter A mungkin memiliki banyak masalah sehingga menyebabkan dia menyambut pasien dengan wajah cemberut, misalnya masalah kantor, pekerjaan, dan masalah pribadi seperti masalah keluarga, masalah keuangan dan sebagainya.







 Raut Wajah Alami, selain lelah karena jadwal praktek yang sangat padat dan banyak masalah mungkin saja dokter A memang memiliki raut wajah yang terlihat kurang ramah, sehingga persepsi pasien terhadap dokter A menjadi kurang baik.



 3.



Dr. A belum memenuhi kode etik kedokteran. Seharusnya dr. A mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien, menghargai pasien, menghormati pasien, memberi rasa nyaman pada pasien, memperlakukan pasien dengan baik dan penuh kasih sayang.Selain itu dr. A tidak memiliki rasa empati pada pasien. Seharusnya sebagai seorang dokter, dr. A ramah, sopan, sabar, tidak terburu-buru, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien serta melibatkan pasien dalam mengambil keputusan.



4.



a. Menanyakan apakah pasien bisa berbahasa Indonesia atau berbahasa yang dapat dimengerti oleh dokter. b. Melibatkan pihak lain yang dapat berbahasa Indonesia. Apabila pasien bersama keluarga yang dapat berbahasa Indonesia, maka keluarga yang mendampingi pasien dapat menerjemahkan keluhan pasien. 5



c. Memberikan isyarat. Apabila pasien tidak bisa berbahasa Indonesia, maka pasien dapat menggunakan isyarat tubuh seperti gerakan menunjuk pada bagian yang sakit sehingga dokter dapat memeriksa bagian yang ditunjuk oleh pasien. 5.



Dr.A tidak mau menggali informasi lebih dalam mengenai keluhan pasien karena apabila pasien memberikan informasi mengenai keluhannya maka pasien akan menjelaskan dalam bahasa Madura yang tidak dimengerti oleh dr.A sehingga hal tersebut dirasa sia-sia , kemungkinan yang lain adalah dr.A tidak mengerti kode etik kedokteran yang mewajibkan seorang dokter mewawancarai pasien untuk mendapatkan informasi yang nantinya akan membantu proses diagnosis . Selain itu dr.A mungkin ingin cepat menyelesaikan praktik nya dan tidak menghargai pasien yang bercerita mengenai keluhannya.



6.



Dalam menyampaikan keluhan, seharusnya pasien menggunakan bahasa yang dimengerti oleh dokter, agar tidak terjadi salah paham dalam proses komunikasi dimana dengan komunikasi dapat mempermudah dalam menggali informasi dari pasien sehingga dalam menentukan diagnosis pun tepat. Selanjutnya, pasien seharusnya lebih aktif dalam meneceritakan keluhannya maupun bertanya tentang penyakit yang dideritanya dan pasien harus lebih detail dalam menceritakan keluhannya kepada dokter agar dokter lebih mudah dalam menentukan diagnosa.



7.



Dokter A langsung memeriksa pasien tanpa banyak tanya disebabkan pasien berkomunikasi menggunakan bahasa daerah Madura yang tidak dipahami oleh dokter. Selain itu, dokter juga memiliki jadwal yang padat, sehingga tidak menutup kemungkinan dokter ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Disamping itu, dengan jadwal yang padat bisa juga menimbulkan rasa lelah pada diri dokter yang berakibat dokter tidak bisa menjalankan kode etik kedoteran dengan baik yang mana sebagai standar pelayanan kepada pasien. Tidak menutup kemungkinan juga, terlalu banyak pasien yang harus ditangani oleh dokter dalam waktu yang bersamaan sehingga ingin menyelesaikannya dengan cepat, dengan begitu memunculkan perilaku dokter yang tidak menghargai pasien karena tidak melibatkan pasien dalam mengambil keputusan. Tidak menutup kemungkinan juga dokter banyak pikiran yang dirasakan baik itu yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun tidak, seperti: kepentingan pribadi dokter, kepentingan keluarga dokter, maupun kepentingan yang berhubungan dengan masyarakat setempat.



8. Berdasarkan skenario yang ada tertera bahwa :  Pasien menceritakan keluhannya bahwa dia sakit perut.  Dokter langsung melakukan pemeriksaan fisik tanpa banyak bertanya.  Kemungkinan dokter A menyimpulkan melalui rekam medis yang ada. 6



