Skenario 2 Blok 21 Tutorial G [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL PERTEMUAN 2 SKENARIO 2: ANALISIS KEBUTUHAN RUANG



KELOMPOK TUTORIAL G Berliana Syifa Jolanda Putri



181610101059



Ega Tiara Iman Sari



181610101060



Arlin Riski Kusumawardani



181610101061



Dicky Khatami Kamal



181610101062



Belva Nuriana Rosidea



181610101063



Yogiardi S Summase



181610101064



Al Masari



181610101065



Naila Azifatur Rahmat



181610101066



Putri Nurul Fadlilah



181610101067



Ayu Tri Wulandari



181610101068



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2021 SKENARIO 2 (ANALISIS KEBUTUHAN RUANG)



Seorang ibu dengan kewarganegaraan Indonesia dan suku Jawa datang ke RSGM bersama 2 orang anaknya yang berusia sang kakak laki-laki 17 tahun dan adiknya perempuan 9 tahun bertujuan ingin memeriksakan gigi kedua anaknya yang saling tumpang tindih dan maju. Dari pemeriksaan klinis kakaknya seluruh gigi permanen pengganti sudah erupsi sempurna, sedangkan si adik masih dalam fase geligi pergantian. Selanjutnya untuk menentukan analisa kasus serta kebutuhan ruang kedua pasein tersebut dokter melakukan pencetakan model studi serta merujuk pasien untuk melakukan foto Rontgen. Pada kedua pasien tersebut untuk menentukan macam perawatan dokter akan melakukan analisis kebutuhan ruang dengan metode yang berbeda ( ALD, Bolton, Howes, Pont ). Step 1: Terminologi -



Foto rontgen (Yogi) a. Prosedur pemeriksaan dengan radiasi gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambaran dalam tubuh (tulang berwana putih, udara berwarna hitam, lemak berwarna bau abu) (Ayu tw) b. Dalam KG ada intra (gigi dan jaringan sekitar) dan eksra oral (flim diluar rongga mulut untuk melihat luas tengkorak, rahang dn kepala) (Ega)



-



Fase geligi pergantian (Belva) a. Perlaihan gigi sulung ke fase gigi permanen (Dicky) b. Transisional dentition dari sulung ke permanen kadang juga disebut mix dentitition, karena campuran gigi sulung dan permanen dalam rongga mulut, 6-12 tahun (Putri)



-



Model study (Arlin) a. Model mulut untuk mendirikan dx, mengatur rencana perwatan dibidang protesa, dan ortho (Berli) b. Model yang berkitan dengan KG, menggambarkan keadaan rongga mulut px, dan berfungsi untuk melihat anatomi rongga mulu px (Alma) c. Model: cetakan dari object (Naila) Study: kajian Cetakan RM untuk mengkaji morfologi dama rongga mulut



Step 2: Rumusan Masalah 1. Apa saja, pemeriksaan klinis yang dibutuhkan pada skenario diatas? Berli 2. Apakah kewarganegaran suku memiliki keterkaitan dengan kebutuhan ruang? Dicky 3. Apakah ada perbedaan analisis kebutuhan ruang pada gigi permanen dan pergantian? Arlin 4. Metode apa saja yang digunakan untuk analisa kebutuhan ruang? Ayu 5. Bagaimana rencana perawatan orthodonti, setelah dilakukan analisa kebutuhan ruang? Ega Step 3: Brainstorming 1. Apa saja, pemeriksaan klinis yang dibutuhkan pada skenario diatas? Berli Jawab: Arlin: a. Pemeriksaan Subjektif Anamnesis / Pemeriksaan Subyektif Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat



dengan



cara



operator



mengajukan



pertanyaan-pertanyaan



yang



berhubungan dengan keadaan pasien Anamnesis meliputi: a. Keluhan Utama (chief complain/main complain) Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk dirawat. Terdapat tiga alasan utama mengapa pasien memperhatikan mengenai susunan oklusi gigi yaitu penampakan dentofasial yang terganggu sehingga menyebabkan ketidakpercayadirian, gangguan fungsional dan oral health yang buruk. Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan dapat diketahui: -



Apa sebenarnya yang pasien inginkan untuk mendapat perbaikan dari operator/dokter gigi



-



Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi dengan perawatan ortodontik



-



Apakah keluhan itu menyangkut faktor estetik atau fungsional (bicara , mengunyah)



-



Apakah ada keluhan sekunder (Keluhan yang baru disadari setelah mendapat penjelasan dari operator)



b. Riwayat Kasus (Case History) Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien yang



melibatkan komponen dentofasial sampai terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Rawayat kasus dapat ditelusuri dari beberapa aspek : -



Riwayat Gigi-geligi (Dental History) Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan



untuk



mengetahui



proses



pertumbuhan



dan



perkembangan gigi-geligi pasien sampai keadaan sekarang sehingga dapat



diketahui



mulai



sejak



kapan



dan



bagaimana



proses



perkembangan terbentuknya maloklusi pasien. Meliputi riwayat pada Periode gigi sulung, campuran dan permanen -



Riwayat Penyakit (Desease History) Anamnesis Riwayat penyakit tujuannya untuk mengetahui a. Adakah penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat menggangu proses pertumbuhan, perkembangan rahang dan erupsi normal gigi-geligi, sehingga diduga sebagai penyebab maloklusi. b. Adakah penyakit yang diderita pasien dapat mengganggu / menghambat proses perawatan ortodontik yang akan dilakukan. c. Adakah penyakit yang kemungkinan dapat menular kepada operator Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu diderita pasien dan apakah sekarang masih dalam perawatan dokter, dokter siapa?



-



Riwayat keluarga (Family History) Tujuan dari anamnesis riwayat keluarga adalah untuk mengetahui apakah maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang diwariskan dari orang tua. Untuk itu perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang tua dan saudara kandung pasien. Selain itu, perlu juga mencatat riwayat kesehatan gigi meliputi, perawatan gigi apa saja yang sebelumnya telah dijalani, juga trauma yang mungkin telah terjadi pada wajah dan gigi.



c. Kebiasaan buruk (Bad habit) Anamnesis bad habit dimaksudkan untuk mengetahui etiologi maloklusi pasien apakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang telah / sedang dilakukan pasien. Ayu TW d. Evaluasi sosial dan perilaku Ada 3 aspek yang harus dieksplorasi yaitu: -



Motivasi pasien melakukan perawatan



Motivasi pasien dapat diklasifikasikan sebagai motivasi internal dan eksternal. Motivasi eksternal didapatkan dari dorongan orang lain di sekitarnya sedangkan motivasi internal datang dari diri sendiri berdasarkan keadaan dan keinginan untuk melakukan perawatan. Meskipun sekarang banyak anak usia remaja menggunakan alat ortodontik, namun sulit ditemukan motivasi internal dari kelompok usia tersebut. Bagi mereka, perawatan ortodontik merupakan hal yang harus dilakukan karena kemauan dari orang tua. Motivasi dari diri sendiri untuk melakukan perawatan sering belum muncul hingga usia beranjak dewasa. Sikap kooperatif akan muncul lebih besar jika motivasi itu datang dari diri sendiri -



Harapan pasien akan hasil perawatan Ekspektasi dari pasien akan lebih tinggi pada usia dewasa terutama jika berkaitan dengan masalah kosmetik karena dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial



-



Sikap kooperatif dari pasien Anak-anak lebih sulit bersikap kooperatif dibanding orang dewasa. Dua faktor yang penting dalam hal ini yaitu keadaan dimana anak tersebut melihat perawatan yang dilakukan adalah keuntungan bagi dirinya sendiri, dan kontrol dari orang tua



Ega : Tambahan pemeriksaan subjektif: Memperjelas/Tambahan Keluhan Sekunder, maksudnya apakah ada keadaan lain yang tidak disadari oleh pasien yang merupakan suatu kelainan yang memungkinkan untuk dirawat secara ortodontik? Jika ada ini perlu dijelaskan dan dimintakan persetujuan untuk dirawat. Misal: Pasien datang ingin merawatkan gigi depan rahang atas dan bawah yang dirasakan tidak teratur dan terlalu maju sehingga mengganggu penampilan. Dari hasil pemeriksaan pendahuluan untuk mencocokkan apa yang dikeluhkan pasien dengan keadaan yang sesungguhnya, ditemukan pula adanya ectopic kaninus kanan atas dan deep overbite anterior, kelainan ini perlu dijelaskan dan dimintakan persetujuan untuk dirawat , setelah disetujui pasien, dicatat sebagai keluhan sekunder. Tambahan pemeriksaan Objektif: 1. Otot-otot pengunyahan