 Menyepelekan keluhan pasien. Berdasarkan argumen – argumen diatas dapat disimpulkan bahwa dokter A mendiagnosis pasien sakit maag karena, dari keluhan yang diceritakan pasien yang mengatakan bahwa pasien sakit perut, dari pemeriksaan fisik secara langsung oleh dokter A, mungkin dari pemeriksaan ditemukan masalah atau sesuatu hal yang memperkuat bahwa pasien menderita penyakit maag, disamping itu juga dokter melihat rekam medis yang berisi data identitas pasien. Dimana usia pasien adalah 30 tahun. Dilihat dari usia yang sudah cukup matang mungkin dokter juga menganggap bahwa pasien tersebut menderita sakit maag yang mana pada umumnya ketika orang dewasa mengeluh sakit perut itu merupakan gejala yang ditimbulkan dari sakit maag. Selain itu juga bisa jadi dokter A menyepelekan keluhan utama pasien yaitu sakit perut. Mungkin dokter A sudah sering menjumpai kasus-kasus dengan keluhan sakit perut yang mana dari keluhan itu hampir semuanya menderita penyakit maag. Jadi, dokter A berdasarkan pengalamannya mengenai kasus – kasus sakit perut membuatnya semakin yakin bahwa pasien – pasien yang mengeluh sakit perut merupakan gejala yang timbul dari penyakit maag. Sehingga dokter A seperti yang ada pada skenario langsung mendiagnosis pasien sakit maag walaupun tanpa menggali informasi lebih dalam lagi.



9. - dr. A belum bisa memahami kode etik kedokteran Karena kode etik kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan mitra kerja. Berdasarkan pengertian diatas, sudah jelas bahwa dr. A tidak memahami kode etik kedokteran itu sendiri. Ia tidak mengerti akan pentingnya menjaga hubungan khususnya kepada pasien yang berobat kepadanya. - dr. A belum bisa berkomunikasi dengan baik Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang membentuk suatu hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap, tingkah laku, dan kebersamaan. Oleh karena itu seorang dokter harus memiliki komunikasi yang baik terhadap pasien agar kepuasan, kenyamanan, kesembuhan pasien dapat tercapai. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh dr.A.



10.



Karena sejak awal, dokter tidak menyambut pasien dengan baik bahkan tidak menjawab salam yang disampaikan oleh dokter. Selain itu, dokter tidak menggali informasi secara detail mengenai keluhan – keluhan yang disampaikan pasien. Ketika pasien menanyakan kejelasan diagnosis pun, dokter malah tidak menjawabnya dan langsung menuliskan resep dengan



7



diagnosis yang tidak meyakinkan. Akhirnya pasien merasa kecewa karena tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari dokter.



11.



Pasien mencari dokter lain karena pelayanan yang diberikan dokter terhadap pasien belum baik dan bertanggung jawab seperti tidak menjawab salam, memasang muka cemberut, langsung memperkirakan (mendiagnosis) bahwa pasien mengidap penyakit maag, padahal pasien merasa dirinya tidak pernah telat makan dan ulu hati (epigastrium) tidak pernah merasakan kesakitan. Didalam skenario tersebut ditulis secara jelas bahwa kurangnya komunikasi yang baik dan efektif menyebabkan hilangnya kepercayaan pasien terhadap dr. H. A sehingga membuat pasien memutuskan untuk pergi mencari dokter lain padahal seharusnya dokter harus melakukan komunikasi efektif dan nyaman agar dapat mendiagnosis secara tepat serta melakukan langkah selanjutnya (proses pemeriksaan fisik, dan sebagainya) secara tepat juga.



8



Step 4 Peta Masalah Dr.H.A



Pasien Pria 30 tahun



Jadwal praktek padat



Tidak menjawab salam



Masuk ke ruang praktek dr.A



Menyambut pasien dengan wajah cemberut



Salam



Menceritakan keluhannya sakit perut Dokter tidak mengerti bahasa pasien Berkomunikasi dengan bahasa Madura Langsung memeriksa pasien tanpa banyak bertanya



Pasien bertanya sakit apa



Pasien merasa tidak sakit maag



Mengira pasien sakit maag



Tidak puas dengan jawaban dr.A dan bertanya kembali



Tidak mau memberikan penjelasan



Langsung memberikan resep



Pasien kecewa



Pasien mencari dokter lain 9



Step 5 Tujuan Pembelajaran (LO) 1. Apa pengertian dari komunikasi? 2. Apa fungsi komunikasi? 3. Apa saja tujuan komunikasi? 4. Apa saja komponen komunikasi? 5. Apa saja bentuk komunikasi? 6. Apa saja jenis komunikasi? 7. Bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan pasien? 8. Bagaimana cara dokter memberikan rasa nyaman pada pasien? 9. Apa prinsip dan etika komunikasi dalam Islam? 10. Apa saja faktor yang menghambat komunikasi antara dokter dengan pasien? 11. Bagaimana strategi menanggapi respon dari pasien? 12. Bagaimana kolaborasi antara tenaga kerja medis yang baik? 13. Apa pengertian dari kode etik kedokteran? 14. Apa saja isi kode etik kedokteran khususnya komunikasi dengan pasien? 15. Bagaimana cara menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif? 16. Apa akibat dari komunikasi yang tidak efektif antara dokter dengan pasien?



10



Step 6 Self Directed Learning Step 7 Pembahasan LO 1.



Istilah komunikasi berasal dari Bahasa Inggris, communication. Communication sendiri berasal dari bahasa latin, yakni “communicatio” yang artinya pengetahuan atau pertukaran ide. Maksudnya adalah pihak pembicara yang melontarkan pernyataan atau pertanyaan mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Selain itu, komunikasi adalah suatu transaksi atau proses simbolik yang menghendaki manusia untuk mengatur lingkungannya dengan cara membangun hubungan antarsesama melalui pertukaran informasi. Komunikasi juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna atau pemahaman dari pengirim ke penerima (Musliha dan Fatmawati, 2010). Komunikasi sebagai proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis di antara dua orang atau lebih dalam interaksi tatap muka. Dalam tersebut, terjadi pertukaran ide, makna, perasaan, dan perhatian. Hakikat komunikasi adalah suatu hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap, tingkah laku, dan kebersamaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran ide , perasaan, dan pikiran di antara dua orang atau lebih (Duldt –Battey, 2004 dalam Suryani, 2015).



2. Fungsi komunikasi antara dokter dengan pasien: Menurut Ong, dkk (1995) yang dikutip oleh Dianne Berry, (2007: 28 ) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) fungsi yang berbeda komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu : (1) menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal relationship), (2) pertukaran informasi (exchange of information), dan (3) pengambilan keputusan medis (medical decision making). Menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal relationship) merupakan prasyarat untuk melakukan perawatan medis. Hubungan dokter dan pasien yang baik dengann bahasa yang komunikatif sangat berdampak positif bagi pasien seperti, kepuasan pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil kesehatan yang terukur. Kualitas afektif dari hubungan dokter dan pasien merupakan penentu utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap pengobatan. Secara khusus, keakraban, perhatian, hal positif, kurangnya ketegangan dan ekspresi non-verbal menjadi elemen paling penting dalam membangun dan memelihara hubungan kerja yang baik. Pertukaran informasi (exchange of information) yang digariskan oleh Ong, dll (1975) adalah suatu keadaan dimana dokter perlu untuk mendapatkan informasi dari pasien untuk menyakini diagnosis yang tepat dan rencana perawatan. Dari perspektif lain, pasien perlu 11



mengetahui dan memahami dan merasa dikenal dan dipahami. Dalam rangka untuk memenuhi kedua kebutuhan ini, kedua pihak perlu bergantian antara pemberian informasi dan bertukar informasi. Pengambilan keputusan medis (medical decision making). Selama 20 tahun terakhir ini, telah terjadi pergeseran yang menonjol dari apa yang telah disebut sebagai “paternalistic” model kedokteran, dimana dokter membuat semua keputusan ke model yang berpusat pada pasien, di mana pengambilan keputusan dibagi antara dokter dan pasien. Model “patient centred” menekankan pentingnya memahami pengalaman pasien dari penyakit mereka, serta faktor-faktor sosial dan psikologis yang relevan. Berarti dokter menggunakan keterampilan mendengarkan aktif. Kunci sukses hubungan dokter dan pasien dalam pengambilan keputusan adalah mengakui bahwa pasien ahli juga. Dokter mungkin akan diberitahu tentang penyebab penyakit, pilihan pengobatan dan strategi pencegahan, tetapi hanya pasien tahu tentang penyakitnya, keadaan sosial, kebiasaan, sikap terhadap resiko, nilai-nilai dan preferensi. Sejalan dengan hal tersebut, pengambilan keputusan bersama karena melibatkan pertukaran dua arah informasi, dimana kedua dokter dan pasien mendiskusikan preferensi pengobatan dan menyetujui pilihan mana yang tepat. Dokter perlu membangun suasana di mana pasien merasa bahwa pandangan mereka dihargai dan dibutuhkan. Namun, telah dicatat bahwa tidak semua pasien mau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka. Keengganan tersebut cenderung lebih umum pada pasien yang lebih tua dan mereka yang sakit. Dalam kasus seperti ini, dokter mungkin perlu menggunakan pendekatan lebih direktif (Arianto, 2007) 3.



Tujuan komunikasi secara umum adalah sebagai berikut: 1.



Mengerti Komunikator seharusnya menyampaikan informasi kepada komunikan (penerima) dengan cara yang baik dan jelas, agar informasi tersebut dapat dimengerti maksudnya.



2.



Memahami Memahami berarti informasi yang disampaikan komunikator haruslah disesuaikan dengan keinginan dan kemauan komunikan atau penerima informasi, sehingga segala sesuatu yang disampaikan benar-benar berasal dari aspirasi penerima informasi atau masyarakat pada umumnya.



3.



Diterima Komunikator dalam menyampaikan informasinya harus menggunakan cara yang asertif sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.



4.



Termotivasi



12



Setelah informasi disampaikan maka komunikan tergerak untuk melakukan suatu kegiatan yang diinginkan oleh komunikator dan ini merupakan suatu yang diharapkan oleh pemberi pesan (Priyanto, 2009).