- Tonus: normal atau hypotonus atau hypertonus - Fungsi : normal atau paralisis - Keadaan : simetris atau asimetris 2. Bibir - Keadaan : normal atau schisis (celah bibir) - Ketebalan : tebal atau tipis - Posisi saat istirahat : membuka atau menutup. Normal = 2,5 mm di atas incisivus atas 3. Keadaan lidah : normal /macroglossia / microglossia 4. Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas ke lateral kurang (kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar.Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis,dll. dicatat. - Cara Pengukuran: menggunakan kaca mulut no 4 < ½ kaca mulut: rendah > ½ kaca mulut: tinggi 5. Fonetik: Normal/tidak normal 6. Garis tengah geligi atas: normal/ bergeser 7. Garis tengah geligi bawah: normal/bergeser 8. Keadaan Gigi Geligi Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Dengan menulis rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan diberi keterangan. Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi yang tidak normal (kelainan gigi, yang terdiri dari kelainan posisi, bentuk dan jumlah gigi) serta gigi yang telah mengalami perawatan. 9. Sendi Temporomandibular. Normal: Apabila tidak ada krepitasi saat palpasi di bagian luar MAE atau bunyi clicking pada saat membuka dan menutup mulut Tambahan pemeriksaan penunjang: a. Analisis model studi Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk menentukan diagnosis ortodonti. Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun



hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertical. Yogi Tambahan pemeriksaan Subyektif Penting untuk dicatat, apakah pasien sedang dalam perawatan medis jangka panjang, jika ya, maka untuk keperluan apa. Hal ini dapat merujuk kepada penyakit sistemik atau masalah metabolik yang tidak pasien beritahu. Masalah medis yang kronis pada dewasa maupun anak-anak tidak berkontraindikasi dengan perawatan ortodontik jika masalah medisnya dibawah pengawasan dokter. Sebagai contoh, perawatan ortodontik dapat dilakukan pada penderita diabetes melitus yang terkontrol dengan monitoring yang teliti, karena kerusakan periodontal pada penderita diabetes dapat mengganggu jalannya perawatan ortodontik Tambahan pemeriksaan Obyektif: -



Analisa Fungsional Freeway space: jarak antar oklusal pd saat mandibula dlm posisi istirahat. Cara pengukuran: Tentukan 1 titik di hidung dan 1 titik di dagu. Kemudian ukur jarak ke-2 titik tsb dalam posisi istirahat dan posisi oklusi Ukur selisihnya Ukuran rata-rata: 2-3mm



-



Path of closure: gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju ke oklusi sentris. Cara pemeriksaan: Pasien didudukkan pd posisi istirahat, lihat posisi garis mediannya Pasien diinstruksikan utk oklusi sentris dari posisi istirahat dan lihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis median pd saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran atau tidak ada gangguan path of closure. Normal: bila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang. Tidak normal: bila terdapat deviasi dan displacement mandibula.



-



Pipi : cekung atau menggelembung



-



Gerakan mandibula saat menutup dan membuka : ada latero defiasi atau tidak



-



Pola Atrisi: keausan gigi dibandingkan dengan usia pasien. Tidak normal bila terjadi pengikisan dataran oklusal gigi permanen pada usia fase geligi pergantian (usia muda) Tambahan pemeriksaan penunjang: a. Analisis sefalometri Pada awalnya analisis sefalometri lebih banyak digunakan untuk mempelajari pertumbuhan perkembangan kompleks kraniofasial kemudian berkembang sebagai saranauntuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya membantu menentukan diagnosis,



merencanakan perawatan, menilai hasil perawatan dalam bidang ortododntik. Analisis sefalometri meliputi analisis dental, skeletal, dan jaringan lunak. Analisis ini bergunauntuk



mengetahui



pertumbuhan



skeletal,



diagnosis



sefalometri,



perencanaanperawatan dan hasil perawatan. KUMPULAN PERTANYAAN DAN JAWABAN RM NO 1 1. Naila Bertanya:



Apa saja jenis-jenis foto rontgen yang digunakan untuk



pemeriksaan analisa kebutuhan ruang? Ega Jawab: Dalam analisis keruangan akan lebih mudah bagi kita untuk menganalisisnya pada foto periapikal daripada foto panoramik. Kemudian Apabila gigi yang belum erupsi mengalami rotasi, maka digunakan foto oklusal untuk mengukur lebar gigi tersebut. Namun walaupun begitu, apapun jenis foto rontgen yang dipakai, kita harus tetap ingat bahwa lebar mesiodistal gigi yang terlihat pada rontgen sudah mengalami perbesaran. Untuk itu kita membutuhkan bantuan model studi untuk mengatasinya. Kita dapat mengukur lebar gigi permanen yang belum erupsi dengan menggunakan foto rontgen, dibantu dengan model studi. 2. Belva Bertanya Apa saja yg perlu dipertanyakan ke pasien untuk mendapatkan informasi mengenai bad habbit? (Belva) Arlin menjawab Untuk mengetahui bad habit pasien, dapat menanyakan kepada pasien atau orang tuanya tentang: -



Jenis: Bad habit apa yang telah dilakukan?



-



Kapan: Umur berapa bad habit dilakukan, apakah sekarang masih dilakukan?



-



Durasi: Dari sejak kapan sampai kapan dilakukan?



-



Frekuensi: Berapa kali per jam / perhari dilakukan?



-



Intensitas: Seberapa kuat / keras dilakukan?



-



Posisi: Bagaimana dan di bagian mana dilakukan?



-



Apakah ada hubungan anatara bad habit yang dilakukan dengan keadaan maloklusi pasien



2. Apakah kewarganegaran suku memiliki keterkaitan dengan kebutuhan ruang? Dicky Jawab: Belva



Kewarganegaraan dan suku berkaitan dengan genetik, genetik memang mempengaruhi ukuran dan bentuk dari rahang dan gigi geligi, dimana hal tersebut berpengaruh terhadap kebutuhan ruang. Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik berperan pada dimensi lebar, panjang, dan keliling lengkung geligi. Pengaruh genetik dapat bermanifestasi dalam dua hal, yaitu 1) disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi berdesakan atau maloklusi berupa diastema multipel, 2) disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis. Untuk masyarakat Indonesia, rata-rata ukuran gigi tetap sampel suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa Kaukasoid. Sedangkan ukuran gigi laki-laki tetap lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Namun selain genetik (ras dan suku), ada hal lain yang mempengaruhi ukuran dan bentuk dari rahang dan gigi geligi, diantaranya: oral habit, nutrisi, dan pola makan, kehilangan prematur gigi sulung, dan jenis kelamin Naila Hubungan kewarganegaraan maupun suku harus diketahui karena lebar Mesial-Distal dari masing – masing kewarganegaraan dan suku tentunya berbeda satu sama lain dan metode analisa yang digunakan juga berbeda. Dari 3 populasi tersebut mempunyai perbedaan dalam bentuk gigi dan ukuran rahang yang nantinya juga akan berpengaruh dalam kebutuhan ruang tiap individu. Orang negroid mempunyai ukuran gigi terbesar dan biasanya orang negroid mengalami protrusive bimaksiler, kemudian suku bangsa mongoloid, dan untuk ukuran gigi terkecil yaitu suku kaukosoid. Dalam bidang orthodonti metode yang digunakan yaitu seperti metode moyers dan sitepu. Kedua metode ini juga menggunakan ras yang berbeda dalam perolehan hasil prediksinya. Data prediksi Moyers biasanya digunakan untuk ras Kaukasoid seperti Eropa, Timur Tengah, Pakistan, dan India Utara, sedangkan metode prediksi Sitepu biasanya digunakan untuk ras mongoloid seperti orang asia termasuk Indonesia dan lain-lain. sehingga dari kedua metode prediki yang diguakan terdapat perbedaan perhitungan dalam tabel prediksi keduanya Yogi Bersarkan pendapat para ahli antropologi yang menyatakan bahwa tiap2 ras atau subras mempunyai ciri ciri karakteristik masing masing dan perbedaan perbedaan tersebut terutama terdapat dibagian kepala dan muka. Perbedaan nilai normal pada ras yang berbeda akan menentukan jenis perawatan yang dilakukan.



KUMPULAN PERTANYAAN RM 2 Pertanyaan Arlin Bagaimana pola makan dan premature loss dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang? Belva menjawab: Pola makan berkaitan dengan jenis makanan dan otot pengunyahan. Semakin aktif otot pengunyahan maka pertumbuhan rahang akan semakin baik begitu pula sebaliknya. Sedangkan premature loss menyebabkan terjadinya migrasi gigi dapat secara mesial-distal, dimana lengkung gigi yang tadinya cukup untuk menampung gigi yang akan tumbuh, menjadi berkurang karena pergeseran gigi di sampingnya sehingga memperkecil area kosong yang ada. Kehilangan gigi juga mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi pengunyahan, anak menjadi tidak dapat makan dengan baik karena beberapa gigi tidak dapat berfungsi maksimal. Selain itu premature loss juga dapat menyebabkan ganguan pertumbuhan pada gigi permanen, gangguan hubungan inter-maksila dan oklusi dinamis, gangguan fungsional dari sistem stomatognatik, dan lain sebagainya 3. Apakah ada perbedaan analisis kebutuhan ruang pada gigi permanen dan pergantian? Arlin Jawab: Al Masari: 



Gigi permanent: Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk dinilai dan ditentukan dari berbagai sudut pandang.  Untuk itu, telah diperkenalkan bermacammacam teknik analisis.  Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang umum digunakan.



a. Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat sejak pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris



bisa juga dijumpai pada wajah yang simetris. 



Pada



beberapa kasus, bisa juga dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung giginya saja, sementara lengkung rahangnya normal.  Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah menggunakan symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphe lalu



kedudukan gigi di kuadran kiri dengan kanan dibandingkan dalam arah sagital dan transversal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di kuadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung 



Gigi campuran: perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi



Putri:  



Gigi permanent: untuk melihat perbedaan lengkung rahang dan panjang lengkung gigi



a. Diagnosa setup Teknik untuk menggambarkan bagaimana mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi dari tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih baik. Pemotongan dilakukan hingga batas tulang alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah vertikal hingga margin gusi menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan pemecahan gips tanpa menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak antara dua gigi. Selanjutnya gigi diatur menggunakan lilin sesuai dengan posisi yang diinginkan. Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif.



Diagnostic



setup



akan



memperlihatkan



jumlah



ruang



yang



tersedia dan yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang tersebut. 



Gigi campuran



a. Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi Metodae ini memerlukan gambaran radiografi



yang jelas dan



tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal,



seringkali



sulit



untuk



menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi. Naila:







Gigi campuran



a. Tanaka-johnston Mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm KUMPULAN PERTANYAAN RM 3 Pertanyaan Ayu Pada analisis kebutuhan ruang dengan metode nance dan moyers apakah terdapat perbedaan? Jawab Putri: Pada pengukuran analisis kebutuhan ruang pada gigi permanen dan pergantian menggunakan metode Nance dan Moyers tidak terdapat perbedaan. Kedua metode tersebut dapat digunakan untuk mengukur panjang lengkung geligi untuk kebutuhan ruang (available space) pergantian dan permanen. Hal ini disebabkan karena analisis Moyers dan analisis Nance merupakan analisis untuk mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung gigi untuk digantikan oleh gigi permanen pada fase geligi pergantian dan juga untuk penyesuaian oklusi yang diperlukan pada kasus maloklusi. 4. Metode apa saja yang digunakan untuk analisa kebutuhan ruang? Ayu Jawab: Berliana: Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deep bite, open bite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum



a. Analisis gigi tetap -



Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal



-



Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)



-



Analisis bolton



-



Analisis howes



-



Indeks pont



-



Diagnostik setup



b. Analisis gigi campuran -



Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Gambaran Radiografi



-



Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Tabel Probabilitas



-



Tanaka-Johnston



Dicky : Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang atas. Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas Al masari: Howes: Analisis Howes merupakan hal penting dalam perawatan ortodonti, karena kemampuannya dalam menganalisis kelainan gigi dan rahang sehingga dapat digunakan dalam membantu menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan. Analisis Howes ini dilakukan pada gigi-geligi rahang atas.