Tujuan komunikasi antara tenaga kesehatan terhadap pelayanan kesehatan klien Tujuan utama komunikasi antar-tenaga kesehatan adalah tercapainya tingkat kesehatan klien semaksimal mungkin dengan memberikan perawatan komprehensif melalui pertukaran informasi yang akan menigkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan kesehatan terhadap klien. Komunikasi antar-tenaga kesehatan juga sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan bagi klien yang pulang setelah menjalani perawatan karena klien tersebut akan melanjutkan pelayanannya pada lembaga kesehatan lain. Secara umum, menurut Lu Verne Wolff (1984), Komunikasi antar-tenaga kesehatan terbagi dalam empat kategori yaitu melaporkan, mengarahkan, mendiskusikan (conferring), dan memberikan rujukan (referring). 1.



Melaporkan Merupakan suatu bentuk penyampaian atau penuturan tentang sesuatu yang dilihat, didengar, dilakukan atau dipertimbangkan. Sebagai contoh, perawat dinas (shift) pagi melaporkan kondisi terakhir klien dan tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada perawat shift sore atau bidan melaporkan persalinan yang telah dilakukan pada dokter yang bertanggung jawab terhadap klien tersebut.



2.



Mengarahkan Mengarahkan bisa juga disebut membimbing atau memerintahkan. Seorang perawat senior (misalnya kepala ruangan) dapat memberikan perintah pada bawahannya (perawat pelaksana) dalam rangka pelaksanaan asuhan keperawatan. Seorang perawat atau petugas kesehatan lain juga bisa memberikan pengarahan. Bila suatu informasi berisi pengarahan, maka perlu ditunjuk dengan jelas orang yang akan mendapat tugas tersebut dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pengarahan sering diberikan secara verbal, tetapi lebih baik jika diberikan secara tertulis karena akan jauh lebih aman, dapat dipertanggungjawabkan, serta mengurangi terjadinya kesalahpahaman.



3.



Berdiskusi Berdiskusi bisa juga dikatan berkonsultasi dengan seoseorang untuk bertemu pendapat atau menerima informasi, nasihat, atau instruksi. Seorang perawat dan bidan dalam bekerja akan berkonsultasi dengan perawat atau bidan lain atau bahkan pada dokter yang merawat klien. Misalnnya ketua tim perawatan suatu shift bekonsultasi dengan kepala ruangan tentang suatu kasus sulit yang dijumpai di ruangan. Kasus tersebut kemudian didiskusikan dalam suatu pertemuan antara ketua tim, kepala 13



ruangan, dan dokter yang merawat bersama dengan tim lain di sarana pelayanan kesehatan yang kompeten. 4.



Rujukan (Refer) Rujukan adalah suatu keputusan untuk mengirim atau mengarahkan seseorang agar mengambil tindakan atau mencari bantuan. Seorang klien dapat dikirim oleh sebuah rumah sakit ke lembaga pelayanan perawatan kesehatan masyarakat atau puskesmas guna meminta bantuan dalam perawatan lanjutan di rumah. Contohnya seorang klien di UGD datang dengan keadaan patah tulang terbuka pada paha kanan (open fracture femur dextra) kemudian dokter penganggung jawab (dokter jaga) UGD tersebut merasa kesulitan dengan alasan tidak memadainya peralatan yang ada, jika memenuhi hal demikian maka dokter tersebut boleh mengambil keputusan untuk merujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap fasilitasnya, baik dari segi peralatan maupun sumber daya manusia seperti memiliki dokter spesialis ortopedi, dokter anestesi, perawat bedah yang bersertifikasi, dan lain-lain (Priyanto, 2009).



Tujuan komunikasi antara tenaga medis denga pasien a)



Mampu memahami perilaku orang lain Bila kita menjumpai pasien marah, maka yang seharusnya dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yaitu seperti menanyakan penyebab pasien tersebut marah, mengapa pasien tersebut marah, sebagai contoh diperoleh kejelasan pasien marah karena keterlambatan tenaga medis dalam mengambil pot/urinal/tempat membuang urine bagi orang yang sakit. Setelah masalah diketahui, tenaga medis kemudian membantu pasien untuk beradaptasi dengan lingkungannya dengan cara memberi penjelasan yang baik seperti apabila sudah dirasa membuang air besar segera beritahukan kepada tenaga medis sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam mengembalikan pot/urinal, dan juga agar pasien merasa diperhatikan.



b)



Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju Sebagai salah satu contoh: Dokter: “saya akan menyuntik”, lalu pasien menjawab: “iya”. Dalam kata “iya” seolah iya tapi dalam keadaan terpaksa atau tidak rela disuntik. Berarti pasien terpaksa mau disuntik. Menghadapi hal tersebut, perlunya tenaga medis melakukan komunikasi atau memberitahukan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan agar bisa memahami maksud pemeberian suntikan serta efek samping yang timbul misalnya rasa sakit (nyeri) mual dan sebagainya



c)



Memahami perlunya memberi pujian



14



Dalam menggali potensi pasien untuk memecahkan masalahnya, tenaga medis perlu pujian dan memberikan bantuan memecahkan masalah klien dimana kurang bisa memcahkan masalahnya sendiri. d)



Menciptakan hubungan personal yang baik Dengan melakukan komunikasi yang baik, maka akan terbina hubungan personal yang baik.



e)



Untuk meneliti pola kesehatan Ini dilakukan bagi pasien yang baru saja masuk rumah sakit dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan pasien dirumah, bila mungkin tenaga medis (perawat) dapat menyesuaikan kebiasaan tersebut atau mengubahnya. Agar kita tahu kebiasaan itu kita perlu mengajukan pertanyaan, misalnya: Bagaimana kebiasaan makananya? Porsi banyak lauk atau nasinya. Makanan apa kesukaannya. Jam berapa biasanya makan dan apakah makanan kecilnya/snack. Memenuhi 4 sehat 5 sempurna atau tidak, masaknya berapa kali sehari.



f)



Memberi nasehat Didalam komunikasi tenaga medis juga ada yang bersifat memberi nasehat kepada klien (pasien)/ keluarga/ masyarakat misalnya saja tindakan mobilisasi pesien pasca operasi, tidak jarang pasien menolak untuk jalan, turun, atau latihan duduk dengan banyak alasan. Mungkin pasien tidak mengerti pentingnya mobilisasi. Jadi sebagai tenaga medis menjelaskan tentang tujuan mobilisasi terhadap pasien. (Musliha dan Fatmawati, 2010).



4. Komponen komunikasi terdiri atas lima komponen, yaitu komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek. -Komunikator Komunikator adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi. Prakarsa timbil karena jabatan, tugas, wewenang, tanggung jawab, ataupun adanya suatu keinginan atau perasaan yang ingin disampaikan. Komunikator disebu juga sebagai sumber berita. -Komunikan Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, yakni pihak yang menerima berita atau pesan dari komunikator. Komunikan disebut juga sasaran atau penerima pesan. -Pesan



15



Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam komunikasi. Pesan dapat berupa ide, pendapat, pikiran, maupun saran. Definisi lain dari pesan adalah rangsangan yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran. -Media Media adalah segala sarana yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan. Saluran komunikasi dapat berbentuk pancaindra manusia maupun alat teknologi. -Efek Efek, akibat, atau dampak adalah hasil dari suatu komunikasi. Hasil tersebut dapat berupa terjadinya perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat ditemukan pada aspek pengetahuan, sikap, maupun tingkah laku. Terjadinya perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari komunikasi (Bateman, 2011 dalam Suryani, 2013). 5.



Ada beberapa bentuk komunikasi yang perlu diketahui oleh seorang komunikator agar dapat memilih bentuk komunkasi yang tepat. Secara garis besar, bentuk komunikasi dibagi menjadi empat, yaitu komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi medio (Effendy, 2002). -Komunikasi Personal Komunikasi personal terdiri atas dua bentuk, yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri, terdiri atas sensasi, persepsi, memori dan berpikir (Rahmat, 2005). Komunikasi intrapersonal biasanya dilakukan oleh seseorang ketika merenung tentang dirinya, atau melakukan evaluasi diri. Komunikasi intrapersonal juga disebut dialog internal. Komunikasi ini dapat meningkatkan kesadaran diri serta memberikan penilaian objektif terhadap suatu masalah. -Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan orang lain. Contohnya perawat atau dokter dengan kliennya pada saat konseling. Begitu pula komunikasi yang dilakukan dengan keluarga dan profesi lain. -Komunikas Kelompok Komunikasi kelompok terdiri atas dua bentuk, yaitu komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Bentuk komunikasi kelompok kecil, antara lain ceramah, diskusi panel, simposium, forum, seminar, dan lain-lain. Komunikasi kelompok besar (public 16



speaking) adalah komunikasi yang dilakukan dengan jumlah pendengar yang banyak, contohnya kampanye hidup sehat yang dilakukan di lapangan. -Komunikasi Massa Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara media komunikasi. Komunikasi massa dilakukan dengan media yang ada di masyarakat, seperti radio, televisi, film, pers, dan lain-lain. Bentuk komunikasi ini masih jarang digunakan oleh dokter atau perawat, padahal komunikasi ini sangat efektif untuk mengubah perilaku masyarakat. Sebagai contoh, untuk mengubah presepsi masyarakat tentang penderita gangguan jiwa, dapat dilakukan dengan menayangkan di televisi tentang bagaimana perihal gangguan jiwa itu. -Komunikasi Medio Komunikasi medio (medio communication) adalah bentuk komunikasi yang menggunakan media atau alat peraga tertentu seperti surat, telepon, e-mail, pamphlet, poster, spanduk dan sebagainya. 6.



Jenis-jenis komunikasi : 1) Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan. Komunikasi kebahasaan dapat dijalin secara lisan atau kata-kata yang diucapkan (vokal) dan ditulis (visual) (Wulandari, 2009). Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa: 1) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi. 2) Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. 3) Intonasi suara: Akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam komunikasi. 4) Humor: Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.