1. Mengukur lebar mesiodistal 12 gigi dari M1 ke M1 (Total Tooth Material TTM) 2. Menentukan titik-titik pengukuran pada indeks Howes a. Titik premolar (P): Titik yang terletak pada puncak buccal cusp bagian dalam dari gigi 14 dan 24 b. Titik Fossa Canina (FC): Titik yang terletak pada basis alveolaris setinggi apeks gigi 14 dan 24, yaitu 8mm ke arah apikal dari puncak papilla interdental gigi C dan P. 3. Mengukur lebar lengkung gigi dan lengkung basal pada model studi a.



Mengukur lebar lengkung gigi : Yaitu mengukur jarak inter premolar dari titik premolar pertama kanan dan kiri Rahang Atas (Premolar Diameter/PMD)



b.



Mengukur lebar lengkung basal : Yaitu mengukur jarak inter fossa canina dari titik FC kanan dan kiri Rahang Atas (Premolar Basal Arch Width/PMBAW)



4. Menghitung Indeks Howes : a. Rumus Indeks Premolar : Indeks Premolar = PMD/TTM x100% b. Rumus Indeks Fossa Canina : Indeks Fossa Canina = PMBAW/TTM x 100% 5. Mengambil kesimpulan hasil perhitungan Indeks Howes Acuan: a.



Indeks P ≥ 43% : lengkung gigi dapat menampung gigi geligi secara ideal dan stabil



b.



Indeks FC ≥ 44% : lengkung basal dapat menampung gigi geligi secara ideal dan stabil



6. Menginterpretasikan hasil perhitungan Indeks Howes (I) Acuan: a.



Apabila indeks FC ≤ 37% maka merupakan kasus indikasi pencabutan



b.



Apabila indeks FC antara 37-44% maka merupakan kasus borderline (meragukan) yaitu kasus dengan indikasi ekspansi atau pencabutan



c.



Apabila indeks FC ≥ 44% maka merupakan kasus yang dapat dilakukan tanpa pencabutan



7. Menginterpretasikan hasil perhitungan Indeks Howes (II)



Acuan: a. Apabila indeks FC > Indeks P maka merupakan kasus indikasi ekspansi Karena inklinasi gigi-gigi posterior di region Premolar konvergen b. Apabila indeks FC < Indeks P maka merupakan kasus kontra indikasi ekspansi. Karena inklinasi gigi-gigi posterior di regio Premolar divergen 8. Menginterpretasikan hasil perhitungan Indeks Howes (III) Acuan: Bila ekspansi akan dilakukan, maksimal hanya dapat dilakukan sampai indeks P sama dengan indeks FC (inklinasi gigi tegak) yaitu sebesar 44% x TTM sehingga dapat dilakukan berapa milimeter lagi ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan pada periode tersebut Belva: Metode Pont berpendapat jika terdapat hubungan antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung interpremolar pertama dan intermolar pertama. Indeks Pont digunakan untuk menentukan lebar lengkung gigi anterior dan posterior bertujuan untuk: a. Menentukan apakah lebar lengkung gigi normal atau kurang b. Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral c. Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar dan molar. Indeks pont terbagi kepada dua yaitu lebar lengkung gigi anterior dan lebar lengkung gigi posterior. - Nilai ideal lebar lengkung gigi anterior = SI x 100/80 Nilai ideal lebar lengkung gigi anterior (interpremolar) diperoleh dengan menjumlahkan empat insisivus maksila dibagi 80 kemudian dikali 100. Jarak inter P sebenarnya yaitu jarak inter P1 pada model (MPV) dengan cara mengukur jarak dari fossa distal pada permukaan oklusal P1 kanan RA ke fossa distal P1 kiri RA Hitung selisih= Jarak inter P sebenarnya- Jarak inter P seharusnya -



Nilai ideal lebar lengkung gigi posterior = SUI x 100/64 Nilai ideal lebar lengkung gigi posterior (intermolar) diperoleh dengan menjumlahkan empat insisivus maksila dibagi 64 kemudian dikali 100. Jarak inter M sebenarnya yaitu jarak inter M1 pada model (MPV) dengan cara mengukur jarak dari fossa distal pada permukaan oklusal M1 kanan RA ke fossa distal M1 kiri RA.