17



5) Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. 6) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.



2) Komunikasi Non-Verbal Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar, dan bahasa sikap. Bahasa kial adalah bahasa yang menggunakan gerakan tangan atau tubuh sebagai isyarat atau lukisan suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks komunikasi (Wulandari, 2009). Yang termasuk komunikasi non-verbal: 1) Ekspresi Wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. 2) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama beriteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya. 3) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan daripada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. 4) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri, dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehaannya. 5) Sound (suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas. 6) Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunkan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress (Wulandari, 2009). 18



7. Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi pasien-dokter dikenal dengan adanya GATHER, singkatan dari Greet-Ask-Tell-Help-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut: a.



Greet (Memberi Salam) Memberi salam dengan ramah dan santai diawal pertemuan akan menciptakan hubungan yang baik. Dan katakan kepada pasien hal-hal yang diharapkan selama pertemuan tersebut dan yakinkan bahwa setiap pasien mempunyai rahasia dan dijamin kerahasiaanya.



b.



Ask (Bertanya) Cara bertanya yang efektif dapat dilakukan antara dokter dan pasien, sebagain berikut:  Gunakan nada suara yang menunjukkan minat, perhatian dan keramahan.







 Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.







 Ajukan satu pertanyaan dan tunggu jawabannya dengan penuh perhatian. c. Tell (Memeberi informasi) Setelah pasien selesai menyatakan keluhan dan kebutuhannya, berikanlah informasi secara jelas sehingga dapat dimengerti oleh pasien yang kemudian dapat membantu pasien untuk mengambil keputusan. d.



Help (Memberi bantuan) Bantuan diberikan ketika pasien yang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam menentukan sikap. Dalam hal ini dokter memberikan bantuan agar pasien dapat memecahkan permasalahan dengan mudah.



e.



Expalain (Memberi penjelasan) Dokter memberi penjelasan kepada pasien tentang keputusan yang dipilihnya. Misalnya, bila pasien memilih saah satu metode KB atau jenis tindakan tertentu, memberikan penjelasan tentang pilihannya tersebut berikut dengan efek sampingnya.



f.



Return (Kontrol kembali) Bila dirasa perlu, berikan kesempatan kepada pasien untuk datang kembali. Seorang pasien akan pergi menemui dokter untuk berkonsultasi jika menghadapi masalah kesehatan (Prof. Dr. Soetjiningsih, Sp.A (K), 2007).



8. Cara dokter memberikan rasa nyaman pada pasien yaitu dengan menjadi dokter yang bertanggung jawab terhadap profesinya. Hal tersebut sesuai harapan masyarakat yang menginginkan dokter mempunyai rasa tertarik terhadap masalah yang dikemukakan pasien, memberi informasi yang lengkap mengenai penyakit dan pengobatannya, sopan dan 19



menghargai pasien. Pada akhirnya terciptalah hubungan pasien-dokter yang lebih nyaman dan menyenangkan. Kenyamanan ini membuat pasien lebih percaya pada dokter dalam mengemukakan segala masalah sehingga dokter dapat menggali lebih banyak faktor psikososial yang mungkin melandasi timbulnya penyakit. Harapan lainnya, pasien dapat berdiskusi tentang penyakitnya dan mendapat penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikannya. Dengan kata lain, pasien tidak lagi menempatkan dokter sebagai seseorang yang tidak terbantahkan (Soetjiningsih, 2008). 9. Apa prinsip dan etika komunikasi dalam islam? 1. Perkataan yang benar (Qaulan sadidan) Prinsip “perkataan yang benar” dalam berkomunikasi merupakan prasyarat dalam kebaikan perbuatan. Suatu pekerjaan besar atau kecil sekalipun, seringkali mengalami kegagalan karena diinformasikan dengan bahasa yang tidak benar. Firman Allah dalam surat An-nisa ayat 9 : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” 2. Perkataan yang baik (Qaulan ma’rufan) Perkataan yang baik dalam berkomunikasi menurut Al-Qur’an dijelaskan dalam surat Annisa ayat 5 yaitu : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil itu) dan ucapkanlah kepada mereka katakata yang baik”



3. Perkataan yang efektif (Qaulan balighah) Dalam berkomunikasi, Islam sangat menganjurkan agar berbicara secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Perkataan yang efektif diartikan juga sebagai pembicaraan yang fasih, terang, jelas maknanya serta dapat mengungkapkan apa yang dikehendakinya.



4. Perkataan yang mudah dan pantas (Qaulan masyurah) Dalam berkomunikasi, selain menggunakan bahasa yang efektif dan tepat sasaran, seorang penyampai informasi juga dianjurkan untuk selalu menggunakan bahasa yang mudah. Hal 20



ini dimaksudkan agar pihak kedua dapat menangkap pesan-pesan atau informasi secara mudah.



5. Perkataan yang lembut (Qaulan layyinan) Perkataan yang lembut dalam berkomunikasi merupakan satu hal yang harus diperhatikan, karena dengan perkataan yang lembut ungkapan bahasa penutur akan dapat menyentuh hati lawan tutur. Hal inilah yang menyebabkan pesan-pesan dalam proses komunikasi tersebut dapat tersampaikan secara baik tanpa menyinggung perasaan lawan tutur.



6. Perkataan yang mulia (Qaulan kariman) Perkataan mulia adalah perkataan yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara (Rohman, 2007).



10. 10 faktor penghambat komunikasi antara dokter dan pasien 1) Presepsi 2) Tidak mendengar efektif 3) Suasana sekitar yang ribut 4) Emosi 5) Perbedaan bahasa 6) Pengetahuan 7) Jarak 8) Kondisi pasien 9) Jenis Kelamin 10) Peran (Wulandari, 2009)



11. Bagaimana strategi menanggapi respon dari pasien? Strategi menanggapi pasien dalam hal konflik dengan tenaga medis 1. Kompromi atau negosiasi 21



Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation” unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer keprawatan. 2. Kompetisi Strategi ini dapat diartikan “win-lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang. 3. Akomodasi Istilah yang lain sering digunakan adalah “coopertaive”. Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalahanpermasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi sebenarnya tidak terselasaikan. Strategi ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk merebut sesuatu kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya. 4. Smoothing Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan intropeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan. 5. Menghindar Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya. Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan adalah membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindari, atau masalah perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya. 6. Kolaborasi Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Pada kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masingmasing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetitis insetif sebagai bagaian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam



menyelesaikan



masalah



dan



tidak



adanya



kepercayaan



dari



kedua



kelompok/seseorang (Bowditch dan Buoo, 1994 dalam Musliha dan Fatamawati, 2010).



22



12. Cara menciptakan kolaborasi antar tenaga medis yang baik sangat diperlukan komunikasi yang bersifat terbuka yaitu informasi diberikan kepada seluruh tenaga medis tanpa membedakan hanya kepada sekelompok tenaga medis saja, transparan yaitu memberikan informasi sepenuhnya tanpa mengurangi informasi yang ada, fokus yaitu sesuai dengan tujuan penanganan pasien tanpa mencampurkan urusan lain, saling menghargai, dan saling percaya sehingga dapat meningkatkan kekompakan dalam tim yang terlibat dalam penanganan pasien (Bateman, 2011 dalam Suryani, 2013). 13. Secara etimologi, Etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik dan layak (Anantarum, 2015). Kode etik kedokteran merupakan acuan moralitas dokter dalam menjalankan praktik kedokteran sehari-hari (Afandi et al., 2011). 14. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Terkait Komunikasi Antara Dokter dengan Pasien Pasal 7a Seorang dokter harus, dalam praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Pasal 7c Setiap dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien. Pasal 10 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Pasal 11 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya. Pasal 12 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.



23



Penjelasan Mengenai Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Terkait Komunikasi Antara Dokter dengan Pasien Pasal 7a dan Pasal 7c Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan manusia. Seorang dokter harus bersikap ramah, sopan, dan santun terhadap pasien. Sehingga berkomunikasi yang baik antara dokter dan pasien sangat penting dalam hal ini. Pasal 10 Sikap tulus ikhlas yang dilandasi sikap profesional seorang dokter dalam melakukan tugasnya sangat diperlukan karena sikap ini akan menegakkan wibawa dokter, memberikan kepercayaan dan ketenangan bagi pasien, sehingga pasien bersikap kooperatif yang memudahkan dokter dalam membuat diagnosis dan memberikan terapi. Dokter perlu pula bersikap ramah dan sopan santun terhadap pasien. Dalam melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien, dokter perlu didampingi orang ketiga untuk mencegah tuduhan terjadinya pelecehan seksual ataupun kasus pemerasan terhadap dokter. Pasal 11 Dokter yang bijaksana selalu mendalami latar belakang kehidupan pasiennya, termasuk aspek sosial, ekonomi, mental, intelektual, dan spiritualnya. Dokter berkewajiban menghormati agama dan keyakinan pasiennya, termasuk adat istiadat dan tradisi masyarakat setempat meliputi perbedaan bahasa juga, asal saja tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu kedokteran. Walaupun ada peraturan tertentu dalam hal bertamu di rumah sakit, namun pada hal-hal yang khusus perlu diberi kesempatan bagi pasien untuk bertemu dengan orang-orang yang dikehendakinya. Pasal 12 Seorang dokter harus bisa menjaga kerahasiaan data dan segala keluh kesah pasien. Sehingga komunikasi yang baik sangat yang dibutuhkan antara dokter dan pasien agar pasien merasa nyaman dan tidak khawatir akan semua data diri dan keluh kesahnya (Hanafiah dan Amir, 2009). 15. Cara komunikasi yang efektif : Komunikasi akan berjalan efektif apabila pihak – pihak yang berkomunikasi melakukannya dengan pola pikir yang positif. Komunikasi dengan cara berpikir positif adalah proses



24



berkomunikasi yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis. Komunikator harus mengupayakan berkomunikasi dengan didasari pola pikir yang sehat dan logis agar pesan yang ingin disampaikannya dapat ditangkap komunikan secara mudah (Barata, 2010).