Lengkung gigi yang normal mempunyai hubungan konstan antara jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen rahang atas Ega Untuk menganalisa kebutuhan ruang pada geligi campuran, Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam masalah penanganan ruangan. Sehingga Moyers melakukan pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 permanen yang belum erupsi dilakukan setelah keempat geligi anterior menempati kedudukan yang benar pada lengkung rahang. 5. Bagaimana rencana perawatan orthodonti, setelah dilakukan analisa kebutuhan ruang? Ega Jawab: Ayu Perawatan Ortodonti Perawatan ortodonti yang dapat dilakukan untuk memperbaiki maloklusi adalah perawatan ekstraksi dan perawatan non-ekstraksi. Pertimbangan pemilihan perawatan ekstraksi atau non-ekstraksi analisis kebutuhan ruang dibagi menjadi tiga kategori. 1. Diskrepansi ruang kurang dari 4 mm, pilihan perawatan adalah nonekstraksi. 2. Diskrepansi ruang lebih dari 10 mm, pilihan perawatan adalah ekstraksi. 3. Diskrepansi ruang 5-9 mm yang termasuk dalam kasus borderline lebih sering digunakan perawatan non-ekstraksi. Ektraksi Salah satu cara yang sering digunakan untuk memperoleh ruangan dalam lengkung adalah dengan ekstraksi. Ekstraksi yang dilakukan dalam perawatan ortodonti disebut sebagai ekstraksi terapeutik. Ada beberapa faktor yang perlu



dipertimbangkan untuk dilakukan perawatan ekstraksi yaitu diskrepansi panjang lengkung dengan lebar mesio-distal gigi, memperbaiki hubungan antar rahang dalam arah sagital, dan untuk memperbaiki crowding. Putri Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pencabutan untuk memperbaiki crowding yaitu kondisi gigi geligi seperti fraktur, hipoplastik, gigi dengan karies yang besar dan restorasi yang besar, lebih dipilih untuk dicabut daripada mencabut gigi yang sehat. Susunan gigi yang berjejal dapatlebih mudah diperbaiki apabila dilakukan pencabutan pada bagian lengkung tersebut daripada di bagian lain yang jauh letaknya dari tempat gigi yang berjejal. Susunan gigi insisivus yang berjejal biasanya diperbaiki dengan mencabut gigi premolar sehingga dapat diperoleh keseimbangan oklusal danpenampilan akhir yang memuaskan. Premolar pertama adalah gigi yang paling sering dicabut karena letaknya ditengah pada setiap kuadran rahang dan biasanya terletak cukup dekat dengan daerah yang berjejal baik pada anterior maupun posterior. Selain itu, ekstraksi dari gigi premolar pertama dapat memberikan hasil kontak antara kaninus dan premolar kedua yang memuaskan serta dapat memberikan penjangkaran yang adekuat pada bagian posterior pada saat dilakukan retraksi dari keenam gigi anterior. Posisi gigi geligi juga perlu dipertimbangkan. Gigi geligi yang sangat malposisi dan sulit diperbaiki susunannya adalah gigi yang paling sering dipilih untuk dicabut. Khususnya, apeks gigi harus dipertimbangkan karena biasanya lebih sulit menggerakkan apeks dibandingkan dengan mahkota Non-ekstraksi Beberapa perawatan maloklusi membutuhkan ruang untuk menggerakkan gigi ke posisi lokasi yang ideal. Ruang dibutuhan untuk mengkoreksi gigi berjejal, retraksi gigi yang proklinasi, menyesuaikan kurva of spee, derotasi gigi anterior dan koreksi relasi molar. Perawatan non-ekstraksi yang dapat dilakukan untuk memperoleh ruang yaitu pengasahan interproksimal, ekspansi rahang, distalisasi, dan derotasi gigi posterior dan protraksi gigi anterior. Arlin Pengasahan interproksimal adalah pengurangan email gigi di bagian mesial dan distal dengan tujuan untuk mengurangi ukuran mesio-distal dari gigi. Gigi yang sering dilakukan pengasahan interproksimal adalah gigi insisivus mandibula. Gigi lain yang dapat dilakukan pengasahan interproksimal adalah gigi anterior maksila dan gigi