16. Apa akibat dari komunikasi yang tidak efektif antara dokter dan pasien? Komunikasi antara dokter dan pasien biasa disebut dengan komunikasi teurapatik. Komunikasi teurapatik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Selain itu hal-hal yang merupakan tujuan komunikasi teurapatik ialah sebagai berikut (Uripni et al., 2003). a. Membantu Pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran b. Mengurangi keraguan pasien dan membantu dalam mengambil tindakan yang efektif c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri Oleh karena itu, apabila komunikasi yang terjalin antara dokter dan pasien (Komunikasi teurapatik) tidak berjalan efektif tentunya tujuan-tujuan dari komunikasi secara umum maupun komunikasi teurapatik tersebut tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Apabila tidak maksimal, efek ataupun timbal balik yang dihasilkan tentunya tidak sesuai harapan. Hal tersebut tentunya juga berkaitan dengan kesembuhan pasien. Kesimpulannya komunikasi yang tidak efektif antara dokter dan pasien berdampak pada : a. Kesembuhan pasien Komunikasi yang tidak efektif tentunya akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kesembuhan pasien. Karena 80% dari diagnosa seorang dokter ialah melalui proses anamnase. Proses ini tentunya memerlukan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Jika dari diagnose saja sudah salah, tentunya cara mengobati atau merawat pasien pun juga salah. Hal itu sangat berpengaruh juga terhadap kesembuhan pasien itu sendiri b. Kenyamanan dan kepuasan pasien Komunikasi efektif juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan kepuasan pasien. Dengan komunikasi yang efektif, pasien akan dibuat nyaman oleh dokter tersebut, jika nyaman tentunya pasien tidak akan segan dalam mengutarakan semua yang dialaminya. Hal tersebut sangat berarti dalam proses diagnose. Sehingga jika diagnose bisa tepat, proses penyembuhan pasien juga bisa lebih maksimal. Jika pasien sembuh, tentunya pasien akan merasa puas dengan pelayanan dokter tersebut. c. Meningkatkan kemungkinan perselisihan atau salah persepsi antara dokter dan pasien 25



Jika komunikasi antara dokter dan pasien tersebut tidak efektif, maka akan semakin besar kemungkinan salah persepsi diantara keduanya. Kesalahan persepsi inilah yang dapat menyebabkan timbulnya-timbulnya masalah lain termasuk perselisihan yang bisa berbuntut panjang.



26



27



28



DAFTAR PUSTAKA



Afandi, D; R.I. Ismail dan A. Purwadianto. 2011. Refleksi Dokter terhadap Kode Etik Kedokteran. Artikel Penelitian Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.61 No.23. Anantarum, M.A.N. 2015. Hubungan Pelaksanaan Etika Profesi Dokter dalam Persetujuan Tindakan Medis (Informed Concent) Ditinjau dari Konsep Hospital Bylaw dan UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran di RSUD Kudus. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Arianto, 2007. KOMUNIKASI KESEHATAN (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien). Dosen Tetap Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Tadulako-Palu Barata, A. A. 2010. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Dorland, W.A. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed-28. Jakarta: EGC Eduka, Tim Sains. 2015. New Pocket Book IPA SD Kelas 4, 5, & 6. Depok: Cmedia Imprint Kawan Pustaka. Effendy, O.U. 2002. Teori Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ganjar, A. 2009. Memetakan Komunikasi Kesehatan. Bandung : BP2Ki. Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC. Kamus Besar Bahasa Indonesia Maksum, Syukron M. dan A. Fathoni El-Kaysi. 2009. Rahasia Sehat Berkah Shalawat. Yogyakarta: Galangpress. Musliha dan Fatmawati, S. 2010. Komunikasi Keperawatan: Plus Materi Komunikasi Terapeutik. Yogjakarta: Penerbit Nuha Medika. Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Rahmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi dengan Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rohman, A. 2007. Komunikasi dalam Al-Quran Relasi Ilahiah dan Insaniah. Malang: UIN Malang Press.



29



Saktiyono. 2004. IPA Biologi SMP dan MTs Jilid 2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Sitompul, E. M. 2014. Mama Aku Sakit: 100% Dijamin Berhasil. Jakarta: arena KIDS. Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu Pendekatan Holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suryani. 2010. Komunikasi Keperawatan. Jogjakarta : Nuha Medika Press. Suryani. 2013. Komunikasi Terapeutik: Teori & Praktik 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suryani. 2015. Komunikasi Terapeutik: Teori & Praktik, ED. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 166-171. Uripni, C.L., U. Sujianto dan T. Indrawati. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Wolf, Lu Verne. 1984. Dasar-dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Gunung Agung. Wulandari, D. 2009. Komunikasi dan Konseling dalamm Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika Press.



30