premolar maksila dan mandibula. Indikasi pengasahan interproksimal gigi adalah dibutuhkan ruang 2,5-3 mm. Kontraindikasi untuk pengasahan interproksimal gigi adalah pasien dengan risiko karies yang tinggi dan pada pasien anak karena dianggap masih memiliki kamar pulpa yang lebar. Ekspansi rahang merupakan salah satu metode menambah ruang non-invasif yang biasanya dilakukan pada pasien dengan maksila yang menyempit atau pasien dengan unilateral atau bilateral crossbite. Ekspansi dapat berupa ekspansi skeletal atau dentoalveolar. Ekspansi skeletal melibatkan pemisahan sutura mid palatal sedangkan ekspansi dentoalveolar menghasilkan ekspansi pada dental tanpa ada perubahan pada skeletal.Ekspansi dengan rapid maxillary expansion dapat memberikan ruangan sebesar 10 mm dengan penambahan besar ruang yang diberikan per hari sebesar 0,2 sampai 0,5 mm.9 Kasus-kasus yang dapat ditangani dengan menggunakan eskpansi rahang seperti: crossbite posterior, maloklusi Klas III dengan defisiensi maksila yang minor, pasien cleft palate, terapi face mask, dansebagai bagian dari perawatan interseptif. Distalisasi dilakukan pada gigi molar bertujuan untuk memperoleh ruangan guna memperbaiki susunan gigi geligi atau memperbaiki hubungan gigi molar. Prosedur ini menambah panjang lengkung rahang sebanyak panjang dari distalisasi yang dicapai. Pergerakan yang diinginkan adalah pergerakan bodily semaksimal mungkin dengan meminimalkan resiko resorpsi akar danloss of anchorage gigi anterior ke labial. Distalisasi sering dilakukan pada maksila untuk memperbaiki kasus maloklusi klas II ringan sampai sedang yang beroklusi dengan mandibula yang normal. Waktu ideal untuk dilakukannya distalisasi yaitu pada periode gigi bercampur sewaktu gigi molar kedua sedang erupsi. Derotasi gigi posterior dapat dilakukan pada gigi posterior yang mengalami rotasi karena gigi yang mengalami rotasi mengambil lebih banyak ruang daripada gigi dengan posisi normal. Sedangkan memprotraksi gigi anterior dapat dilakukan pada kasus gigi anterior yang retroklinasi atau pada kasus dimana protraksi gigi anterior tidak akan mempengaruhi profil jaringan lunak pasien.



Step 4: Mapping Gigi tumpang tindih



Pemeriksaan (Subjektif, objektif, penunjang)



Gigi permanen sudah erupsi sempurna



Gigi campuran



Model study



Analisis kebutuhan ruang (Tujuan, Macam macam metode, Prosedurnya)



Step 5: Learning objective 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami faktor faktor yang menjadi pertimbangan analisa kebutuhan ruang 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami macam macam metode analisis kebutuhan ruang untuk: a. Gigi permanen (ALD, howes, bolton dan pont) b. Gigi campuran (Moyers dan tanaka-Jhonson)



PERTEMUAN 2 Step 6: Belajar Mandiri Step 7: Menjawab Learning objective 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami faktor faktor yang menjadi pertimbangan analisa kebutuhan ruang 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami macam macam metode analisis kebutuhan ruang untuk: a.



Gigi permanen (ALD, howes, bolton dan pont)



b. Gigi campuran (Moyers dan tanaka-Jhonson)